JUANDA
OLEH:
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Bandar
Udara tepat pada waktunya. Adapun makalah ini dihimpun sebagai salah satu
tugas mata kuliah Tugas Bandar Udara.
Dalam Penyusunan Tugas ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih pada Bapak Dr. Ir. I Wayan Suweda, MSP. MPhil
selaku dosen mata kuliah Tugas Bandar Udara, serta semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Saya menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan Laporan
ini, karenanya diharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun sebagai
bahan penyempurnaan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bandar udara (bandara) memegang peranan penting bagi suatu Negara
maupun daerah. Bandara merupakan gerbang atau pintu masuk dari suatu daerah
atau sebagai fasilitator yang menghubungkan antara daerah satu dengan daerah
lainnya. Menurut PT (persero) Angkasa Pura Bandar Udara adalah lapangan
udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan
minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk
masyarakat.
Pada awal mula berkembangannya bandar udara hanya terdiri dari bangunan
yang ditujukan kepada penumpang dan adanya ruang terbuka yang cukup bagi
pergerakan pesawat, baik untuk landas pacu maupun tempat menaikkan ataupun
menurunkan penumpang. Namun, seiring perkembangan zaman dan
bertambahnya jumlah penumpang bertambah pula ukuran pesawat, maka
diperlukan adanya peningkatan untuk bandara udara. Peningkatan tersebut berupa
pengadaan komponen-komponen bandar udara. Komponen-komponen minimal
bandar udara terdiri dari Runway (R/W), Taxiway, Apron, Terminal, Pemadam
Kebakaran dan Jalan masuk/Parkir kendaraan.
Salah satu bandara udara tersibuk di Indonesia adalah Bandar Udara
Internasional Juanda, yang terletak di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bandara
udara juanda di bangun sejak tahun 1959 dan diresmikan penggunanya oleh
Presiden Pertama Republik Indonesia pada tanggal 12 Agustus 1964 dengan
sebutan pangkalan udara TNI-AL ( Lanundal Juanda ).pada awalnya
dipergunakan untuk keperluan militer,namun sejalan dengan perkembangan jaman
dan meningkatnya kebutuhan maka bandara ini berkembang pula untuk
penerbangan sipil. Perkembangan penerbangan sipil yang semakin meningkat
menyebabkan meningkatnya kesibukan TNI-AL.
Tahun 1981 penerbangan sipil di lanudal juanda di alihkan pengelolaanya
dari Dephamkam Kepada Dephub,dengan pengolahan bandara juanda diserahkan
pada Direktorat Perhubungan Udara sampai tahun 1984. Sejak tanggal 1 januari
1985 pengolahan bandara diserahkan kepada Perum Angkasa Pura.Tahun 1986
Perum Angkasa Pura berubah menjadi Perum Angkasa Pura I. Dibawah
pengolahan Pt.Angkasa Pura I bandara juanda telah melakukan perubahan
-perubahan dan mengalami perkembangan di antaranya, tanggal 26 juli 1985
ditetapkan sebagai bandara Ekspor/Impor, pada tanggal 12 desember 1987 di buka
pelayanan penerbangan internasional seperti singapura,Hongkong,Taipe dan
Manila dengan Transit bandara soekarno-Hatta.
Setahun berikutnya pada tanggal 1 Oktober 1988 dilayani kedatangan
Internasional Khusus custum. Pada tahun 1988 bandara juanda dinyatakan sebagai
pintu masuk bebas visa bagi wisata asing, pada tanggal 26 mei 1990 dilakukan
peresmian VIP Room oleh bapak Sudharmono,SH. 24 desember 1990 Menteri
Perhubungan Ir.Aswar Anas meresmikan terminal Internasional oleh sekaligus
pembukaan penerbangan Internasional perdana pada bulan desember 1991
Singapura Airlines dan China Sounthern Air membuka jalur pernerbangan ke
singapura dan Canto ( China ).
Secara keseluruhan terminal bandara juanda mencapai 28.088 m2 dengan
kapasitas total 5,4 juta penumpang/tahun. Bandara juanda memiliki 3 terminal
yaitu terminal domestik, Internasional dan terminal Cargo. Selain Terminal-
terminal di atas, bandara juanda juga memliki terminal VIP, terminal ini Khusus
di gunakan Untuk kedatangan maupun keberangkatan Tamu Khusus atau Tamu
bandara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen – komponen bandar udara ?
2. Apa yang dimaksud dengan Runway & Konfigurasi?
3. Apa yang dimaksud dengan Taxiway & Jenisnya?
4. Berapa Luas dari komponen – komponen bandara?
5. Berapa Biaya pembangunan bandara
6. Bagaimana komponen- komponen Bandara Juanda?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui komponen – komponen bandar udara
2. Mengetahui Runway & Konfigurasi
3. Mengetahui Taxiway & Jenisnya
4. Mengetahui Luas dari komponen – komponen bandara
5. Mengetahui Biaya pembangunan bandara
6. Mengetahui komponen- komponen Bandara Juanda
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komponen-Komponen Bandara
2.1.1 Sisi Udara (Air Side)
Sisi udara (Air Side) adalah bagian dari Bandar udara untuk operasi
pada bagian udara dan segala fasilitas penunjangnya yang merupakan
daerah non publik (Non Public Area)
A. Runway (Landasan Pacu)
Runway adalah Area yang dipergunakan untuk take-
off dan landing pesawat terbang yang sedang beroperasi, Jumlahnya
tergantung dari volume lalu lintas yang dilayani oleh Lapngan terbang
yang bersangkutan dan Orientasinya tergantung kepada antara lain oleh
luas lahan yang tersedia untuk pengembangan lapangan terbang dan arah
angin dominan yang bertiup.
B. Taxiway
Taxiway adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukan
jalan yang menghubungkan landasan pacu dengan hangar, terminal, apron
dan fasilitas lainnya. Istilah pesawat sedang ‘taxiing’ berarti pesawat
sedang berjalan di area landasan pacu, baik itu saat persiapan untuk take-
off maupun landing (mendarat). Jalan taxiway ini kebanyakan memiliki
permukaan yang keras seperti aspal atau beton, walaupun bandar udara
yang lebih kecil kadang-kadang menggunakan kerikil atau rumput. Pada
bandara yang ramai intensitas penerbangannya, biasa taxiway didesain
khusus agar pesawat dapat segera meninggalkan area landasan pacu (take-
off atau pun landing). Ini disebut desain high-speed atau rapid-exit
taxiway. Tujuannya agar pesawat dapat segera meninggalkan area
landasan pacu dan memungkinkan pesawat lain menggunakan landasan
pacu. Tentu saja ini memerlukan perencanaan dan perancangan desain
yang matang.
C. Apron
Adalah sarana parkir / menyimpan pesawat yang posisinya terletak
diantara Bangunan terminal dan Taxiway yang dimaksudkan untuk
menempatkan pesawat terbang agar cepat memuat dan menurunkan
penumpang, angkutan surat, barang atau kargo, kegiatan pemeliharaan
pesawat, melayani arus pesawat ke dan dari pintu dan arus peralatan yang
melayani pesawat didarat. Sehubungan dengan efisiensi dari Bandara,
adalah sangat penting untuk menempatkan Apron dengan bangunan
terminal. Dibuat cukup luas sehingga bila pesawat yang tidak melakukan
proses llepas landas pesawt lain dapat menyalipnya. Posisi parkir pesawat
terbang di terminal disebut Aircraft stand
1. Luas Area Apron
Dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Ukuran dan karakteristik manuver pesawat terbang
b. Volume lalu litas di Apron
c. Persyaratan ruang bebas
d. Cara pengaturan Aircraft stand
e. Bentuk (lay out)
f. Persayaratan bagi aktivitas fasilitas pendukung (Aircraft ground
activity)
g. Taxiway dan jalan-jalan lain (service road)
2. Tipe Apron :
a. Apron Cargo
Adalah Apron yang berdekatan dengan gedung kargo utnuk
melayani pesawat-pesawat yang khusus mengangkut kargo dan
dialokasikan areal yang cukup luas untuk mengakomodasi
sebanyak mungkin pesawat-pesawat yang diparkir
b. Apron Terminal
Adalah Apron yang diperuntukkan bagi manufer pesawat dan juga
parkir pesawat dekat terminal, dan areal ini merupakan daerah
dimana penumpang dapat naik turun pesawat. Areal ini juga
dilengkapi dengan fasilitas pengisian bahan baker ataupun fasilitas
perawatan kecil
c. Apron Parkir
Kadang suatu bandara memerlukan Apron parkir yang agak
terpisah, disini pesawat dapat parkir dalam waktu yang lebih lama,
digunakan selama Crew pesawat beristirahat atau karena
diperlukan perbaikan kecil terhadap pesawat.
d. Apron Hanggar dan Apron Service
Adalah areal didekat hangar perbaikan yang digunakan untuk
perbaikan ringan. Sedangkan Apron hangar adalah areal tempat
dimana pesawat masuk keluar hangar
e. Isolated Apron
Adalah Apron yang diperuntukkan pesawat-pesawat yang perlu
diamankan, misalnya yang dicurigai membawa bahan peledak,
lokasinya agak diletakkan jauh dari Apron biasa ataupun dari
Bandar udara dan bangunannya.
3. Apron Utility
Instalasi-instalasi tetap harus ada pada Apron untuk melayani pesawat
diposisi parkirnya, fasilitas-fasilitas tersebut adalah :
a. Pengisian Bahan bakar pesawat
Disini dilakukan oleh Truck tangki, untuk Bandara yang besar
pengisian dengan sistim pipa. Keuntungan dengan Truck adalah
bahwa pesawat dapat diisi diposisi manapun pada Apron, jumlah
Truck dapat disesuaikan dengan kebutuhan akan tetapi juga
mempunyai kelemahan terutama untuk pengisian pesawat-pesawat
besar yang sampai 8000 liter untuk pesawat Boeing 747-100
sehingga harus disiapkan Truck dalam jumlah yang banyak
sehingga mengganggu lalu lintas penumpang dan kemungkinan
adanya bahaya kebakaran.
b. Tenaga Listrik
Tenaga listrik dibutuhkan untuk melayani pesawat selama mesin
bekerja, bahkan juga sering diperlukan tenaga listrik eksternal
utnuk menghidupkan mesin.
c. Fasilitas Grounding Pesawat
Fasilitas hubungan tanah harus disediakan di Apron utnuk
melindungi pesawat dan truck tangki.
Kapasitas sistem ini sangat tergantung pada jumlah runway dan jarak
diantaranya. Menurut ICAO dalam Annex 14 Aerodromes Volume 1 (2004), jarak
antara parallel non-instrument runway dapat dibagi menjadi tiga, yaitu berdekatan
(close), menengah (intermediet), dan jauh (far). Runway berdekatan (close)
memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh 120m (394ft). Runway
menengah (intermediet) memiliki jarak minimum antara sumbu ke sumbu sejauh
150m (492ft). Runway jauh (far) memiliki jarak minimum antara sumbu ke
sumbu sejauh 210m (689ft).
Sedangkan, jarak antara parallel instrument runway dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu 1.035m (3.396ft) untuk independent parallel approaches, 915m
(3.002ft) untuk dependent parallel approaches, 760m (2.493ft) untuk independent
parallel departures, dan 760m (2.493ft) untuk segregated parallel operations.
Untuk runway sejajar berjarak dekat, menengah dan renggang kapasitasnya per
jam dapat bervariasi di antara 100 sampai 200 operasi dalam kondisi-kondisi
VFR, tergantung pada komposisi campuran pesawat terbang. Sedangkan dalam
kondisi IFR kapasitas per jam untuk yang berjarak dekat berkisar di antara 50
sampai 60 operasi, tergantung pada komposisi pesawat terbang. Untuk runway
sejajar yang berjarak menengah, kapasitas per jam berkisar antara 60 sampai 75
operasi dan untuk yang berjarak renggang antara 100 sampai 125 operasi per jam.
D. Landasan bersilangan
Landasasan bersilangan diperlukan apabila angin bertiup keras dari satu arah,
yang akan menghasilkan tiupan angin yang berlebihan bila landasan mengarah
pada satu arah angin. Bila angin bertiup lemah ( kurang dari 20 knot atau 13
knot ) maka kedua landasan bisa dipakai bersama – sama. Kapasitas dua landasan
yang bersilangan bergantung sepenuhnya dibagian mana landasan ini bersilangan
( ditengah, diujung ) serta cara operasi penerbangan yaitu strategi pendaratan dan
lepas landas. Persilangan makin jauh dari awal lepas landas dan threshold
pendaratan akan mengurangi kapasitasnya.
E. Landasan V terbuka
Seperti halnya bersilangan, landasan terbuka dibentuk karena arah angin
keras dari banyak arah, sehingga harus membuat landasan dengan dua arah. Bila
angin bertiup kencang dari satu arah saja, sedangkan pada keadaan angin bertiup
lembut kedua landasan bias dipakai bersama – sama.
Gambar 2. 7 Landasan V Terbuka dan V Tertutup