Faktor Gula Indo
Faktor Gula Indo
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
Siti Nurjanah
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Sejarah Artikel: Peningkatan industri makanan dan minuman berarti GDP meningkat kebutuhan gula juga
Diterima April 2015 meningkat. Artinya, impor gula akan meningkat, apabila tidak dibarengi dengan peningkatan
Disetujui Mei 2015 produksi gula nasional secara proporsional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
Dipublikasikan Juni menganalisis pengaruh jumlah industri dan Gross Domestic Product terhadap impor gula di
2015 Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (tahun 1977-2012)yang
diolah dan dianalisis menggunakan regresi linierordinary least square, dengan uji model dan uji
Keywords: hipotesis. Alat analisis ini untuk mengetahui pengaruh variable independen terhadap variable
number of industries, Gross dependen. Hasil penelitian menunjukkan; secara bersama-sama variabel jumlah industri dan Gross
Domestic Product, the Domestic Product berpengaruh secara signifikan terhadap impor gula di Indonesia, dengan adjusted R
import. square sebesar 82,1%. Secara parsial, jumlah industri berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
impor gula di Indonesia. Gross Domestic Product berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor
gula di Indonesia. Implikasi dari penelitian ini melalui Menteri Pertanian melakukan swasembada
gula dengan cara membangun pabrik gula baru, hasil panen akan dibeli oleh pemerintah,
melakukan riset dan pengembangan budidaya tebu, serta penegakan peraturan terkait dengan
tataniaga gula.
Abstract
Increase food and beverage industry means that GDP increased, sugar demand is also increasing. That is to
saysugar imports will increase if not accompanied by an increase. If proportion of national sugar production.
This study aims to examine and analyze the effect of the number of industries and the Gross Domestic Product
of the sugar imports in Indonesia. The data that are used in this study are time series data (years 1977-2012)
were processed and analyzed using ordinary least squares linear regression, to test the model and hypothesis
testing. This study, to determine the effect of the independent variable on the dependent variable. The results
showed; simultaneously variable number of industry and Gross Domestic Product significantly affect the import
of sugar in Indonesia, with adjusted R-square of 82.1%. Partially, the number of industries are not significant
positive effect on sugar imports in Indonesia. Gross Domestic Product and a significant positive effect on sugar
imports in Indonesia. The implications of this research through the Minister of Agriculture perform self-
sufficiency by building a new sugar factory, the harvest will be purchased by the government, conduct research
and development of sugarcane cultivation, and enforce regulations relating to sugar trading system.
182
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
184
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
185
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui sebesar Rp. 16.514 per tahun, dengan besarnya
bahwa jumlah industri makanan dan minuman penyimpangan (standard deviation) 22.939.
yang ada di Indonesia sejak tahun 1978-2012 Jumlah impor gula Indonesia sejak tahun
paling sedikit 2.420 industri terjadi pada tahun 1978-2012 paling sedikit 22.019 ton industry
1979, terbanyak 6.615 industri terjadi pada terjadi pada tahun 1990, terbanyak 2.872.365
tahun 2006. Adapun rata-rata jumlah industri ton terjadi pada tahun 2012. Adapun rata-rata
makanan dan minuman yang ada di Indonesia jumlah impor gula Indonesia selama kurun
selama kurun waktu 35 tahun rata-rata waktu 35 tahun dalam penelitian ini adalah
mengalami pertumbuhan 46% per tahun, 5.614 ton per tahun, dengan
dengan besarnya penyimpangan (standard besarnyapenyimpangan (standard deviation)
deviation) sebesar 11,4%. sebesar 6.134.
Selanjutnya Gross Domestic Product
Uji Normalitas
Indonesia sejak tahun 1978-2012 paling rendah
Uji normalitas dalam penelitian ini
Rp. 69.325 terjadi pada tahun 1978, tetinggi Rp.
dilakukan dengan menggunakan uji
8.241.864 terjadi pada tahun 2012. Adapun rata-
Kolmogorov Smirnov Z. Jika asyimp. sig.
rata Gross Domestic Product Indonesia selama
residual > alpha. Uji normalitas dilakukan
kurun waktu 35 tahun dalam penelitian ini
sebagai berikut:
mengalami peningkatan
186
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa uji pengujian terlebih dahulu mengabsoludkan
normalitas Kolmogorov Smirnov Z mempunyai dari RES 1 (Abs_RES1), dan kemudian
asyimp. sig 0,264, dengan demikian 0,264 > menjadi variabel dependen. Pengujian
0,05. Oleh karena itu, dapat dideskripsikan dilakukan dengan melihat hasil/nilai dari
bahwa residual data dalam penelitian ini signifikansinya. Jika masing-masing variabel
terdistribusi normal, sehingga dapat dilanjutkan independen tidak ada yang signifikan (> 0,05),
pada pengujian-pengujian selanjutnya. maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas
Perhitungan heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian
dilakukan dengan program SPSS, dan
ini dilakukan dengan uji Park. Dimana tahap
diperoleh hasil sebagai berikut :
(Constant) ,885
1 Jumlah Industri (X1) ,320
Gross Domestic Product (X2) ,075
a. Dependent Variable: Abs_RES1
Sumber : data diolah.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi
bahwa signifikansi variabel jumlah industri (X1) heteroskedastisitas.
sebesar 0,320; variabel Gross Domestic Product Uji Autokorelasi
(X2) sebesar 0,075. Signifikansi dari kedua Uji autokorelasi dilakukan dengan uji
variabel independen tersebut berarti > 0,05; Durbin Watson (DW test), jika : du < dw < 4-
sehingga tidak signifikan terhadap variabel du, maka tidak terjadi autokorelasi
Abs_RES. Hasil pengujian dapat dideskripsikan
187
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui dan minuman, secara otomatis kebutuhan akan
bahwa untuk variabel jumlah industri (X1), dan gula juga akan meningkat. Hal ini berdampak
Gross Domestic Product(X2) masing-masing pada meningkatnya permintaan, jika hal ini
mempunyai nilai tollerance > 0,10 dan VIF < 10. tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam
Hasil ini dapat dideskripsikan bahwa dalam negeri, maka kebijakan yang diambil adalah
penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. dengan melakukan impor gula, supaya tidak
terjadi kelangkaan.
Analisis Persamaan Regresi Koefisien regresi Gross Domestic Product
Berdasarkan persamaan 1, maka hasil sebesar 0,692 adalah jika Gross Domestic
pengolahan data dapat regresi dapat dirumuskan Product Indonesia meningkat sebesar 1%,
sebagai berikut : dengan asumsi ceteris paribus maka jumlah
Y= 498408,664+0,188X1 + 0,692X2 + impor gula Indonesia juga akan meningkat
e1...................................... (2) sebesar 69,2%. Namun sebaliknya, jika Gross
Konstanta sebesar 498408,664 adalah jika Domestic Product Indonesia turun sebesar 1%,
jumlah industri makanan dan minuman, dan dengan asumsi ceteris paribus maka jumlah
Gross Domestic Product penduduk Indonesia impor gula Indonesia juga akan turun sebesar
diasumsikan nilainya nol (tidak ada), serta 69,2%. Gross Domestic Product merupakan
ceteris paribus maka jumlah impor gula salah satu indikator pendapatan nasional. Jika
Indonesia sebesar 498.408,664 ton. Gross Domestic Product suatu negara tinggi,
Koefisien regresi jumlah industri sebesar maka mengindikasikan bahwa pendapatan
0,188 adalah jika jumlah industri makanan dan masyarakat juga tinggi. Tingginya pendapatan
minuman yang ada di Indonesia meningkat ini berdampak pada meningkatnya daya beli
sebesar 1%, dengan asumsi ceteris paribus maka yang tinggi pula, tidak terkecuali pada gula. Hal
jumlah impor gula Indonesia juga akan ini mengakibatkan kebutuhan akan bahan
meningkat sebesar 18,8%. Namun sebaliknya, pendukung makanan dan minuman meningkat
jika jumlah industri makanan dan minuman yaitu gula. Akibatnya berpengaruh terhadap
yang ada di Indonesia turun sebesar 1%, dengan impor gula Indonesia yang meningkat.
asumsi ceteris paribus maka jumlah impor gula
Indonesia juga akan turun sebesar 18,8%. Uji F
Peningkatan jumlah impor gula yang disebabkan Uji F bertujuan untuk mengetahui
oleh jumlah industri makanan dan minuman ini pengaruh variabel jumlah industri makanan
sangat mudah dipahami. dan minuman, dan Gross Domestic Product
Produksi makanan dan minuman yang secara simultan terhadap impor gula
sampai saat ini masih menggunakan bahan baku Indonesia. Berdasarkan olah data diperoleh
utamanya adalah gula, maka semakin hasil:
banyaknya industri yang memproduksi makanan
188
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
Tabel 6 Uji F
ANOVAa
Model F Sig.
Regression 51,376 ,000b
1 Residual
Total
a. Dependent Variable: Impor (Y)
b. Predictors: (Constant), Lag_Y, Jumlah Industri (X1),
Gross Domestic Product (X2)
Berdasarkan tabel 7 diperoleh adjusted R dan harga gula domestik. Hasil penelitian
square sebesar 0,821. Artinya bahwa variabel tersebut membuktikan bahwa tidak hanya
jumlah industri makanan dan minuman, dan variabel jumlah industri dan Gross Domestic
Gross Domestic Product secara simultan Product yang dapat mempengaruhi impor gula.
mampu mempengaruhi variabel impor gula
Indonesia sebesar 82,1% dengan ceteris paribus. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji t,
Selebihnya 17,9% impor gula Indonesia
dimana tujuannya ingin mengetahui pengaruh
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
variabel jumlah industri, dan Gross Domestic
termasuk dalam penelitian ini. Misalnya seperti
Product secara parsial terhadap impor gula
hasil penelitian Samsikin (2013), dimana impor
Indonesia. Berdasarkan olah data diperoleh
gula dipengaruhi oleh produksi, jumlah
hasil:
penduduk, kurs valuta asing, harga gula impor,
(Constant) ,078
Jumlah Industri (X1) 1,734 ,093
1
Gross Domestic Product (X2) 4,039 ,000
Lag_Y 2,686 ,012
a. Dependent Variable: Impor (Y)
Sumber : data sekunder yang diolah.
190
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
Uji hipotesis pertama (H1) bertujuan makanan dan minuman berpengaruh positif
untuk menguji pengaruh variabel jumlah namun tidak signifikan terhadap jumlah impor
industri makanan dan minuman terhadap impor gula.
gula di Indonesia. Berdasarkan tabel 8, nampak
bahwa t hitung > t tabel (1,734 > 1,684), dengan Pengaruh Variabel Gross Domestic Product
demikian t hitung berada pada area penerimaan Terhadap Impor Gula
Ha, dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,093. Gross Domestic Product menurut
Hasil ini dapat dideskripsikan bahwa variabel Sukirno (2012:34) adalah nilai barang dan jasa
jumlah industri makanan dan minuman dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
berpengaruh positif namun tidak signifikan faktor-faktor produksi milik warga negara
terhadap variabel impor gula di Indonesia. tersebut dan warga negara asing. Gross
Uji hipotesis kedua (H2) bertujuan untuk Domestic Product sering dianggap sebagai
menguji pengaruh variabel Gross Domestic ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Gross
Product terhadap impor gula di Indonesia. Domestic Product diantaranya merupakan
Berdasarkan hasil olah data yang nampak bahwa jumlah dari konsumsi. Dimana konsumsi terdiri
t hitung > t tabel (4,039 > 1,684), dengan dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga
demikian t hitung berada pada area penerimaan (Mankiw, 2003:25). Jumlah suatu komoditi yang
Ha, dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,000. bersedia dibeli selama periode waktu tertentu
Hasil ini dapat dideskripsikan bahwa variabel merupakan fungsi dari pendapatan nasional,
Gross Domestic Product berpengaruh positif harga komoditi itu sendiri, hargam komoditi
minuman yaitu gula. Apabila kebutuhan ini lain, dan citarasa individu. Berdasarkan harga
tidak dapat terpenuhi, maka volume produksi komoditi tersebut, dan dengan menganggap
akan turun, yang akibatnya dapat terjadi faktor lain tersebut tetap (ceteris paribus), maka
kelangkaan gula. Upaya yang dapat dilakukan diperoleh kurva permintaan (Salvator, 2008:13).
dengan menganggap faktor lain tetap adalah Jika salah satu kondisi ceteris baribus berubah,
dengan melakukan impor gula. maka seluruh kurva permintaan bergeser, dan ini
Berdasarkan hasil uji hipotesis (H1) disebut sebagai perubahan permintaan. Apabila
bahwa t hitung > t tabel (1,734 > 1,684) dengan pendapatan nasional individu meningkat dan
signifikansi 0,093. Hasil tersebut ini faktor lain konstan permintaan individu atas
membuktikan bahwa jumlah industri makanan suatu komiditi akan meningkat, sehingga kurva
dan minuman berpengaruh positif namun tidak permintaan bergeser ke atas. Kondisi tersebut
signifikan terhadap jumlah impor gula di menunjukkan bahwa dengan harga yang sama
Indonesia. Hasil yang positif ini didasari oleh seseorang akan membeli lebih banyak komoditi
Teori Neo Klasik, ketika industri modern baru per unit waktu (Salvator, 2008:13).
mengalami peningkatan, maka membutuhkan Berdasarkan uji hipotesis (H2) bahwa t
tambahan input yang banyak (tenaga kerja), hitung > t tabel (4,039 > 1,684) dengan
yang secara umum diambil dari pedesaan, disisi signifikansi 0,000. Hasil ini membuktikan
lain mereka lebih suka bekerja di perkotaan bahwa Gross Domestic Product berpengaruh
karena penghasilanya pasti dan lebih tinggi. positif dan signifikan terhadap jumlah impor
Akhirnya, sektor pertanian kekurangan tenaga gula di Indonesia. Hasil positif tersebut
kerja serta berdampak pada hasil panen (tebu) dikarenakan ketika Gross Domestic Product
menurun, yang berakibat pada produksi gula suatu negara tinggi, mengindikasikan
juga turun. Dampak selanjutnya tidak mampu pendapatan nasional negara tersebut juga
mencukupi permintaan dari industri makanan tinggi, dan sekaligus merepresentasikan bahwa
dan minuman. Upaya yang dilakukan supaya pendapatan masyarakat juga tinggi. Hal ini
tidak terjadi kelangkaan gula adalah dengan akan berpengaruh pada pola hidup, misalnya
melakukan impor. Hasil penelitian ini didukung pola konsumsi makanan dan minuman, yang
oleh penelitian Rahardjo (2009), dimana hasil berdampak pada meningkatkan daya beli. Hal
penelitian membuktikan bahwa jumlah industri ini menyebabkan permintaan makanan dan
190
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)
pemerintah, dan melakukan riset dan Salvator, Dominick. 2008. Mikro Ekonomi.
pengembangan budidaya tebu. Terkait dengan Jakarta. Erlangga.
Gross Domestic Product, saran yang dapat
disampaikan kepada pemerintah melalui Samsikin, Farialdi. 2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Impor Gula di Provinsi Jawa
Departemen Perdagangan Internasional Timur Tahun 1998-2012. Surabaya. Fakultas
sebaiknya meningkatkan kegiatan penyuluhan, Pertanian Universitas Pembangunan
dan penegakan peraturan terkait dengan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
tataniaga gula supaya tidak terjadi kebocoran
Sukirno, Sadono. 2012. Teori Pengantar Makro
terhadap gula impor yang langsung dikonsumsi Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta.PT. Raja
masyarakat. Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Endang. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh terhadap Impor Gula di
Indonesia. Surabaya. Universitas
Pembangunan Nasional.
191