Anda di halaman 1dari 4

Hindari Stres Selama Sekolah Daring dengan Melatih Self-Management Skill

Oleh : Nurmarinda Dewi Hartono


12 April 2020   23:57 Diperbarui: 12 April 2020   23:50

Meskipun hari libur dan berdiam di rumah adalah impian bagi setiap orang sibuk, namun tidak untuk
libur di masa pandemi. Sebagian menganggapnya sebagai anugerah karena bisa banyak rebahan.
Sebagian lagi mulai berkicau tentang betapa buruknya hari-hari yang dialami selama libur.
Bagaimana tidak, libur panjang ini bukanlah karena keberhasilan setelah lulus ujian atau libur akhir
tahun yang selalu menghadirkan perayaan meriah. Tidak ada tawa dan suka cita seperti saat cuti
lebaran atau natal. Ya, karena libur panjang ini hanyalah meliburkan diri dari kehadiran di sekolah
atau tempat kerja, bukan apa yang dikerjakan. Liburan panjang ini hanyalah memutus interaksi skala
besar di tempat keramaian, tetapi bukan untuk memutus tugas, justru menambahnya. 

Siapapun yang saat ini sedang melaksanakan ketertiban untuk tetap di rumah tidak seratus persen membawa
kebahagiaan. Termasuk saya pun sebagai seorang mahasiswa yang masih aktif dalam perkuliahan online. 

Saya sebenarnya senang karena akhirnya bisa pulang kampung setelah lama di perantauan dan bisa berkumpul
dengan keluarga. Tetapi karena ini bukanlah liburan yang sesungguhnya (hakiki) saya tentu tidak totalitas
menikmati kebersamaan dengan keluarga. Ibaratnya, raga saya ada di rumah tetapi hati dan pikiran tertuju
pada tugas-tugas kuliah yang berkembang biak.

Memang awalnya perkuliahan dalam jaringan  terasa menyasyikkan karena yang pertama, merupakan sesuatu
yang baru, dan yang kedua, karena bisa sambil makan, rebahan, bahkan bisa sambil nge-game. 

Seiring bertambahnya jadwal kuliah dan menumpuknya tugas-tugas  ternyata ini menjadi sebuah masalah.
Semua jadwal perkuliahan menjadi berantakan  karena diatur sesuai keinginan dosen masing-masing. Begitu
juga dengan tugas-tugas tak masuk akal bergantian menjadi informasi yang lebih mengejutkan dari berita
kematian. 

Grup pesan Whatsapp bertambah, semuanya bersahutan dalam waktu yang bersamaan. Ditambah dengan
informasi Covid-19 yang tak henti menghujani pemberitahuan sosmed yang menambah kepanikan. Belum lagi
ada kejadian dramatis seperti listrik mati, gangguan Wi-Fi, jaringan lambat, kuota habis, gaptek, dan
sebagainya. 

So, wajar jika kita semua stres mengahadapi situasi ini. Bahkan yang tidak punya pekerjaan pun ikut stres
melihat kami "para pejuang daring". Orangtua misalnya, mereka tidak sepenuhnya mengerti tentang keadaan
anaknya. Mereka bisa ikut khawatir melihat kepanikan anak menghadapi sekolah daring.
Untuk itu kita semua tetap harus stay calm dan tidak terlalu berlebihan dan memperbesar stres. Jika masih
kesulitan, kita harus mencari cara untuk mengurangi stres dan berdamai dengan situasi. Salah satunya dalam
tulisan ini kita akan mempelajari sedikit mengenai self-management atau kemampuan memanajemen diri
sendiri yang juga mencakup manajemen stres. 

Manajemen diri adalah komponen penting dari pembelajaran sosial emosional. Menurut CASEL, kesadaran
diri didefinisikan sebagai kemampuan untuk berhasil mengatur emosi, pikiran, dan perilaku seseorang dalam
situasi yang berbeda. 

Manajemen ini dicapai dengan mengelola stres secara efektif, mengendalikan impuls, dan memotivasi diri
sendiri.Untuk memiliki manajemen diri, seseorang harus mengembangkan keterampilan dan kemampuan
berikut:

Kontrol impuls

Kontrol impuls adalah kemampuan untuk tidak bertindak berdasarkan impuls langsung, melainkan menunda
tindakan itu untuk jangka waktu tertentu. 

Dapat dikatakan bahwa mengontrol impuls berarti juga mengontrol diri dari keinginan yang timbul
disebabkan merespon sesuatu.  Kontrol diri berpusat pada korteks prefrontal, yaitu pusat perencanaan,
penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan di otak  yang secara signifikan lebih besar pada manusia
daripada mamalia lain. 

Kemampuan untuk melakukan kontrol diri sering disebut sebagai kemauan keras. Hal ini memungkinkan
orang untuk mengarahkan perhatian mereka meskipun ada rangsangan yang lain, dan itu mempengaruhi
semua jenis prestasi dari sekolah hingga tempat kerja. 

Saat di rumah tentunya kita memiliki banyak rangsangan untuk melakukan banyak hal. Seperti menonton
film, makan yang banyak, bermain, dan sebagainya. Atau bila diartikan lebih luas lagi, dorongan itu bisa
berupa emosi yang meluap-luap, salah satunya karena stres dengan tugas. Mengontrol impuls atau rangsangan
adalah kemampuan penting yang harus dimiliki untuk memanajemen diri. 

Bisa jadi, selama sekolah daring ini kita sedang dilatih untuk terus mengontrol diri kita agar melakukan hal-
hal yang bermakna. Kita bisa memanajemen waktu untuk menahan diri dari melakukan hal yang membuang
waktu begitu saja. Kita bisa menentukan pekerjaan positif dengan tingkatan prioritas yang berbeda. Ya,
dengan membuat prioritas pekerjaan kita bisa mengontrol keinginan dengan lebih baik.

Manajemen stres

Sebelum memulai latihan menajemen stres, kita harus mempelajari kompetensi SEL (Social Emotional
Learning ) yang lain yaitu Self-awareness. Kesadaran diri akan membuat kita memahami tentang emosi dan
kadarnya dalam diri kita. Kita juga bisa mengetahui kapan dan hal apa yang dapat membuat kita stres. 
Setelah mengaktifkan kesadaraan diri, SEL mengajarkan kita untuk mengubah ancaman atau situasi yang
penuh tekanan menjadi tantangan. Menilai penyebab stres sebagai tantangan adalah strategi  untuk
mengurangi stres. 

Menurut Christina Cipriano, Ph.D. dalam blognya rethinked.com, kita harus mengubah cara otak memproses
peristiwa. Ketika kita menyebut ancaman sebagai tantangan, penilaian ulang ini membuka jalur untuk
meningkatkan konektivitas saraf dan pengiriman pesan untuk mempromosikan pemecahan masalah yang
efektif untuk memenuhi tantangan.

Kemudian Chritina juga menjelaskan bahwa stres adalah cara tubuh kita merespons peristiwa yang
mengancam atau menantang kita. Ketika kita menghadapi stres, tubuh kita bereaksi dengan mengarahkan
aliran darah ke otot kita, meningkatkan tekanan darah dan detak jantung kita, dan meningkatkan sirkulasi
adrenalin dan kadar kortisol kita. 

Apa yang membuat masalah menjadi lebih buruk, stres berkepanjangan dapat menyebabkan berkurangnya
kesejahteraan fisik dan mental, meningkatkan kemungkinan sakit dan ketidakpuasan hidup. 

Sebuah penelitian menerangkan bahwa individu lebih cenderung merasakan stres ketika mengalami emosi
negatif, menavigasi situasi yang tidak terkendali, tak terduga, ambigu, dan ketika dihadapkan dengan tuntutan
tugas simultan.

Seperti halnya saat kita sedang kebingungan dengan banyaknya tugas dan tuntutan waktu yang menekan.
Semua kekacauan itu adalah peristiwa yang secara sadar maupun tidak sadar mengancam kita. Maka tubuh
kita meresponnya sedemikian rupa dan mengakibatkan stres. Tentu ini tidak bisa kita biarkan terus menerus. 

Maka cara yang bisa kita lakukan adalah seperti yang dijelaskan di atas, bahwa kita harus mengubah respon
kita terhadap kondisi ini. Mengubah cara otak menanggapi bahwa sekolah daring adalah sebuah 'tantangan'
yang harus diselesaikan. Anggaplah kita sedang bermain game dan jika berhasil mengerjakan dalam jangka
waktu yang ditentukan kita akan memenangkan game itu. 

Disiplin diri

Kemampuan selanjutnya adalah disiplin diri untuk mengendalikan perasaan dan impuls seseorang atau disebut
sebagai tekad. Disiplin diri memungkinkan kita untuk mengabaikan rangsangan lain untuk fokus pada tujuan
yang ada dan mengikuti rencana kita meskipun ada gangguan. Disiplin ini adalah kunci untuk mengontrol
impuls. 

Disiplin untuk menjalani hari selama di rumah, seperti tetap bangun pagi di jam yang sama dan melakukan
rutinitas yang teratur. Kadang jadwal yang berantakan adalah sebab kita tidak disiplin dan kacaunya jadwal itu
yang akan menyebabkan stres ika tidak dapat ditangani. 

Penentuan tujuan
Penelitian telah menemukan bahwa siswa cenderung menemukan lebih banyak kesuksesan ketika bekerja
dengan menetapkan tujuan secara individual. 

Menetapkan target akan membuat kita lebih fokus dan termotivasi untuk mencapainya. Kita bisa menuliskan
daftar tugas dengan tujuan pengerjaannya. Selain kita dapat lebih mudah menuntaskan tugas, kita juga bisa
membuat tugas tersebut sebagai hal yang bermakna dan berguna untuk menunjang keahlian kita selama di
rumah saja. 

Motivasi diri

Motivasi ini lebih kepada diri kita sendiri yang harus mendorongnya. Motivasi akan mengarahkan kita untuk
menuju tujuan yang sudah di tetapkan sebelumnya.  

Bab "Hill, Skill, and Will" oleh Seanna Moran dan Howard Gardner dalam buku Lynn Meltzer Fungsi
Eksekutif dalam Pendidikan Dari Teori ke Praktik membahas gagasan kemauan melalui rintangan,
keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan itu, dan keinginan yang diperlukan untuk mengatasi
menemukan kesuksesan dalam proses itu.

Motivasi yang paling mudah adalah, ketika kita berhasil menyelesaikan semua tugas pada hari itu dan hari
berikutnya makan semakin cepat pula kita bisa bersantai menikmati libur panjang di rumah. 

Keterampilan organisasi

Keterampilan organisasi yang dimaksud oleh SEL adalah mengorganisir ruang dan bahan fisik, gambar dan
informasi mental, dan waktu. Salah satunya adalah menjaga agar lingkungan sekitar saat belajar agar tidak
berantakan. 

Kemudian kemampuan kita untuk menyimpan bahan secara rapi dan terorganisir agar mudah diakses karena
akan memungkinkan waktu belajar yang lebih produktif. Memfilter informasi agar relevan dengan topik yang
ada dengan gambaran besar yang jelas dapat membantu kita tetap di jalur. Terakhir, mencatat waktu dan
menyadari komitmen waktu dapat membantu kita memenuhi target.

Demikian di atas adalah enam kompetensi yang sebaiknya kita kembangkan selama di rumah untuk
memanajemn diri kita dari stres dan sebagaina. Kita sangat membutuhkan self-management untuk mendukung
kita agar tetap produktif di masa-masa sulit seperti ini.  

Tetaplah semangat dan jaga kesehatan. Stres dapat menurunkan imunitas tubuh, maka sesegera mungkin kita
mengurangi dan menjauhi risikonya. Stay calm, everything will be fine :)

Anda mungkin juga menyukai