Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PBL PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PEMERIKSAAN LIMBAH CAIR SECARA KIMIA DAN FISIK


DI BTKL BATAM

DI SUSUN OLEH :
NAMA : MEKI KURNIAWAN
NPM : 120100052

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS RATU SAMBAN
TAHUN 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) ini dengan judul “Pemeriksaan Limbah Cair Secara Kimia dan Fisik di
BTKL Batam”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan maupun sistematika penulisan
Laporan PBL masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang dimiliki kami oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan untuk
perbaikan Laporan Pengalaman Belajar Lapangan ini. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. DR.Drs.Sugeng Suharto,MM,Msi selaku Penasehat
2. Dr.H.Hamzah Hasan,M.M selaku Penanggung jawab dalam kegiatan
3. Rahmi Armayana, SKM, M.Kes selaku Ketua dan Dosen Pembimbing PBL
4. Intan Armabeta, S.IP selaku Bendahara
5. Wulandari, SKM selaku Dosen Pembimbing PBL
6. Ujang Ismail, SKM, M.Ph selaku Dosen Pembimbing PBL
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelenggaraan PBL
Dan demikian dengan segala kekurangan dan keterbatasan semoga Laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Arga Makmur, Februari 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................


KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................
1.2 TUJUAN .............................................................................................................
1.3 MANFAAT .........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
2.1 PENGERTIAN LIMBAH ...................................................................................
2.1.1 LIMBAH RUMAH SAKIT .......................................................................
2.1.2 KARAKTER LIMBAH RUMAH SAKIT ................................................
2.2 PENGOLAHAN AIR LIMBAH .........................................................................
2.3 PEMERIKSAAN LIMBAH OLAHAN .............................................................
BAB III METODE PELAKSANAAN .................................................................................
3.1 TEMPAT DAN WAKTU ...................................................................................
3.2 JENIS DAN METODE .......................................................................................
3.3 INSTRUMEN .....................................................................................................
3.4 PENGUMPULAN DATA ..................................................................................
3.5 ANALISA DATA ...............................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................
4.1 HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................
4.2 PEMBAHASAN .................................................................................................
4.3 HASIL .................................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................................
5.1 KESIMPULAN ...................................................................................................
5.2 SARAN ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktek kerja lapangan (PBL) yang berjudul “Pemeriksaan Limbah Cair
Secara Kimia dan Fisik di BTKL Batam” telah direvisi berdasarkan saran dan masukan dari
tim penilai.

Arga Makmur, Februari 2016


Penilai I Penilai II

(Lokasi PBL) (Peminatan Kesmas)

4
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan PBL yang berjudul “Pemeriksaan Limbar Cair Secara Kimia dan Fisik di
BTKL Batam” telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Arga Makmur, Februari 2016

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

(………………………) (……………………)

5
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul “Pemeriksaan Limbah Cair Secara Kimia dan Fisik di


BTKL Batam”
2. Ruang Lingkup : Kesehatan Masyarakat
3. Anggota : Nama NPM
1. Henny Sarie Mona.D 120100039
4. Lokasi Kegiatan : Pelaksanaan PBL di BTKL Batam
5. Waktu : Tanggan 23 Februari 2016

Arga Makmur, Februari 2016


Dosen Pembimbing Lapangan

…………………………

BAB I
PENDAHULUAN

6
1.1 Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Tingkat bahaya keracunan
yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah, baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Limbah yang mengandung bahan pencemar
akan mengubah kualitas lingkungan, bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan
kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu sangat perlu
diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah
tersebut. (Kristanto, 2002).
Air Limbah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,
limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan jumlahnya baik secara langsung atau tidak
langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta mahluk lain.


Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah
Sakit dalam bentuk padat, cair, maupun gas yang dapat mengandung mikroorganisme
patogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes,
2006). Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu  penyumbang
limbah bagi suatu daerah. Dalam pelaksanaannya rumah sakit menghasilkan limbah yang
terdiri dari limbah padat, limbah gas dan limbah cair  baik berjenis dari limbah medis maupun
dari limbah non medis.
Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan
anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji kotor umumnya seperti
BOD, COD, TSS, pH, mikrobiologi, dan lain-lain. Pengolahan air limbah yang mengandung
bahan organik dapat dilakukan secara  biologis yaitu pengolahan secara aerobik, anaerobik
maupun gabungan antara aerobik dan anaerobik.
Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit adalah
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat (Azwar,
1990).

7
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat akibat
kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis (Keputusan
MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004).
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pemeriksaan limbah cair secara kimia dan Fisik di BTKL Batam.
1.2.2Manfaat
Bagi Mahasiswa
Bermanfaat untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang
kelola limbah cair dan mampu mengenali permasalahan serta dapat mengurangi
dampak limbah cair.
Bagi Universitas
Diharapkan dapat menjadi wacana dan sumber kepustakaan bagi mahasiswa
tentang program pemeriksaan limbah cair secara kimia dan biologi bagi fakultas
kesehatan khususnya kesehatan dan masyarakat umum.
Bagi BTKL Batam
Diharapkan dapat lebih meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan lingkungan
sesuai dengan rekomendasi menurut Kepmenkes dan bisa menyelenggarakan kegiatan
tersebut di BTKL Batam.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limbah


Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Tingkat bahaya
keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah,
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Limbah yang mengandung
bahan pencemar akan mengubah kualitas lingkungan, bila lingkungan tersebut tidak
mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh
karena itu sangat perlu diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang
terkandung di dalam limbah tersebut. (Kristanto, 2002)
Limbah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Limbah atau sampah ialah benda bahan padat yang terjadi karena
berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang
dengan cara saniter kecuali buangan dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1986).
Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan,
merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
Menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air yang
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempattempat umum lainnya,
dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan
rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya.
Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
2.2 Karakter Air Limbah Cair
Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat dan karakteristik kimia,
biologis dan fisika. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan agar dapat dipahami sifat-
sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana tingkat pencemaran dapat
ditimbulkan limbah terhadap lingkungan (Perdana Ginting, 2007). Dalam menentukan
karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus diketahui yaitu:

9
1) SifatFisik
a) Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan
kedalam dua kelompok besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat
dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat
bersifat organisme dan anorganis tergantung dari mana sumber limbah. Disamping
kedua jenis padatan ini ada lagi padatan terendap karena mempunyai diameter yang
lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri
karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada
umumnya terdiri dari protein, ganggang dan bakteri.
b) Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel
koloidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang
terdapat dalam limbah. Kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh
membuat hilang nilai estetikanya.
c) Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam
limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau amoniak yang menimbulkan
penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran dari nitrogen, sulfur dan
fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau
yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.
d) Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu pertumbuhan
biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan
temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis.
Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat
zat oksidasi lebih besar daripada suhu tiggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu
rendah.
e) Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara
alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan. Warna berkaitan dengan
kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian
pula warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna
10
menimbulkan pemandangan yang jelekdalam air limbah meskipun warna tidak
menimbulkan racun.

2) SifatKimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oxygen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan logam-logam berat yang terkandung
dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan salah satu metode yang paling
banyak digunakan sampai saat ini.
Metode pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran
tidak langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 0C selama
5 hari. Kalau disesuaikan dengan temperatur alami Indonesia maka seharusya
pengukuran dapat dilakukan pada lebih kurang 300 0C. Pengukuran dengan COD lebih
singkat tetapi tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara biologis. Nilai-
nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.
a) BiologicalOxygenDemand(BOD)
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat
organis dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena
ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian
reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk
menguraikan semua zat-zat organik yang terlarut maupun sebagian tersuspensi
dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana.
Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri.
Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami. Dengan habisnya oksigen
terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen menjadi
kekurangan dan akibatnya biota yang memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup.
Semakin tinggi angka BOD semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan
oksigen untuk bertahan hidup.

b) ChemicalOxygenDemand(COD)
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya
dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan
oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan

11
yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam
limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak
realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat meggunakan analisis COD. COD adalah
sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan
organis sebagaimana pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran
air oleh zat anorganik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan
bahwa semakin sedikit bahan anorganik yang dapat dioksidasi dengan bahan kima.
Pada limbah yang mengandung logam-logam pemeriksaan terhadap BOD tidak
memberi manfaat karena tidak ada bahan organik dioksida.
Hal ini bisa jadi karena logam merupakan racun bagi bakteri. Pemeriksaan
COD lebih cepat dan lebih mudah mengantisipasinya. Perbandingan BOD dengan
COD pada umumnya bervariasi untuk berbagai jenis limbah.
c) Metan
Gas metan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi
anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan oleh lumpur yang membusuk pada dasar
kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar. Metan juga dapat
ditemukan pada rawa-rawa dan sawah. Suatu kolam limbah yang menghasilkan gas
metan akan sedikit sekali menghasilkan lumpur, sebab lumpur telah habis terolah
menjadi gas metan dan air serta COD.
d) Keasaman
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai
pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh
mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota tertentu. Demikian juga
makhluk-makhluk lain tidak dapathidup seperti ikan. Air yang mempunyai pH
rendah membuat air korosif terhadap bahan-bahan konstruksi besi dengan kontak
air.
e) Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat, garam-
garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya 10
kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi
kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk menurunkan kesadahan air
dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pegukuran kandungan
ion CaCO3, ion Mg bikarbonat dan lain-lain.
12
f) Lemakdanminyak
Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam limbah bersumber
dari instalasi yang mengolah bahan baku mengandung minyak. Lemak dan minyak
merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri. Limbah ini
membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput.
g) Oksigenterlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi
BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat
menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Kemampuan
air untuk mengadakan pemulihan secara alami banyak tergantung pada tersedianya
oksigen terlarut. Angka oksigen yang tinggi menunjukkan keadaan air semakin
baik. Pada temperatur dan tekanan udara alami kandungan oksigen dalam air alami
bisa mencapai 8 mg/liter. Aerator salah satu alat yang berfungsi meningkatkan
kandungan oksigen dalam air. Lumut dan sejenis ganggang menjadi sumber
oksigen karena proses fotosintesis melalui bantuan sinar matahari. Semakin banyak
ganggang semakin basar kandungan oksigennya.
h) Klorida
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas
berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium
menyebabkan air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa instalasi.
i) Phospat
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan
organisme lainnya yang dikenal dengan eutrophikasi. Ini terdapat pada ketel uap
yang berfungsi untuk mencegah kesadahan. Pengukuran kandungan phospat dalam
air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phospat sehingga tumbuh-
tumbuhan dalam air berkurang jenisnya dan pada gilirannya tidak merangsang
pertumbuhan tanaman air. Kesuburan tanaman ini akan menghalangi kelancaran
arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut.

3) SifatBiologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam
semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/ml.
Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu

13
melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh, metabolisme, dan reproduksi). Secara
tradisional mikroorganisme dibedakan menjadi binatang dan tumbuhan. Namun,
keduanya sulit dibedakan. Oleh karena itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan
kedalam kategori protista, status yang sama dengan binatang ataupun tumbuhan. Virus
diklasifikasikan secara terpisah.

2.3 Pengolahan Air Limbah


Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan
dengan cara fisika,kimia dan biologi atau gabungan dari ketiga sistem pengolahan
tersebut. Pengolahan limbah secara biologis dapat digolongkan menjadi pengolahan cara
aerob dan pengolahan limbah dengan cara anaerob.
Berdasarkan sistem unit operasinya teknologi pengolahan limbah dibagi menjadi
unit operasi fisik, unit operasi kimia dan unit operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari
tingkatan pengolahan maka sistem pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi:
pretreatment, primary treatment system, secondary treatment systemdan tertiary
treatment system (Perdana Ginting, 2007).
1) ProsesPengolahanFisika
a) Screening
Screeningmerupakan tahap awal pada proses pengolahan air limbah. Proses ini
bertujuan untuk memisahkan potongan-potongan kayu, plastik, dan sebagainya.
Screening terdiri atas batangan-batangan besi yang berbentuk lurus atau
melengkung dan dipasang dengan tingkat kemiringan 750-900 terhadap
horizontal.
b) GritChamber
Bertujuan untuk menghilangkan kerikil, pasir, dan partikel-partikel lain yang
dapat mengendap di dalam saluran dan pipa-pipa serta untuk melindungi pompa-
pompa dan peralatan lain dari penyumbatan.
c) Equalisasi
Equalisasi laju alir digunakan untuk menangani variasi laju alir dan
memperbaiki proses berikutnya. Di samping itu, equalisasi juga bermanfaat untuk
mengurangi ukuran dan biaya proses berikutnya. Adapun keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan equalisasi sebagai berikut:
1. Pada pengolahan biologi, perubahan beban secara mendadak dapat dihindari
dan pH dapat diatur supaya konstan.

14
2. Pengaturan bahan-bahan kimia lebih dapat terkontrol.
3. Pencucian filter lebih dapat teratur.
4. Performancefilter dapat diperbaiki.
Lokasi equalisasi harus dipertimbangkan pada saat pembuatan diagram alir
pengolahan limbah. Lokasi equalisasi yang optimal dan sangat bervariasi menurut
tipe pengolahan limbah yang dilakukan, karakteristik sistem pengumpulan, dan
jenis air limbah.
Pada beberapa kasus, equalisasi dapat ditempatkan setelah pengolahan primer
dan sebelum pengolahan biologis. Equalisasi yang diletakkkan setelah pengolahan
primer biasanya disebabkan oleh masalah-masalah yang ditimbulkan oleh lumpur
dan buih. Dalam pelaksanaan equalisasi dibutuhkan pengadukan untuk mencegah
pegendapan dan aerasi untuk menghilangkan bau. Equalisasi biasanya
dilaksanakan bersamaan dengan netralisasi.

d) Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya
gravitasi. Proses ini bertujuan untuk memperoleh air buangan yang jernih dan
mempermudah proses penanganan lumpur. Dalam proses sedimentasi hanya
partikel-partikel yang lebih berat dari air yang dapat terpisah misalnya, kerikil dan
pasir.
Bagianterpenting dalam perencanaan unit sedimentasi adalah mengetahui
kecepatan pengendapan dari partikel-partikel yang akan dipindahkan. Kecepatan
pegendapan ditentukan oleh ukuran, densitas larutan, viskositas cairan, dan
temperatur.
e) Floatasi
Floatasi atau pengapungan digunakan untuk memisahkan padatan dari air.
Unit floatasi digunakan jika densitas partikel lebih kecil dibandingkan dengan
densitas air sehingga cenderung mengapung. Floatasi antara lain digunakan dalam
proses pemisahan lemak dan minyak serta pengentalan lumpur.
2) ProsesPengolahanKimia
a) Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa yang menghasilkan air dan
garam. Dalam pengolahan air limbah pH diatur antara 6,0-9,5. Di luar kisaran pH
tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air termasuk bakteri.

15
Jenis bahan kimia yang dapat ditambahkan tergantung pada jenis dan
jumlah air limbah serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang
bersifat asam dapat dilakukan dengan penambahan NaOH (natrium hidroksida),
sedangkan netralisasi air limbah yang bersifat basah dapatdilakukan dengan
penambahan H2SO4(asam sulfat).
b) Koagulasidanflokulasi
Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang
tersuspensi koloid yang sangat halus di dalam air limbah, menjadi gumpalan-
gumpalan yang dapat diendapkan, disaring atau diapungkan.
3) ProsesPengolahanBiologi
Secara umum proses pengolahan biologi menjadikan pengolahan air limbah
secara modern lebih terstruktur, tergantung pada syarat-syarat air yang harus dijaga
atau jenis air limbah yang harus dikelola. Pengolahan air limbah secara biologi
bertujuan untuk membersihka zat-zat organik atau mengubah bentuk zat-zat organik
menjadi bentuk-bentuk yang kurang berbahaya.
Proses pengolahan secara biologi juga bertujuan untuk meggunakan kembali zat-zat
organik yang terdapat dalam air limbah.

2.4.Pemeriksaan Limbah Olahan


a. Chemical Oxygen Demand (COD)
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya dibandingkan
dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia
dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara
biokimia (Perdana Ginting, 2007). Pemeriksaan COD, dilakukan sebagai suatu
ukuran pencemaran dari air limbah. Hal ini untuk mengukur oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik.
Metode pemeriksaan dilakukan dengan titrasi di laboratorium (tanpa refluks)
dengan prinsip analisis sebagai berikut: pemeriksaan parameter COD ini
menggunakan oksidator potassium dikromat yang berkadar asam tinggi dan
dipertahankan pada temperatur tertentu. Penambahan oksidator ini menjadikan
proses oksidasi bahan organik menjadi air dan CO2, setelah pemanasan. Perbedaan
Kadar BOD, COD, TSS maka sisa dikromat diukur. Pengukuran ini dengan jalan

16
titrasi, oksigen yang ekifalen dengan dikromat inilah yang menyatakan COD dalam
satuan ppm (Mahida, 1994).
b. Biological Oxygen Demand (BOD)
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat
organik dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena
ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian
reaksi telah tercapai (Perdana Ginting, 2007).
Pemeriksaan BOD merupakan salah satu dari pemeriksaan ujicoba-ujicoba
yang paling penting untuk menentukan daya cemar air limbah. Pemeriksaan biokimia
yang mengukur zat-zat organik yang kemungkinan akan dioksidasi oleh kegiatan-
kegiatan bakteri aerobik dalam masa 5 hari pada 200C. Metode pemeriksaanya
dengan Winkler (Titrasi di Laboratorium), dan menggunakan prinsip analisis sebagai
berikut; Pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat organik
dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri
aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan waktu ± 2 hari untuk 50%
reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai.
Dengan kata lain tes BOD berlaku sebagai simulasiproses biologi secara alamiah,
mula-mula diukur DO nol dan setelah mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu
20 °C atau 3 hari pada suhu 25°C–27°C diukur lagi DO air tersebut. Perbedaan DO
air tersebut yang dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses biokimia akan
selesai dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses biokimia
akan selesai dalam waktu 5 hari, walau sesungguhnya belum selesai (Sakti A.
Siregar, 2005).
c. TotalSuspended Solid (TSS)
Menurut Sakti A. Siregar (2005), TSS yaitu jumlah berat zat yang tersuspensi
dalam volume tertentu di dalam air ukurannya mg/l. Pengukuran TSS dapat
dilakukan sebagai berikut :
a) Menyiapkan kertas saring dan cawan penguapan dipananskan dengan suhu
1050C selama 1 jam. Kemudian diambil dan didinginkan ke dalam desikator
selama ± 15 menit lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya.
b) Mengukur air limbah sebanyak 1000 ml.Liter, 6 ml/L EM-4 dan 6 gram/L
starbio.
c) Mengambil air limbah sebanyak 100 ml/L, 6 ml/L EM-4 dan 100 ml/L air
limbah, 6 gram/L starbio.
17
d) Kemudian masing-masing sampel dicampur merata lalu amati keduanya antara
air limbah yang dicampur 6 ml/L EM-4 dan 6 gram/L starbio, terdapat endapan
airnya keruh atau tidak.
e) Menyaring masing-masing sampel dengan kertas saring yang sudah diketahui
beratnya lalu masukkan ke dalam oven dengan suhu 105 0C selama 1 jam,
kemudian dinginkan dalam desikator selama ±15 menit lalu ditimbang untuk
mengetahui beratnya.
d. AmoniaBebas
Metode standar untuk menentukan amonia bebas dalam air dapat dilakukan
dengan prosedur, namun prosedur pemeriksaan ini sangat rumit dan membutuhkan
banyak waktu, yakni sekitar enam jam. Prosedur terdiri dari beberapa langkah. Pada
prosedur ini, seluruh senyawa amonia bebas diuraikan secara kimia dengan
menggunakan campuran asam sulfur, merkuri sulfat, dan potasium sulfat.
Selanjutnya, amonia dan bentukan yang baru didestilasi dengan penambahan NaOH
ke dalam larutan asam borat. Kadar amonia dapat diketahui dengan cara titrasi
menggunakan asam sulfur 0,02 N (Sakti A. Siregar, 2005).
e. Suhu
Suhu air limbah biasanya ±300C dari suhu udara. Pengukuran dilakukan
membelakangi sinar matahari, sehingga panas yang diukur tidak terpengaruh oleh
sinar matahari. Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia
serta tata kehidupan dalam air, sehingga perlu dilakukan pengukuran suhu di unit
pengolahan limbah. Pengukuran suhu dilakukan insitu di bak equalisasi, bak aerasi,
dan outlet. Pengukuran suhu menggunakan thermometer berdasarkan prinsip
pemuaian. Praktikum ini dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 13.00 sehingga nilai
suhu yang diperoleh sedang.
.

18
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan PBL dilaksanakan mulai tanggal 23 Februari sampai dengan 26 Februari
2016 di BTKL Batam.
3.2 Jenis dan Metode
Jenis kegiatan PBL yang dilaksanakan di BTKL Batam adalah mengenai kegiatan
pemeriksaan limbah cair secara kimia dan biologi. Penelitian menggunakan metode
deskriptif, yaitu metode yang bertujuan memberikangambaran mengenai suatu pokok
permasalahan menurut apa adanya, bersifat informatif sehingga pesan yang tersurat dapat
sampai kepada pembacanya.
3.3 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penulisan proposal ini terdiri dari wawancara
atau observasi.
3.4 Pengumpulan Data
Data yang diperoleh berasal dari:
1. DataPrimer
Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan tanya jawab kepada bagian
yang terkait yaitu bagian laboratorium dan petugas pengelola limbah cair di BTKL
Batam.
2. DataSekunder
Data sekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan mempelajari buku, laporan dan
data lain yang berhubungan dengan pengolahan limbah cair di rumah sakit.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisa secara deskriptif dengan pedoman-pedoman
dan standar yang ada mengenai pikiran logis dalam pemecahan masalah yang ada,
sehingga mampu memberikan gambaran dengan jelas mengenai system pengolahan
limbah medis padat dan cair.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Berikut ini adalah deskriptif kegiatan yang telah kami lakukan selama PBL
dengan kelompok kesling Universitas Ratu Samban (UNRAS) di BTKL Batam.
1. Perkenalan dan Seminar tentang profil BTKL Batam
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pembukaan sekaligus perkenalan para perangkat
yang bekerja di BTKL Batam tersebut. Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa dan
mahasiswi yang mengikuti PBL, dosen, dan perangkat dari BTKL Batam. Kegiatan ini
dilakukan dalam bentuk diskusi dan menampilkan profil daripada BTKL Batam dan
menerangkan seputar berdirinya kantor BTKL tersebut dan bagian-bagian dari unit
laboratorium. Berikut profil kantor BTKL Batam :
1) Gambaran Umum BTKL Batam
BTKL PPM Kelas I Batam merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis 
dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan RI. Pada awalnya dibentuk berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor :392/Menkes/SK/IV/1998 tanggal 21 April 1998
dengan nama Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dimana pembentukannya
dipusatkan di Batam dengan pertimbangan bahwa Batam merupakan salah satu
sentral pembangunan industri, perdagangan dan pariwisata.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1095/menkes/SK/IX/1999 tanggal 14 September 1999 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Teknik Kesehatan Lingkungan maka jenis Tupoksi BTKL Batam
sebagai UPT dari Ditjen PPM dan PL Depkes RI dengan wilayah Propinsi yang
dilayani meliputi Propinsi Riau, Sumatera Barat dan Propinsi Kalimantan Barat.
Pada perkembangan selanjutnya sesuai dengan era otonomi daerah BTKL
batam mengalami revitalisasi dan reposisi sehingga pada tanggal 08 Maret 2004,
terbit Kepmenkes Nomor : 267/SK/III/2004 tentang Organisasi dan tata Kerja
UPT di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Menular (BTKL PPM) Kelas I Batam yang mempunyai wilayah kerja regional
meliputi Propinsi Riau dan Jambi.
Berdasarkan undang-undang no 25 tahun 2002 tanggal 25 Oktober 2002
tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Riau maka secara resmi Propinsi
20
Kepulauan Riau (Kepri) menjadi daerah otonom sendiri terpisah dari Propinsi
Riau. Propinsi Kepri terdiri dari enam wilayah administrasi yaitu empat kabupaten
dan dua kota yang salah satunya Kota Batam sebagai tempat kedudukan dari
BTKL PPM Kelas I Batam.
2) Institusi
Nama Unit : Balai Teknik Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit   Menular
:Batam
Alamat : Jln. RE Martadinata no 16 Sekupang
Kota : Batam – Kepulauan Riau 29422
Telp. : (0778)  325966
Fax : (0778)  325580
3) Visi
Sesuai dengan visi Departemen Kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri
untuk hidup sehat”,maka BTKL PPM Kelas I Batam juga
mempunyai visi:“Mewujudkan BTKL PPM Kelas I Batam sebagai sentra
pengendalian penyakit dan perbaikan kesehatan lingkungan dan faktor resiko” 
4) Misi
Untuk mewujudkan misi Departemen Kesehatan yaitu “Membuat Rakyat
Sehat”, maka BTKL PPM Kelas I Batam mempunyai misi sebagai
berikut :“Membuat rakyat sehat melalui penyelenggaraan laboratorium rujukan
serta kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan dalam
rangka pengembangan model dan teknologi tepat guna yang berkualitas untuk
mengatasi permasalahan penyakit pada masyarakat dan lingkungan hidup”
5) Tujuan
Meningkatkan Kesehatan masyarakat keseluruhan melalui peningkatan
kualitas kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular di wilayah
propinsi Kepri,Riau dan Jambi.
6) Strategi
1. Pengembangan dan peningkatan kemampuan BTKL PPM Batam untuk
pelayanan dengan prioritas :
 Peningkatan kualitas lingkungan
 Pemberantasan penyakit menular seperti malaria,Tb paru, filariasis, dan
HIV/AIDS.

21
Akurasi data dan informasi serta ketepatan penanganan pemecahan
masalahkesehatan lingkungan danpenyakit berbasis laboratorium pada wilayah
kerja propinsi Kepri, Riau dan Jambi.
2.  Penggunaan teknologi tepat guna untuk menangani bidang kesehatan
lingkungan dan pemberantasan penyakit menular di propinsi Kepri, Riau dan
Jambi.
3. Peningkatan kemampuan tenaga laboratorium BTKL PPM Batam untuk
menjadi laboratorium rujukan.
4. Standarisasi metode yang digunakan untuk meningkatkan mutu pemeriksaan
laboratorium melalui akreditasi.
5. Peningkatan dan pengembangan jejaring kerja sama antar instansi pusat dan
daerah.
6. Peningkatan profesionalisme tenaga struktural dan fungsional melalui
pendidikan dan pelatihan.
7. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana laboratorium sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7) Sasaran
1. Terwujudnya BTKL PPM Batam sebagai laboratorium rujukan dan kajian ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan yang berkualitas.
2. BTKL PPM Batam sebagai sentra regional kesiapsiagaan dan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi wilayah Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.
3. Meningkatkan pendapatan negara bukan pajak secara simultan dan
berkelanjutan.
4. Meningkatkan dan berkembangnya jangkauan wilayah pelayanan kepada
masyarakat sebagai tugas dan fungsi BTKL PPM Batam.
2. Kunjungan Laboratorium
Dalam kegiatan ini di peroleh informasi berkaitan dengan unit laboratorium
kimia dan fisik yang menguji sampel limbah cair. Terkhusus kami mengetahui
parameter serta sampel air yang sudah di uji dilaboratorium. Pada proses kegiatan
kunjungan ini kami mengerti sistem dan tata cara pemeriksaan limbah cair secara
kimia dan cair di BTKL Batam.
3. Penutupan
Kegiatan ini adalah ujung dari pertemuan dan pengenalan BTKL Batam yang
menjadi tempat Praktek Belajar Lapangan (PBL). Dengan waktu yang singkat
22
kegiatan ini berlangsung hikmat dan kami kini telah mengenal dan memahami
manfaat dari proses kegiatan yang kami telah lakukan.

4.2 Hasil dan Pembahasan


1. Pemeriksaan secara fisik
1) Alat yang digunakan yaitu botol, dirijen plastikukuran 5 Liter, botol plastik
volume 500 mL (2buah), botol oksigen volume 250 mL, alat dan bahan untuk
periksa parameter.
2) Metode yang dipakai yaitu :
A. Pengolahan primer yaitu :
I. penyaringan adalah pertama limbah yang mengalir melalui saluran
pembuangan disaring menggunakan jeruji saring. Metode penyaringan
merupakan cara yang efesien untuk menyisihkan bahan-bahan padat
berukuran besar dari air limbah
II. Pengolahan awal adalah limbah yang telah disaring kemudian disalurkaan
ke suatu tangki atau bak yang fungsi untuk memisahkan pasir dan partikel
padat tarsuspensi lain yang berukuran relative besar. Cara kerja tangki
yaitu dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel pasir jatuh
kedasar tangki sementara air limbah terus di alirkan keproses berikutnya.
III. Pengendapan yaitu setelah melalui proses awal, limbah cair akan dialirkan
ke tangki bak pengendapan.Ditangki pengendapan, limbah cair didiamkan
agar partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap
kedasar tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang
kemudian akan dipisahkan dari air limbah kesaluran lain untuk diolah
lebih lanjut.
IV. Pengapungan yaitu untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dapat menghasilkan gelembung udara berukuran kecil (30-120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah
mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang ke
lingkungan (perairan). Namun bila limbah tersebut juga mengandung
23
polutan yang lain yang sulit dihilangkan melaui proses tersebut, misalnya
agent penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut,
maka limbah tersebut perlu disalurkan ke khusus pengolahan selanjutnya.
B. Pengolahan sekunder yaitu tahap pengolahan sekunder merupakan proses
pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang
dapat mengurai atau mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang
digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode pengolahan
secara biologis yanag umumnya digunakan yaitu metode penyaringan dengan
tetesan, metode lumpur, dan metode kolam.
C. Pengolahan tersier yaitu dilakukan jika setelah pengolahaan primer dan
sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya
bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair atau air limbah. Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya
melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik
terlarut, seperti nirat, fosfat, dan garam-garam. Pengolahan tersier sering
disebut juga pengolahan lanjut. Pengolahan ini meliputiberbagai rangkaian
proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat
digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, percoal filter,
microstaining, vakum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan
besi dan mangan, dan osmosis.
3) Parameter fisik yaitu TSS, warna, kekeruhan, temperatur, bau, minyak dan lemak
4) Cara pengambilan sample
1. Botol yang akan dipergunakan untuk mengambil sample dibersihkan terlebih
dahulu.
2. Botol dibenamkan pada kedalaman perairan yang akan diperiksa.
3. Pengambilan pertama sample air digunakan untuk membersihkan botol
sampling untuk kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk beberapa kali.
4. Pengambilan kedua merupakan sample air yang akan diperiksa kedalam botol
sample untuk kemudian ditutup.
5. Sample diambil pada saat jam kerja atau pagi hari.
6. Pengambilan sample itu diambil dari hulu.
5) SOP yang digunakan oleh BTKL Batam yaitu menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
24
Air Limbah dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1991
tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri yaitu usaha dan/atau kegiatan industry
yang diatur dalam peraturan ini meliputi berbagai industry termasuk industri
pengolahan hasil pertanian, yaitu pengolahan kelapa sawit, karet, susu, tapioka,
dan lain-lain.
2. Pemeriksaan secara kimia
1) Alat yang digunakan yaitu botol, dirijen plastikukuran 5 Liter, botol plastik
volume 500 mL (2buah), botol oksigen volume 250 mL, alat dan bahan untuk
periksa parameter.
2) Metode yang digunakan yaitu, pengolahan primer, sekunder, dan tersier.
Pengolahan secara kimia, pengolahan air buangan secara kimia biasanya
dilakukan untuk menghilangkan partikel yang tidak mudah mengendap, logam-
logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun, dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan kimia dapat memperoleh
efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena memerlukan bahan
kimia.
3) Parameter kimia yaitu BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand), Dissolved Oxygen (DO), Derajat Keasaman (pH), Logam
Berat yaitu tembaga, cadmium, dan lain-lain.
4) Cara pengambilan sample
1. Botol yang akan dipergunakan untuk mengambil sample dibersihkan terlebih
dahulu.
2. Botol dibenamkan pada kedalaman perairan yang akan diperiksa.
4. Pengambilan pertama sample air digunakan untuk membersihkan botol
sampling untuk kemudian dibuang kembali lalu diulang untuk beberapa kali.
5. Pengambilan kedua merupakan sample air yang akan diperiksa kedalam botol
sample untuk kemudian ditutup.
6. Sample diambil pada saat jam kerja atau pagi hari.
7. Pengambilan sample itu diambil dari hulu.
5) SOP yang digunakan oleh BTKL Batam yaitu menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1991
tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri yaitu usaha dan/atau kegiatan industry
yang diatur dalam peraturan ini meliputi berbagai industry termasuk industri
25
pengolahan hasil pertanian, yaitu pengolahan kelapa sawit, karet, susu, tapioka,
dan lain-lain.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri
dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
2. Parameter fisik yaitu TSS (Total Suspended Solid), warna, kekeruhan, temperatur,
bau, minyak dan lemak.
Parameter kimia yaitu BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen
Demand), Dissolved Oxygen (DO), Derajat keasaman (pH), Logam berat.

5.2 Saran
1. Pimpinan BTKL diharapkan dapat terus mendorong program-program pembentukan
manajemen pemeriksaan limbah cair secara kimia dan fisik demi peningkatan mutu
BTKL Batam yakni dengan membentuk sistem manajemen dan alat bahan yang lebih
canggih untuk mendapatkan hasil uji yang lebih akurat.
2. Mahasiswa menjadikan suatu pembelajaran dengan apa yang didapat lapangan selama
melakukan kegiatan khususnya tentang pemeriksaan limbah cair secara kimia dan
fisik.
3. Instansi atau perusahaan diharapkan selalu memeriksakan limbah yang dihasilkan
atau dikeluarkan oleh perusahaan tersebut agar tidak mencemari lingkungan atau
tanah disekitar instansi dan masyarakat tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts G., dan S.S Santika., 1984, ”Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya,
Indonesia.

Atur, 2007. Penurunan Kadar Suspended Solid (SS) dan Phosphate (PO4) Pada Limbah
Cair Pencucian Kendaraan Bermotor Menggunakan Reaktor
“AEROKARBON BIOFILTER”. Tugas akhir. UII. Yogyakarta.

Battistoni, P., G. Fava, P. Pavan, A. Musacco,dan F. Cecchi (1997),Phosphat Removal


inAnaerobic Liquors by Struvite Crystallization without Addition of
Chemicals: PreliminaryResults, Water Research 31, 2925-2929.

Clark, T., T. Stephenson, dan P.A. Pearce (1997), Phosphorus Removal by Chemical
Precipitation in a Biological Aerated Filter, Water Research 31, 2557-2563.

Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/2004 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI, 1995. Keputuan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/MENLH/12/1995


tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit,Jakarta :Depkes RI.

Ginting Perdana, 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Bandung:
CV. Yrama Widya.

Hong,Ahn.,2003. Enhanced biological phosphorus and nitrogen removal using Sequencing


anoxic/anaerobic membrane bioreactor. Journal of environmental engineering.vol
157. Februari 2003, p: 345-352

Instalasi Sanitasi, 2006. Pedoman Pengolahan Limbah Cair, Surakarta:Rumah Sakit


Umum RSUD dr. Moewardi.

Mahida, 1994. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta Rajawali Pers.
P2K3RS, 2007/2008. Program Pengelolaan Limbah Cair, Padat dan Gas,
Surakarta: Rumah Sakit Umum RSUD Dr. Moewardi.

Siregar A., 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah, Yogyakarta : Kanisius.

Strom, P.F. 2006b. Phosphorus Removal Techniques. Invited Presentation for Water
Quality Trading, 91st Annual Meeting, NJWEA, Atlantic City, NJ.

Tanyi, Adelbert., 2006, Comparison of chemical and biological phosphorus removal in


wastewater -a modelling approach., Master’s thesis Water and Environmental
Engineering, Lunds Universitet.

28
Kepres RI, 2000. Keputusan Presiden RI Nomor 10 tahun 2000 tentang Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia,

Depkes RI 2009 , ’Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya’. Jakarta

Kusminarno, K., 2004, ‘Manajemen Limbah Rumah Sakit’, Jakarta

Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, ‘Kajian Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah
Sakit’, Jakarta

Notoadmodjo, S., 2007, ‘Ilmu Kesehatan Masyarakat’, Rineka Cipta, Jakarta

Paramita, N., 2007, ‘Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto’, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-187x, Semarang

Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit

Shofyan, M., 2010, ‘Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta
Lingkungan’, UPI

Suripto, A., 2002, ‘Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit’, Buletin
Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong

Zaenab, 2009, ’Teknologi Pengolahan Limbah “Medis” Cair’, Makassar

29

Anda mungkin juga menyukai