Laporan Hepatitis B
Laporan Hepatitis B
Cover...................................................................................................................................
Daftar isi............................................................................................................................1
Skenario.............................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................
Kata sulit..................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................
Daftar Masalah.........................................................................................................6
BAB III................................................................................................................................
Brainstorming........................................................................................................7
BAB IV................................................................................................................................
Peta Masalah................................................................................................................8
BAB V ................................................................................................................................
Tujuan Pembelajaran...................................................................................................9
BAB VI................................................................................................................................
Tinjauan Pustaka........................................................................................................10
BAB VII..............................................................................................................................
Peta Konsep...............................................................................................................36
BAB VIII.............................................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................38
1
HEPATITIS B
BAB I
KATA SULIT
1. Jaundiced eyes
2. Malaise
3. Anoreksia
4. Fatigue
5. Rehabilitasi
6. Konjugtiva
7. Arcus costae
8. HBSAG
9. HBV-DNA
10. Anti Hbs
11. Stercobilin
12. Fever/ panas
13. Tidak nyaman pada abdomen bagian kanan atas
Klarifikasi
8. HBSAG: hepatitis B substance anti gen (Pemeriksaan pada seseorang yang di diagnosa
mengalami hepatitis B)
9. HBV-DNA: materi genetik dari HBV untuk menunjukkan kehadiran virus dalam tubuh
12. Fever/ panas: Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat
celsius. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan
infeksi akibat virus, bakteri, atau parasit. Selain itu, demam juga bisa terjadi pada kondisi
hipertiroidisme, artritis, atau karena penggunaan beberapa jenis obat-obatan, termasuk
antibiotik.
BAB II
DAFTAR MASALAH
1. Apa yang menyebabkan Mr. Badrun mengalami Anoreksia, janudice, demam, dan rasa
tidak nyaman pada abdomen bagian kanan atas?
2. Mengapa urinnya berwarna kecokelatan seperti teh?
3. Mengapa Mr.Badrun mengalami kelelahan dan lemas hingga berbulan-bulan?
4. Apa diagnosa sementara dari keluhan Mr.Badrun?
BAB III
BRAINSTROMING
BAB IV
PETA MASALAH
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN
2. METABOLISME BILIRUBIN
Proses metabolisme pemecahan heme sangatlah kompleks. Setelah kurang lebih 120
hari, eritrosit diambil dan didegradasi oleh sistem RES terutama di hati dan limpa.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75%
berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang
imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase.
Bilirubin terkonjugasi (direct) adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air
sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida
atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora
usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan
asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin.
Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh
gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik
1. Produksi
Sebagian besar bilirubin
terbentuk sebagai akibat degradasi
hemoglobin pada sistem
retikuloendotelial (RES). Tingkat
penghancuran hemoglobin ini pada
neonatus lebih tinggi dari pada bayi yang
lebih tua. Satu gram hemoglobin dapat
menghasilkan 35 mg bilirubin indirect.
Bilirubin indirect yaitu bilirubin yang
bereaksi tidak langsung dengan zat
warna diazo (reaksi Hymans van den
Borgh) yang bersifat larut dalam lemak.
2. Transportasi
Bilirubin indirect kemudian
diikat oleh albumin. Sel parenkim hepar
mempunyai cara yang selektif dan
efektif mengambil bilirubin dari plasma. Bilirubin ditransfer melalui membran sel ke dalam
hepatosit sedangkan albumin tidak. Di dalam sel bilirubin akan terikat terutama pada ligandin
dan sebagian kecil pada glutation S transferase lain dan protein Z. Proses ini merupakan
proses 2 arah, tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin dalam plasma dan ligandin
dalam hepatosit. Sebagain besar bilirubin yang masuk hepatosit dikonjugasi dan diekskresi ke
dalam empedu. Dengan adanya sitosol hepar, ligandin mengikat bilirubin sedangkan albumin
tidak. Perberian fenobarbital mempertinggi konsentrasi ligandin dan memberi tempat
pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin.
3. Konjugasi
Dalam sel hepar, bilirubion kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronide
walaupun ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide. Glukoronil transferase merubah
bentuk monoglukoronide menjadi diglukoronide. Ada 2 enzim yang terlibat dalam sintesis
bilirubin digluronide. Pertama-tama ialah uridin difosfat glukoronidase transferase (UPDG:T)
yang mengkatalisa pemebentukan bilirubin monoglukoronide. Sintesis dan ekskresi
diglukoronide terjadi di membran kanalikulus. Isomer bilirubin yang dapat membentuk ikatan
hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresi langsung ke empedu tanpa konjugasi
miusalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto).
4. Ekskresi
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direct yang larut dalam air dan
dieksresi dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus. Dalam usus bilirubin ini tidak
diabsorbsi, sebagian kecil bilirubin direct dihidrolisis menjadi bilirubin indirect dan
direabsorbsi. Siklus ini disebut siklus enterohepatik.
Pada neonatus karena aktivitas enzim B glukoronidase yang meningkat, bilirubin
direk banyak yang tidak diubah menjadi urobilin. Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi
bilirubin indirek meningkat dengan terabsorbsi sehingga sirkulasi enterohepatik pun
meningkat.
Pada likuor amnii yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu,
kemudian menghilang pada kehami1an 36-37 minggu. Pada inkompatibilitas darah Rh., kadar
bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis. Peningktan
bilirubin amnii juga terdapat pada obstruksi usus fetus. Bagaimana bilirubin sampai ke likuor
amnii betum diketabui dengan jetas, tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas
dan saluran cerna.
Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besamya tetapi kesanggupan
hepar mengambil bilirubin dari sirkutasi sangat terbatas. Demikian kesanggupannya untuk
mengkonjugasi. Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk bilirubin
indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya. Dalam
keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi kumulasi bilirubin
indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus mengolah
bilirubin berlanjut pada masa neonatus. Pada masa janin haI ini diselesaikan oleh hepar
ibunya, tetapi pada masa neonatus haI ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai gejala
ikterus.
Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar betum matang atau bila terdapat gangguan
dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim glukoronil
transferase atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi.
Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin dalam
serum. Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti
bila kadar bilirubin indirek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena
bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak. lnilah yang menjadi
dasar pencegahan 'kernicterus' dengan pemberian albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin
indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh
neonatus yang mempunyai kadar albumin normal tetah tercapai.
3. Sistem imun adalah salah satu fungsi tubuh yang amat penting. Pasalnya, tanpa
sistem imun Anda akan mudah sekali jatuh sakit akibat virus, bakteri, dan kelainan
tertentu. Sistem imun, juga sering disebut sebagai sistem kekebalan tubuh, fungsinya
harus dijaga dengan baik agar bisa melindungi Anda dari berbagai penyakit. Namun,
sebenarnya seperti apa cara kerja sistem kekebalan tubuh manusia? Cari tahu di sini!
Sistem imun adalah sekelompok sel, protein, jaringan, dan organ khusus yang bekerja sama
melawan segala hal yang berbahaya bagi tubuh.
Sistem ini terdiri dari banyak komponen, mulai dari sel hingga organ. Salah satu jenis sel
yang paling penting dalam jaringan tersebut adalah sel darah putih (leukosit).
Leukosit dihasilkan atau disimpan pada berbagai tempat di tubuh. Di antaranya yaitu timus,
limpa, dan sumsum tulang, di mana organ-organ ini dikenal sebagai organ limfoid. Kadang
leukosit juga disimpan dalam gumpalan jaringan limfoid (kelenjar limpa) yang tersebar di
seluruh tubuh.
Leukosit bergerak di seluruh tubuh melalui pembuluh limpatik dan pembuluh darah seperti
berpatroli, memantau adanya kemungkinan penyerang yang berbahaya.
Ada dua tipe leukosit utama yang bekerja sama untuk mencari dan membunuh organisme atau
zat penyebab penyakit, yaitu:
Mikroorganisme dan zat-zat asing yang menyerang tubuh disebut sebagai antigen alias bibit
penyakit. Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan terjadi untuk melindungi
tubuh dari terinfeksi.
Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan
memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk menempel pada antigen
tertentu. Setelah itu, sel T mencari antigen yang telah ditumpangi dan menghancurkannya. Sel
T juga membantu memberi sinyal pada sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan
tugasnya.
Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama beberapa waktu,
sehingga apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi sudah tersedia untuk
melakukan misinya.
Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme dan mengaktifkan
sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen adalah bagian dari sistem imun
yang membantu membunuh bakteri, virus atau sel-sel yang terinfeksi.
Bersama, semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan perlindungan bagi
tubuh terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut imunitas.
Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan sendiri.
Yaitu unit kehidupan , kesatuan lahirliah yang terkecil yang menunjukan bermacam-macam
fenomena yang berhubungan dengan hidup.
4. Komplek golgi.
Berhubungan dgn RE berfungsi memproses senyawa yg ditransfer RE kemudian disekresikan.
Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang selalu berubah dan potensial terhadap rangsangan
yang merusak sel akan bereaksi :
- Beradaptasi,
- Jejas / cidera reversible
- Kematian
- gangguan kardiorespirasi
3. Agen fisik
a. - Trauma mekanik, yg dpt merusak sel dapat menyebabkan pergeseran organisasi
organel intra sel .
e. - Tenaga radiasi, jejas akibat ionisasi langsung senyawa kimia yg ada di dalam sel atau
karena ionisasi sel yg menghasilkan radikal “panas” yg secara sekunder bereaksi dgn
komponen intra sel
f. - Tenaga listrik, jika melewati tubuh akan menyebabkan : luka bakar. Serta ggn jalur
aritmi jantung konduksi saraf
setelah berada dalam sel Virus virus akan mewariskan gen-gen pada sel baru DNA virus
menyatu dgn DNA sel mengambil alih fungsi sel. RNA virus akan mengontrol fungsi sel.:
Contoh penyakit : ensefalitis, , campak jerman, rubella, poliomyelitis, hepatitis , dll
5. Mekanisme Imun
Reaksi imun sering dikenal sebagai penyebab kerusakan dan penyakit pada sel.
Antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.
Antigen endogen ( missal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun
6. Gagngguan genetik
Mutasi, dapat menyebabkan: mengurangi suatu enzim,à
kelangsugan hidup sel tidak sesuai, atau tanpa dampak yg diketahui.
7. Ketidakseimbangan Nutrisi
- defisiensi protein-kalori
- avitaminosis, aterosklerosis, ibesitasà
- kelebihan kalori
8. Penuaan
C. ADAPTASI SEL
Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas :
1. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang
kompleks).
2. Progresif, berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit)
3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi
1. Atropi
o Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang sempurna dengan
ukuran normal.
2. Hipertropi
Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh v
3. Hiperplasia
Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau produksi sel
terkai.Ø
5. Metaplasia
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis
lain :
Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel skuamosa, sel epitel
bronchus perokok.
6. Displasia
• Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami ganguan
polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia.
• Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
7. Degenarasi
o Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan
morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.
o Dalam sel jaringan terjadi :
8. Infiltrasi
Bentuk retrogresidgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk jika melampaui
batasàmengalami jejas langsung seperti pd degenerasi) maka sel akan pecah. Dan debris el
akan ditanggulangi oleh system makrofag.
1. Cedera Subletal
Cedera subletal terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan
menunjukkan perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini
bersifat reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih seperti
sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif.
2. Cedera Letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan
berlangsung lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan
menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang berlanjut
kepada kematian sel.
KALSIFIKASI PATOLOGIK
Kalsifikasi : proses diletakannya (pengendapan) kalsium dalam jaringan pembentukan tulang
(Kalsifikasi fisiologi)
Kalsifikasi patologi merupakan proses yg sering, juga menyatakan pengendapan abnormal
garam-garam kalsium, disertai sedikit besi, magnesium dan garam-garam mineral lainnya
dalam jaringan, tdd :
Terjadi pada :
1. Kalsifikasi metastatik
2. Kalsifikasi distropik
3. Kalsinosis
4. Pembentukan tulang heterotropik
PETA KONSEP
SEL
Infeksi virus
Respon imun
dengan Inflamasi
Akut Kronis
Perbaikan
Sehat Gagal
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA