Anda di halaman 1dari 10

EDAJ 4 (2) (2015)

Economics Development Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA DI


INDONESIA

Siti Nurjanah

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Peningkatan industri makanan dan minuman berarti GDP meningkat kebutuhan gula juga
Diterima April 2015 meningkat. Artinya, impor gula akan meningkat, apabila tidak dibarengi dengan peningkatan
Disetujui Mei 2015 produksi gula nasional secara proporsional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
Dipublikasikan Juni menganalisis pengaruh jumlah industri dan Gross Domestic Product terhadap impor gula di
2015 Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (tahun 1977-2012)yang
diolah dan dianalisis menggunakan regresi linierordinary least square, dengan uji model dan uji
Keywords: hipotesis. Alat analisis ini untuk mengetahui pengaruh variable independen terhadap variable
number of industries, Gross dependen. Hasil penelitian menunjukkan; secara bersama-sama variabel jumlah industri dan Gross
Domestic Product, the Domestic Product berpengaruh secara signifikan terhadap impor gula di Indonesia, dengan adjusted R
import. square sebesar 82,1%. Secara parsial, jumlah industri berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
impor gula di Indonesia. Gross Domestic Product berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor
gula di Indonesia. Implikasi dari penelitian ini melalui Menteri Pertanian melakukan swasembada
gula dengan cara membangun pabrik gula baru, hasil panen akan dibeli oleh pemerintah,
melakukan riset dan pengembangan budidaya tebu, serta penegakan peraturan terkait dengan
tataniaga gula.

Abstract

Increase food and beverage industry means that GDP increased, sugar demand is also increasing. That is to
saysugar imports will increase if not accompanied by an increase. If proportion of national sugar production.
This study aims to examine and analyze the effect of the number of industries and the Gross Domestic Product
of the sugar imports in Indonesia. The data that are used in this study are time series data (years 1977-2012)
were processed and analyzed using ordinary least squares linear regression, to test the model and hypothesis
testing. This study, to determine the effect of the independent variable on the dependent variable. The results
showed; simultaneously variable number of industry and Gross Domestic Product significantly affect the import
of sugar in Indonesia, with adjusted R-square of 82.1%. Partially, the number of industries are not significant
positive effect on sugar imports in Indonesia. Gross Domestic Product and a significant positive effect on sugar
imports in Indonesia. The implications of this research through the Minister of Agriculture perform self-
sufficiency by building a new sugar factory, the harvest will be purchased by the government, conduct research
and development of sugarcane cultivation, and enforce regulations relating to sugar trading system.

© 2015 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: edaj_unnes@yahoo.com

182
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

PENDAHULUAN Domestic Product itu sendiri. Jadi, tejadinya


peningkatan industri makanan dan minuman
Gula merupakan kebutuhan pokok
berarti Gross Domestic Product meningkat
masyarakat, baik yang mengkonsumsi secara
kebutuhan gula juga meningkat, yang berarti
langsung (rumah tangga) ataupun industri yang
pula impor gula akan meningkat jika tidak
memerlukan gula sebagai salah satu bahan baku
dibarengi dengan peningkatan produksi gula
atas produk yang dihasilkan. Adapun kebutuhan
nasional secara proporsional.
gula tersebut sangat bervariasi dalam hal jenis
Penggolongan jumlah industri makanan
maupun jumlah kebutuhannya. Kebutuhan
dan minuman menurut Badan Pusat Statistik
tersebut meningkat setiap tahunnya, namun
(2013) terdiri dari dua yaitu perusahaan
peningkatan konsumsi gula nasional ini tidak
berskala sedang dan besar. Peningkatan jumlah
diikuti oleh kemampuan produksi nasional.
industri makanan dan minuman bisa
Guna mencukupi kekurangan tersebut
berdampak pada meningkatnya jumlah gula
pemerintah akan melakukan perluasan kebun
yang harus diimpor. Namun berdasarkan data
tebu serta membangun pabrik gula baru.
yang diperoleh, tahun 2004 jumlah industri
Disamping itu Kementerian Perdagangan telah
meningkat sebesar 5,10% namun impor gula
menerbitkan izin impor gula tahun 2014
justru turun hingga 35,90%. Kondisi yang sama
sebanyak 502 ton. Tingginya impor gula juga
juga terjadi pada tahun 2006 terjadi
terjadi di Rumania. Hal tersebut di sebabkan
peningkatan jumlah industri yang cukup drastis
oleh berbagai guncangan internal akibat
yaitu 40,09% namun impor gula mengalami
rendahnya pasokan gula dalam negeri (Pop, et a,
penurunan sebesar 18,06%.
2013).
Fenomena berikutnya dalam penelitian
Sejak tahun 2007 sampai tahun 2011,
ini adalah pendapatan nasional yang diukur
pemerintah mengimpor gula jauh lebih besar
dengan GDP kaitannya dengan jumlah impor.
dari kebutuhan yaitu rata-rata sebesar lebih dari
Gross Domestic Product di atas mempunyai
2,5 juta ton (sebagian besar dalam bentuk raw
trend yang cenderung meningkat selama 10
sugar, dan sisanya berbentuk white sugar dan
tahun terakhir. Namun meningkatnya Gross
refined sugar) dan terus bertambah dari tahun ke
Domestic Product pada tahun 2004, 2006, dan
tahun. Pada tahun 2010 dialokasikan impor 3,3
2008 justru berdampak pada menurunnya
juta ton yang berarti bahwa prinsip
jumlah impor gula. Pada tahun 2004 Gross
mengedepankan keseimbangan antara supply
Domestic Product meningkat sebesar 12,57%,
dengan kebutuhan dalam kebijakan impor masih
namun impor gula turun hingga 35,90%. Tahun
jauh dari kenyataan. Faktor-faktor yang
2006 Gross Domestic Product meningkat
mempengaruhi impor gula yaitu (1) produksi
sebesar 35,84%, namun impor gula turun
gula dalam negeri, stok gula dalam negeri,
18,06%. Tahun 2008 Gross Domestic Product
konsumsi gula dalam negeri dan produksi gula
meningkat sebesar 25,44%, namun impor gula
dalam negeri satu tahun sebelumnya, (2) harga
turun hingga 16,19%.
gula lokal, kurs dolar terhadap rupiah dan harga
Perdagangan internasional
gula di pasar dunia(Hairani, 2014).
memungkinkan terjadinya beberapa hal, antara
Konsumsi gula dalam negeri,
lain tukar menukar barang dan jasa, pergerakan
sebagaimana telah dipaparkan di atas terdiri dari
sumber negara melalui batas-batas negara,
konsumsi langsung masyarakat dan konsumsi
pertukaran dan perluasan penggunaan
industri makanan dan minuman. Oleh karena
teknologi sehingga dapat mempercepat
itu, perkembangan konsumsi industri makanan
pertumbuhan ekonomi negara-negara yang
dan minuman dengan demikian juga akan
terlibat di dalamnya. Bagi Indonesia,
mempengaruhi jumlah kebutuhan gula nasional
mempengaruhi dalam perkembangan ekspor
yang semakin meningkat termasuk berpengaruh
dan impor serta neraca pembayaran
juga terhadap impornya. Terkait Gross
internasional Indonesia. Faktor-faktor yang
Domestic Product, industri makanan dan
menyebabkan timbulnya Perdagangan
minuman merupakan bagian dari Gross
internasional yaitu (Rosyadi,2002:3-4) :
183
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

Harga, ditentukan oleh produksi, dalam rantai pembangunan. Sepanjang proses


sehingga perbedaan biaya produksi pembangunan ekonomi sektor pertanian
menyebabkan perbedaan harga barang. mengalami transformasi. Transformasi internal
Seseorang dapat membeli barang dengan harga misalnya perubahan pemilihan jenis tanaman
yang lebih rendah dan mungkin dapat menjual dari tanaman pangan untuk kebutuhan sendiri
ke luar negeri dengan harga yang relatif lebih (subsisten) menjadi tanaman untuk dijual ke
tinggi. pasar (komersial). Atau transformasi dari
Pendapatan, meningkatnya pendapatan peralatan pertanian manual ke mesin.
nasional menyebabkan meningkatnya pembelian Transformasi eksternal, misalnya semakin
barang dari luar negeri (impor) dan menurunnya peran pertanian dalam
meningkatkan ekspor. Selera, jika seseorang sumbangannya terhadap Gross Domestic
lebih berselera produk luar negeri, maka akan Product maupun daya serapnya terhadap tenaga
cenderung membeli produk-produk luar negeri. kerja.
Teori perdagangan internasional Impor adalah membeli atau
membantu menjelaskan arah serta komposisi memasukkan barang/jasa dari negara lain atau
perdagangan antara beberapa negara serta luar negeri ke dalam suatu negara (Hasanah,
bagaimana efeknya terhadap struktur 2012:36). Dari definisi tersebut dapat ditarik
perekonomian suatu negara (Nopirin, 2005:7). kesimpulan bahwa impor sebagai suatu teori
Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage) permintaan. Kegiatan mendatangkan barang
Adam Smith, lebih mendasarkan pada besaran maupun jasa dari luar negeri dapat dipandang
(variabel) riil bukan moneter, sehingga sering sebagai suatu fungsi permintaan. Indonesia
dikenal dengan teori dasar (basic theory) yang juga melakukan impor baik barang
perdagangan international. Dasar dalam arti maupun jasa yang dihasilkan oleh negara lain,
bahwa teori ini memusatkan perhatian pada pada dasarnya juga telah melakukan suatu
variabel riil seperti nilai suatu barang diukur permintaan terhadap barang dan jasa tersebut.
dengan banyaknya tenaga kerja yang Impor dari suatu negara dapat disebabkan oleh
dipergunakan untuk menghasilkan barang faktor eksternal dan juga faktor internal (Kim,
tersebut. 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Teori kemanfaatan relatif (comparative impor antara lain: volume produksi,
advantage) J.S. Mill, menyatakan bahwa suatu pendapatan nasional sebuah negara, tingkat
negara akan menghasilkan dan kemudian kurs, dan harga barang/output di pasar dalam
mengekspor suatu barang yang memiliki negeri/domestik (Hasanah, 2012:117).
comparative advantage terbesar dan mengimpor Kemampuan impor suatu negara sangat
barang yang memiliki comparative disadvantage, dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional.
yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan Artinya jika suatu negara pendapatan
lebih murah dan mengimpor barang yang jika nasionalnya naik, maka akan mendorong
dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar. impor, demikian sebaliknya (Hasanah,
Teori ini menyatakan, nilai suatu barang 2012:125).
ditentukan banyaknya tenaga kerja yang Menurut Hakim (2006:308) definisi
gunakan untuk memproduksi (Nopirin, 2005:11- industri secara luas adalah sebagai kumpulan
12). dari perusahaan-perusahaan sejenis. Industri
Pemahaman sektor pertanian sangat dalam arti sempit didefinisikan sebagai
penting dalam memahami pembangunan kumpulan dari perusahaan manufaktur.
ekonomi secara keseluruhan karena (Hakim, Industri diharapkan akan menciptakan
2006:282) : (1). Keterkaiatan antara sektor kesempatan kerja yang luas, menyerap
industri dan pertanian, (2). Kemiskinan, kelebihan kerja sektor pertanian, serta
distribusi pendapatan, penduduk dan meningkatkan output per kapita, dan standar
pengangguran, (3). Ekspor negara berkembang hidup perekonomian. Manufaktur telah
sebagian besar hasil produksi pertanian, (4). menjadi sektor kunci dalam pembangunan
Pertanian merupakan mata lantai terlemah ekonomi dibanyak negara. Industrialisasi sering

184
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

dianggap sebagai mesin utama untuk perekonomian pada outputnya. Alasannnya


memperbaiki standar hidup dan menciptakan bahwa jumlah keduanya harus sama. Pada
kesempatan kerja non pertanian. Keinginan perekonomian secara keseluruhan, pendapatan
sebuah negara untuk mandiri juga sering harus sama pengeluaran.
menjadi motif pemerintah dalam
mempromosikan industrialisasi. Pengembangan Hipotesis
Hakim (2006:310) menyatakan bahwa di Antara Variabel Jumlah Perusahaan
kebanyakan negara berkembang saat ini telah Industri Makanan dan Minuman Terhadap
sepakat bahwa pembangunan industri dan Impor
pertanian sebisa mungkin harus berjalan secara Tingginya jumlah perusahaan yang
simultan. Pertanian menyediakan pasar bagi begerak dalam industri makanan dan minuman
barang-barang manufaktur, memenuhi menuntut penambahan jumlah tenaga kerja.
kebutuhan pangan penduduk perkotaan, Pada industri moderen, tenaga kerja ini
menjadi sumber tenaga kerja dan kapital untuk dicukupi dengan mengambil dari tenaga kerja
sektor industri, serta menghasilkan devisa untuk pedesaan. Akibatnya untuk memproduksi hasil
impor mesin-mesin dan bahan baku intermediate pertanian kekurangan faktor produksi tenaga
yang diperlukan oleh sektor industri. Sektor kerja dalam hal ini petani tebu. Hal ini dapat
industri menyediakan supply input (traktor, bibit menurunkan hasil produksi gula. Pada saat
unggul, pupuk buatan) yang diperlukan untuk industri makanan dan minuman sedang
memodernisir sektor pertanian, menyediakan meningkat, maka kebutuhan gula juga akan
barang-barang konsumen yang dibutuhkan oleh meningkat. Namun, hasil produksi gula tidak
penduduk sektor pertanian di pedesaan, serta dapat memenuhi kebutuhan tersebut, akibatnya
menjadi pasar bagi output pertanian baik dalam impor meningkat. Berdasarkan hal tersebut,
bentuk konsumsi maupun sebagai input proses dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
produksi untuk peroses lebih lanjut. H1 :jumlah industri berpengaruh positif
Studi yang dilakukan oleh Lewis dalam terhadap impor.
Hakim (2006:315) yang memperlihatkan bahwa Antara Variabel Gross Domestic
sebuah negara dengan menggunakan data Product Terhadap Impor
statistik impor bisa menemukan sektor-sektor Gross Domestic Product merupakan
industri yang paling efisien dan bisa salah satu indikator dari pendapatan nasional.
dikembangkan secara optimal. Strategi Pada saat Gross Domestic Product meningkat
industrialisasi substitusi impor selalu maka daya beli masyarakat akan meningkat,
diutamakan oleh pemerintah di negara-negara hal ini mengakibatkan meningkatnya
berkembang karena dipercaya bisa mempercepat permintaan akan suatu produk yang dalam hal
pertumbuhan dan juga menyediakan barang- ini adalah gula. Apabila industri gula tidak
barang manufaktur. mampu memenuhi atas permintaan tersebut,
Menurut Hasanah (2012:16) Gross maka kebijakan yang diambil adalah
Domestic Product yaitu merupakan nilai barang melakukan impor. Berdasarkan uraian tersebut,
dan jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
bersangkutan untuk kurun waktu tertentu. H2 : Gross Domestic Product
Interpretasi dari pernyataan tersebut berpengaruh positif terhadap impor.
mengindikasikan bahwa yang akan dihitung
dalam Gross Domestic Product atau output yang METODE PENELITIAN
berupa barang dan jasa dalam suatu Penelitian ini merupakan penelitian
perekonomian yang diproduksi oleh input atau kuantitatif yaitu suatu pendekatan ilmiah
faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga terhadap pengambilan keputusan manajerial dan
negara yang bersangkutan maupun oleh warga ekonomi (Kuncoro, 2011:3). Sumber data dalam
negara asing yang tinggal secara geografis di penelitian ini dari Badan Pusat Statistik
negara tersebut.Gross Domestic Product Semarang.
mengukur pendapatan dan pengeluaran Populasi dalam penelitian ini sebanyak

185
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

35tahun. Sampel diambil dengan metode HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


purposive sampling, dimana pengambilan Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
sampel dari populasi berdasarkan suatu bagan
(judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu.
Analisis deskriptif statistik terhadap
Sampel dalam penelitian ini 35tahun mulai
variabel penelitian dilakukan untuk
tahun 1978 sampai dengan 2012. Metode regresi
mengetahui gambaran mengenai jumlah
linier berganda yang digunakan dalam penelitian
minimum, maximum, mean dan standard
ini adalah ordinary least square.
deviation atau penyimpangan dari variabel
Langkah pengujian dengan melakukan
jumlah industri makanan dan minuman,
uji normalitas, uji asumsi klasik
Gross Domestic Product, serta impor gula
(multikolinieritas, autokorelasi, dan
Indonesia selama 35 tahun (1978-2012).
heteroskedastisitas, uji F dan uji R square), dan
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil
uji hipotesis. Proses pengolahan data dilakukan
sebagai berikut :
dengan menggunakan program SPSS.

Tabel 1 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian


Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jumlah Industri 2420 6615 4556,74 1142,418
Gross Domestic Product 69325 8241864 1651438,74 2293865,236
Impor 22019 2872365 561364,69 613420,027

Sumber : data diolah.

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui sebesar Rp. 16.514 per tahun, dengan besarnya
bahwa jumlah industri makanan dan minuman penyimpangan (standard deviation) 22.939.
yang ada di Indonesia sejak tahun 1978-2012 Jumlah impor gula Indonesia sejak tahun
paling sedikit 2.420 industri terjadi pada tahun 1978-2012 paling sedikit 22.019 ton industry
1979, terbanyak 6.615 industri terjadi pada terjadi pada tahun 1990, terbanyak 2.872.365
tahun 2006. Adapun rata-rata jumlah industri ton terjadi pada tahun 2012. Adapun rata-rata
makanan dan minuman yang ada di Indonesia jumlah impor gula Indonesia selama kurun
selama kurun waktu 35 tahun rata-rata waktu 35 tahun dalam penelitian ini adalah
mengalami pertumbuhan 46% per tahun, 5.614 ton per tahun, dengan
dengan besarnya penyimpangan (standard besarnyapenyimpangan (standard deviation)
deviation) sebesar 11,4%. sebesar 6.134.
Selanjutnya Gross Domestic Product
Uji Normalitas
Indonesia sejak tahun 1978-2012 paling rendah
Uji normalitas dalam penelitian ini
Rp. 69.325 terjadi pada tahun 1978, tetinggi Rp.
dilakukan dengan menggunakan uji
8.241.864 terjadi pada tahun 2012. Adapun rata-
Kolmogorov Smirnov Z. Jika asyimp. sig.
rata Gross Domestic Product Indonesia selama
residual > alpha. Uji normalitas dilakukan
kurun waktu 35 tahun dalam penelitian ini
sebagai berikut:
mengalami peningkatan

Tabe 2. Uji Normalitas Residual


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 35
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 275622,34800777
Absolute ,170
Most Extreme Differences Positive ,170
Negative -,083
Kolmogorov-Smirnov Z 1,006
Asymp. Sig. (2-tailed) ,264

Sumber : data diolah .

186
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa uji pengujian terlebih dahulu mengabsoludkan
normalitas Kolmogorov Smirnov Z mempunyai dari RES 1 (Abs_RES1), dan kemudian
asyimp. sig 0,264, dengan demikian 0,264 > menjadi variabel dependen. Pengujian
0,05. Oleh karena itu, dapat dideskripsikan dilakukan dengan melihat hasil/nilai dari
bahwa residual data dalam penelitian ini signifikansinya. Jika masing-masing variabel
terdistribusi normal, sehingga dapat dilanjutkan independen tidak ada yang signifikan (> 0,05),
pada pengujian-pengujian selanjutnya. maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas
Perhitungan heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian
dilakukan dengan program SPSS, dan
ini dilakukan dengan uji Park. Dimana tahap
diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Uji Heteroskedastisitas


Coefficientsa
Model Sig.

(Constant) ,885
1 Jumlah Industri (X1) ,320
Gross Domestic Product (X2) ,075
a. Dependent Variable: Abs_RES1
Sumber : data diolah.

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi
bahwa signifikansi variabel jumlah industri (X1) heteroskedastisitas.
sebesar 0,320; variabel Gross Domestic Product Uji Autokorelasi
(X2) sebesar 0,075. Signifikansi dari kedua Uji autokorelasi dilakukan dengan uji
variabel independen tersebut berarti > 0,05; Durbin Watson (DW test), jika : du < dw < 4-
sehingga tidak signifikan terhadap variabel du, maka tidak terjadi autokorelasi
Abs_RES. Hasil pengujian dapat dideskripsikan

Tabel 4 Uji Autokorelasi


Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 2,053
Predictors: (Constant), Lag_Y, Jumlah Industri (X1),
Gross Domestic Product (X2) . Dependent Variable: Impor (Y)
Sumber : data diolah.
Uji Multikolinieritas
Penanganan terjadinya autokorelasi Uji multikolinieritas dilakukan dengan uji
dengan menambahkan variabel LAG_Y dalam VIF, dimana apabila nilai tollerance ≥ 0,10 dan
penelitian ini adalah tepat. Hal ini terbukti dari VIF ≤ 0.10, maka tidak terjadi multikolinieritas.
hasil pengujian di atas, di mana du< dw <4-du Perhitungan multikolinieritas dilakukan dengan
(1,5838< 2,053 <2,4162), yang artinya bahwa program SPSS, dan diperoleh hasil sebagai
tidak terjadi autokorelasi, sehingga dapat berikut :
dilanjutkan untuk pengujian selanjutnya.

187
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

Tabel 5. Uji Multikolinieritas


Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
Jumlah Industri (X1) ,464 2,156
1
Gross Domestic Product (X2) ,185 5,410
Lag_Y ,290 3,453

a. Dependent Variable: Impor (Y)


Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui dan minuman, secara otomatis kebutuhan akan
bahwa untuk variabel jumlah industri (X1), dan gula juga akan meningkat. Hal ini berdampak
Gross Domestic Product(X2) masing-masing pada meningkatnya permintaan, jika hal ini
mempunyai nilai tollerance > 0,10 dan VIF < 10. tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam
Hasil ini dapat dideskripsikan bahwa dalam negeri, maka kebijakan yang diambil adalah
penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. dengan melakukan impor gula, supaya tidak
terjadi kelangkaan.
Analisis Persamaan Regresi Koefisien regresi Gross Domestic Product
Berdasarkan persamaan 1, maka hasil sebesar 0,692 adalah jika Gross Domestic
pengolahan data dapat regresi dapat dirumuskan Product Indonesia meningkat sebesar 1%,
sebagai berikut : dengan asumsi ceteris paribus maka jumlah
Y= 498408,664+0,188X1 + 0,692X2 + impor gula Indonesia juga akan meningkat
e1...................................... (2) sebesar 69,2%. Namun sebaliknya, jika Gross
Konstanta sebesar 498408,664 adalah jika Domestic Product Indonesia turun sebesar 1%,
jumlah industri makanan dan minuman, dan dengan asumsi ceteris paribus maka jumlah
Gross Domestic Product penduduk Indonesia impor gula Indonesia juga akan turun sebesar
diasumsikan nilainya nol (tidak ada), serta 69,2%. Gross Domestic Product merupakan
ceteris paribus maka jumlah impor gula salah satu indikator pendapatan nasional. Jika
Indonesia sebesar 498.408,664 ton. Gross Domestic Product suatu negara tinggi,
Koefisien regresi jumlah industri sebesar maka mengindikasikan bahwa pendapatan
0,188 adalah jika jumlah industri makanan dan masyarakat juga tinggi. Tingginya pendapatan
minuman yang ada di Indonesia meningkat ini berdampak pada meningkatnya daya beli
sebesar 1%, dengan asumsi ceteris paribus maka yang tinggi pula, tidak terkecuali pada gula. Hal
jumlah impor gula Indonesia juga akan ini mengakibatkan kebutuhan akan bahan
meningkat sebesar 18,8%. Namun sebaliknya, pendukung makanan dan minuman meningkat
jika jumlah industri makanan dan minuman yaitu gula. Akibatnya berpengaruh terhadap
yang ada di Indonesia turun sebesar 1%, dengan impor gula Indonesia yang meningkat.
asumsi ceteris paribus maka jumlah impor gula
Indonesia juga akan turun sebesar 18,8%. Uji F
Peningkatan jumlah impor gula yang disebabkan Uji F bertujuan untuk mengetahui
oleh jumlah industri makanan dan minuman ini pengaruh variabel jumlah industri makanan
sangat mudah dipahami. dan minuman, dan Gross Domestic Product
Produksi makanan dan minuman yang secara simultan terhadap impor gula
sampai saat ini masih menggunakan bahan baku Indonesia. Berdasarkan olah data diperoleh
utamanya adalah gula, maka semakin hasil:
banyaknya industri yang memproduksi makanan

188
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

Tabel 6 Uji F
ANOVAa
Model F Sig.
Regression 51,376 ,000b
1 Residual
Total
a. Dependent Variable: Impor (Y)
b. Predictors: (Constant), Lag_Y, Jumlah Industri (X1),
Gross Domestic Product (X2)

Sumber : data diolah.

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui Uji Koefisien Determinasi


bahwa diperoleh F hitung sebesar 51,376 dengan Uji koefisien determinasi tujuannya
signifikansi 0,000. Dengan alpha 5%, maka F ingin mengetahui berapa persen kemampuan
hitung > F tabel (51,376 > 3,28, dengan variabel jumlah industri, dan Gross Domestic
demikian F hitung berada pada area penerimaan Product secara simultan dalam
Ha, dengan tingkat signifikansi F sebesar 0,000. mempengaruhi variabel impor gula Indonesia.
Hasil ini dapat dideskripsikan bahwa variabel Pengujian dilakukan dengan melihat adjusted
jumlah industri makanan dan minuman, dan R square. Berdasarkan olah data diperoleh
Gross Domestic Product secara simultan hasil sebagai berikut :
mampu menjelaskan variabel impor gula di
Indonesia secara signifikan.
Tabel 7 Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
1 ,915a ,837 ,821
a. Predictors: (Constant), Lag_Y, Jumlah Industri (X1),
Gross Domestic Product (X2)
b. Dependent Variable: Impor (Y)
Sumber : data diolah.

Berdasarkan tabel 7 diperoleh adjusted R dan harga gula domestik. Hasil penelitian
square sebesar 0,821. Artinya bahwa variabel tersebut membuktikan bahwa tidak hanya
jumlah industri makanan dan minuman, dan variabel jumlah industri dan Gross Domestic
Gross Domestic Product secara simultan Product yang dapat mempengaruhi impor gula.
mampu mempengaruhi variabel impor gula
Indonesia sebesar 82,1% dengan ceteris paribus. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji t,
Selebihnya 17,9% impor gula Indonesia
dimana tujuannya ingin mengetahui pengaruh
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
variabel jumlah industri, dan Gross Domestic
termasuk dalam penelitian ini. Misalnya seperti
Product secara parsial terhadap impor gula
hasil penelitian Samsikin (2013), dimana impor
Indonesia. Berdasarkan olah data diperoleh
gula dipengaruhi oleh produksi, jumlah
hasil:
penduduk, kurs valuta asing, harga gula impor,

Tabel 8 Hasil t Hitung dan Signifikansi t


Coefficientsa
Model t Sig.

(Constant) ,078
Jumlah Industri (X1) 1,734 ,093
1
Gross Domestic Product (X2) 4,039 ,000
Lag_Y 2,686 ,012
a. Dependent Variable: Impor (Y)
Sumber : data sekunder yang diolah.
190
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

Uji hipotesis pertama (H1) bertujuan makanan dan minuman berpengaruh positif
untuk menguji pengaruh variabel jumlah namun tidak signifikan terhadap jumlah impor
industri makanan dan minuman terhadap impor gula.
gula di Indonesia. Berdasarkan tabel 8, nampak
bahwa t hitung > t tabel (1,734 > 1,684), dengan Pengaruh Variabel Gross Domestic Product
demikian t hitung berada pada area penerimaan Terhadap Impor Gula
Ha, dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,093. Gross Domestic Product menurut
Hasil ini dapat dideskripsikan bahwa variabel Sukirno (2012:34) adalah nilai barang dan jasa
jumlah industri makanan dan minuman dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
berpengaruh positif namun tidak signifikan faktor-faktor produksi milik warga negara
terhadap variabel impor gula di Indonesia. tersebut dan warga negara asing. Gross
Uji hipotesis kedua (H2) bertujuan untuk Domestic Product sering dianggap sebagai
menguji pengaruh variabel Gross Domestic ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Gross
Product terhadap impor gula di Indonesia. Domestic Product diantaranya merupakan
Berdasarkan hasil olah data yang nampak bahwa jumlah dari konsumsi. Dimana konsumsi terdiri
t hitung > t tabel (4,039 > 1,684), dengan dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga
demikian t hitung berada pada area penerimaan (Mankiw, 2003:25). Jumlah suatu komoditi yang
Ha, dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,000. bersedia dibeli selama periode waktu tertentu
Hasil ini dapat dideskripsikan bahwa variabel merupakan fungsi dari pendapatan nasional,
Gross Domestic Product berpengaruh positif harga komoditi itu sendiri, hargam komoditi
minuman yaitu gula. Apabila kebutuhan ini lain, dan citarasa individu. Berdasarkan harga
tidak dapat terpenuhi, maka volume produksi komoditi tersebut, dan dengan menganggap
akan turun, yang akibatnya dapat terjadi faktor lain tersebut tetap (ceteris paribus), maka
kelangkaan gula. Upaya yang dapat dilakukan diperoleh kurva permintaan (Salvator, 2008:13).
dengan menganggap faktor lain tetap adalah Jika salah satu kondisi ceteris baribus berubah,
dengan melakukan impor gula. maka seluruh kurva permintaan bergeser, dan ini
Berdasarkan hasil uji hipotesis (H1) disebut sebagai perubahan permintaan. Apabila
bahwa t hitung > t tabel (1,734 > 1,684) dengan pendapatan nasional individu meningkat dan
signifikansi 0,093. Hasil tersebut ini faktor lain konstan permintaan individu atas
membuktikan bahwa jumlah industri makanan suatu komiditi akan meningkat, sehingga kurva
dan minuman berpengaruh positif namun tidak permintaan bergeser ke atas. Kondisi tersebut
signifikan terhadap jumlah impor gula di menunjukkan bahwa dengan harga yang sama
Indonesia. Hasil yang positif ini didasari oleh seseorang akan membeli lebih banyak komoditi
Teori Neo Klasik, ketika industri modern baru per unit waktu (Salvator, 2008:13).
mengalami peningkatan, maka membutuhkan Berdasarkan uji hipotesis (H2) bahwa t
tambahan input yang banyak (tenaga kerja), hitung > t tabel (4,039 > 1,684) dengan
yang secara umum diambil dari pedesaan, disisi signifikansi 0,000. Hasil ini membuktikan
lain mereka lebih suka bekerja di perkotaan bahwa Gross Domestic Product berpengaruh
karena penghasilanya pasti dan lebih tinggi. positif dan signifikan terhadap jumlah impor
Akhirnya, sektor pertanian kekurangan tenaga gula di Indonesia. Hasil positif tersebut
kerja serta berdampak pada hasil panen (tebu) dikarenakan ketika Gross Domestic Product
menurun, yang berakibat pada produksi gula suatu negara tinggi, mengindikasikan
juga turun. Dampak selanjutnya tidak mampu pendapatan nasional negara tersebut juga
mencukupi permintaan dari industri makanan tinggi, dan sekaligus merepresentasikan bahwa
dan minuman. Upaya yang dilakukan supaya pendapatan masyarakat juga tinggi. Hal ini
tidak terjadi kelangkaan gula adalah dengan akan berpengaruh pada pola hidup, misalnya
melakukan impor. Hasil penelitian ini didukung pola konsumsi makanan dan minuman, yang
oleh penelitian Rahardjo (2009), dimana hasil berdampak pada meningkatkan daya beli. Hal
penelitian membuktikan bahwa jumlah industri ini menyebabkan permintaan makanan dan
190
Siti Nurjanah/ Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

minuman juga meningkat, maka secara Mempengaruhi Impor Gula Indonesia.


otomatis kebutuhan akan gula juga meningkat. Berkala Ilmiah Pertanian. Hasanah, Erni
Umi.2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.
Ketika sektor indutri tidak mampu memenuhi Yogyakarta. CAPS.
kebutuhan gula, dan supaya tidak terjadi
kelangkaan maka kebijakan yang diambil Jabara, Cathy L. 2008. Effect of sugar price policy on
U.S. imports of processed sugar-containing
adalah melakukan impor. Hasil penelitian ini foods. Agricultural Economics, 3(2). pp. 131-
didukung oleh penelitian Fitria (2010), dimana 146.
Gross Domestic Product berpengaruh positif
Kim, Seon Tae. 2014. The price of imports and TFP:
dan signifikan terhadap impor gula. Application to the Korean crisis of 1997–
1998. Review of Economic Dynamics, 17(1). pp.
SIMPULAN 39-51.
Hasil penelitian dapat disimpulkan
Kuncoro, Mudrajad, 2011, Metode Kuantitatif,
bahwa variabel jumlah industri makanan dan Teori & Aplikasi Untuk Bisnis &B Ekonomi,
minuman berpengaruh positif namun tidak YKPN, Yogyakarta.
signifikan terhadap variabel impor gula di
Mankiw, N. Geogory. 2003. Teori Makro Ekonomi.
Indonesia. Hasil ini dibuktikan dengan t hitung Jakarta. Erlangga.
> t tabel (1,734 > 1,684), dan signifikansi t
sebesar 0,093.Variabel Gross Domestic Product Nopirin. 2005. Ekonomi Internasional.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Yogyakarta. BPFE.
variabel impor gula di Indonesia. Hasil ini Pop, Larisa Nicoleta. et al. 2013. The Challenges of
dibuktikan dengan t hitung Sugar Market: An Assessment from the Price
> t tabel (4,039 > 1,684), dan signifikansi t Volatility Perspective and its Implications for
Romania. Procedia Economics and Finance, 5.
sebesar 0,000. pp. 605-614.
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran
yang dapat penulis sampaikan melalui Rahardjo, Bayu. 2009. Analisis Pengaruh Harga
pemerintah (Menteri Pertanian) melakukan Impor, Kurs, dan Jumlah Industri Terhadap
Impor Gula. Berkala Ilmiah Pertanian. Vol.
ekstensifikasi dan intensifikasi budidaya tebu, 3. Agustus 2009.
membangun pabrik gula baru dengan perijinan
yang mudah, memberikan jaminan kepada para Rosyadi, Imron. 2002. Ekonomi Internasional.
petani, bahwa hasil panennya akan dibeli oleh Surakarta. Universitas Muhammadiyah.

pemerintah, dan melakukan riset dan Salvator, Dominick. 2008. Mikro Ekonomi.
pengembangan budidaya tebu. Terkait dengan Jakarta. Erlangga.
Gross Domestic Product, saran yang dapat
disampaikan kepada pemerintah melalui Samsikin, Farialdi. 2013. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Impor Gula di Provinsi Jawa
Departemen Perdagangan Internasional Timur Tahun 1998-2012. Surabaya. Fakultas
sebaiknya meningkatkan kegiatan penyuluhan, Pertanian Universitas Pembangunan
dan penegakan peraturan terkait dengan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
tataniaga gula supaya tidak terjadi kebocoran
Sukirno, Sadono. 2012. Teori Pengantar Makro
terhadap gula impor yang langsung dikonsumsi Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta.PT. Raja
masyarakat. Grafindo Persada.

DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Endang. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh terhadap Impor Gula di
Indonesia. Surabaya. Universitas
Pembangunan Nasional.

Hakim, Abdul. 2006. Ekonomi Pembangunan.


Yogyakarta. Ekonisia.

Hairani, Ratri Indah. 2014. Analisis Trend Produksi


dan Impor Gula Serta Faktor- Faktor yang

191

Anda mungkin juga menyukai