4.2 Pembahasan
4.2.1 Komposisi Umpan
Pada praktikum urea formaldehid perbandingan mol umpan
(formalin/urea) yang digunakan percobaan adalah 1,8 dimana perbandingan
umpan berada pada batas standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus
berada dalam range antara 1,25 – 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin
yang terbentuk memiliki kekentalan yang cukup. Larutan resin yang dihasilkan
berwarna putih keruh dengan kekentalan yang cukup sehingga mempermudah
analisis baik analisis densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Jika
perbandingan umpan berada dibawah dan diatas batas standar, larutan yang
dihasilkan akan encer. Hal ini dikarenakan formalin yang dipakai memiliki kadar
37% (sisanya air). Yang artinya air dalam larutan formalin lebih banyak.
29
4.2.2 Densitas dan viskositas resin
1.160
1.140
1.120
1.100
1.080
1.060
1.040
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t (s)
0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t (s)
30
memiliki nilai densitas yang meningkat namun kecil karena pengaruh pemanasan
sehingga reaktan telah terkonversi seiring bertambahnya waktu reaksi. Hal ini
menyebabkan resin/urea formaldehid yang terbentuk akan semakin banyak dan
menyebabkan larutan menjadi lebih kental, maka partikel–partikelnya pun
menjadi semakin rapat, kemudian dipengaruhi juga oleh temperatur yang dapat
mempercepat proses terjadinya reaksi pembentukan resin urea formaldehid.
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t (s)
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t (s)
31
Berdasarkan hasil yang diperoleh kadar formalin bebas dengan dilakukan
analisa seberapa banyak formalin yang telah bereaksi dengan urea dan
membentuk resin urea formaldehida.
Analisis kadar formalin bebas dapat dilakukan dengan cara titrasi dengan
menggunakan asam sulfat.
4.2.4 pH Reaksi
Pada percobaan ini pH reaksi berada pada pH 10 karena reaksi pembentukan
metilol harus dalam range pH 10-8, sehingga dilakukan penambahan buffer yang
bertujuan untuk menjaga pH reaksi agar tetap berlangsung dalam range pH 10-8.
Kondisi tersebut diperlukan agar reaksi metilolasi berlangsung sehingga harus
dilakukan pengontrolan pH. Dilakukan pengontrolan pH ini karena jika dalam
suasana basa kuat formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi
(ketidakseimbangan atau ketidak cocokkan bagian bagian penyusunnya) sehingga
akan terbentuk asam karboksilat dan alkohol. Asam karboksilat dan alkohol
tersebut merupakan produk yang tidak dinginkan.
32
Senyawa buffer yang digunakan adalah Na2CO3. Buffer bersifat menyangga
pH yang terdiri dari asam dan basa. Komponen asam berfungsi untuk menahan
kenaikan pH dan komponen basa berfungsi untuk menahan penurunan pH.
1.500
1.000
0.500
0.000
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t(s)
33
Untuk menentukan orde dapat dilihat dari regresi linear yang mendekati 1.
-1
Pada gambar 4.5 didapatkan harga k = 0,0077 menit dan regresi = 0,8403
dengan orde reaksi (n)=1 sedangkan pada grafik 4.6 didapat harga k = 0,2073
L/mol.menit dan regresi = 0,8263 dengan orde reaksi (n)=2. Nilai regresi yang
semakin besar menunjukan bahwa persamaan yang tertera pada grafik semakin
akurat. Karena nilai regresi pada grafik orde 1 lebih besar dari nilai regresi pada
grafik orde 2, maka reaksi pada percobaan ini berjalan pada orde 1 dan nilai
konstanta laju reaksi adalah 0,0077 L/mol.menit.
3.0000
2.5000
f(x) = 1.95 x + 0.12
2.0000 R² = 0.6
Nsp/Cr (mL/g)
1.5000
1.0000
0.5000
0.0000
0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 1.4000
Cr (g/mL)
34
35
4.2.7 Energi aktivasi dan pengaruh katalis
Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul –
molekul yang di dalam larutan bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat.
Energi aktivasi diatur oleh katalis. Katalis dapat mempercepat reaksi karena
katalis dapat menurunkan energi aktivasi. Katalis yang dipakai pada percobaan ini
adalah NH3, yaitu katalis NH3 yang sudah larut dalam air (NH4OH).
Pada percobaan ini diperoleh nilai energi aktivasi sebesar 11,72772
kJ/mol. Reaksi dengan penambahan katalis berlangsung lebih cepat karena energi
yang dibutuhkan untuk reaksi lebih kecil. Selain dapat menurunkan energi
aktivasi katalis juga berfungsi sebagai penyerap panas.
36
BAB V
KESIMPULAN
1. Perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Hal ini
dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk tidak kental dan tidak
encer.
2. Semakin lama waktu reaksi maka densitas resin dan viskositas resin akan
semakin besar.
3. Semakin lama proses polimerisasi berlangsung maka nilai kadar formalin
bebas akan semakin berkurang.
4. pH resin urea formaldehid yang dihasilkan berkisar 10 - 7.
5. Kadar resin terendah 22,7 % dan kadar resin tertinggi 97,7 %.
6. Dengan penggunaan katalis akan menurunkan Emergi Aktivasi dan
mempercepat waktu reaksi.
7. Energi aktivasi yang dihasilkan sebesar 11,72772 kJ/mol.
8. Resin yang dihasilkan memiliki berat molekul rata-rata 148225 gram/mol
dengan derajat polimerisasi 1645,299.
9. Faktor yang mempengaruhi polimerisasi kondensasi urea-formaldehid
yaitu temperature dengan T maksimal pada 85 (ºC.), katalis (NH3) dan non
katalis, nilai Ph, perbandingan umpan, buffer Na 2CO3, konsentrasi umpan,
dan laju reaksi.
10. Orde reaksi yang diperoleh sebesar 1 dengan konstanta laju reaksi 0,0077
L/mol.menit
37
DAFTAR PUSTAKA
38