Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................

Daftar isi............................................................................................................................1

Skenario.............................................................................................................................2

BAB I...................................................................................................................................

Kata sulit..................................................................................................................3

BAB II.................................................................................................................................

Daftar Masalah.........................................................................................................6
BAB III................................................................................................................................
Brainstorming........................................................................................................7
BAB IV................................................................................................................................

Peta Masalah................................................................................................................8

BAB V ................................................................................................................................

Tujuan Pembelajaran...................................................................................................9

BAB VI................................................................................................................................

Tinjauan Pustaka........................................................................................................10

BAB VII..............................................................................................................................

Peta Konsep...............................................................................................................36

BAB VIII.............................................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................38

1
HEPATITIS B
BAB I

KATA SULIT

1. Jaundiced eyes
2. Malaise
3. Anoreksia
4. Fatigue
5. Rehabilitasi
6. Konjugtiva
7. Arcus costae
8. HBSAG
9. HBV-DNA
10. Anti Hbs
11. Stercobilin
12. Fever/ panas
13. Tidak nyaman pada abdomen bagian kanan atas
Klarifikasi

1. Jaundiced eyes: kekuningan pada sklera

2. Malaise: perasaan lemas atau kelelahan

3. Anoreksia: gangguan pola makan yang menyebabkan penderita selalu merasa


kegemukan sehingga memutuskan untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang
sedikit

4. Fatigue: Lemas/ kelelahan

5. Rehabilitasi: sebuah kegiatan ataupun proses untuk membantu para penderita yang


mempunyai penyakit serius atau cacat yang memerlukan pengobatan medis untuk
mencapai kemampuan fisik psikologis, dan sosial yang maksimal.

6. Konjungtiva: lapisan tipis pelindung sklera

7. Arcus costae: tulang rusuk bagian

8. HBSAG: hepatitis B substance anti gen (Pemeriksaan pada seseorang yang di diagnosa
mengalami hepatitis B)

9. HBV-DNA: materi genetik dari HBV untuk menunjukkan kehadiran virus dalam tubuh

10. Anti Hbs: tes darah

11. Stercobilin: zat pemberi warna kecoklatan pada feses

12. Fever/ panas: Demam adalah kondisi ketika suhu tubuh berada di atas angka 38 derajat
celsius. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan
infeksi akibat virus, bakteri, atau parasit. Selain itu, demam juga bisa terjadi pada kondisi
hipertiroidisme, artritis, atau karena penggunaan beberapa jenis obat-obatan, termasuk
antibiotik.
BAB II

DAFTAR MASALAH

1. Apa yang menyebabkan Mr. Badrun mengalami Anoreksia, janudice, demam, dan rasa
tidak nyaman pada abdomen bagian kanan atas?
2. Mengapa urinnya berwarna kecokelatan seperti teh?
3. Mengapa Mr.Badrun mengalami kelelahan dan lemas hingga berbulan-bulan?
4. Apa diagnosa sementara dari keluhan Mr.Badrun?
BAB III

BRAINSTROMING
BAB IV

PETA MASALAH
BAB V

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Proses metabolisme pada hati


2. Metabolisme bilirubin
3. Mekanisme sistem imun terhadap mikroorganisme
4. Fagositosis
5. Mekanisme adaptasi sel
6. Respon inflamasi akut dan kronis
7. Perbaikan luka
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA

1. Fungsi Metabolisme Hati


Metabolisme hati adalah serangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam hati organisme. Ini
adalah bagian dari biokimia dari semua spesies vertebrata, termasuk manusia, dan sangat
penting untuk kelangsungan hidup mereka. Hati adalah tempat banyak proses metabolisme
penting, termasuk sintesis protein, detoksifikasi, dan produksi bahan kimia pencernaan.
Metabolisme hati adalah sumber dari banyak zat penting untuk kesehatan lanjutan dan
kelangsungan hidup.
Hati adalah penting untuk metabolisme karbohidrat. Sebuah proses yang disebut glikogenesis
memetabolisme gula glukosa umum dan mengubahnya menjadi glikogen, yang disimpan
sebagai cadangan energi kompak. Ketika energi yang dibutuhkan secara cepat karena
meningkatnya aktivitas fisik atau gula darah rendah, hati mengubah glikogen menjadi glukosa
kembali dalam proses yang disebut glikogenolisis. Yang lain jalur metabolisme,
glukoneogenesis, memungkinkan hati untuk mensintesis glukosa dari zat lain seperti asam
laktat dan asam amino glukogenik seperti glisin dan alanin.
Metabolisme hati juga penting untuk pengolahan tubuh lemak dan lipid lainnya. Proses
metabolisme di hati mengubah kelebihan karbohidrat dan protein menjadi zat kimia yang
disebut trigliserida, bentuk utama di mana hewan menyimpan lemak. Ketika tubuh
membutuhkan energi, hati memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas yang dilepaskan
ke dalam aliran darah, di mana mereka dapat diambil dan digunakan sebagai sumber energi
oleh jaringan lain.
Hati mensintesis kolesterol untuk melengkapi kolesterol makanan dan menghasilkan
lipoprotein yang mengangkut kolesterol melalui aliran darah. Hal ini juga memetabolisme
kolesterol untuk memproduksi asam empedu, yang digunakan untuk mencerna lemak dalam
saluran usus dan menghapus produk sampingan metabolisme dari hati. Kolesterol sangat
penting untuk pembentukan dan pemeliharaan membran sel sehat.
Metabolisme hati juga memproduksi beberapa asam amino dan protein. Hal ini sangat penting
sebagai sumber utama tubuh protein plasma darah seperti serum albumin, fibronektin plasma
larut, dan beberapa jenis globulin. Hati juga memproduksi sebagian besar enzim yang terlibat
dalam kaskade koagulasi, proses yang menyebabkan penggumpalan darah untuk
menghentikan pendarahan, serta protein inhibitor. Banyak protein pembawa juga diproduksi
oleh hati, termasuk ceruloplasmin, transcortin, dan haptoglobin.
Metabolisme hati sangat penting untuk melindungi tubuh dari zat-zat dari luar tubuh, yang
disebut xenobiotik. Hati adalah lokasi yang paling penting bagi jalur metabolik yang
menetralkan dan menghilangkan bahan kimia asing untuk biokimia sehat suatu organisme,
seperti racun. Posisi hati itu di garis depan setiap kali bahan berbahaya yang tertelan
membuatnya rentan terhadap kerusakan jika berulang terbebani, itulah sebabnya sirosis hati
adalah efek umum dari alkoholisme.
Kebanyakan metabolisme obat juga terjadi di hati. Obat ditelan oleh pasien harus melalui hati
sebelum mencapai aliran darah. Dalam beberapa kasus, metabolisme obat hati pada pasien
dapat mencegah jumlah yang cukup obat memasuki aliran darah, fenomena yang disebut efek
first-pass. Beberapa obat yang diberikan dengan cara lain, seperti inhalasi atau injeksi, untuk
menghindari efek ini.
Banyak jalur metabolik yang merupakan bagian dari metabolisme hati tidak eksklusif untuk
itu dan juga dilakukan di tempat lain di tubuh. Namun, sel-sel hati, yang disebut fagosit, yang
khusus untuk fungsi ini. Hati adalah dengan demikian lokasi yang paling penting untuk proses
ini, dan hilangnya total fungsi hati akan membu.nuh organisme.
Credit: NuFS, San Jose State University
Banyak masalah kesehatan dapat terjadi jika metabolisme hati normal terganggu. Karena
pentingnya hati untuk produksi protein darah, orang dengan kerusakan hati dapat menderita
dari peningkatan perdarahan dan memar, sesak napas karena tingkat berkurang oksigen dalam
darah, dan gagal ginjal yang berpotensi mematikan yang disebabkan oleh kekurangan darah
ke ginjal. Gangguan kemampuan tubuh untuk proses dan mengeluarkan bahan kimia dapat
memungkinkan zat berbahaya, seperti amonia, bilirubin, dan berbagai logam, untuk
membangun ke tingkat beracun, menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit kuning dan
ensefalopati.

2. METABOLISME BILIRUBIN

Proses metabolisme pemecahan heme sangatlah kompleks. Setelah kurang lebih 120
hari, eritrosit diambil dan didegradasi oleh sistem RES terutama di hati dan limpa.
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75%
berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang
imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase.

Macam dan sifat bilirubin :

a) Bilirubin terkonjugasi (direct)

Bilirubin terkonjugasi (direct) adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air
sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida
atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora
usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan
asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin.

Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh
gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik

b. Bilirubin tak terkonjugasi (indirect)

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang terikat


albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan bereaksi dalam
pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum
dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirect.

Peningkatan kadar bilirubin indirek mempunyai arti dalam diagnosis penyakit


bilirubinemia karena payah jantung akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam
peredaran darah.

Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :

1. Produksi
Sebagian besar bilirubin
terbentuk sebagai akibat degradasi
hemoglobin pada sistem
retikuloendotelial (RES). Tingkat
penghancuran hemoglobin ini pada
neonatus lebih tinggi dari pada bayi yang
lebih tua. Satu gram hemoglobin dapat
menghasilkan 35 mg bilirubin indirect.
Bilirubin indirect yaitu bilirubin yang
bereaksi tidak langsung dengan zat
warna diazo (reaksi Hymans van den
Borgh) yang bersifat larut dalam lemak.
2. Transportasi
Bilirubin indirect kemudian
diikat oleh albumin. Sel parenkim hepar
mempunyai cara yang selektif dan
efektif mengambil bilirubin dari plasma. Bilirubin ditransfer melalui membran sel ke dalam
hepatosit sedangkan albumin tidak. Di dalam sel bilirubin akan terikat terutama pada ligandin
dan sebagian kecil pada glutation S transferase lain dan protein Z. Proses ini merupakan
proses 2 arah, tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin dalam plasma dan ligandin
dalam hepatosit. Sebagain besar bilirubin yang masuk hepatosit dikonjugasi dan diekskresi ke
dalam empedu. Dengan adanya sitosol hepar, ligandin mengikat bilirubin sedangkan albumin
tidak. Perberian fenobarbital mempertinggi konsentrasi ligandin dan memberi tempat
pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin.

3. Konjugasi
Dalam sel hepar, bilirubion kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronide
walaupun ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide. Glukoronil transferase merubah
bentuk monoglukoronide menjadi diglukoronide. Ada 2 enzim yang terlibat dalam sintesis
bilirubin digluronide. Pertama-tama ialah uridin difosfat glukoronidase transferase (UPDG:T)
yang mengkatalisa pemebentukan bilirubin monoglukoronide. Sintesis dan ekskresi
diglukoronide terjadi di membran kanalikulus. Isomer bilirubin yang dapat membentuk ikatan
hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresi langsung ke empedu tanpa konjugasi
miusalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto).
4. Ekskresi
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direct yang larut dalam air dan
dieksresi dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus. Dalam usus bilirubin ini tidak
diabsorbsi, sebagian kecil bilirubin direct dihidrolisis menjadi bilirubin indirect dan
direabsorbsi. Siklus ini disebut siklus enterohepatik.
Pada neonatus karena aktivitas enzim B glukoronidase yang meningkat, bilirubin
direk banyak yang tidak diubah menjadi urobilin. Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi
bilirubin indirek meningkat dengan terabsorbsi sehingga sirkulasi enterohepatik pun
meningkat.

Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnii yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu,
kemudian menghilang pada kehami1an 36-37 minggu. Pada inkompatibilitas darah Rh., kadar
bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis. Peningktan
bilirubin amnii juga terdapat pada obstruksi usus fetus. Bagaimana bilirubin sampai ke likuor
amnii betum diketabui dengan jetas, tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas
dan saluran cerna.
Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besamya tetapi kesanggupan
hepar mengambil bilirubin dari sirkutasi sangat terbatas. Demikian kesanggupannya untuk
mengkonjugasi. Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk bilirubin
indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya. Dalam
keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi kumulasi bilirubin
indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus mengolah
bilirubin berlanjut pada masa neonatus. Pada masa janin haI ini diselesaikan oleh hepar
ibunya, tetapi pada masa neonatus haI ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai gejala
ikterus. 
Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar betum matang atau bila terdapat gangguan
dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim glukoronil
transferase atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi.
Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin dalam
serum. Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti
bila kadar bilirubin indirek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena
bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak. lnilah yang menjadi
dasar pencegahan 'kernicterus' dengan pemberian albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin
indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh
neonatus yang mempunyai kadar albumin normal tetah tercapai.

3. Sistem imun adalah salah satu fungsi tubuh yang amat penting. Pasalnya, tanpa
sistem imun Anda akan mudah sekali jatuh sakit akibat virus, bakteri, dan kelainan
tertentu. Sistem imun, juga sering disebut sebagai sistem kekebalan tubuh, fungsinya
harus dijaga dengan baik agar bisa melindungi Anda dari berbagai penyakit. Namun,
sebenarnya seperti apa cara kerja sistem kekebalan tubuh manusia? Cari tahu di sini!

Apa itu sistem imun?

Sistem imun adalah sekelompok sel, protein, jaringan, dan organ khusus yang bekerja sama
melawan segala hal yang berbahaya bagi tubuh.

Sistem ini terdiri dari banyak komponen, mulai dari sel hingga organ. Salah satu jenis sel
yang paling penting dalam jaringan tersebut adalah sel darah putih (leukosit).

Leukosit dihasilkan atau disimpan pada berbagai tempat di tubuh. Di antaranya yaitu timus,
limpa, dan sumsum tulang, di mana organ-organ ini dikenal sebagai organ limfoid. Kadang
leukosit juga disimpan dalam gumpalan jaringan limfoid (kelenjar limpa) yang tersebar di
seluruh tubuh.

Leukosit bergerak di seluruh tubuh melalui pembuluh limpatik dan pembuluh darah seperti
berpatroli, memantau adanya kemungkinan penyerang yang berbahaya.

Ada dua tipe leukosit utama yang bekerja sama untuk mencari dan membunuh organisme atau
zat penyebab penyakit, yaitu:

 Limfosit adalah sel-sel yang membantu tubuh mengingat dan mengenali penyerbu


sebelumnya. Limfosit juga membantu menghancurkan penyerbu tersebut. Ada dua macam
limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T. Dihasilkan di sumsum tulang, limfosit akan menetap
dan berkembang menjadi sel B, atau berpindah ke kelenjar timus dan berkembang menjadi sel
T.
 Fagosit adalah sel-sel yang memakan penyerbu. Ada berbagai macam sel yang
tergolong sebagai fagosit. Setiap jenis fagosit memiliki tugasnya masing-masing. Sebagai
contoh, tipe yang paling umum adalah neutrofil, yang bertugas melawan bakteri.

Bagaimana sistem imun bekerja?

Mikroorganisme dan zat-zat asing yang menyerang tubuh disebut sebagai antigen alias bibit
penyakit. Saat antigen terdeteksi, serangkaian respon imun akan terjadi untuk melindungi
tubuh dari terinfeksi.
Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan
memberikan respon. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi adalah protein yang didesain khusus untuk menempel pada antigen
tertentu. Setelah itu, sel T mencari antigen yang telah ditumpangi dan menghancurkannya. Sel
T juga membantu memberi sinyal pada sel-sel lain (seperti fagosit) untuk melakukan
tugasnya.

Begitu dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh seseorang selama beberapa waktu,
sehingga apabila antigen atau bibit penyakit kembali, antibodi sudah tersedia untuk
melakukan misinya.

Antibodi juga dapat menetralkan racun yang dihasilkan oleh organisme dan mengaktifkan
sekelompok protein yang disebut komplemen. Komplemen adalah bagian dari sistem imun
yang membantu membunuh bakteri, virus atau sel-sel yang terinfeksi.

Bersama, semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan perlindungan bagi
tubuh terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut imunitas.

4. Fagositosis adalah proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung partikel


padat dengan membran sel dan membentuk fagosom internal. Fagositosis adalah bentuk
spesifik dari endositosis yang melibatkan internalisasi vesikular terhadap partikel padat,
seperti bakteri, dan bentuk lain yang cukup berbeda dengan fagositosis, yaitu pinositosis,
yaitu internalisasi vesikular terhadap berbagai cairan. Fagositosis bertanggung jawab
terhadap akuisisi nutrisi pada beberapa sel, dan di dalam sistem imunitas, fagositosis
adalah mekanisme utama untuk menghilangkan patogen dan serpihan sel. Bakteri, sel
mati jaringan, dan partikel mineral kecil adalah contoh objek yang akan difagositasi.
Proses ini mirip dengan proses memakan pada tingkat sel tunggal organisme. Di
makhluk multiseluler, proses telah diadaptasi untuk mengeliminasi serpihan dan patogen.
Fagositosis di sistem imunitas mamalia diaktifkan oleh penempelan Pathogen-associated
moleculer patterns (PAMPS), yang mengaktivasi NF-
κB. Oposin seperti C3b dan antibodi bisa beraksi sebagai tempat penempelan dan membantu
fagositosis patogen.
Fagositosis adalah sebuah proses yang aktif di mana patogen yang telah terikat oleh pencerap,
akan diliputi oleh membran makrofaga dengan kontraksi sistem aktin-miosin, dan masuk ke
dalam vesikel yang disebut fagosom. Setelah fagosom menjadi asam,
beberapa lisosom makrofaga akan terinduksi dan membentuk fusi guna mengeluarkan enzim,
protein untuk mendegradasi patogen. Fusi antara fagosom dan granula makrofaga
disebut fagolisosom dengan respon antomikrobial intraselular. Degradasi bisa dilakukan
dengan menggunakan oksigen ataupun tanpa oksigen

 Degradasi menggunakan oksigen bergantung pada NADPH. Hidrogen


peroksida dan myeloperoksidase mengaktifkan sistem berhalogenasi yang memicu
penghancuran bakteri. Beberapa zat yang disekresi di dalam fagolisosom antara lain
adalah hidrogen peroksida (H2O2), anion superoksida (O2-), nitrit oksida (NO). Zat ini
diperoleh dengan bantuan enzim NADPH lysosomal dan enzim lain melalui proses kimiawi
yang disebut respiratory burst yang disertai peningkatan konsumsi oksigen dalam rentang
waktu yang sangat singkat.[1]

 Degradasi tanpa oksigen bergantung pada pelepasan granula, berisi enzim


proteolitik seperti defensin, lisozim, dan protein kationik. Peptida antimikrobial juga
muncul dalam granula ini, termasuk laktoferin yang melepaskan zat besi untuk
menyediakan kondisi yang tidak baik bagi pertumbuhan bakteri.
Di berbagai protista, fagositosis digunakan sebagai cara untuk mencari makan untuk
menyediakan semua kebutuhan nutrisi mereka. Hal ini disebut nutrisi fagotropik, berbeda
dengan nutrisi osmotrofik yang melakukan penyerapan, bukan fagositosis.

5. MEKANISME ADAPTASI SEL


      Pada dasarnya tubuh terdiri dari satuan dasar yang hidup yakni sel sel dan tiap organ
merupakan kelompok sel yang berbeda-beda yang saling menghubungkan satu sama lainnya
oleh struktur penunjang interselular. Tiap macam sel dapat beradaptasi secara khusus untuk
membentuk suatu fungsi yang khas. Sel itu juga berkemampuan untuk berkembangbiak dan
bila salah satu macam sel itu rusak oleh salah satu penyebab, maka sel-sel yang tertinggal
seringkali membagi diri lagi terus menerus sampai jumlahnya mencukupi kembali.

Mekanisme adaptasi sel :


A. ORGANISASI SEL

Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan sendiri.

Yaitu unit kehidupan , kesatuan lahirliah yang terkecil yang menunjukan bermacam-macam
fenomena yang berhubungan dengan hidup.

Kharakteristik mahluk hidup :


- bereproduksi
- tumbuh
- melakukan metabolisme
- beradaptasi terhdp perubahan internal dan eksternal

Aktivitas sel : sesuai dgn proses kehidupan, meliputi :


- ingesti - mengekskresikan sisa metabolisme
- asimilasi - bernafas - bergerak
- mencerna - mensintesis - berespon , dll.
Struktur Sel
Sel mengandung struktur fisik yang terorganisir yg dinamakan organel.
Sel terdiri dari dua bagian utama : inti dan sitoplasma keduanya dipisahkan oleh membrane
inti. Sitoplasma dipisahkan dgn cairan sekitarnya oleh membran sel .
Berbagai zat yg membentuk sel secara keseluruhan disebut protoplasma.

1.      Membran Sel, terutama terdiri atas lipid dan protein, merupakan struktur elastis yg


sangat tipis, penyaring selektif zat-zat tertentu, memberi bentuk sel tetapi melekatkannya
pada sel lain. Bahkan yang lebih penting membran sel bekerja sebagai pintu gerbang dari
dan ke sel, memungkinkan hanya zat-zat tertentu saja lewat pada kedua jurusan dan bahkan
secara aktif mengangkut beberapa zat secara selektif.

2.      Membran inti, merupakan dua membran yang saling mengelilingi. Pada kedua


membrane yg bersatu merupakan tempat yang permeabel sehingga hampir semua zat yg
larut dapat bergerak antara cairan inti dan sitoplasma.

3.      Retikulum endoplasma, tdd


- RE granular yang pd permukaannya melekat ribosom yg terutama mengandung RNA yg
berfungsi dalam mensintesa protein.
- RE agranular, tidak ada ribosom. Berfungsi untuk sintesa lipid dan enzimatik sel.

4.      Komplek golgi.
Berhubungan dgn RE berfungsi memproses senyawa yg ditransfer RE kemudian disekresikan.

5.      Sitoplasma, yaitu suatu medium cair banyak mengandung struktur organel sel yang


terutama terdiri atas protein yang terlarut dalam cairan tersebut, elektrolit-elektrolit,
glukosa, dan sedikit fosfolipid, kolesterol dan ester asam lemak. Juga mengandung banyak
mikrofilamen yang terdiri atas protein fibrilar, sehingga terbentuklah bahan yang agak padat
yang menyokong membrane sel.

6.      Mitokondria, adalah organel yg disediakan untuk produksi energi dalam sel.


Merupakan sumber tenaga dari sel karena dioksidasi berbagai zat makanan untuk
menghasilkan tenaga pengerak bagi kegiatan-kegiatan lain dari sel, termasuk
untuk katabolisme / pernafasan sel. Tanpa mitokondria maka sel-sel tidak mampu
menyadap jumlah energy dari makanan dan oksigen, dan akibatnya fungsi-fungsi yang
penting dari sel akan berhenti.

7.      Lisosom, adalah bungkusan enzim pencernaan yg terikat membrane. Dan


merupakan organ pencernaan sel.

8.      Sentriol, merupakan struktur silindris kecil yg berperan penting pada pembelahan sel.

9.      Inti, adalah pusat pengawasan atau pengaturan sel. Mengandung DNA yg disebut gen.

10.  Nukleoli, merupakan struktur protein sederhana mengandung banyak sekali RNA.


Jumlah dapat satu atau lebih.

system Fungsional Sel.


1. Penelanan dan pencernaan oleh sel.
2. Ekstrasi energi dari zat gizi. (fungsi mitokondria)

B. MODALITAS CIDERA SEL

Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang selalu berubah dan potensial terhadap rangsangan
yang merusak  sel akan bereaksi :
- Beradaptasi,
- Jejas / cidera reversible
- Kematian 

Sebab-sebab Jejas, Kematian dan Adaptasi sel :


1. Hipoksia, akibat dari :

- hilangnya perbekalan darah karena gangguan aliran darah serta 

- gangguan kardiorespirasi

- Hilangnya kemampuan darah mengangkut oksigen. : anemia dan keracunan.


Respon sel terhadap hipoksia tergantung pada tingkat keparahan hipoksia: sel-sel dapat
menyesuaikan , terkena jejas, kematian.

2. Bahan kimia (termasuk obat-obatan)


Bahan kimia menyebabkan perubahan pd beberapa fungsi sel : permiabelitas selaput,
homeostatis osmosa, keutuhan enzim atau kofaktor

3. Agen fisik 

dpt merusak sel .

a.       - Trauma mekanik, yg  dpt merusak sel dapat menyebabkan pergeseran organisasi
organel intra sel  .

b.      - Suhu rendah : ggn suplai darah, vasokontriksi 

c.       - Suhu tinggi : membakar jaringan.

d.      - Perubahan mendadak tekanan atmosfir, menyebabkan ggn perbekalan darah untuk


sel-sel individu yg berada dibawah tingginya gas-gas atmosfir terlarut dlm darah . jika
mendadak kembali tek. Atm  ke tekanan normal zat-zat tersebut akan keluar dari larutan
secara cepat dan  menyumbat aliran darah terjebak dalam sirkulasi mikro membentuk
gelembung2  jejas hipoksia .

e.       - Tenaga radiasi, jejas akibat ionisasi langsung senyawa kimia yg ada di dalam sel atau
karena ionisasi sel yg menghasilkan radikal “panas” yg secara sekunder bereaksi dgn
komponen intra sel

f.       - Tenaga listrik, jika melewati tubuh akan menyebabkan : luka bakar. Serta ggn jalur 
aritmi jantung konduksi saraf

4. Agen mikrobiologi : Bakteri, virus, mikoplasma, klamidia , jamur dan protozoa.

merusak sel-sel penjamu.à mengeluarkan eksotoksin àBateri


 merangsang respon peradangan.àatau mengeluarkan endotoksin
reaksi immunologi yg merusak sel.àTimbul reaksi hipersensitivitas tehadap agen
Contoh penyakit : infeksi stafilokokus atau streptococcus, gonore, sifilis, kolera dll.

setelah berada dalam sel Virus   virus akan  mewariskan gen-gen pada sel baru DNA virus
menyatu dgn DNA sel mengambil alih fungsi sel. RNA virus akan mengontrol fungsi sel.:
Contoh penyakit : ensefalitis, , campak jerman, rubella, poliomyelitis, hepatitis , dll
5. Mekanisme Imun

  Reaksi imun sering dikenal sebagai penyebab kerusakan dan penyakit pada sel.
  Antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen.
  Antigen endogen ( missal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun

6. Gagngguan genetik
 Mutasi, dapat menyebabkan: mengurangi suatu enzim,à
kelangsugan hidup sel tidak sesuai, atau tanpa dampak yg diketahui.

7. Ketidakseimbangan Nutrisi
- defisiensi protein-kalori
- avitaminosis, aterosklerosis, ibesitasà

- kelebihan kalori
 8. Penuaan  

C. ADAPTASI SEL
Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas :
1. retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang
kompleks).
2. Progresif, berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit)
3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi

Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.

1. Atropi
o Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang sempurna dengan
ukuran normal.
2. Hipertropi
 Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh v
3. Hiperplasia
 Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau produksi sel
terkai.Ø
5. Metaplasia
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis
lain :
Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel skuamosa, sel epitel
bronchus perokok.
6. Displasia
• Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami ganguan
polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia.
• Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
7. Degenarasi
o Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan
morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.
o Dalam sel jaringan terjadi :
8. Infiltrasi
 Bentuk retrogresidgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk  jika melampaui
batasàmengalami jejas langsung seperti pd degenerasi)  maka sel akan pecah. Dan debris el
akan ditanggulangi oleh system makrofag.

Pengaruh stimulus yang menyebabkan cedera pada sel :


1. Kerusakan biokimia, terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme atau lebih
di dalam sel
2. Kelainan fungsi, (misal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya)
 kelainan  kerusakan biokimia pada sel (Cedera  fungsi). Tetapi tidak semua, jika sel banyak
cedera, memiliki cadangan yg cukup sel tidak akan mengalami gangguan fungsi yg berarti.
3. Perubahan morfologis sel yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi.
Tetapi saat ini masih ditemukan sel secara fungsional terganggu namun secara morfologis
tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan.
4. Pengurangan massa atau penyusutan
Pengurangan ukuran sel jaringan atau organ disebut atropi (lebih kecil dari normal).
5. Retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang
kompleks).
6. Progresif, berkelanjutan berjalan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit.
7. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi

Jenis Cedera Sel


Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel maka perubahan yang pertama kali terjadi
adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses metabolisme. Sel bisa
tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan perubahan morfologis.
Gangguan fungsi tersebut bisa bersifat reversibel ataupun ireversibel sel tergantung dari
mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan cedera
ireversibel disebut juga cedera letal.

1. Cedera Subletal
Cedera subletal terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan
menunjukkan perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini
bersifat reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih seperti
sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif.

Bentuk perubahan degeneratif sel :


1. pembengkakan sel 

Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah akumulasi cairan di dalam


sel akibat gangguan mekanisme pengaturan cairan. Biasanya disebabkan
karena berkurangnya energi yang digunakan pompa natrium untuk mengeluarkan natrium
dari intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar (degenerasi bengkak
keruh). Gangguan metabolisme pembentukan energi dan Kerusakan membrane sel   influk
air ke peningkatan konsentrasi Na kemampuan memompa ion Na menurun  pembengkakan
sel. dalam sel Bengkak keruh, menggambarkan perubahan sel yang menunjukan keadaan
setengah matang dan secara mikroskopik terlihat sitoplasmanya granular. Organel sel juga
menyerap air yg tertimbun dalam  pembengkakan mitokondria, pembesaran RE dll.
sitoplasma Pada pemeriksaan mikroskopik akan tampak sitoplasma bervakuola. Ini disebut
perubahan hidropik atau perubahan vacuolar.

2. Penimbunan lipid intra sel


Dapat juga terjadi degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak atau infiltrasi lemak dimana
terjadi penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan bengkak
dan bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya perlemakan hati (fatty liver)
pada keadaan malnutrisi dan alkoholik.
Secara mikroskopis, sitoplasma dari sel-sel yg terkena tampak bervakuola, vakoula berisi
lipid. Misal : pada hati banyak lipid yg tertimbun di dalam sel  inti sel terdesak ke satu sisi
dan sitoplasma diduduki oleh satu vakuola besar yg berisi lipid. Hati yang terserang hebat
akan berwarna kuning cerah, jika disentuh terasa berlemak. Jenis perubahan ini
disebut perubahan berlemak atau degenerasi lemak.

2. Cedera Letal
Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan
berlangsung lama serta melebihi kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan
menyebabkan kerusakan sel yang bersifat ireversibel (cedera sel) yang berlanjut
kepada kematian sel.
KALSIFIKASI PATOLOGIK
Kalsifikasi : proses diletakannya (pengendapan) kalsium dalam jaringan  pembentukan tulang
(Kalsifikasi fisiologi)
Kalsifikasi patologi merupakan proses yg sering, juga menyatakan pengendapan abnormal
garam-garam kalsium, disertai sedikit besi, magnesium dan garam-garam mineral lainnya
dalam jaringan, tdd :

 Terjadi pada :

1. Kalsifikasi metastatik

2. Kalsifikasi distropik
3. Kalsinosis
4. Pembentukan tulang heterotropik

5. Kalsifikasi pada pembuluh darah arteri

6. Inflamasi Akut dan Kronis


BAB VII

PETA KONSEP

SEL

Infeksi virus

Gagal adaptasi Adaptasi

Cedera/ Injury Normal

Respon imun
dengan Inflamasi

Akut Kronis

Perbaikan

Sehat Gagal
BAB VIII

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai