Anda di halaman 1dari 25

1

Skenario 5

Kebutuhan Energi

Seorang instruktur aerobik usia 27 tahun sering melatih senam aerobik 3x sehari.
Dia melakukan latihan untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tulangnya. Untuk
memenuhi kebutuhan energinya, dia selalu makan-makanan yang bergizi dan susu
mengandung Kalsium dan vitamin D.

STEP I

1. Vitamin D : Salah satu nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kadar


kalsium dan fosfat.
2. Kalsium : Mineral yang paling banyak dibutuhkan dalam penyusun
tulang
3. Gizi : Elemen yang terdapat pada makanan dan dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh.
4. Aerobik : Bentuk olahraga yang meningkatkan kebugaran tubuh.
5. Energi : Sumber potensi tenaga untuk melakukan aktifitas.
6. Instruktur : Pelatih

STEP II

1. Mengapa tubuh perlu menjaga kebugaran tubuh dan tulang ?


2. Bagaimanaa cara memenuhi energi tubuh kita ?
3. Bagaimana proses pengolahan energi dalam tubuh ?
4. Apa aja manfaat kalsium, Vitamin D dan gizi ?
5. Apa akibat bila kekurangan kalsium, vitamin D dan gizi ?
6. Apa perlu kalsium dalam kontraksi otot ?
7. Jumlah kalsium yang normal untuk manusia ?
8. Dari mana saja sumber Vitamin D ?
2

STEP III

1. A. Untuk mencegah datangnya penyakit.


B. Meningkatkan daya tahan tubuh.
C. Menghindari penyakit pada tulang.
2. Makanan yang berprotein
Makanan dan minuman 4 sehat 5 sempurna.
3. Metabolisme : anabolisme, katabolisme.
a) Glikolisis
b) Siklus lerobs
c) Oksidasi
d) Transpor elektron
e) Glikogenolisis
f) Glikogenesis
g) Glikoneogenesis
4. Manfaat kalsium, vitamin D, dan Gizi
a) Melenturkan otot
b) Mencegah osteoporosis
c) Menormalkan tekanan darah
d) Mencegah penyakit dan
e) Mencegah keram
5. Gizi :
a) menganggu pertumbuhan
b) Mengganggu perkembangan struktur dan fungsi otak
c) Menurunkan daya tahan tubuh
d) Produksi tenaga berkurang
e) Menimbulkan perilaku tidak tenang
Kalsium :
a) Nyeri otot persendian
b) Osteoporosis
c) Kekebalan tubuh berkurang
3

Vitamin D :
a) Berperan penting dalam penyerapan kalsium dan phospor
b) Menjaga kesehatan tulang dan gigi
6. Tropomiosin membuka troponin memicu menempelnya miosin menempel
pada sisi aktin binding site dan terjadi cross bridge (kontraksi)
7. 800 mg untuk dewasa dan 120 mg untuk ibu hamil dan menyusui
8. Bisa dari mineral dan Vitamin
Makanan Bergizi (susu, telor, minyak ikan, keju)

STEP IV

1. Sudah Jelas
2. Dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat,
lemak, protein, mineral, dan vitamin.
3. Penjelasan Glikolisis pada respirasi aerob dan anaerob
A. Glikolisis
Aerob, Glikolisis Terjadi di sitosol sedangkan siklus krebs terjadi di
mitokondria.
Mekanisme :
Glikolisis

Gambar 1.1 Glikolisis


4

Dekarboksilasi Oksidatif
Reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom C 3 buah menjadi senyawa
baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A)
Siklus Krebs

Transpor elektron

Gambar 3.1 Mekanisme Transpor elektron (Campbell, 2008)


5

Hasil respirasi aerob adalah 32 ATP


Pada anaerob, dihasikan laktat dan etanol serta tidak melalui
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron
B. Glikogenesis
Glikogenesis adalah proses pembentukan atau biosintesis glikogen yang
terjadi terutama di dalam hati dan otot.
C. Glikogenolisis
Glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa
yang terjadi terutama di hati dan otot.
D. Glikoneogenesis
Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari senyawa
bukan glukosa. (akan dijelaskan lebih lanjut di step 7)
9. Manfaat Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia.
Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada tulang dan
gigi. 1% kalsium terdapat pada darah, dan jaringan lunak. Tanpa kalsium yang 1%
ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah akan sulit membeku,
transmisi saraf terganggu, dan sebagainya.
10. Sudah Jelas
11. Dijelaskan lanjut pada sasbel No. 2
12. Sudah Jelas
13. Sudah Jelas
6

Mind Map

Kebutuhan Energi
Vit. D Hormo
n

Glikogenei Metabolisme
s Tulang
Metabolisme

Glikogenolisi Glikoneogenesi
s s
Glikolisis

Aerob Anaerob

STEP V

1. Proses Glikolisis (aerob dan anaerob), Glikogenolisis, Glikogenesis, dan


Glikoneogenesis ?

2. Mekanisme Kontraksi Otot ?

3. Peran Kalsium, Vitamin D dalam metabolisme tulang ?

4. Hormon yang berperan ?

STEP VI

Belajar Mandiri
7

STEP VII

1. A. Glikolisis
Glikolisis merupakan jalur metabolisme glukosa menjadi piruvat dan
laktat di sitosol semua mamalia. Hasil dari proses glikolisis aerob adalah 2
ATP + Asam Piruvat yang akan diteruskan pada proses dekarbokilasi
oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron sehingga nantinya akan
menghasilkan total 32 ATP. Sedangkan pada anaerob hasilnya 2 laktat + 2
ATP + 2 H2O serta etanol. Untuk mekanisme glikolisis adalah sebagai
berikut.
Pada keadaan aerob

Gambar 1.1 Proses Glikolisis (Murray, 2014)

Alur langkah glikolisis adalah sebagai berikut.


1. Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim
hexokinase. Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin trifosfat).
ATP yang telah melepaskan energi yang disimpannya akan berubah
menjadi ADP.
8

2. Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang dikatalisis


oleh enzim fosfohexosa isomerase.
3. Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini dibutuhkan
energi dari ATP.
4. Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi gliseraldehida 3-
fosfat (3 atom C) dan dihidroksi aseton fosfat (3 atom C). Reaksi tersebut
dikatalisis oleh enzim aldolase.

5. Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase. Enzim tersebut
bekerja bolak-balik, artinya dapat pula mengubah gliseraldehida 3-fosfat
menjadi dihdroksi aseton fosfat.

6. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-bifosfogliserat


oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan
terbentuk NADH.

7. 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim


fosfogliserat kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam bentuk
ATP.

8. 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim


fosfogliserat mutase.

9. 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.

10. Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim
piruvat kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam bentuk ATP.
(Murray, 2014)

Dekarboksilasi Oksidatif

Hasil dari proses glikolisis pada keadaan aerob akan diteruskan pada proses
Dekarboksilasi oksidatif yang akan mengubah asam piruvat menjadi asetil ko-A.
9

Tahap ini terjadi dalam beberapa reaksi yang dikatalisis oleh kompleks enzim
yang disebut piruvat dehidrogenase.

Tahap-tahap dalam dekarboksilasi oksidatif adalah sebagai berikut.

1. Gugus karboksilat (-COO) akan lepas dari asam piruvat menjadi CO2.
2. Sisa dua atom karbon dari piruvat dalam bentuk CH3COO- akan mentranfer
kelebihan elektronnya pada molekul NAD+ sehingga terbentuk NADH, dan
molekul dua atom karbon tersebut berubah menjadi asetat.
3. Pada akhirnya koenzim-A (ko-A) akan diikatkan pada asetat sehingga
membentuk asetil koenzim-A (asetil ko-A).
Hasil dari dekarboksilasi oksidatif adalah molekul asetil ko-A, NADH, dan CO2.
Satu molekul glukosa akan diubah menjadi dua molekul asam piruvat dalam
glikolisis, artinya proses dekarboksilasi oksidatif untuk untuk satu molekul
glukosa akan menghasilkan 2 molekul asetil ko-A, 2 NADH, dan 2 CO2.
(Sherwood, 2016)

Siklus Krebs
10

Pada siklus krebs dihasilkan 6 NADH + 2 FADH2 + 2 ATP, yang nanti akan
masuk pada mekanisme transpor elektron (Sherwood, 2016)

Transpor Elektron

Transfer elektron atau transpor elektron merupakan proses produksi ATP (energi)
dari NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron terjadi di membran dalam
mitokondria, yang dibantu oleh kelompok-kelompok protein yang terdapat pada
membran tersebut.

Gambar 1.2 Mekanisme Transpor elektron (Campbell, 2008)

Ketika diaktifkan, ATP sintase menyediakan 28 molekul ATP tambhan bagi


setiap molekul glukosa yang diproses. Riset terkini menunjukan bahwa sekitar 2,5
ATP disintesis saat sepasang elektron yang dilepaskan NADH melintasi seluruh
transpor elektron menuju molekul oksigen. Sepasang elektron yang dilepaskan
FADH 2 menempuh lintasan yang lebih pendek, membentuk sekitar 1,5 ATP.
Artinya, ada total 32 molekul ATP yang dihasilkan ketika sebuah glukosa terurai
sempurna dalam proses respirasi aerob yang meliputi : 2 ATP melalui glikolisis, 2
dari siklus krebs, dan 28 selama fosforilasi oksidatif (transpor elektron). ATP
selnjutnya diangkut keluar dari mitokondria menuju sitosol untuk digunakan
sebagai energi. (Sherwood, 2016)
11

Anaerob

Pada keadaan anaerob NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respirotik
dengan oksigen, sehingga piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang
dikatalisis oleh laktat dehidrogenase. (seperti gambar 1.1)

B. Glikogenolisis

Glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa yang


terjadi terutama di hati dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan
makanan hewan yang tersusun atas molekul glukosa yang disatukan dengan
ikatan α 1-4 glikosidik (untuk rantai lurus), dan ikatan α 1-6 glikosidik untuk
titik cabang. Glikogen merupakan polisakarida yang memiliki banyak sekali
percabangan, hal tersebut diperlukan agar glikogen dapat disimpan dengan
maksimal di dalam sel. Glikogen akan dipecah apabila kadar gula dalam
darah rendah dan ketika sedang berolahraga. Glikogenolisis dipicu oleh kerja
hormon adrenalin dan glukagon, berkebalikan dengan insulin yang akan
mempengaruhi pembentukan glikogen melalui glikogenesis. Proses
pemecahan glikogen melibatkan 3 jenis enzim yaitu glikogen fosforilase,
transferase, dan debranching enzyme. (Murray, 2014)

Proses glikogenolisis yang terjadi di dalam sel adalah sebagai berikut.

a) Enzim glikogen fosforilase akan menambahkan fosfat anorganik dan


membebaskan glukosa dalam bentuk glukosa 1-fosfat. Pemecahan ini
akan terus berlangsung hingga tersisa kurang lebih 4 residu glukosa dari
titik cabang.
b) Enzim transferase akan memindahkan 3 residu glukosa menuju ujung
cabang yang lain, proses ini akan menyisakan satu residu glukosa pada
titik cabang yang terikat dengan ikatan α 1-6 glikosidik.

c) Debranching enzyme atau enzim pemecah cabang (α 1-6 glukosidase)


akan membebaskan glukosa pada titik cabang dan melepaskannya
12

dalam bentuk glukosa (bukan glukosa 1-fosfat seperti pada reaksi


pertama).

d) Proses glikogenolisis berakhir pada tahapan diatas, namun hasil


pemecahan glikogen yang berupa glukosa 1-fosfat akan mengalami
proses lebih lanjut agar dapat berubah menjadi glukosa. (Murray, 2014)

Enzim fosfoglukomutase akan mengkatalisis reaksi isomerasi glukosa 1-


fosfat menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam hati dan ginjal glukosa 6-fosfat akan
mengalami pelepasan fosfat dan berubah menjadi glukosa. Namun di dalam
otot glukosa 6-fosfat akan langsung masuk reaksi glikolisis untuk diolah
menjadi energi dalam bentuk ATP. Glikogen yang dipecah di dalam hati
digunakan untuk mempertahankan kadar gula dalam darah tetap normal,
sedangkan glikogen dalam otot akan digunakan untuk memproduksi energi.
Hati mampu menyimpan glikogen sebesar 6% dari massa total hati,
sedangkan otot hanya mampu menyimpan kurang dari 1% dari massa otot
tersebut. (Murray, 2014)

C. Glikogenesis

Glikogenesis adalah proses pembentukan atau biosintesis glikogen yang


terjadi terutama di dalam hati dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan
cadangan makanan yang dibentuk dari molekul glukosa hasil pencernaan
makanan. Glukosa akan saling berikatan dengan ikatan α 1-4 glikosidik untuk
membentuk glikogen. Molekul glikogen tersusun bercabang-cabang agar
dapat tersimpan maksimal di dalam sel. Kelebihan kadar glukosa di dalam
darah akan memicu disekresikannya hormon insulin untuk memicu terjadinya
glikogenesis. Glikogen ini dapat dipecah lagi menjadi glukosa saat kadar
glukosa darah menurun seperti dalam keadaan lapar atau puasa. Glikogenesis
terjadi dengan cara penambahan molekul glukosa pada rantai glikogen yang
telah ada (disebut sebagai glikogen primer). Penambahan glukosa akan terjadi
secara bertahap, satu demi satu molekul glukosa akan memperpanjang
glikogen yang telah ada. (Murray, 2014)
13

Gambar 1.3 Regulasi Piruvat Dehidrogenase (Murray, 2014)

Proses glikogenesis di dalam tubuh adalah sebagai berikut.


a) Fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-fosfat, dikatalisis oleh
enzim glukokinase/hexokinase.
b) Berikutnya glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi
glukosa 1-fosfat, dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase.
c) Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri phosphate (UDP) menjadi
uridil di phosphate glukosa (UDP-glukosa), dikatalisis oleh enzim
glukosa 1-fosfat uridil transferase.
d) UDP-glukosa kemudian akan diikatkan pada rantai glikogen yang
sudah ada, dikatalisis oleh enzim glikogen sintase. Dalam proses ini,
atom C pertama dari UDP-glukosa diikatkan ke atom C keempat yang
ada pada rantai glikogen primer dan membentuk ikatan α 1-4 glikosidik.
e) Berikutnya enzim pembentuk cabang (branching enzyme) akan
memindahkan kurang lebih 6 residu glukosa pada salah satu residu
glukosa yang ada pada glikogen primer untuk membentuk titik cabang.
14

Enam residu gukosa tersebut akan diikatkan pada atom C nomor 6 pada
molekul glikogen primer.
f) Penambahan glukosa terus berlangsung pada kedua cabang hingga
semakin panjang dan akan terbentuk banyak cabang-cabang baru di
berbagai lokasi.
g) Glikogenesis akan berakhir apabila gula dalam darah telah mencapai
kadar yang normal. (Murray, 2014)

Proses pembentukan glikogen melalui glikogenesis merupakan langkah


penting dalam menjaga kadar gula dalam darah tetap normal.
Ketidakmampuan tubuh untuk menjalankan glikogenesis dengan wajar dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus dapat
menjadi penyakit yang berbahaya dan mematikan karena memicu berbagai
komplikasi seperti stroke, kerusakan jaringan, dan kebutaan. Ketika kadar
gula dalam darah rendah, tubuh akan melakukan proses pemecahan glikogen
untuk dibentuk menjadi glukosa kembali. Proses pemecahan glikogen
menjadi glukosa disebut dengan glikogenolisis.
Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum
pada biosintesis disakarida dan polisakarida. Pada jaringan tumbuhan,
disakarida sukrosa dihasilkan melalui reaksi kondensasi glukosa dan fruktosa
yang diawali proses glikogenesis. Dalam proses tersebut UDP-glukosa
bereaksi dengan fruktosa 6-fosfat dikatalisis oleh enzim sukrosa fosfat
sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat. Kemudian enzim sukrosa fosfatase akan
mengkatalisis sukrosa 6-fosfat menjadi sukrosa. (Murray, 2014)
D. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari senyawa
bukan glukosa. Glukoneogenesis memiliki peran penting dalam memenuhi
kebutuhan akan glukosa, terutama ketika tubuh tidak mendapat pasokan
glukosa yang cukup dari makanan. Glukosa merupakan molekul yang sangat
penting terutama bagi eritrosit (sel darah merah) dan sel saraf otak, karena
sel-sel tersebut tidak dapat menggunakan molekul lain sebagai sumber energi
(walaupun dalam keadaan kelaparan yang sangat panjang sel saraf otak
15

mampu menggunakan benda keton yaitu beta hidroksibutirat sebagai sumber


energi). (Sherwood, 2015)
Secara umum tahapan reaksi glukoneogenesis hampir sama dengan tahapan
reaksi glikolisis yang dibalik arahnya. Namun ada beberapa tahapan dalam
glukoneogenesis yang tidak sama dengan glikolisis dan memerlukan kerja
enzim-enzim yang berbeda. Perbedaan ini terjadi karena pada tahapan-
tahapan tersebut enzim yang terlibat tidak dapat bekerja secara bolak-balik.
Glikolisis merupakan reaksi yang menghasilkan energi, sedangkan
glukoneogenesis merupakan proses yang membutuhkan energi dalam bentuk
ATP.
Proses glukoneogenesis yang terjadi pada hati dan ginjal adalah sebagai
berikut.
a) Pengubahan piruvat menjadi oksaloasetat, dikatalisis oleh enzim piruvat
karboksilase.
b) (Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus
dikeluarkan menuju sitoplasma, namun molekul tersebut tidak dapat
melelui membran mitokondria sebeum diubah menjadi malat. Jadi
oksaloasetat akan diubah menjadi malat agar dapat keluar menuju
sitoplasma dan akan segera diubah kembali menjadi oksaloasetat).
c) Pengubahan oksaloasetat menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat
dehidrogenase. Malat keluar dari mitokondria menuju sitoplasma.
d) Di sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali yang dikatalisis
oleh enzim malat dehidrogenase.
e) Oksaloasetat kemudian akan diubah menjadi phospoenol piruvat,
dikatalisis oleh enzim phospoenolpiruvat karboksilase.
f) Phospoenol piruvat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat, dikatalisis oleh
enzim enolase.
g) 2-fosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat yang dikatalisis enzim
fosfogliseromutase.
h) 3-fosfogliserat kemudian diubah manjadi 1,3 bifosfogliserat yang
dikatalisis enzim fosfogliserokinase.
16

i) 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi gliseraldehida 3 fosfat, reaksi ini


dikatalisis oleh enzim gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase.
j) Gliseraldehida 3 fosfat dapat diubah menjadi dihidroksi aseton fosfat
(dengan reaksi yang dapat bolak-balik) yang dikatalisis oleh enzim
isomerase.
k) Gliseraldehida 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat akan disatukan dan
menjadi fruktosa 1,6 bifosfat yang dkatalisis enzim enolase.
l) Fruktosa 1,6 bifosfat akan diubah manjadi fruktosa 6 fosfat oleh enzim
fruktosa difosfatase.
m) Fruktosa 6 fosfat akan diubah menjadi glukosa 6 fosfat oleh enzim
fosfoglukoisomerase.
n) Dan terakhir glukosa 6 fosfat akan diubah manjadi glukosa yang dikatalisis
oleh enzim glukosa 6 fosfatase. (Murray, 2014)

Asam amino glukogenik seperti alanin, arginin, asparagin, sistein, glutamate,


histidin, metionin, prolin, serin, threonin, valin, dan triptofan dapat diubah
manjdai glukosa setelah terlebih dahulu diubah manjadi piruvat atau senyawa
antara yang lain. Asam laktat hasil oksidasi anaerob juga dapat diubah manjadi
glukosa setelah diubah manjdai oksaloasetat di dalam mitokondria. Gliserol hasil
metabolisme lemak juga dapat diubah manjadi glukosa setelah terlebih dahulu
diubah manjdai glisrol 3 fosfat kemudian manjadi dihidroksi aseton fosfat dan
langkah-langkah selanjutnya. (Murray, 2014)
17

2. Mekanisme Kontraksi Otot


Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap
berikut:
(1) Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke
ujungnya pada serabut otot .
(2) Di setiap ujung, saraf inenyekresi zat neurotransmiter, yaitu asetilkolin,
dalam jumlah sedikit.
(3) Asetilkolin bekerja pada daerah setempat pada membran serabut otot
untuk membuka banyak kanal kation "berpintu asetilkolin" melalui
molekul protein yang terapung pada membran.
(4) Terbukanya kanal berpintu asetilkolin memungkinkan sejumlah besar
ion\natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Hal ini
menyebabkan depolarisasi setempat yang kemudian menyebabkan
pembukaan kanal natrium berpintu listrik. (voltagegated sodium channels).
Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.
(5) Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan
cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serat
saraf.
(6) Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak
aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini,
potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah
besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum ini.
(7) Ion kalsium menginisiasi kekuatan menarik antara filamen aktin dan
miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama
lain, dan menghasillkan proses kontraksi.
(8) Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca+, dan ion ini tetap
disimpan dalam retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang
lagi; pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi
otot terhenti. (Sherwood, 2016)
18

Gambar 2.1 Penggabungan eksitasi-kontraksi dan relaksasi otot. (Sherwood, 2016)


19

3. Peran Kalsium, Vitamin D dalam Metabolisme Tulang


a. Peran Kalsium
Menurut Almatsier (2004), menyebutkan bahwa kalsium dalam tulang
mempunyai dua fungsi : (a) sebagai bagian integral dari struktur tulang, (b)
sebagai tempat menyimpan kalsium.
Proses pembentukan tulang dimulai pada awal perkembangan janin, dengan
membentuk matriks yang kuat, tetapi masih lunak dan lentur yang merupakan
cikal bakal tulang tubuh. Matriks yag merupakan sepertiga bagian dari tulang
terdiri atas serabut yang terbuat dari kolagen yang diselubungi oleh bahan gelatin.
Segera setelah lahir matriks mulai menjadi kuat dan mengeras melalui proses
kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral yang mengandung senyawa
kalsium. Kristal ini terdiri atas kalsium fosfat atau kombiasi kalsium fosfat dan
kalsium hidroksida dinamakan hidroksiapatit {(3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2}. Karena
kalsium merupakan mieral yang utama dalam ikatan ini, keduanya harus berada
dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang.
Batang tulang yang merupakan bagian keras matriks mengandung kalsium, fosfat,
magnesium, seng, natrium bikarbonat, dan fluor, selain hidroksipatit (Almatsier,
2004).
Selain itu, beberapa fungsi kalsium adalah sebagai berikut :
a) Eksitabilitas neuromuskulus. Variasi minor konsentrasi Ca2+ bebas di CES
dapat menimbulkan dampak yang besar dan segera pada sensitivitas jaringan
pekarangsang. Penurunan Ca2+ bebas menyebabkan saraf dan otot sangat
mudah terangsang; sebaliknya, peningkatan Ca2+ bebas menekan
eksitabilitas neuromusskulus. Efek-efek ini terjadi karena pengaruh Ca2+
pada permeabilitas membrane terhadap Na+. penurunan Ca2+ bebas
meningkatkan permeabilitas Na+ yang menyebabkan influks Na+ dan
bergesernya potensial istirahat mendekati ambang. Akibatnya, pada
hipokalsemia (Ca2+ darah yang rendah), jaringan peka-rangsang dapat
dibawa ke ambang oleh rangsangan fisiologis yang normalnya tidak efektif
sehingga otot rangka melepaskan muatan dan berkontraksi “secara spontan”.
Jika cukup parah, kontraksi spastik otot pernafasan menyebabkan kematian
20

akibat asfiksia. Hiperkalsemia (peningkatan Ca2+ darah) juga mengancam


nyawa karena menyebabkan aritma jantung dan penurunan umum
eksitabilitas neuromuskulus.
b) Penggabungan eksitasi-kontraski di otot jantung dan otot polos. Masuknya
Ca2+ CES ke dalam sel otot jantung dan otot polos, akibat peningkatan
permeabilitas Ca2+ sebagai respon terhadap suatu potensial aksi, memicu
mekanisme kontraksi. Kalsium juga dibutuhkan untuk penggabungan
eksitasi-kontraksi di serat otot rangka, tetapi dalam hal ini Ca2+ dibebaskan
dari simpanan Ca2+ intrasel sebagai respon terhadap potensial aksi.
c) Peningkatan Ca2+ sitosol di dalam sel otot menyebabkan kontraksi,
sementara peningkatan Ca2+ bebas dalam CES menurunkan eksitabilitas
neuromuskulus serta mengurangi kemungkinan kontraksi.
d) Penggabungan stimulus-sekresi. Masuknya Ca2+ ke dalam sel sekretorik,
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas terhadap Ca2+ sebagai
respons terhadap rangsangan yang sesuai, memicu pelepasan produk
sekretorik melalui proses eksositosis. Proses ini penting untuk sekresi
neurotransmitter oleh sel saraf serta untuk sekresi hormone hidrofilik oleh sel
e) Penggabungan eksitasi-sekresi. Pada sel β pancreas, masuknya Ca2+ dari
CES sebagai respons terhadap depolarisasi membran menyebabkan sekresi
insulin.
f) Pemeliharaan taut erat antara sel-sel. Kalsium membentuk bagian dari semen
intrasel yang menyatukan sel-sel tertentu secara erat.
g) Pembekuan darah. Kalsium berfungsi sebagai kofaktor dalam beberapa tahap
pada jenjang reaksi yang menyebabkan pembekuan darah. (Sherwood, 2016)
21

b. Peran Vitamin D
Vitamin D diproduksi oleh kulit melalui paparan sinar matahari, kemudian
mengalami 2 kali hidroksilasi oleh hepar dan ginjal. menjadi vitamin D yang
aktif, yaitu 1,25- dihidroksivitamin D [ 1,25 (OH)2D]. Akibat paparan sinar
matahari, provitamin D3 (7-dehidrokolesterol, 7-DHC), akan menyerap
radiasi ultraviolet B (UVB) sinar matahari pada tingkat energi 290-315 nm,
dan berubah menjadi previtamin D3. Sekali terbentuk, previtamin D3 akan
mengalami isomerisasi oleh panas dan berubah menjadi vitamin D3.
Kemudian vitamin D3, akan masuk kedalam sirkulasi dan berikatan dengan
protein pengikat vitamin D. Pada orang kulit berwarna dan orang tua,
produksi vitamin D oleh kulit akan berkurang, karena melanin merupakan
penahan sinar matahari yang sangat baik, sehingga fotosintesis vitamin D
akan berkurang, sedangkan pada orang tua, konsentrasi 7-DHC yang tidak
teresterifikasi juga berkurang. (Raff, 2011)
FUNGSI VITAMIN D
Fungsi vitamin D adalah peningkatan penyerapan Ca2+ di usus. Bentuk aktif
vitamin D, terlepas dari efeknya pada transport Ca2+, juga meningkatkan
penyerapan PO43-. Selain itu, vitamin D meningkatkan kepekaan tulang
terhadap PTH. Karena itu, vitamin D dan PTH saling bergantungan. Seperti
hormone steroid, vitamin D menjalankan efeknya dengan berikatan dengan
reseptor vitamin D (vitamin D receptor, VDR) di inti, dengan kompleks ini
mengatur transkripsi gen pada sel target dengan berikatan pada elemen
respons-vitamin D di dalam DNA.
Di tulang, 1,25(OH)2D akan menginduksi monocytic stem cells di sumsum
tulang untuk berdiferensiasi menjadi osteoklas. Setelah berdifirensiasi
menjadi osteoklas, sel ini akan kehilangan kemampuannya untuk bereaksi
terhadap 1,25(OH),D. Aktifitas osteoklas akan diatur oleh 1,25(OH)2D secara
tidak langsung, melalui osteoblas yang menghasilkan berbagai sitokin dan
hormon yang dapat mempengaruhi aktifitas osteoklas. 1,25(OH)2D juga akan
meningkatkan ekspresi fosfatase alkali, osteopontin dan osteokalsin oleh
osteoblas. Pada proses mineralisasi tulang, 1,25(OH)2D berperan menjaga
22

konsentrasi Ca dan P didalwn cairan ekstraseluler, sehingga deposisi kalsium


hidroksiapatit pada matriks tulang akan berlangsung dengan baik.
Di ginjal, 1,25(OH)2D, melalui VDR-nya berperan mengatur sendiri
produksinya melalui umpan-balik negatif produksinya dan menginduksi
metabolisms hortnon ini menjadi asam kalsitroat yang inaktif dan larut
didalam air. (Sherwood, 2016)

c. Hubunganya dengan Metabolisme Tulang

Tulang mengalami remodeling (metabolisme)

99% Ca2+ tubuh ada di tulang, tulang berdifusi sebagai depot penyimpanan
untuk Ca2+. Tulang merupakan suatu jaringan hidup yangterdiri dari matriks
ekstrasel organic atau osteoid yang dikeraskan oleh Kristal hidroksiapatit
yang terdiri dari endapan garam kalsium fosfat (Ca 3(PO4)2). Konstituen-
konstituen tulang terus menerus diperbaharui. Deposisi tulang (pembentukan)
dan resorpsi tulang (pengeluaran) dalam keadaan normal berlangsung
bersamaan sehingga tulang secara terus-menerus mengalami remodeling,
tulang manusia dewasa diganti seluruhnya setiap sekitar 10 tahun.
Remodeling tulag memiliki dua tujuan: (1) menjaga tulang agar tetap eektif
dalam fungsi mekanisnya, dan (2) membantu mempertahankan kadar Ca2+
plasma. (Sherwood, 2016)

Osteoblast mengeluarkan matriks organic ekstrasel tempat mengendapnya


Kristal Ca3(PO4)2. Osteosit adalah “pensiunan” osteoblast yang terperangkap
didalam dinding bertulang yang diendapkannya sendiri. Osteoklas menyerap
tulang didaerah sekitarnya. Osteoklas multinukleus dan besar melekat ke
matriks organic dan membentuk “membrane kerut” yang meningkatkan luas
area permukaannya yang berkontak dengan tulang. Setelah melekat,
osteoklas menyeleksi HCl secara aktif yang melarutkan Kristal Ca3(PO4)2 dan
enzim yang menguraikan matriks organic. Setelah menciptakan suatu rongga,
osteoklas bergerak pada tempat kerja yang berdekatan untuk menggali lubang
lainnya. Osteoblas bergerak ke dalam rongga yang kosong dan menyekresi
23

osteoid untuk mengisi lubangnya. Mineralisasi selanjutnya pada matriks


organic menghasilkan tulang baru menggantikan yang terlarut oleh osteoklas.
Karena itu, di tulang terjadi tarik-menarik sel secara terus menerus, dengan
osteoblast pembentuk tulang melawan upaya osicoklas menghancurka tulang.
Kedua sel pembentuk dan penghancur tulang ini, yang bekerja berdampigan,
secara terus menerus melakukan remodeling tulang. (Sherwood, 2016)

Osteoblas dan osteoklas berasal dari sumsum tulang. Osteoblast berasal dari
sel stroma, sejenis sel jaringan ikat di sumsum tulang, sementara osteoklas
berdiferensiasi dari makrofag, yaitu turunan monosit yang berada di jaringan.
Dalam suatu system komunikasi, osteoblast dan precursor-prekurs-or
imaturnya menghasilkan dua sinyal kimiawi yang mengatur perkembangan
dan aktifitas osteoklas dalam cara yang yang berlawanan ligan RANK dan
osteoprotegerin sebagai berikut :

a. Ligan RANK (RANKL) meningkatkan aktivitas osteoklas. Ligan RANK


brikatan dengan RANK suatu protein reseptor di permukaan membran
makrofag sekitar. Pengikatan ini memicu makrofag untuk berdiferensiasi
menjadi osteoklas dan membantunya hidup lebih lama dengan menekan
apoptosis. Akibatnya, resopsi tulang ditingkatkan dan massa tulang
berkurang.
b. Osteoblast sekitar dapat menyekresikan osteoprotegerin (OPG) yang
sebaliknya menekan aktivitas osteoklas. OPG yang disekresikan ke dalam
matriks berfungsi sebagai reseptor pengecoh yang berikatan dengan
RANKL. Dengan memperdayai RANKL sehingga menyebabkan tidak
dapat berikatan dengan reseptornya (RANK), OPG mencegah RANKL
mengaktifkan aktivasi osteoklas meresorpsi tulang. Akibatnya, osteoblast
penghasil matriks mengalahkan osteoklas menyerap tulang sehingga
massa tulang bertambah. Karenanya, keseimbangan antara RANKL dan
OPG adalah penentu penting densitas tulang. Jika osteoblast lebih banyak
RANKL, aktivitas osteoklas meningkat dan massa tulang berkurang. Jika
24

osteoblast lebih banyak menghasilkan OPG, aktivitas osteoklas berkurang


dan massa tulang bertambah. (Sherwood, 2016)

4. Hormon yang Berperan Dalam Metabolisme Tulang dan Keseimbangan Kalsium


Seperti yang sudah dijelaskan pada mekanisme diatas bahwa ada beberapa
hormon yang berperan, yaitu sebagai berikut :
a. Parathiroid Hormon (PTH), berfungsi meningkatkan penyerapan kalsium
tulang dan kalsium plasma, merupakan hormon utama yang bertanggung
jawab dalam regulasi keseimbangan kalsium.
b. Calcitonin, Hormon ini bersifat antagonis fisiologis dengan hormon PTH,
yaitu menurunkan penyerapan kalsium tulang dan kalsium plasma.
c. Sex Steroid (androgens and estrogens), Menstimulasi enzim Hidroxylase,
meningkatkan sintesis osteoprotegerin, serta menghasilkan penurunan masa
tulang.
d. Growth hormone and Insulin-like growth factor, berfungsi menstimulasi
sintesis tulang dan pertumbuhan tulang.
e. Thyroid hormone, meningkatkan penyerapan tulang.
f. Prolactin, Meningkatkan penyerapan kalsium dari ginjal dan enzim
hidroxylase
g. Glucocorticoids, meningkatkan penyerapan tulang dan menurunkan sintesis
tulang
h. Inflammatory cytokines, meningkatkan penyerapan tulang. (Raff, 2011)
25

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S..2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Campbell, Neil A. 2008. Biologi. Ed. 8.Jakarta, Erlangga.

Murray Robert K..et all.2014.Biokomia Harper.Edisi 29.Bab 12-21.EGC, Jakarta

Raff Hersel dan Levitsky M..2011.Medical physiology A System Approach.MC

Graw Hill Medical, Singapore

Sherwood L..2016.Fisiologi Manusia.Edisi 8.EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai