Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

Percobaan pengeringan dengan menggunakan bahan Manihot esculenta atau


yang umumnya disebut singkong ini dilakukan pada 2 variasi ketebalan yaitu 0,8 cm
dan 0,4 cm dengan temperature 70°C. Temperature bola basah sebesar 23°C dan
temperature bola kering sebesar 31°C. Pada percobaan pengeringan ini dilakukan 2
analisa pada bahan yaitu analisa kadar air dan analisa laju pengeringan.

4. 1 Analisa Kadar Air pada Paprika Kuning


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data berat paprika
persatuan waktu yang ditampilkan dalam bentuk grafik dibawah ini:

Kurva Kandungan Air Bebas Paprika Kuning terhadap waktu pada


Temperatur 90°C
0.01
X (kg air/kg bahan padat)

0.01
0.01
0.01
0
0
0
0 50 100 150 200 250
waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik perubahan kadar air paprika kuning terhadap waktu pada temperatur
90°C
Kurva Kandungan Air Bebas Paprika Kuning terhadap Waktu pada
Temperatur 100°C
0.01
X (kg air/kg bahan padat)

0.01
0.01
0.01
0
0
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik perubahan kadar air paprika kuning terhadap waktu pada temperatur
100°C

Perubahan kadar air pada suatu bahan apabila dialirkan udara panas/pengering
secara terus menerus menyebabkan terjadinya perubahan massa yang terus berkurang,
hal ini disebabkan karena terjadinya perpindahan massa air yang disebabkan oleh
gaya difusi. Difusi itu sendiri merupakan peristiwa mengalirnya/berpindahnya dari
bagian yang memiliki konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Gaya difusi yang
terjadi pada percobaan ini disebabkan oleh perbendaan konsentrasi, dimana
konsentrasi air pada bahan lebih tinggi dibandingkan konsentrasi air di udara. Maka
dari itu terjadi perpindahan massa yang terjadi adalah perpindahan massa air dari
bahan ke udara panas/pengering.
Selain terjadinya perpindahan massa air, juga terdapat perpindahan
kalor/panas secara konduksi dan konveksi. Perpindahan kalor adalah peristiwa yang
terjadi karena adanya perbedaan temperatur, perbedaan temperatur yang dimaksud
adalah perbedaan temperatur bahan atau paprika dengan temperatur udara
panas/pengering tersebut. Perpindahan panas/kalor yang terjadi pada percobaan ini
adalah konveksi dan konduksi, dimana konveksi terjadi ketika udara panas/pengering
mengenai permukaan paprika dan konduksi terjadi di dalam paprika itu sendiri.
Perpindahan kalor/panas yang terjadi menyebabkan terjadinya transfer/perpindahan
energi dari udara panas/pengering ke bahan tersebut sehingga air yang ada di
permukaan ataupun air yang ada didalam bahan menguap dan terbawa oleh udara
tersebut.
Pada percobaan analisa kadar air, waktu yang didapatkan sampai berat bahan
mencapai kesetimbangan pada variasi temperatur 90°C dan 100°C berturut-turut
adalah 225 menit atau 3 jam 75 menit dan 150 menit atau 3 jam 4 menit 16 detik,
dengan berat akhir yang didapatkan sebesar 0.00073 kg dan 0.0006 kg. Pada hasil
yang telah didapatkan menunjukkan bahwa besarnya temperatur udara
panas/pengering yang dialirkan dapat mempengaruhi waktu pengeringan agar
mencapai berat kesetimbangan, berat ketika mencapai kesetimbangan adalah kondisi
dimana tidak ada perubahan yang terjadi terhadap waktu atau bisa dikatakan sebagai
kondisi konstan. Pada hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa semakin besar
temperatur udara panas/pengering yang dialirkan semakin cepat juga waktu
pengeringan yang terjadi, namun yang perlu diingat mengenai temperatur adalah
kemungkinan bahwa semakin besar temperatur udara panas/pengering dapat merusak
kondisi fisik dari bahan tersebut.
Kadar air yang didapatkan pada percobaan pada variasi temperatur 90°C dan
100°C berturut-turut adalah
Hal lain yang dapat mempengaruhi pengeringan adalah kelembaban dari udara
panas/pengering yang dialirkan, dimana semakin besar kelembaban maka semakin
sulit operasi pengeringan dilakukan, karena dengan semakin besarnya kelembaban
dan persen kelembaban berarti semakin jenuh udara dengan uap air sehingga udara
tidak lagi dapat menyerap air dari bahan

4. 2 Analisa Laju Pengeringan


Percobaan analisa laju pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan udara
melalui padatn yang dikeringkan, pada percobaan ini digunakan paprika
kuning dengan ketebalan 2 mm yang dilakukan dengan dua variasi
temperature yang berbeda yaitu pada 90 °C dan 100°C dan pada kecepatan
udara sebesar 1.665 (satuan ada di lembar penugasan, di kang andi kan?),
didapatkan data sebagai berikut yang disajikan dalam bentuk grafik dibawah
ini

Kurva Laju pengeringan terhadap Kandungan Air Bebas Paprika Kuning


pada Temperatur 90°C
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
R

0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
X

Gambar 4.3 Kurva Perbandingan Laju Pengeringan terhadap Kandungan Air Bebas
Paprika Kuning pada Temperatur 90°C
Kurva Laju Pengeringan terhadap Kandungan Air Bebas Paprika Kuning
pada Temperatur 100°C
1.6
1.4
1.2
1
0.8
R

0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
X

Gambar 4.4 Kurva Perbandingan Laju Pengeringan terhadap Kandungan Air Bebas
Paprika Kuning pada Temperatur 100°C
Kurva laju pengeringan terbagi menjadi beberapa perioda yaitu transisi, perioda
laju pengeringan tetap, laju pengeringan menurun linier dan laju pengeringan
menurun tak linier. Gambar 4.3 dan 4.4 menyatakan pengaruh kadar air terhadap laju
pengeringan pada operasi pengeringan suhu 90oC dan 100oC. Sebelum kadar air
mencapai titik kritis (Xk) (belum di plot si titik kritisnya, nanti mau Tanya dulu)
maka laju pengeringan berada pada perioda laju pengeringan tetap dan transisi.
Namun setelah kadar air kritis maka semakin sedikit kadar air, semakin kecil pula
laju pengeringannya. Hal ini terjadi karena semakin sedikit kadar air maka semakin
sulit airnya untuk teruapkan karena semakin mendekati kadar air kesetimbangan (x*),
x* sulit dipisahkan karena kadar air di bahan dengan udara sama besar sehingga tidak
ada lagi driving force yang mendorong terjadinya perpindahan massa.
4. 3 Pengaruh Temperatur
Temperature merupakan salah satu parameter yang sangat mempengaruhi
percobaan pengeringan ini dikarenakan pengeringan merupakan suatu peristiw
perpindahan panas dengan memanfaatkan energy panas. Berdasarkan data
yang yang di dapat maka disajikan di dalam grafik seperti yang ada di bawah
ini

Kurva Perbandingan Kandungan Air Bebas pada Paprika Kuning


terhadap Waktu
0.01

0.01
X (kg air/kg bahan padat)

0.01
90 ◦C
0.01
100 ◦C
0

0
0 50 100 150 200 250
Waktu (jam)

Gambar 4.5 Kurva Perbandingan Kadar Air Bebas Paprika Kuning terhadap Waktu
pada Temperatur 90°C dan 100°C
Kurva Perbandingan Laju Pengeringan pada Paprika Kuning terhadap
Kandungan Air Bebas
1.6
1.4
1.2
1
90 ◦C
0.8
100 ◦C
R

0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
X

Gambar 4.5 Kurva Perbandingan Laju Pengeringan terhadap Kadar Air Bebas Paprika
Kuning pada Temperatur 90°C dan 100°C

Dapat dilihat bahwasannya perbedaan temperature dapat mempengaruhi hasil


dari kedua percobaan yang telah dilakukan yaitu analisa kadar air bebas dan
analisa laju pengeringan, pada analisa kadar air bebas didapatkan bahwa
waktu operasi berbanding terbalik dengan besarnya temperature. Pada saat
digunakan temperature operasi 90°C waktu mencapai kesetimbangan adalah 225
menit sedangkan pada temperature operasi 100 °C waktu untuk mencapai
kesetimbangan adalah 150 menit. Besarnya nilai temperature operasi memang dapat
mempercepat waktu, namun bukan berarti bahwa semakin besar temperature operasi
akan semakin mengefisienkan waktu karena bisa jadi besarnya temperature juga
dapat merusak karakteristik bahan yang akhirnya hanya akan merugikan. Maka dari
itu karakteristik bahan juga perlu diperhatikan agar tercapainya produk dengan
kualitas yang diinginkan.
Kurva perbandingan laju pengeringan terhadap kadar air bebas juga dapat
disimpulkan bahwa pada temperature operasi 100 °C nilai R juga relative lebih
tinggi dari nilai R pada suhu 90°C, pada saat kondisi konstan nilai R temperature
90°C didapatkan sebesar 0.771823 sedangkan pada temperature operasi 100°C
didapatkan nilai R 1.363486.

Anda mungkin juga menyukai