Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejang Demam

2.1.1. Pengertian

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang

yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38˚C) yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan

kelainan neurologis yang paling sering di jumpai pada anak, terutama

pada golongan balita umur 6 bulan sampai 4 tahun.Hampir 3% dari

balita yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.

Pada percobaan binatang suhu yang tinggi dapat menyebabkan

terjadinya bangkitan kejang(1).

2.1.2. Etiologi

Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial.(2)

1. Intrakranial meliputi:

a. Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau

ventrikuler

b. Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis

c. Kongenital: disgenesis, kelainan serebri

12
13

2. Ekstrakranial, meliputi:

a. Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,

gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan

riwayat diare sebelumnya.

b. Toksik: intoksikasi, anestesi lokal, sindroma putus obat.

c. Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau

ketergantungan dan kekurangan piridoksin.

2.1.3. Klasifikasi

Kejang Demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1)

1. Kejang demam sederhana:

Kejang bersifat umum (biasanya seluruh tubuh kejang, tangan

ke atas dan mata terbalik), sering terjadi pada anak (sekitar 80% dari

seluruh kejang demam), lama bangkitan berlangsung kurang dari 15

menit, dalam waktu periode demam tidak ada bangkitan kejang

berulang dalam 24 jam, kemungkinan epilepsi di kemudian hari .

2. Kejang demam kompleks:

Lama bangkitan kejang lebih dari 15 menit, manifestasi kejang

bersifat lokal (sebagian anggota tubuh saja), didapatkan bangkitan

kejang berulang lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam, kemungkinan

epilepsi di kemudian hari sangat jarang (4%).


14

2.1.4. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain

adalah: anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan

suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba) kejang tonik, klonik, pingsan

yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada

anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang demam dapat

dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh

anak.Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan

dan kaki.Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi

otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang

biasanya berlangsung selama 10-30 detik), gerakan klonik (kontraksi dan

relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2

menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,

inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya),

gangguan pernapasan, apneu (henti napas), dan kulitnya kebiruan (5)

Setelah mengalami kejang, biasanya: Akan kembali sadar dalam

beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.Terjadi amnesia

(tidak ingat apa yang telah terjadi) sakit kepala.Mengantuk. Linglung

sementara dan sifatnya ringan.dan Jika kejang tunggal berlangsung

kurang dari 5 menit maka kemungkinan terjadi cidera otak atau kejang

menahun sangat kecil (8).


15

2.1.5. Patofisilogi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku

metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah

oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak

melalui sistem kardiovaskuler.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber energi otak

adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan

air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam

yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)

dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium ((Na +) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion klorida (CLˉ). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron

tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat

keadaan sebaliknya karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam

dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut

potensial membrane dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial ini diperlukan energy dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang

terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh :

1. Perubahaan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanisme

kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.


16

3. Perubahaan patofisiologis dari membrane sendiri karena penyakit

atau keturunan .

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 ˚C akan mengakibatkan

kenaikan metabolism basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan

meningkat 20% .

Untuk seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%

dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya

15%.Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat

terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran

tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.Lepas muatan

listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel

maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut

“neurotransmister” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang

kejang yang berbeda-beda dan tergantung tinggi rendahnya ambang

kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu

tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah

terjadi pada suhu 38 ˚C sedangkan anak dengan ambang kejang yang

tinggi, kejang baru terjadi bila suhu mencapai 40˚C atau lebih. Dari

kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam

lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah sehingga

dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu

beberapa pasien menderita kejang.Kejang demam yang berlangsung


17

singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala

sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya

disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan oksigen dan energi

untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik,

hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu

tubuh semakin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya

aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak

meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hinggah

terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang

lama.Faktor penting adalah gangguan peredaran darah yang

mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler

dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron.

Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat

serangan kejang yang berlangung lama dapat menjadi “matang”

dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.Karena

itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan

anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.(4)


18

2.1.6 Pathway

BBBBB Bagan 2.1 pathway Kejang Demam

Sumber Energi Otak

Proses Oksidasi
Glukos
CO2 Air

Limfoid Ionik

Dalam kondisi normal konsentrasi Natrium dalam


kalium dalam sel neuron tinggi elektrolit dalam
sehingga dapat di lalui dengan kondisi rendah
mudah oleh kalium

Semua sumber ion

Melepas muatan listrik

Meluas ke seluruh sel

Sumber energi otak Peningkatan kebutuhan O2

Peningkatan metabolisme
Resiko Trauma Resiko Injury/
fisik b.d koordinasi Kejang Demam cedera b.d adanya
otot kejang

Hipertermi b.d proses Ketidakseimbangan Defisiensi


penyakit nutrisi kurang dari pengetahuan keluarga
kebutuhan tubuh b.d b.d kurang informasi
hilangnya nafsu makan
19

2.1.7. Komplikasi

Kerusakan sel otak yaitu meningitis adalah sebuah kondisi

ketika selaput (meningitis) yang mengelilingi system saraf pusat,

yaitu otak dan sum-sum tulang belakang mengalami peradangan

sehingga menyebabkan kecerdasan dan perkembangan tidak

optimal.Kelumpuhan terjadi pada penderita yang mengalami

demam kejang yang lama (berlangsung ≥ setengah jam) baik

bersifat umum maupun kejang fokal.Dan penurunan IQ pada anak

yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau

kelainan neurologic ditemukan IQ yang lebih rendah, menyebabkan

gangguan belajar dan tingkah laku tidak terbukti muncul pada anak

dengan riwayat kejang (8).

Kejang demam dapat mengakibatkan :

1. Komplikasi sangat jarang ditemui setelah kejang demam.

2. Kecacatan atau gangguan neurologis, gangguan perkembangan,

dan kematian pun belum pernah dilaporkan.

3. Epilepsi dapat terjadi, tetapi jarang (hanya pada sekitar 4% kasus,

terutama jenis kejang demam kompleks).


20

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang

1. Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota

keluarga lainnya (ayah, ibu atau saudara kandung).

2. Keluhan pemeriksaan saraf (neurologis): Tidak didapatkan

kelainan pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan rutin tidak

dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber infeksi atau

mencari penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah).

3. Pemeriksaan Rongent/X Ray (Radiologi): X-ray kepala, CT Scan

kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi.

4. Pemeriksaan cairan otak (cairan serebrospinal (CSS): Tindakan

fungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk

menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis

(infeksi otak).

Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan fungsi

lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bayi < 12 bulan: diharuskan

b. Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan

c. Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda

menigitis
21

d. Pemeriksaan rekam otak (EEG): tidak direkomendasikan,

kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang

demam komplikasi pada anak usia> 6 tahun atau kejang demam

fokal) (3).

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosinya baik

dan tidak perlu menyebabkan kematian. Angka kejadian berbeda-

beda tergantung dari cara penelitiannya mendapat 6%. Sedangkan

dari golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9% yang

menjadi epilepsi, dan golongan epilepsi yang diprovokasi oleh

demam ternyata 97% menjadi epilepsi. Risiko yang akan dihadapi

oleh seorang anak sesudah menderita kejang tergantung dari faktor:

a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

b. Kelainan dalam perkembangan atau kelianan saraf sebelum balita

menderita kejang demam.

c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut diatas, maka

di kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam

sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 bila hanya terdapat 1

atau tidak sama sekali. Faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa

demam hanya 2-3% saja.Hemiparesis biasanya terjadi pada pasien

yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik

bersifat umum atau fokal.Kelumpuhannya sesuai dengan kejang


22

fokal yang terjadi.Mula-mula kelumpuhan bersifat flaksid, tetapi

setelah 2 minggu timbul spasitas (1).

2.1.9. Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan medis (5)

Penatalaksanaan yang dilakukan saat pasien di rumah sakit antara

lain:

a. Saat timbul kejang maka penderita diberikan diazepam

intravena secara perlahan dengan panduan dosis untuk berat

badan yang kurang dari 10 kg dosisnya 0,5-0,75 mg/kg BB,

di atas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan

adalah 0,3 mg/kg BB. Dosis rata-rata yang diberikan adalah

0,3 mg/kg BB/kali pemberian dengan maksimal dosis

pemberian 5 mg pada anak kurang dari 5 tahun dan maksimal

10 mg pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pemberian

tidak boleh melebihi 50 mg persuntikan.

b. Setelah pemberian pertama diberikan masih timbul kejang 15

menit kemudian dapat diberikan injeksi diazepam secara

intravena dengan dosis yang sama. Apabila masih kejang

maka di tunggu 15 menit lagi kemudian diberikan injeksi

diazepam ketiga dengan dosis yang sama secara

intramuskuler.
23

c. Pembebasan jalan nafas dengan cara kepala dalam posisi

hiperektensi miring, pakaian dilonggarkan, dan pengisapan

lendir.

d. Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi

jaringan.

e. Pemberian kompres air es untuk membantu menurunkan suhu

tubuh dengan metode konduksi yaitu perpindahan panas dari

derajat yang tinggi (suhu tubuh) ke benda yang mempunyai

derajat lebih rendah. Kompres diletakkan pada jaringan

penghantar panas yang banyak seperti anyaman kelenjar

limfe di ketiak, leher, lipatan dada, serta area pembuluh darah

yang besar seperti leher. Tindakan ini dapat dikombinasikan

dengan pemberian antipiretik seperti prometazon 4-6 mg/ kg

BB/hari (terbagi dalam 3 pemberian).

f. Apabila terjadi peningkatan tekanan intrakranial maka perlu

diberikan obat-obatan untuk mengurangi edem otak seperti

deksametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan

membaik. Posisi kepala hiperektensi tetapi lebih tinggi dari

anggota tubuh yang lain dengan cara menaikkan tempat tidur

bagian kepala lebih tinggi kurang lebih 15˚ (posisi tubuh pada

garis lurus).
24

g. Untuk pengobatan setelah pasien bebas dari kejang pasca

pemberian diazepam, maka perlu diberikan obat fenobarbital

dengan dosis awal 30 mg pada neonatus, 50 mg pada anak

usia 1 bulan - 1 tahun, 75 mg pada anak usia 1 tahun keatas

dengan teknik pemberian intramuscular.

h. Pengobatan penyebab karena yang menjadi penyebab

timbulnya kejang adalah kenaikan suhu tubuh akaibat infeksi

seperti di telinga, saluran pernafasan, tonsil maka

pemeriksaan kultur jaringan, pemeriksaan gram bakteri serta

pemeriksaan penunjang lain untuk mengetahui jenis

mikroorganisme yang menjadi penyebab infeksi sangat perlu

dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilih jenis

antibiotic yang cocok diberikan pada pasien anak dengan

kejang demam.(7).

2. Pengobatan Profilaksis Jangka Panjang

a. Pencegahan Berkala (Intermiten)

Untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/kg

BB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak menderita

penyakit yang disertai demam.

b. Pencegahan Kontiniu

Untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-

40 mg/kg BB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis.(5).


25

3. Pengobatan Profilaksis Jangka Pendek

a. Pengobatan profilaksis jangka pendek untuk menurunkan

demam dengan pemberian obat antiretika seperti

paracetamol 10 mg/kg/BB dosis melalui oral atau minum.

b. Bisa juga dengan pemberian obat jenis ibuprofen 5-10

mg/kg/BB dosis PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari.

c. Pemberian kompres sebaiknya dilakukan dengan segera bila

suhu > 39˚C lakukan kompres dengan air hangat, bila suhu >

38˚C cukup melakukan kompres dengan air biasa.

d. Pemberian diazepam juga bisa diberikan secara oral dengan

dosis 0,3-0,5 mg/kg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis saat anak

demam.
26

2.1.10 Tumbuh Kembang Anak

1. Tumbuh Kembang Intelektual

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat

mereaksirangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas

belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan

kognitif, seperti membaca, menulis, dan menghitung. Pada usia

sekolah daya pikirnya mudah berkembang kearah berpikir konkret

dan rasional (dapat diterima akal). Piaget menamakannya sebagai

masaoperasi konkret (berkaitan dengan dunia nyata).

Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan

baru, yaitu mengklasifikasi (mengelompokkan), menyusun atau

mengasosiasikan (menghubung atau menghitung) angka-angka atau

bilangan.Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka),

seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan

membagi.Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki

kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang

sederhana.Untuk mengembangkan daya nalarnya, orang tua dapat

melatih anak dengan mengungkapkan pendapat, gagasan atau

penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun

peristiwa yang terjadi di lingkungan.

2. Tumbuh Kembang Bahasa


27

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam

pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana

pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, istirahat

atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang,

gambaran atau lukisan. Dengan bahsa semua manusia dapat

mengenal dirinya, sesame manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan,

dan nilai-nilai moral atau agama.

Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi

perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut:

1. Proses menjadi matang. Dengan kata lain anak itu menjadi matang

(organ-organ suara/ bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.

2. Proses belajar, yaitu berarti bahwa anak yang telah matang untuk

berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan

mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.

Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-

kanak sehingga pada usia anak memasuki sekolah dasar, sudah

sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang lebih sempurna,

dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun serta

mengajukan pertanyaan.

3. Tumbuh Kembang Sosial


28

Perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan

moral (agama). Perkembangan sosial pada anak sekolah dasar

ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan

keluarga anak juga mulai membentuk ikatan baru dengan teman

sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya

telah bertambah luas.

4. TumbuhKembang Emosi

Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa

pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat.

Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan

mengontrol ekspresi dan emosinya.Kemampuan mengontrol emosi

diperoleh anak melalui peniruan dan latihan. Dalam proses peniruan,

kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah

berpengaruh, apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga

yang suasana stabil emosionalnya, maka tumbuhkembang emosi

anak cenderung stabil.

5. Tumbuh Kembang Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar atau

salah dan baik atau buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga.

Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi

lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep


29

moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya,

karena informasi yang diterima anak mengenai benar atau salah

danbaik atau buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya

dikemudian hari.

6. Tumbuh Kembang Penghayatan Keagamaan

Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses

pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan

hal tersebut, pendidikan agama disekolah dasar mempunyai peranan

yang sangat penting.Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran,

pembiasaan, dan pemahaman nilai-nilai disekolah dasar harus

menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam pendidikan di

sekolah, bukan hanya guru agama tetapi juga kepala sekolah dan

guru-guru lainnya.

7. Tumbuh Kembang Motorik

Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang,

maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan

baik.Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau

minatnya.Pada masa ini perkembangan motorik anak ditandai

dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah.Oleh

karena itu, masa ini merupakan masa yang ideal untuk belajar

keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis,

menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenang, main bola,

dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu


30

faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang

pengetahuan maupun keterampilan.

2.1.11 Penilaian Berdasarkan Format Denver II

1. Pengertian

Danver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari denver

Development Screening Test ( DDST ) dan Revisied Denver Developmental

Screening Test ( DDST-R ). DDST adalah metode skring terhadap kelainan

perkembangan anak.Waktu yang dibutuhkan antara 15 - 20 menit.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari DDST II antara lain sebagai berikut :

a. Mendeteksi dini perkembangan anak

b. Menilai dan memantau perkembangan anak sesuai dengan usia ( 0

– 6 thun)

c. Salah satu antisipasi bagi orang tua

d. Identifikasi perhatian orangtua dan anak tentang perkembangan

mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak

e. Mengajarkan prilaku yang tepat sesuai usia anak

3. Aspek perkembangan yang dinilai


31

Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebagai

berikut:

a. Personal social ( perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus )

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi

melakukan koordinasi yang cermat.

c. Language ( bahasa )

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan.

d. Gross motor ( gerakan motorik kasar )

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

4. Pelaksanaan DDST II ( Margaglio T, 1991 )

Tahap pengkajian

a. Kaji pengetahuan keluarga/ anak mengena DDST II

b. Kaji pengetahuan tentang tumbang normal dan riwayat sosial

c. Tentukan/ kaji ulang usia kronologis anak

d. Tanda item penilaian


32

1) O = F ( Fail/ gagal) : Bila anak tidak mampu melakukan uji coba

dengan baik, ibu/pengasuh member laporan anak tidak dapat

melakukan tugas tugas dengan baik

2) M = R ( Refusal/ menolak ) : Anak menolak untuk uji coba.

3) V = P ( Pass/lewat) : Apabila anak dapat melakukan uji coba

dengan baik, ibu/ pengasuh member laporan tepat/ dapat

dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.

4) No = No Opportunity : Anak tidak punya kesempatan untuk

melakukan uji coba karena ada hambatan, uji coba yang dilakukan

orang tua.

5. Cara pemeriksaan DDST II

a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang

akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari waktu satu bulan dan 12

bulan untuk satu tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari

15 hari dibulatkan kebawah, jika sama dengan atau lebih dari 15

hari dibulatkan ke atas

b. Buat garis lurus dari atas sampai bawah berdasarkan umur

kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan

pada formulir

c. Uji semua item dengan cara :

1) Pertama pada tiap sector, uji 3 item yang berada disebelah kiri

garis umur tanpa menyentuh batas usia

2) Kedua uji item yang berpotongan pada garis usia


33

3) Ketiga item sebeah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai

anak gagal

4) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P

dan berapa yang F. berdasarkan pedoman, hasil tes

diklarisifikasikan dalam : Normal, Abnormal, Meragukan dan

tidak dapat dites.

a) Abnormal

 Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor

atau lebih

 Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih

keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1

keterlambatan dan pada sector ang sama tersebut tidak ada

yang lulus pada kontak yang berpotongan dengan garis

vertical usia.

b) Meragukan

 Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

 Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan

dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada

kontak yang berpotongan dengan garis vertical usia

c) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes

menjadi abnormal atau meragukan.


34

d) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas

6. Interpretasi dari nilai Denver II

a. Advanced : bila anak mampu melaksanakan tugas pada item

disebelah kanan garis umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih

tua dari usia tersebut.

b. Normal : bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan

garis umur, lulus/ gagal/ menolak pada item antara 25-75% ( warna

putih ).

c. Caution : Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/ menolak pada

item antara 75-100% ( warna hijau )

d. Delay : Gagal/ menolak item yang ada disebelah kiri dari garis

umur.(14)
35

2.1.12 Penatalaksanaan keperawatan

1.Pengkajian

Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :

Data subjektif

Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang

tua pelu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi

nama,umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat

Riwayat kesehatan:

a. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan sekarang sehingga klien datang ke

RS( panas dan kejang-kejang )

b. Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan penjelasan tentang kronologis keluhan yang

membawa klien datang ke RS

c. Riwayat kesehatan masa lalu

- Pra natal

- Natal (untuk bayi/ anak yang masih kecil)

- Post Natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)

- Penyakit waktu kecil (gejala dan penanganannya)

- Pernahdirawat di RS

- Obat-obatan yang digunakan (pernah/ sedang digunakan)

- Riwayatalergi

- Riwayat imunisasi
36

- Polanutrisi yang diberikan

d. Riwayat kesehatan keluarga

- Penyakit yang pernah/ sedang diderita oleh keluarga (baik

berhubungan/ tidak berhubungan dengan penyakit yang

diderita pasien)

- Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol

dan 3 generasi)

e. Riwayat imunisasi

Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum

ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi

f. Riwayat perkembangan

Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :

- Personal sosial ( kepribadian/ tingkah laku sosial ) :

berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi,

dan berinteraksi dengan lingkungan

- Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan

anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan

otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat,

misalnya memegang sesuatu benda, dan lain-lain

- Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan

dan sikap tubuh


37

- Bahasa : Kemampuan memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan

g. Riwayat sosial

- Untuk mengetahui prilaku anak dan keadaan emosionalnya

perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak ?

- Bagaimana hubungan dengan anggote keluarga ?

h. Pola nutrisi

- Makanan apa yang disukai dan yang tidak ?bagaimana

selera makan anak ?

i. Pola eliminasi

- BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, bagaimana

warnanya, dan bau

- BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, bagaimana

konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir ?

j. Pola aktivitas dan latihan

- Apakah anak senang bermain ?

- Aktivitas apa yang disukai ?

k. Pola tidur/ istirahat

- Berapa jam sehari tidur

- Kebiasaan sebelum tidur


38

2.Diagnosa Keperawatan

Diagnosapadapasien kejang demam menurut NANDAantaralain(5):

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan hilangnya nafsu makan

c. Defisiensi pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang

informasi tentang proses penyakit

d. Risiko Trauma fisik berhubungan dengan koordinasi otot

e. Resiko Injury/ cedera berhubungan dengan adanya kejang

3.RencanaTindakan Keperwatan

A. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Kriteriahasil:

1. Suhu tubuh dalam rentang normal

2. Nadi dan RR dalam rentang normal

3. Tidakadaperubahanwarnakulitdantidakadapusing

Intervensi:

1. Monitor TTV

2. Monitorwarnakulit

3. Monitor WBC, Hb, danHct

4. Monitor intake dan output cairan

5. Kompreshangatpada dahi, aksila dan lipatanpaha

6. Tingkatkan sirkulasi udara


39

B. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan hilangnya nafsu makan

Kriteriahasil:

1. TTVdalamrentang yang diharapkan

2. Tidak ada tanda-tandapeningkatanintracranial

3. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang baik

Intervensi:

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

3. Memonitor mual dan muntah

4. Memonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan

konjungtiva

5. Memonitor intake nutrisi

6. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat

nutrisi

C. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kongnitif,

interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk

mencari informasi

Kriteriahasil:

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang

penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan


40

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya

Intervensi:

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien

2. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada

penyakit, dengan cara yang tepat

3. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

4. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

5. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan

cara yang tepat

6. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat

7. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

D. Risiko Trauma fisik berhubungan dengan koordinasi otot

Kriteriahasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … klien tidak

mengalami trauma dengan

Kiteria hasil :

1. Pesien terbebas dari trauma fisik


41

Intervensi:

1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

2. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

3. Mengontrol lingkungan dari kebisingan

4. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

E. Resiko Injury/ cedera berhubungan dengan adanya kejang

Kriteria hasil :

1. Klien terbebas dari cedera

2. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury

3. Mampu mengenali perubahan status kesehatan

Intervensi :

1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan

kondisi fisik

2. Memberikan penerangan yang cukup

3. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau

pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan

penyebab penyakit

4.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,

adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan.


42

a. Tindakan keperawatan mandiri

Tindakan yang dilakukan tanpa pesan dari dokter.Tindakan

keperawatan mandiri dilakukan oleh perawat.Misalnya menciptakan

lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.

b. Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan

anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan

bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien (6).

5.Evaluasi Keperawatan

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien

terhadapt indakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian

tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan

klien.Penekanannya adalah pada hasil klien.

Perawat mengevaluasi apakah prilaku klien mencerminkan suatu

kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan.(12)

Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu:

S : Data subjektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O : Data objektif merupakan tanda klinik dan fakta yang

berhubungan dengan diagnose keperawatan

A : Analisis dan diagnosa

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan

datang dari intervensi


43

6.Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau

tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu

yang berwenang (12)

Anda mungkin juga menyukai