Isi PBL SK 3 Blok 1.3
Isi PBL SK 3 Blok 1.3
a. Skenario
SKENARIO 3
“Masa Pertumbuhan”
b. Klarifikasi Istilah
STEP 1
d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Hormon Tiroid :
-Menstimulasi konsumsi O2 dan memperbesar pengeluaran energi
-Dapat meingkatkan metabolisme tubuh
-Merangsang petumbuhan sel
-Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak pada masa janin
-Merangsang produksi GH
2. GH :
-Merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak
-Merangsang regenerasi sel
-Mengurangi pengendapan lemak dan meningkatkan protein otot
3. Tiroid
- Dari tirosin yang ada di trigolobulin → digabung dengan iodida dalam sel
folikel→ dikatalis oleh enzim tiroperoksidase → menghasilkan
monoidotirosin dan diodotirosin.
1 MIT + 1 DIT = T3 (triodotironin)
1 DIT + 1 DIT = T4 (tehraioditironin)
3
4. GH dan Tiroid
- Merangsang sistem saraf pusat, dapat meningkatkan kecepatan berfikir.
- Hormon tiroid : menunjang fungsi setiap sel
- Mengatur dan menjaga aktivitas SSP
8. Kekurangan :
- Diare
- Penurunan berat badan
- Rambut rontok
- Tremor
- Hipertirodism : pertumbuhan lebih cepat
Kelebihan
- Hipotirodism : pertumbuhan terlambat
- Mudah lelah
- Sulit konsentrasi
- Kulit kering
- Depresi
- Rambut kering
- Kolesterol meningkat
e. Sistematika Masalah
STEP 4
1. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan :
- Testoteron
- Progesteron
- ACTH
- LH
- Insulin
- Ghrelin
- TRL
- Somatotrofik
4. GH dan Tiroid
- Merangsang sistem saraf pusat, dapat meningkatkan kecepatan berfikir.
- Hormon tiroid : menunjang fungsi setiap sel
- Mengatur dan menjaga aktivitas SSP
hormon tiroid
- Merangsang pembentukan sel darah
- Merangsang endokrin lain seperti, paratiroid, glukotiroid adenal, adrenal
kortriuotropi
Peta Konsep
Hipofisis
Tiroid GH
-LH -ADH
-ACTH -Oksitosin
-GH
Umpan Balik Umpan Balik
Positif Negatif -TSH
-MSH
7
f. Sasaran Belajar
STEP 5
1. Makroskopis dari Master of Gland (Hipofisis), Hipotalamus serta struktur
makroskopis yang menyertainya.
2. Mikroskopis dari Hipofisis, Adrenal, Tiroid dan Paratiroid
3. Fungsi Hipofisis dan Hipotalamus
4. Mekanisme kerja, sekresi, sintesa dan trasport dari hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan (Absorpsi) :
- Tiroid
- GH
- ACTH
- PTH
5. Regulasi sekresi hormon (feedback)
g. Belajar Mandiri
STEP 6
Belajar mandiri
h. Penjelasan
8
STEP 7
1. Struktur Makroskopis
A. Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau pituitary, adalah kelenjar endokrin kecil yang
terletak di rongga tulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus. Hipofisis
dihubungkan dengan hipotalamus oleh sebuah tangkai penghubung tipis.
(Sherwood, 2014)
Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar kecil dengan diameter kira-kira 1
cm dan berat 0,5 sampai 1 gram terletak di sela tursika, rongga tulang pada
basis otak, dan dihubungkan dengan hipotalamus oleh tangkai pituitary
(atau hipofisis). Secara fisiologis, kelenjar hipofisis dapat dibagi menjadi
dua bagian yang berbeda: hipofisis anterior yang dikenal juga sebagai
adeohipofisis dan hipofisis posterior yang juga dikenal sebagai
neurohipofisis. Diantara kedua bagian ini terdapat daerah kecil, yang relatif
avaskuler yang disebut pars intermedia, yang pada manusia tidak terlalu
berkembang tetapi pada beberapa jenis hewan tingkat rendah ukurannya
lebih besar dan lebih berfungsi. (Guyton, 2011)
Secara embriologi, kedua bagian hipofisis berasal dari dua sumber yang
berbeda. Hipofisis anterior berasal dari kantong Rathke, yang merupakan
invaginasi epitel faring saat pembentukan embrio dan hipofisis posterior
berasal dari penonjolan jaringan saraf hipotalamus. Asal mula hipofisis
anterior dari epitel faring dapat menjelaskan sifat epiteloid selnya,
sedangkan asal mula hipofisis posterior dari jaringan neural dapat
menjelaskan adanya sejumlah tipe glia dalam kelenjar ini. (Guyton, 2011)
Gambar Kelenjar
Hipofisis (Guyton,
2011)
9
B. Hipotalamus
11
Bagian posterior :
13
- Nukleus dorsomedialis
- Hipotalamus posterior
- Nukleus periforniks
- Nukleus ventromedialis
- Badan mamilaris
- Nukleus arkuatus dan zona periventrikularis
- Area hipotalamus lateral
Bagian Anterior :
- Nukleus paraventrikularis
- Area preoptik medial
- Area preoptik posterior dan hipotalamus anterior
- Kiasma optikum
- Nukleus supraoptikum
- Infundibulum
(Guyton, 2011)
tetapi satu neuron hanya dapat menghasilkn salah satu dari kedua hormon
ini. Hormon yang disintesis dikemas dalam granula sekretorik yang
diangkut oleh motor molekular menuruni sitoplasma akson dan disimpan
diteminal neuron hipofisis posterior. Setiap ujung saraf ini menyimpan
vasopresin atau oksitosin. Karena itu, hormon-hormon ini dapat dikeluarkan
secara independen sesuai kebutuhan. Akibat sinyal stimulatorik ke
hipotalamus, vasopresin atau oksitosin dilepaskan dalam darah sistemik dari
hipofisis posterior melalui proses eksositosis granula sekretorik yang sesuai.
Pelepasan hormon ini terjadi sebagai respons terhadap potensial aksi yang
berasal dari badan sel hipotalamus dan merambat ke ujung saraf hipofisis
posterior. Seperti pada neuron lainnya, potensial aksi dihasilkan di neuron
neurosekretorik ini sebagai respons terhadap sinyal sinaptik ke badan sel
saraf. (Sherwood, 2014)
C. Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui sebuah
istmus yang sempit. Organ ini terletak diatas permukaan anterior kartilago
tiroid trakea, tepat di bawah laring. Folikel unit fungsional kelenjar tiroid.
Setiap folikel ditutup sebuah lapisan sel-sel folikular epitelial tunggal, yang
membungkus suatu rongga sentral. Epitelium folikular berbentuk kolumnar
jika distimulasi TSH dan berbentuk kuboidal jika kelenjar tidak aktif.
Rongga folikel berisi koloid, yang tersusun terutama dari protein globular
tiroglobulin. (Sloane, 2015)
a. Tiroglobulin adalah bentuk cadangan hormon tiroid
b. Tiroglobulin juga berfungsi dalam sintesis hormon tiroid
Sel parafolikular yang jumlahnya sedikit (sel C), yang mensekresi
kalsitosin, terdapat dalam ruang interfolikular dan diantara sel-sel folikel.
Kalsitonin menurunkan konsentrasi kalsium dalam darah. (Sloane, 2015)
15
Gambar
Kelenjar
Tiroid
(Sherwood,
2014)
Kelenjar
tiroid ini tampak seperti dasi kupu-kupu, kelenjar bahkan terletak ditempat
yang sesuai untuk dasi kupu-kupu, berada di leher di atas trakea tepat
dibawah laring. Kelenjar tiroid sering digambarkan dengan bentuk yang
Gambar
Inervasi dan
Vascularisas
i Tiroid
(Waschke, J
and F.
Paulsen,
2012)
16
D. Paratiroid
E. Kelenjar Adrenal
2. Struktur Mikroskopis
A. Hipofisis
19
C. Tiroid
D. Kelenjar Adrenal
Korteks adrenal dibagi lagi menjadi tiga zona konsentrik. Tepat di bawah
kapsul jaringan ikat adalah zona glomerulosa. Sel di zona glomerulosa
tersusun menjadi kompleks yang berbentuk lonjong dan dikelilingi oleh
banyak kapiler sinusoid. Sitoplasma sel berwarna merah muda dan
mengandung beberapa butiran lemak. (Eroschenko, 2015)
Lapisan sel di tengah dan memucat lebar adalah zona fasciculata. Sel zona
fasciculata tersusun dalam kolom vertikal atau lempengan radial.
Banyaknya butiran lemak di dalam sitoplasma menyebabkan sel zona
fasciculata terlihat terang atau bervakuol pada sediaan histologik normal.
Kapiler sinusoid di antara kolom sel juga berjalan vertikal atau radial.
(Eroschenko, 2015)
Lapisan sel ketiga dan paling dalam adalah zona reticularis. Lapisan sel ini
berbatasan dengan medula adrenal. Sel di zona reticularis membentuk pita
(korda) yang saling berhubungan dan dikeliling oleh kapiler sinusoid.
(Eroschenko, 2015)
Batas medula dengan korteks tidak berbatas tegas. Sitoplasma sel sekretorik
medula terlihat jernih. Setelah fiksasi jaringan dalam kalium bikromat, yaitu
reaksi kromafin, granula coklat yang halus menjadi kelihatan di sel-sel
medula. Granula ini menunjukkan adanya katekolamin epinefrin dan
norepinefrin di dalam sitoplasma. (Eroschenko, 2015)
Medula juga mengandung neuron simpatis yang terlihat tunggal atau dalam
kelompok kecil. Neuron memperlihatkan inti vesikuler. Kapiler sinusoid
mengalirkan isi medula ke dalam pembuluh darah medula. (Eroschenko,
2015).
a. Fungsi Hipofisis
Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional yang
berbeda. Hipofisis anterior dan hipofisis posterior. Secara fungsional
hipofisis posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus.
25
b. Fungsi Hipotalamus
a. Tiroid
Pada penyekresian hormon tiroid, mula mula pada rangsangan yang sesuai,
sel folikel tiroid menelan sebagian koloid yang mengandung tiroglobulin
melalui proses fagositosis. Lisosom menyerang vesikel yang ditelan tersebut
29
Hormon tiroid mempunyai onset yang lambat dan masa kerja yang lama.
sesudah peyuntikan tiroksin dalam jumlah besar pada manusia, maka selama
2 sampai 3 hari tidak tampak efek pada laju metabolisme. Begitu aktivitas
tiroksin dimulai maka secara progresif aktivitas itu akan mengikat dan
mencapai keadaan maksimum dalam waktu 10-12 hari. Sebagian besar
periode laten dan periode pemanjangan kerja hormone ini disebabkan oleh
pengikatan hormone ini dengan protein yang ada didalam plasma dan sel-sel
jaringan, kemudian diikuti dengan pelepasan lambat. (Guyton, 2011)
b. Growth Hormone
30
(Sherwood, 2014)
Growth Hormone disekresikan dalam suatu pola pulsatile meningkat dan
menurun. Mekanisme yang mengatur sekresi growth hormone belum
sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor yang berikatan dengan
keadaan nutrisi pasien / berikatan dengan stress yang dapat merangsang
sekresi, diantaranya adalah kelaparan, hipoglikemi atau rendahnya
konsentrasi asam lemak dalam darah, dan olahraga. Bagian hipotalamus
yang menyebabkan sekresi GHRH (growth hormone realizing hormone)
kemungkinan sebagian besar pengaturan sekresi Growth Hormone lebih
diperantarai oleh GHRH daripada oleh somatostatin. (Guyton, 2011)
c. ACTH
Sekresi kotrisol oleh korteks adrenal diatur oleh sistem umpan-balik negatif
yang melibatkan hipotalamus dan hipofisis anterior. ACTH dari
kortikohipofisis anterior, bekerja melalui jalur cAMP, merangsang korteks
adrenal untuk menyekresikan kortisol. Karena bersifat tropik bagi zona
fasikulata dan zona retikularis, ACTH merangsang pertumbuhan dan sekresi
ke dua lapisan dalam korteks ini. Pada ketiadaan sejumlah ACTH yang
adekuat, lapisan ini mengerut dan sekresi kortisol menurun secara drastis.
Seperti kerja TSH pada kelenjar tiroid, ACTH meningkatkan banyak
langkah dalam sintesis kortisol. Sel penghasil ACTH nantinya hanya
mengeluarkan produknya atas perintah CRH (corticotrpin-releasing
hormone) dari hipotalamus, CRH merangsang korikotrop melalui jalur
cAMP. Lengkung kontrol umpan balik menjadi lengkap oleh efekin
hibisikortisol pada sekresi CRH dan ACTH masing – masing oleh
hipotalamus dan hipofis. (Guyton, 2011)
Seperti hormon hipofisis lain yang sekresinya diatur oleh faktor pelepas dari
hipotalamus, ACTH juga di atur oleh suatu faktor pelepas ini disebut faktor
pelepas kotikotropin (CRF). CRF disekresikan kedalam pleksus kapiler
utama dari sistem limbik dan batang otak bagian bawah. Bila tidak ada CRF
32
maka kelenjar hipofisis anterior ini hanya dapat menyekresi sedikit ACTH.
(Guyton, 2011)
d. PTH
kalsium dan fosfat. Tahap kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan
membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk
menjadi berkembang penuh. Fase ini disebabkan oleh adanya proliferasi
osteoklas, yang diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik
pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari
tulang. (Guyton, 2011)
5. Regulasi hormon
a. Umpan Balik Positif
Jika kadar zat hormon atau non-hormon dalam darah mengakibatkan
peningkatan sekresi pada kelenjar endokrin, mekanisme ini disebut sistem
umpan balik positif. (Sloane, 2015)
34
yang sesuai. Pengaturan umpan balik hormon dapat terjadi di semua tingkat,
yang meliputi tahapan translasi dan transkripsi gen yang terlibat dalam sintesis
hormon dan langkah yang terlibat dalam pengolahan hormon atau pelepasan
simpanan hormon. (Sherwood, 2014)
Gambar Rantai
Hierarki
Komando dan
Umpan Balik
Negatif Dalam
Kortisol
(Sherwood, 2014)
36
DAFTAR PUSTAKA