Anda di halaman 1dari 37

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Nomor : 00023 Tahun 2020
Tanggal : 6 Januari 2020

STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR


PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan Keuangan Pemerintah telah mengalami reformasi yang mendasar
dengan diterbitkannya sejumlah paket undang-undang, yaitu UU nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, UU nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara, dan UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga undang-undang tersebut merupakan
paket peraturan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan negara, ditambah
dengan peraturan terkait yang lain, yaitu UU nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dijabarkan dalam PP nomor
58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan selanjutnya diaplikasikan
dalam Permendagri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, yang diperbaharui melalui Permendagri nomor 59 tahun 2007 dan
Permendagri nomor 21 tahun 2011, dan Permendagri nomor 55 tahun 2008 tentang
Tata Cara Penatausahaan, Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara dan
penyampaiannya, serta beberapa peraturan daerah dan peraturan gubernur yang
intinya mengarah kepada penyempurnaan tata manajemen keuangan pemerintah
yang akuntabel dan transparan.
Banyaknya aturan yang harus ditaati dalam pelaksanaan APBD bukan tidak
mungkin justru akan membingungkan para pelaksana teknis di lapangan.
Berdasarkan keadaan yang demikian, serta menyesuaikan dengan lingkungan kerja
yang ada di OPD, maka perlu disusun standar operasional dan prosedur pengelolaan
APBD di lingkungan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY, yang selanjutnya
akan digunakan sebagai petunjuk teknis untuk mempermudah pelaksanaan Program
dan Kegiatan yang bersumber dari APBD.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud penyusunan standar operasional dan prosedur pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di lingkungan Dinas Pendidikan, Pemuda,
dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta adalah:
1. Menyeragamkan langkah dan tindakan yang diperlukan dalam pengelolaan
keuangan dan barang milik daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Memberikan acuan bagi pejabat/aparat pengelola keuangan dan pengelola
barang milik daerah di lingkunan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
DIY dalam rangka melaksanakan tertib administrasi pengelolaan keuangan
dan barang milik daerah.
3. Mempercepat proses pelaksanaan APBD pada setiap tahunnya.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN


Dengan adanya standar operasional dan prosedur pengelolaan APBD di Lingkungan
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY diharapkan:
1. Pelaksanaan APBD Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2.Meminimalkan temuan hasil pemeriksaan, baik oleh pengawas internal maupun
pemeriksa eksternal;
3.Menghindari penumpukan pekerjaan pada akhir tahun;
4. Laporan Keuangan dinas tepat waktu dan wajar, memberikan kontribusi dalam
meraih predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) bagi laporan keuangan
Pemerintah Daerah DIY.

1
BAGIAN II
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR
PENGELOLAAN KEUANGAN APBD

A. PENGERTIAN UMUM
1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Pengguna
Anggaran.
2. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar
penerbitan Surat Permintaan Pembayaran.
3. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen
yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan/Bendahara Pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
4. SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang
diajukan oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk
permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang
tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
5. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen
yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran langsung.
6. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah
dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan
kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran
langsung dan uang persediaan.
7. SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen yang diajukan
oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk
permintaan pembayaran langsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian
kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dengan
jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran tertentu yang
dokumennya disiapkan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
8. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana atas beban pengeluaran DPA-
SKPD.
9. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPM-UP
adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang
dipergunakan sebagai uang persediaan.
10. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat
SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD

2
yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah
dibelanjakan.
11. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya
disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi jumlah batas pagu
uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
12. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat SPM-LS adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga.
13. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh Bendahara
Umum Daerah berdasarkan SPM.
14. Nota Pencairan Dana (NPD) adalah surat permohonan pencairan dana yang
diajukan oleh PPTK kepada PA/KPA untuk uang muka pelaksanaan kegiatan yang
bersumber dari Uang Persedian Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu.
15. Uang Muka Kerja (Panjar) adalah dana yang diberikan kepada PPTK oleh
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu yang digunakan
untuk pelaksanaan kegiatan yang pembayarannya dengan uang persediaan.
16. Kuitansi adalah tanda bukti penerimaan uang yang ditandatangani oleh PA/KPA,
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu dan pihak penerima
pembayaran.
17. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang yang selanjutnya disingkat PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran/penggunaan barang milik
daerah untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi OPD yang dipimpinnya.
18. Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang selanjutnya disingkat
KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dalam melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi OPD di Unit Kerja.
19. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPKom adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
20. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat PPK SKPD
adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada OPD selaku
Pengguna Anggaran (PA).
21. Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit Kerja yang selanjutnya disingkat PPK Unit
Kerja adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada Unit
Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
22. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah
pejabat yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program
sesuai dengan bidang tugasnya.
23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-
jawabkan pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada OPD.
24. Bendahara Penerimaan Pembantu adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung

3
jawabkan pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada Unit Kerja
yang ditunjuk sebagai KPA.
25. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja dalam rangka
pelaksanaan APBD pada OPD.
26. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat fungsional yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD pada Unit Kerja yang ditunjuk sebagai KPA.
27. Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK) adalah petugas pembantu PPTK yang
melaksanakan administrasi keuangan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
PPTK;
28. Kasir adalah petugas pengelola keuangan yang membantu Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu dalam menyiapkan dan
mengelola Cek dan pengadministrasi NPD.
29. Petugas Pembukuan adalah petugas pengelola keuangan yang membantu tugas
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu dalam melakukan
administrasi pembukuan;
30. Verifikator adalah petugas pengelola keuangan yang membantu PPK-SKPD/PPK
Unit Kerja melakukan pengujian terhadap pertanggungjawaban keuangan;
31. Penyiap Surat Perintah Membayar (SPM) adalah petugas pengelola keuangan
yang membantu PPK-SKPD/PPK Unit Kerja dalam menerbitkan SPM;
32. Petugas Akuntansi adalah pengelola keuangan yang bertugas membantu PPK-
SKPD/PPK Unit Kerja dalam melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan OPD.

B. PEJABAT DAN KETUGASAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN


Pejabat yang terkait dalam pelaksanaan APBD beserta ketugasannya dalam proses
pengelolaan keuangan di lingkungan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY
adalah:
1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Pengguna Anggaran di lingkungan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY
adalah Kepala Dinas, sedangkan Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang
diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi OPD, dalam hal ini adalah Kepala
Balai Pemuda dan Olahraga (BPO), Kepala Balai Latihan dan Pendidikan Teknik
(BLPT), Kepala Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan (BTKP), dan Kepala Balai
Pendidikan Menengah Kabupaten/Kota.
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran memiliki tugas:
a. Memeriksa kas Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan;
b. Menyetujui atau menolak SPJ pengeluaran yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu;

4
c. Mengawasi pelaksanaan anggaran kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK);
d. PA/KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah DIY;
e. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran;
f. Dalam hal pengadaan barang/jasa, PA/KPA bertindak sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPKom);
g. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melakukan evaluasi
program/kegiatan setiap bulan sekali.

2. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD/PPK Unit Kerja)


PPK-OPD di Dinas Dikpora adalah Sekretaris Dinas, sedangkan PPK Unit Kerja di
UPT selaku KPA adalah Kepala Subbagian Tata Usaha.
PPK-SKPD/PPK Unit Kerja memiliki tugas sebagai berikut:
a. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang/jasa yang disampaikan
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu dan diketahui/
disetujui oleh PPTK;
b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS Gaji dan tunjangan
PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan dengan ketentuan
Perundang-undangan yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran/
Bendahara Pengeluaran Pembantu;
c. Melakukan verifikasi SPP;
d. Menyiapkan SPM;
e. Melakukan verifikasi SPJ;
f. Melaksanakan Akuntansi Dinas/Unit Kerja;
g. Menyiapkan Laporan Keuangan Dinas/ Unit Kerja;
h. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Kepala BPKA DIY secara berkala
setiap bulan sekali;
i. Membuat register SPJ pengeluaran yang disampaikan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu dalam buku register
penerimaan SPJ pengeluaran;
j. Membuat register SPJ pengeluaran yang telah disahkan oleh Pengguna
Anggaran ke dalam buku register pengesahan SPJ pengeluaran;
k. Membuat register SPJ pengeluaran yang telah ditolak oleh Pengguna
Anggaran ke dalam buku register penolakan SPJ pengeluaran.

3. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)


PPTK dijabat oleh pejabat eselon IV (Kepala Seksi/Kepala Subbagian) dan Kepala
Sekolah. Jika pejabat eselon IV atau Kepala Sekolah berhalangan/kosong maka
dapat dijabat oleh Staf yang dianggap mampu yang diusulkan oleh Kepala
Bidang/UPT/Sekretaris kepada Kepala Dinas.

5
PPTK memiliki tugas sebagai berikut:
a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan;
c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya
setelah kegiatan selesai dilaksanakan;
d. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Dinas
melalui Kepala Bidang/Sekretaris secara rutin dalam bentuk laporan bulanan;
e. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) dalam proses pengadaan
barang/jasa (LS);
f. Dalam pertanggungjawaban keuangan, PPTK dapat dibantu staf yang
menangani pengadministrasian keuangan kegiatan yang selanjutnya disebut
Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK);
g. Koordinasi dengan Pengurus Barang terhadap realisasi belanja bahan pakai
habis dan belanja modal dan penggunaan bahan pakai habis yang tercantum
dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) masing-masing kegiatan;
h. PPTK dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melalui atasan langsungnya;
i. PPTK tidak boleh merangkap sebagai Pejabat Pengadaan atau
Pejabat/Panitia Pemeriksa untuk kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu


Bendahara Penerimaan, berkedudukan di OPD, memiliki tugas:
a. Menerima, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggung-jawabkan
penerimaan PAD;
b. Dalam pelaksanaan tugas untuk pengelolaan Pendapatan di UPTD dibantu
oleh Bendahara Penerimaan Pembantu;
c. Bendahara Penerimaan Pembantu menyampaikan laporan
pertanggungjawabannya kepada Bendahara Penerimaan paling lambat
tanggal 2 bulan berikutnya;
d. Bendahara Penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas
laporan pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu;
e. Bendahara Penerimaan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan yang sudah dikompilasi kepada PA paling lambat tanggal 5
(lima) bulan berikutnya;
f. Bendahara Penerimaan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada PPKD paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya,
kecuali untuk laporan pertanggungjawaban penerimaan bulan Desember
disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan;
g. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu menutup Buku
Kas Umum dan membuat Register Penutupan Kas setiap akhir bulan.

6
5. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu memiliki tugas:
a. Melaksanakan tugas kebendaharaan dalam pelaksanaan anggaran belanja;
b. Menerbitkan dan mengajukan SPP UP/GU/TU/LS untuk memperoleh
persetujuan dari PA melalui PPK-OPD dalam rangka pengisian UP/GU/TU dan
pembayaran langsung (LS);
c. Membuat Register Penerbitan SPP;
d. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diajukan oleh PPTK;
e. Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam surat
perintah pembayaran;
f. Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
g. Menguji kebenaran dan kelengkapan dokumen pertanggungjawaban;
h. Melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana dari UP/GU/TU, dan LS
pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Bank,
Buku Pembantu Pajak, Buku Pembantu Panjar, dan Buku Pembantu
Pengeluaran Per Rincian Objek Belanja;
i. Melakukan rekapitulasi pengeluaran dan mencatatnya dalam SPJ yang akan
diserahkan ke Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (melalui PPK-
SKPD/Unit Kerja) untuk disahkan;
j. Menutup buku kas umum dan membuat register penutupan kas setiap akhir
bulan.

6. Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK)


PUMK membantu PPTK dalam pengadministrasian keuangan, bertugas:
a. Melaksanakan pembukuan keuangan dan kegiatan yang diampunya;
b. Mempersiapkan bahan pengajuan SPP LS;
c. Menyusun rekapitulasi SPJ kegiatan;
d. Mengkompilasi dokumen kegiatan yang telah disetujui;
e. Mengarsip dan menyampaikan dokumen kegiatan ke Subbag. Keuangan;
f. Melakukan rekonsiliasi realisasi anggaran kegiatan dengan Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu, baik secara bulanan
maupun triwulan.
g. Menyampaikan laporan penggunaan Barang Persediaan kepada Pengurus
Barang setiap akhir bulan.

7. Petugas Pembukuan
Petugas Pembukuan merupakan pembantu Bendahara Pengeluaran/ Bendahara
Pengeluaran Pembantu yang dalam tugasnya sekurang-kurangnya:
a. Melakukan pembukuan dalam SIPKD maupun manual (jika dipandang perlu)
sesuai beban mata anggaran/kode rekening belanja yang sesuai;

7
b. Melakukan pencetakan BKU dan Buku Pembantu setelah penutupan buku
setiap bulannya;
c. Melakukan penyiapan Laporan Fungsional dan Laporan Administratif
Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran Pembantu;

8. Kasir
Kasir merupakan pembantu Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu, yang tugasnya:
a. Membantu mengadministrasikan Nota Pencairan Dana (NPD) yang diajukan
PPTK;
b. Menyiapkan dan menyimpan Cek untuk pengeluaran dana Panjar atas
perintah Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu;
c. Menyalurkan dana tunai/cek kepada PPTK atas perintah Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu;
d. Menyampaikan bukti-bukti pengeluaran kepada pencatat pembukuan;
e. Menyetorkan sisa kas yang tidak diperlukan lagi ke Kas Daerah atas perintah
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu.

9. Penyiap Dokumen Surat Perintah Membayar (SPM)


Petugas Penyiap SPM dalam menjalankan tugasnya sekurang-kurangnya:
a. Meneliti SPP yang akan diajukan ke PA/KPA;
b. Melakukan entry SPM pada SIPKD sesuai beban mata anggaran yang sesuai;
c. Melakukan pencetakan dan menyampaikan kepada verifikator untuk
dilakukan penelitian ulang, dilanjutkan ke PPK-OPD dan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

10. Verifikator
Dalam melakukan verifikasi SPJ, verifikator sekurang-kurangnya melakukan
langkah pengujian:
a. Memperoleh keyakinan bahwa SPJ yang disajikan PPTK dianggarkan dalam
DPA, dalam batas anggaran yang telah ditentukan, dan dibebankan pada
mata anggaran yang tepat;
b. Memperoleh keyakinan SPJ didukung bukti-bukti yang sah dan lengkap;
c. Memperoleh keyakinan bahwa terjadi efisiensi dalam penggunaan anggaran;
d. Memperoleh keyakinan bahwa SPJ telah ditandatangani oleh yang berhak;
e. Memperoleh keyakinan bahwa penggunaan anggaran dilaksanakan sesuai
dengan rencana, baik dari sisi keterjadian maupun keakurasian.

11. Petugas Akuntansi dan Pelaporan


Petugas Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas:

8
a. Menjalankan fungsi akuntansi OPD selaku entitas akuntansi dalam
pemerintahan daerah;
b. Melakukan Penjurnalan harian dalam SIPKD;
c. Melakukan entri Belanja dalam Buku Besar SIPKD;
d. Menyiapkan Prognosis;
e. Menyiapkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca;
f. Menyiapkan Laporan Operasional (LO);
g. Menyiapkan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
h. Menyiapkan Catatan atas Laporan Keuangan OPD;
i. Menyiapkan bahan Perhitungan Anggaran.

12. Pengurus Barang


Ketugasan Pengurus Barang yaitu:
a. Melakukan pembukuan barang-barang yang berasal dari realisasi Belanja
Bahan Pakai Habis yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) pada Daftar Persediaan.
b. Melakukan pembukuan barang-barang yang berasal dari realisasi Belanja
Modal yang tercantum dalam APBD pada Daftar Aset.
c. Berkoordinasi dengan PPTK terhadap realisasi belanja bahan pakai habis,
belanja bahan/material dan belanja lain yang masuk dalam klasifikasi
Persediaan yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
masing-masing kegiatan
d. Berkoordinasi dengan PPTK terhadap realisasi Belanja Modal yang tercantum
di dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) masing-masing kegiatan.
e. Pengurus Barang di tingkat Pengguna Anggaran/Barang membuat
rekapitulasi atas realisasi Belanja Bahan Pakai Habis dan pemakaian
Persediaan di Lingkungan Dinas Dikpora, meliputi dinas induk, Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang, dan sekolah-sekolah.
f. Pengurus Barang di tingkat Pengguna Anggaran/Barang membuat
rekapitulasi atas realisasi Belanja Modal dan Penyusutan Aset Tetap dan Aset
Lain-lain di Lingkungan Dinas Dikpora, meliputi dinas induk, Kuasa Pengguna
Anggaran/Barang, dan sekolah-sekolah.
g. Pengurus Barang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pengelolaan
persediaan dan aset kepada Kepala Dinas selaku Pengguna Barang.

C. LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN APBD


1.Pelaksanaan Pendapatan
Langkah yang ditempuh dalam rangka pengelolaan pendapatan asli daerah
adalah sebagai berikut:
a. Bendahara Penerimaan Pembantu UPTD di bawah Dinas Dikpora yang
dibebani PAD menerima pembayaran dari pengguna mengeluarkan Surat
Ketetapan Retribusi (SKR) dan Tanda Bukti Penerimaan (TBP).
b. Dalam waktu 1 hari kerja sejak diterima, pendapatan tersebut harus disetor
ke rekening Kas Daerah dengan menggunakan Surat Tanda Setoran (STS).

9
STS dibuat rangkap 6, dengan perincian 1 lembar Asli dikirim ke Bendahara
Penerimaan di OPD, 4 Lembar untuk Bank BPD, dan 1 lembar untuk
Bendahara Penerimaan Pembantu.
c. Bendahara Penerimaan Pembantu melakukan pencatatan dan penyetoran
penerimaan, berdasar Tanda Bukti Penerimaan (TBP) dan Surat Tanda
Setoran (STS).
d. Berdasarkan bukti setor asli, Bendahara Penerimaan membukukan dalam
Buku Kas Umum Pendapatan, dan melakukan penatausahaan berupa
Register Penerimaan, Buku Pembantu Per Rincian Obyek penerimaan, dan
Laporan Fungsional dan Administratif.
e. Bendahara Penerimaan Pembantu mengirim laporan, dengan dilampiri TBP
dan STS, ke Bendahara Penerimaan paling lambat tanggal 2 (dua) pada
bulan berikutnya.
f. Bendahara Penerimaan melakukan pelaporan penerimaan ke BPKA setiap
bulan paling lambat tanggal 5 (lima) pada bulan berikutnya.
g. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu menyampaikan
laporan penerimaan yang diterima di muka, penerimaan yang belum
dibayar/piutang, dan piutang tidak tertagih ke bagian Akuntansi.

2. Pelaksanaan Belanja Daerah


Pelaksanaan belanja melalui mekanisme Tunai dan Nontunai. Mekanisme Tunai
yaitu melalui Panjar Kerja, sedangkan Nontunai dengan pemindahbukuan dana
atau transfer kepada penerima.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan Belanja Tunai, adalah sebagai berikut:
a. PPTK melakukan klarifikasi kepada Bendahara Pengeluaran terkait dengan
ketersediaan dana untuk panjar kegiatan.
b. PPTK mengajukan permohonan dana dengan Nota Pencairan Dana (NPD)
sesuai dengan aliran kas, untuk melaksanakan kegiatan tertentu, kepada
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran setelah diparaf PPK.
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran memberikan persetujuan
pada Nota Pencairan Dana (NPD) tersebut, selanjutnya NPD diajukan ke
Bendahara Pengeluaran untuk mengeluarkan sejumlah dana dimaksud
sebagai panjar kerja;
d. Dalam proses pelaksanaan kegiatan, PPTK wajib mengarsip dokumen-
dokumen yang terkait dengan pengeluaran belanja untuk kegiatan tersebut.
Selanjutnya PPTK memberikan dokumen-dokumen pelaksanaan belanja
tersebut sebagai dasar Bendahara Pengeluaran dalam melakukan
Pertanggungjawaban Belanja;
e. Bendahara Pengeluaran melakukan pembukuan setelah dilakukan verifikasi
oleh PPK-OPD terhadap kebenaran dokumen yang diberikan oleh PPTK.
Selanjutnya, Bendahara Pengeluaran mencatat pelaksanaan belanja dalam:
1) Buku Kas Umum, digunakan untuk mencatat transaksi belanja.
2) Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Obyek, digunakan untuk
merinci item pengeluaran yang dilakukan selama periode
bersangkutan.

10
3) Buku Pembantu Kas Tunai, digunakan untuk mencatat saldo SP2D yang
telah dicairkan dan belum dibelanjakan yang berada di brankas
Bendahara Pengeluaran.
4) Buku Pembantu Simpanan/Bank, digunakan untuk mencatat saldo
SP2D yang telah dicairkan dan belum dibelanjakan yang berada di
rekening Bank Bendahara Pengeluaran.
5) Buku Pembantu Panjar, digunakan untuk mencatat jumlah uang yang
diberikan sebagai panjar kepada PPTK yang melaksanakan kegiatan.
6) Buku Pembantu Pajak, digunakan untuk mencatat penerimaan pajak
dan penyetoran pajak.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan Belanja Nontunai, adalah sebagai berikut:


a. PPTK melakukan klarifikasi kepada Bendahara Pengeluaran terkait dengan
ketersediaan dana;
b. PPTK mengajukan SPJ dan kelengkapannya kepada Bendahara Pengeluaran;
c. Bendahara Pengeluaran melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan
kebenaran SPJ yang diajukan PPTK;
d. Bendahara Pengeluaran membuat Surat Permohonan Pemindahbukuan/
Transfer sejumlah SPJ yang diajukan oleh PPTK dan selanjutnya melakukan
transfer melalui Bank BPD.

3. Pelaksanaan Pengelolaan Persediaan Dan Aset


Pengurus Barang melakukan pembukuan barang setelah SPJ Belanja Bahan Pakai
Habis, Belanja Bahan/Material dan Belanja Modal dibukukan oleh Bendahara
Pengeluaran, dengan mencatat kondisi barang dalam:
1) Buku Kendali Persediaan untuk mencatat mutasi barang Persediaan;
2) Buku Kendali Aset untuk mencatat mutasi barang Aset;
3) Menyusun Daftar Persediaan, rekapitulasi mutasi barang Persediaan;
4) Menyusun Daftar Aset, rekapitulasi mutasi Aset;
5) Menyampaikan Daftar Persediaan dan Daftar Aset kepada PPK-SKPD/Unit
Kerja setiap bulan.

D. TAHAP PENGELOLAAN KEUANGAN


1. Panjar Kerja
a. PPTK melakukan klarifikasi kepada Bendahara Pengeluaran/ Bendahara
Pengeluaran Pembantu untuk memastikan ketersediaan dana untuk panjar
kerja pelaksanaan kegiatan;
b. Panjar kerja diajukan oleh PPTK dengan menyampaikan Nota Pencairan Dana
(NPD) yang telah diketahui oleh Kepala Bidang dan disetujui oleh PA/KPA.
NPD dibuat rangkap 2 (dua), satu untuk PPTK dan satu untuk Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu.

11
Lampiran NPD yaitu:
1) Copy DPA dan Anggaran Kas;
2) Rincian Penggunaan Dana;
3) Surat Kuasa;
4) Surat Pernyataan;
5) Jadwal Pelaksanaan;
6) Rincian Pengambilan Panjar;
7) Kuitansi Panjar;
8) Kesanggupan Pengembalian SPJ.
c. Panjar kerja harus berpedoman pada besarnya Uang Persediaan (UP) di
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu, Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA), Anggaran Kas, dan Jadwal yang telah disusun
oleh masing-masing PPTK, serta kemampuan penyelesaian SPJ kegiatan
yang bersangkutan.
d. Panjar kerja paling lambat 7 (tujuh) hari kerja, dihitung dari tanggal diterima,
harus sudah dipertanggungjawabkan. Apabila terdapat Panjar kerja yang
belum dapat dipertanggungjawabkan, maka sisanya harus disetor kembali
kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu,
selanjutnya dapat diambil kembali sebagai panjar kerja.

2. Transaksi Nontunai
a. PPTK melakukan klarifikasi kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu untuk memastikan ketersediaan dana untuk
pembayaran belanja secara Nontunai;
b. PPTK menyampaikan SPJ dan kelengkapannya, dibuat rangkap 3 (tiga),
kepada Bendahara Pengeluaran. SPJ dilengkapi fotocopy rekening bank,
fotocopy NPWP, fotocopy SKB bila ada, dan ebilling untuk belanja yang
dikenai pajak;
c. Bendahara Pengeluaran melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan
kebenaran SPJ yang diajukan PPTK;
d. Untuk transfer manual, Bendahara Pengeluaran membuat Surat
Permohonan Pemindahbukuan/Transfer sejumlah SPJ yang diajukan oleh
PPTK dan selanjutnya melakukan transfer melalui Bank BPD;
e. Untuk transaksi nontunai melalui CMS (cash management system), transfer
langsung dilakukan oleh Bendahara selaku user approver setelah dilakukan
entry data oleh user maker dan diteliti oleh user checker.
f. Untuk transaksi nontunai manual, bukti transfer yang telah divalidasi oleh
BPD menjadi dasar untuk melakukan pembukuan. Untuk transaksi nontunai
dengan CMS, bukti transfer CMS menjadi dasar untuk melakukan
pembukuan.

3. Pertanggungjawaban
a. Transaksi Tunai/Panjar: PPTK menyerahkan SPJ, dibuat rangkap 3 (tiga),
dari Panjar kerja secara lengkap dan benar untuk dipertanggungjawabkan
dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya panjar kerja, dan apabila
terdapat sisa panjar kerja yang tidak dapat dipertanggungjawabkan harus

12
segera disetor kembali kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
Transaksi Nontunai: PPTK menyampaikan SPJ dan kelengkapannya, dibuat
rangkap 3 (tiga), kepada Bendahara Pengeluaran. SPJ tersebut menjadi
dasar Bendahara Pengeluaran membuatkan Surat Permohonan Transfer
atau melakukan transfer melalui CMS.
b. Selanjutnya SPJ tersebut oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu akan dipergunakan sebagai bahan permintaan
pengisian kembali Uang persediaan (UP) melalui SPP GU, minimum sebesar
50% dari Uang Persediaan.

E. SURAT PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ)


1. Bukti Pengeluaran/Kuitansi
Kelengkapan utama surat pertanggungjawaban (SPJ) adalah:
a. Bukti Pengeluaran (Bend 26a)
b. Tanda terima yang dipersamakan dengan bukti pengeluaran/bend 26a

Penyelesaian Bend 26a memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a. Pernyataan belanja terukur berdasarkan DPA (nama belanja, nama kegiatan,
jenis pembayaran, kode kegiatan, kode rekening belanja).
b. Penerima pembayaran ditulis dengan nama terang, alamat, dan bermeterai
(sesuai jumlah pembayarannya), bertandatangan serta berstempel/cap (jika
yang menerima bukan perorangan).
c. Bend 26a beserta lampirannya dibuat rangkap 4 (empat), berwarna.
d. Bend 26a diparaf PPK-OPD di sebelah kanan baris nama PA dan Kepala
Bidang/Pejabat Pembuat Komitmen di sebelah kanan baris NIP, sebelum
Bend 26a ditandatangani Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(PA/KPA).
e. Penerima pada Bend 26a (bagian kiri bawah) untuk Belanja Barang
(berbentuk Persediaan maupun Belanja Modal) ditandatangani oleh Pejabat
Pemeriksa, untuk Belanja Jasa ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan (PPTK). Pejabat Pemeriksa adalah Pengurus Barang terkait.
f. Tanda tangan Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
dilakukan setelah isi dan kelengkapannya sesuai dengan huruf a sampai
dengan huruf e.

2. Ketentuan Umum Belanja


a. Belanja Barang/Jasa nilainya sampai dengan Rp.50.000.000,-
SPJ dilengkapi dengan:
1) Bend 26a (kuitansi);
2) Nota Pembelian dari penyedia, bernomor dan alamat lengkap;

13
3) Lampiran Pengadaan (berisi detail jenis barang/jasa, merek/ spesifikasi,
volume, dan harga satuannya);
4) Bukti setoran pajak.

Catatan :
 Belanja di atas Rp500.000,- dilakukan secara nontunai; SPJ dilengkapi
fotocopy rekening bank, fotocopy NPWP (dan SKB bila ada, ditambah bukti
setor PPh final/0,5%), dan ebilling.
 Belanja lebih dari Rp10.000.000,- dilengkapi HPS (Harga Perkiraan Sendiri),
Surat Perintah Kerja (SPK) dan/atau Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat
Perintah Pengiriman (SPP) yang mencantumkan sanksi denda bila terjadi
keterlambatan penyediaan barang/jasa, serta Berita Acara Pemeriksaan
(Fisik) dan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
 Pengadaan melalui e-purchasing (e-katalog) tidak perlu HPS.
 Untuk kepentingan pengadministrasian Barang Persediaan dan Aset Tetap:
1) SPJ belanja Barang dilengkapi dengan Faktur Pengiriman Barang dari
Penyedia.
2) Barang Persediaan untuk Kegiatan dilengkapi dengan Faktur
Pengeluaran Barang yang disahkan oleh Pengurus Barang.
3) SPJ Belanja Modal dilengkapi dengan Berita Acara Pemeriksaan (Fisik)
dan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

b. Belanja Pengadaan Barang/Jasa nilainya lebih dari Rp50.000.000,- s.d.


Rp200.000.000,- (untuk Jasa Konsultansi sampai dengan Rp100.000.000,-)
dengan Mekanisme LS
Bukti perjanjian berupa Surat Perintah Kerja (SPK).
SPJ dilengkapi dengan:
1) Bend 26a (kuitansi)
2) Ringkasan Kontrak
3) Surat Kesanggupan untuk dipotong Pajak/biaya transfer
4) Foto Copy Rekening Bank dan NPWP
5) Surat Setoran Elektronik (SSE) disertai faktur pajak
6) Laporan Selesainya Pekerjaan
7) Berita Acara Pemeriksaan (Fisik)
8) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
9) Berita Acara Pemeriksaan (Administratif)
10) Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
11) Permohonan Pembayaran
12) Berita Acara Pembayaran
13) Dokumen pengadaan Barang/Jasa, meliputi:
a) Surat Perintah Kerja/SPK
b) Surat Perintah Melaksanakan Kerja/Surat Perintah Pengiriman
c) Jadwal Pelaksanaan Pengadaan
d) Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

14
e) Pakta Integritas (PA/KPA, PPKom, Pejabat Pengadaan dan
Pemeriksa, Penyedia)
f) Dokumen Pemilihan
g) Surat Undangan Permintaan Penawaran
h) Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
i) Berita Acara Pemasukan dan Pembukaan Penawaran
j) Dokumen Kualifikasi
k) Surat Penawaran
l) Berita Acara Evaluasi Penawaran
m) Berita Acara Klarifikasi/Negosiasi
n) Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung
o) Penetapan Penyedia Barang/Jasa
p) Pengumuman Penyedia Barang/Jasa
q) SK Pejabat Pengadaan dan Pejabat Pemeriksa

c. Pengadaan Barang/Jasa nilainya lebih dari Rp.200.000.000,- (dua ratus juta


rupiah) atau untuk pekerjaan jasa konsultansi lebih dari Rp.100.000.000,-
(seratus juta rupiah)
Pengadaan dengan mekanisme tender melalui Unit Kerja Pengadaan
Barang/Jasa (UKPBJ).
Bukti perjanjian berupa Surat Perjanjian atau Kontrak.
Kelengkapan SPJ sama dengan nomor 1 – 12 mekanisme LS di atas, ditambah
dokumen pengadaan barang/jasa berupa:
a) Surat Perjanjian/Kontrak
b) Surat Perintah Melaksanakan Kerja/Surat Perintah Pengiriman
c) Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
d) Pakta Integritas (PA/KPA, PPKom, Panitia Pemeriksa)
e) Penetapan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)
f) SK Panitia Pemeriksa

d. Pengadaan Barang/Jasa melalui e-Purchasing atau Toko Daring


Kelengkapan SPJ berupa:
1) Kuitansi (Bend 26)
2) Surat Pesanan
3) Kelengkapan SPJ lainnya sama dengan mekanisme LS di atas bila nilainya
lebih dari Rp.50.000.000,-.

Catatan:
a) Untuk Jasa Keamanan dan Jasa Kebersihan dilengkapi dengan bukti
pembayaran BPJS bila dalam SPK/Kontrak menyebutkan ada pembayaran
BPJS.
b) Untuk pengajuan Uang Muka, dilampiri: fotocopy Jaminan Uang Muka,
fotocopy Jaminan Pelaksanaan, dan Rincian Penggunaan Uang Muka dan
Surat Pernyataan Penggunaan Uang Muka.

15
c) Untuk pengadaan yang nilainya lebih dari Rp.200.000.000,- dilengkapi
Jaminan Pelaksanaan.
d) Untuk pengajuan Termin, dilampiri: fotocopy Jaminan Pelaksanaan, Laporan
Kemajuan Pekerjaan, Berita Acara Kemajuan Pekerjaan, dan foto-foto
kemajuan pekerjaan sesuai termin yang diminta.
e) Untuk pengajuan Termin Terakhir (100%), dilampiri: fotocopy Jaminan
Pemeliharaan, Laporan Kemajuan Pekerjaan, Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan, dan foto-foto 100% pekerjaan.

3. Kelengkapan Dokumen Pertanggungjawaban (SPJ)


Dokumen Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang harus dipenuhi untuk masing-
masing jenis belanja sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:

a. Honorarium PNS
(Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan)
SPJ dilengkapi dengan:
1) Daftar Penerimaan Uang;
2) SK (Surat Keputusan) Kepala Dinas atau Kepala UPT selaku KPA;
3) Daftar Hadir;
4) Bukti setor PPh pasal 21.

Catatan:
1) Daftar Penerimaan Uang mencantumkan Golongan.
2) Dalam satu rekening belanja honorarium, PNS tidak boleh mendapat
honorarium lebih dari satu. Jika satu orang merangkap
jabatan/kedudukan di dalam Tim maka diberikan hanya satu honor
jabatan.

b. Honorarium Non-PNS dan Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber


SPJ dilengkapi dengan:
a. Daftar Penerimaan Uang;
b. SK (Surat Keputusan) Kepala Dinas atau Kepala UPT/Balai selaku KPA;
c. Daftar Hadir;
d. Jadwal Kegiatan (untuk Instruktur/Narasumber);
e. Bukti setor PPh pasal 21

Catatan:
1) Jika satu orang merangkap jabatan/kedudukan maka diberikan satu
honor jabatan, kecuali honor Pembuat Makalah yang merangkap
Narasumber. Makalah bukan handout atau slide powerpoint.

16
2) Pada Daftar Penerimaan Uang untuk Tenaga Ahli/Instruktur/ Narasumber
mencantumkan Materi yang disampaikan.
3) Jadwal dibuat per 1 (satu) jpl (45 menit).
4) Honorarium Penulisan Artikel atau yang sejenis dilampiri Hasil Pekerjaan
(hardcopy dan/atau Softcopy).
5) Honorarium penulis artikel pada jurnal/buletin dapat diberikan untuk
Jurnal/Buletin yang telah masuk dalam daftar ISSN.

c. Belanja BBM
SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend 26a atau Rekapitulasi pembelian BBM
b. Lampiran Pengadaan
c. Fotocopy kupon dan/atau Print-out dari SPBU resmi setempat

Catatan:
1) Bila pembelian BBM dengan menggunakan kupon, SPJ menggunakan:
bend26a, Lampiran Pengadaan, dan fotocopy Kupon BBM
2) Pembelian BBM dengan Kupon wajib membuat Laporan penggunaan
BBM dilampiri print-out dari SPBU dan Faktur Pengeluaran Barang.
3) Pembelian BBM dan semua produk dari Pertamina tidak dikenai PPN dan
PPh 22.

d. Belanja Bahan Pakai Habis, Bahan/Material, dan Lain-lain yang masuk dalam
Klasifikasi Persediaan
Termasuk Persediaan antara lain: Alat tulis kantor, Perangko, meterai, dan
benda pos lain, Alat listrik/elektronik, Peralatan kebersihan/bahan
pembersih, Pelumas, Pengisian tabung gas/tabung pemadam kebakaran,
Obat-obatan, Perlengkapan penghargaan/hadiah/tropi/plakat, Bahan
percontohan/ praktek, Alat/perlengkapan, Bahan kimia, Bahan
makanan/pakan, Bibit tanaman, Cetak dan Penggandaan, Belanja
pakaian/kaos/batik, dan lain-lain.

SPJ dilengkapi dengan:


a. Bend 26a
b. Lampiran Pengadaan
c. Nota Pembelian dari Penyedia yang bernomor dan alamat lengkap.
d. Bukti setor PPN bila lebih dari Rp1.000.000,- dan PPh pasal 22 bila lebih
dari Rp2.000.000,-.
Untuk belanja Cetak dan Penggandaan dikenakan PPN bila lebih dari
Rp1.000.000,- dan pph 23 bila Penyedia adalah Badan Usaha atau PPh 21
bila Penyedia adalah Usaha Perorangan.
Belanja Benda-benda Pos tidak dikenakan PPN dan PPh 22.

17
Catatan:
1) Dilampiri Faktur pengeluaran barang yang ditandatangani Pengurus
Barang untuk belanja Kegiatan (bukan belanja rutin).
2) Dilampiri Faktur Pengiriman Barang dari Penyedia bila Nota pembelian
tidak bernomor.
3) Dilampiri Daftar Penerimaan bila barang diserahkan kepada penerima,
misalnya Perlengkapan penghargaan/tropi/plakat, Cetak sertifikat,
Belanja kaos/pakaian/batik, dll.
4) PPTK wajib membuat laporan persediaan yang telah digunakan pada
setiap akhir bulan, disampaikan kepada Pengurus Barang.

e. Belanja Listrik, Telpon, Air, dan Internet


SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend 26a atau Rekapitulasi Pembayaran Listrik/Telpon/Air/Internet
b. Lampiran Pengadaan
c. Bukti pembayaran rekening Listrik/Telpon/Air/Internet yang asli.

Catatan:
1) Belanja Listrik, Telpon, dan Air/PDAM tidak dikenai PPN dan PPh 22.
2) Belanja internet dikenai PPN dan PPh 23.

f. Belanja Jasa Kantor dan Konsultansi (Pihak Ketiga) Bukan LS


yaitu: Jasa Keamanan Kantor, Jasa Kebersihan Kantor, Jasa Layanan Kantor,
Transportasi dan Akomodasi (termasuk Sewa Kamar/Penginapan), Jasa
Event Organizer (EO), Test Psikologi/Kompetensi/Sertifikasi dan sejenisnya,
Jasa Konsultansi aplikasi/ software, dan Belanja Jasa lain sejenis.
SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend 26a (kuitansi)
b. Surat Perintak Kerja (SPK)
c. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
d. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
e. Berita Acara Pemeriksaan (Fisik)
f. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
g. Bukti setor PPN dan PPh pasal 23 (disertai Faktur Pajak)

g. Belanja Sewa
SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend 26a
b. Lampiran Pengadaan

18
c. Nota Sewa
d. Bukti setor PPN (jika lebih dari 1 juta) dan PPh 23, atau PPh pasal 4 ayat 2
untuk sewa tempat

Catatan :
1) Lampiran Pengadaan Belanja Sewa harus menunjukkan rincian: jumlah
unit, jumlah satuan waktu (jam/hari/bulan), dan harga satuan.
2) Sewa kendaraan melampirkan fotokopi STNK. Bila Warna TNKB kuning
(Trayek Angkutan Orang) maka tidak dikenai PPN, hanya PPh 23. Bila
Warna TNKB hitam maka dikenai PPN dan PPh 23.
3) PPTK membuat Laporan ke Petugas Akuntansi untuk Belanja Sewa yang
Dibayar Di Muka (dengan format Terlampir), misalnya Sewa Lahan untuk
gedung Sekolah yang dibayarkan di awal tahun untuk masa sewa
setahun ke depan.

h. Belanja Makanan dan Minuman Rapat


SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend 26a (kuitansi)
b. Lampiran pengadaan
c. Nota pembelian (sesuai tanggal pelaksanaan rapat)
d. Undangan
e. Daftar hadir ditandatangani PPTK
f. Notulen ditandatangani Pimpinan Rapat
g. Bukti setor pajak

i. Belanja Makanan dan Minuman Harian Umum


SPJ dilengkapi:
a. Bend 26a (kuitansi)
b. Lampiran pengadaan
c. Nota pembelian
d. Daftar hadir
e. Bukti setor pajak.

Catatan :
1) Untuk Belanja Makanan dan Minuman Harian Umum yang disajikan
secara prasmanan, bila penyedianya adalah Badan Usaha maka
dikenakan PPh 23, bila penyedianya usaha perorangan dikenakan PPh 21
(tarif 2,5%, bila tidak punya NPWP tarif 3%).
2) Untuk Belanja Makanan dan Minuman Harian Umum atau Makanan dan
Minuman Rapat yang disajikan dalam bentuk box, dikenakan PPN bila

19
lebih dari Rp1.000.000, dan ditambah PPh pasal 22 bila lebih dari
Rp2.000.000,-, kecuali Badan Usaha tersebut mempunyai ijin usaha
katering maka hanya dikenakan PPh pasal 23.

j. Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi, dan Bimbingan Teknis (Pihak Ketiga)


SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend 26a (kuitansi)
b. SPT dari Kepala Dinas/Kepala UPT/Balai selaku KPA
c. Bukti keikutsertaan (Surat keterangan/piagam/sertifikat) dari
penyelenggara
d. Laporan Hasil Kursus/Pelatihan/Bimbingan Teknis

k. Belanja Beasiswa (Beasiswa kartu cerdas, Magang, Bakat/ Prestasi, dll.)


SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend 26a atau Daftar Penerimaan
b. MoU dengan Lembaga tempat magang untuk Beasiswa Magang
c. SK Penetapan Penerima Beasiswa dari Gubernur
d. Bukti prestasi atau bakat untuk Beasiswa Bakat/Prestasi
e. Laporan hasil Magang untuk Beasiswa Magang

l. Belanja Perjalanan Dinas


SPJ dilengkapi dengan:
a. Bend26a, atau Daftar penerimaan jika lebih dari 1 (satu) orang
b. Surat Tugas (SPT) dari PA/KPA
c. SPPD lembar 1 dan 2 yang telah disahkan.
d. Undangan (jika perjalanan dinas berdasarkan undangan)
e. Tiket dan boarding pass atas nama perorangan (untuk Perjalanan Dinas
Luar Daerah)
f. Laporan Tertulis Hasil Perjalanan, selambat-lambatnya 7 hari kalender,
kepada pejabat yang memberi perintah.

Catatan :
1) Perjalanan dinas dilakukan dalam rangka: melakukan konsultasi,
kunjungan kerja, menghadiri acara, mengikuti pelatihan dan lain-lain
sejenis.
2) Perjalanan dinas yang dilakukan banyak orang, dapat dengan satu
lembar SPT yang di dalamnya terdapat nama-nama yang melakukan
perjalanan dinas.

20
3) Bila perjalanan dinas dilakukan lebih dari satu orang dengan tugas yang
berbeda atau tanggal yang berbeda, maka SPT dan SPPD dibuat
terpisah.
4) Perjalanan Dinas Dalam Daerah jarak tempuh normal minimal 10
(sepuluh) kilometer dari tempat kedudukan.
5) Untuk Perjalanan Dinas Dalam Daerah, Laporan Tertulis dibuat spesifik
dan terinci, bukan dalam bentuk pernyataan.
6) Untuk Perjalanan Dinas Dalam Daerah dari sekolah-sekolah, SPT dan
SPPD ditandatangani oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah
berhalangan, ditandatangani Wakil Kepala Sekolah/Kepala TU atas nama
Kepala Sekolah.
7) Perjalanan dinas ke luar daerah, untuk tujuan di pulau Jawa maksimal 2
hari atau sesuai undangan, untuk tujuan luar pulau Jawa maksimal 4 hari
atau sesuai undangan.
8) Laporan perjalanan dinas ditandatangani oleh pelaksana atau pimpinan
rombongan.

4. Ketentuan Pajak dan Meterai


Penyetoran pungutan/potongan pajak secara online dengan e-billing.
Bukti setor pajak adalah Bukti Penerimaan Negara (BPN).

a. PPh pasal 21
 Yaitu Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan
kegiatan (kepanitiaan, peserta pelatihan dan kegiatan lainnya).
 Kode MAP/KJS 411121/100 untuk Gaji PNS dan Honor Non-PNS
 Kode MAP/KJS 411121/402 untuk Honor PNS
 NPWP atas nama Bendahara.

 Yang dikenakan PPh pasal 21 :


1) Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun. Pengenaan PPh Gaji dan Tunjangan setelah
dikurangi Biaya Jabatan, Iuran Pensiun dan PTKP.
2) Tarif Pajak untuk Honor PNS dan Non PNS:
PNS: a) Golongan IV = 15%
b) Golongan III = 5%
c) Golongan I dan II = 0%.
Non-PNS: a) Ber-NPWP = 5%
b) Tidak ber-NPWP = 6%
3) Belanja Jasa yang penyedianya adalah Usaha Perorangan, dianggap
sebagai Penghasilan, dikenai PPh pasal 21.
Tarif pajak Penghasilan = 2,5% (yaitu 50% x 5%)
Bila tidak punya NPWP = 3%

21
b. PPh pasal 22
 Yaitu Pajak atas transaksi/pembelian barang di atas Rp.2.000.000,- dan
tidak terpecah-pecah.
 Kode MAP/KJS 411122/920, NPWP atas nama rekanan.
 Tarif pajak 1,5 %. Tidak ber-NPWP tarifnya sebesar 3%

Catatan :
Yang tidak dikenakan PPh pasal 22 :
1) Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,- dan tidak
terpecah-pecah.
2) Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, gas, pelumas, listrik,
telepon, air PDAM, dan benda-benda Pos.
3) Pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku
pelajaran agama.
4) Pembelian barang untuk keperluan tunanetra dan penyandang
disabilitas lainnya.

c. PPh pasal 23
 Yaitu Pajak atas hadiah/penghargaan, deviden, bunga, royalti, dan atas
sewa dan jasa lainnya.
 Kode MAP/KJS 411124/104, NPWP atas nama Bendahara.
 Tarif Efektif PPh pasal 23:
1) Tarif pajak Hadiah & Penghargaan adalah 15%.
2) Tarif pajak Jasa Konsultasi, jasa publikasi, Catering, Cleaning Service,
Sewa Angkutan Darat, dan jasa lainnya (misal: servis
peralatan/perlengkapan kantor, servis kendaraan, jasa internet, jasa
akomodasi/hotel, penggandaan, dan cetak) adalah 2%.

d. PPh pasal 4 ayat 2 (PPh Final)


 Kode MAP/KJS 411128/403 untuk Sewa Tanah/Bangunan
 Kode MAP/KJS 411128/409 untuk Jasa Konstruksi
 NPWP atas nama Bendahara

Tarif PPh pasal 4 ayat 2:


1) Belanja Jasa Konstruksi
- Klasifikasi Kecil : 2% (tidak termasuk PPN)
- Menengah ke Atas : 3% (tidak termasuk PPN)
- Tidak Memiliki Klasifikasi : 4% (tidak termasuk PPN)

22
2) Pekerjaan Perencanaan dan Pengawasan
- Memiliki Klasifikasi : 4% (tidak termasuk PPN)
- Tidak Memiliki Klasifikasi : 6% (tidak termasuk PPN)
3) Belanja Sewa atas Tanah dan Bangunan (Sewa Tanah, Gedung, Gudang,
Ruangan dll)
- Tarif : 10% dari Bruto

Catatan :
Penyedia barang/jasa yang melampirkan Surat Keterangan Bebas PPh (SKB),
SPJ dilampiri Bukti setor PPh Final (PPh pasal 4 ayat 2), tarif 0,5%.

e. PPN
 Kode MAP/KJS 411211/920, NPWP atas nama Rekanan.
 Tarif adalah 10% dari harga perolehan.

Catatan :
Pembayaran yang tidak dipungut PPN:
1) Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp.1.000.000,- (termasuk
PPN) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
2) Pembelian buku pelajaran umum, kitab suci dan buku pelajaran agama.
3) Pembelian barang hasil tambang yang diambil langsung dari sumbernya.
4) Barang-barang kebutuhan pokok dan barang hasil pertanian.
5) Makanan ternak, unggas dan ikan.
6) Bibit/benih pertanian, perkebunan/kehutanan, peternakan dan
perikanan.
7) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan
dan sejenisnya, termasuk yang diserahkan oleh jasa boga atau catering.
8) Jasa dibidang penyiaran, seperti radio dan televisi, bukan bersifat iklan.
9) Jasa dibidang perhotelan meliputi jasa persewaan kamar termasuk
fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang
menginap dan jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau
pertemuan dihotel, penginapan, motel, losmen dan hostel.
10) Jasa di bidang Angkutan Umum di darat dan di air.
11) Jasa di bidang keagamaan dan pendidikan.
12) Jenis jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum.
13) Jasa dibidang olahraga kecuali bersifat komersial.
14) Jasa di bidang Kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak
tontonan, termasuk jasa hiburan dibidang kesenian yang tidak bersifat
komersial.

23
f. Contoh Cara Penghitungan
1) Bendahara membayar belanja ATK Rp.1.045.000,-
PPN = ( 1 : 11 ) X Rp. 1.045.000,-
= Rp. 95.000,-

2) Bendahara membayar sewa kursi Rp.1.000.000,-


Belanja maksimal Rp.1.000.000,- tidak dikenai PPN
PPh 23 = Rp 1.000.000,- x 2%
= Rp. 20.000,-

3) Bendahara membayarkan jasa cetak sebesar Rp. 1.100.000,-


Sebelum menghitung PPh 23 lebih dulu dihitung PPN yang kemudian
dikeluarkan dari jumlah bruto:
PPN = ( 1 : 11 ) X Rp. 1.100.000,-
= Rp. 100.000,-
PPh 23 = Rp (1.100.000 - 100.000) x 2%
= Rp. 1.000.000,- x 2%
= Rp. 20.000,-

4) Bendahara membayar pembelian ATK sebesar Rp. 2.500.000,-


PPN = ( 1 : 11 ) X Rp. 2.500.000,-
= Rp. 227.273,-
PPh 22 = Rp (2.500.000 - 227.273) x 1,5%
= Rp. 34.091,-

5) Bendahara membayar sewa tempat seharga Rp.3.960.000,-


PPN = ( 1 : 11 ) X Rp. 3.960.000,-
= Rp. 360.000,-
PPh pasal 4 (2) = Rp (3.960.000 - 360.000) x 10%
= Rp. 360.000,-

g. Meterai
Bea Meterai adalah pajak atas dokumen. Diberlakukan terhadap dokumen
yang memuat jumlah uang tertentu atau dokumen kontrak/perjanjian
dengan ketentuan:
1) Belanja senilai lebih dari Rp. 250.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,-
dikenakan meterai Rp. 3.000,-
2) Belanja senilai lebih dari Rp. 1.000.000,- dikenakan meterai Rp. 6.000,-
3) Dokumen SPK/Kontrak/Perjanjian memakai meterai Rp. 6.000,-

24
E. PENGENDALIAN KEGIATAN
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh PPTK berdasarkan:
1.Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
2. Anggaran Kas
3. Standar Harga Barang dan Jasa
4. Pedoman Perpajakan

Langkah-langkah pengendalian yang dilaksanakan PPTK adalah sebagai berikut :


1.Membuat rencana penggunaan dana setiap akan mengajukan pencairan dana,
sesuai dengan rencana Anggaran Kas.
2. Membuat rekapitulasi penyetoran SPJ pada setiap menyerahkan SPJ kepada
Bendahara Pengeluaran.
3. Memperbaiki/melengkapi SPJ apabila ada kesalahan/kekurangan SPJ yang telah
diverifikasi oleh PPK.
4. Melakukan kompilasi SPJ kegiatan yang telah disahkan Pengguna Anggaran,
selanjutnya diserahkan kembali ke Bendahara Pengeluaran.
5. Membuat rekapitulasi kemajuan SPJ untuk pengendalian intern kegiatan.
6. Membuat laporan tentang kinerja keuangan dan kinerja kegiatan.

F. PENGENDALIAN ANGGARAN
Pengendalian Anggaran dilakukan oleh PPK-SKPD/PPK Unit Kerja dengan melakukan
Verifikasi SPJ yang disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu berdasarkan pada:
1.Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD)
2. Anggaran Kas
3. Standar Harga Barang dan Jasa (SHBJ)
4. Aturan Perpajakan

Langkah-langkah pengendalian yang dilaksanakan PPK-SKPD/PPK Unit Kerja adalah


sebagai berikut :
1. Bendahara pengeluaran menyerahkan bukti pengeluaran kepada petugas
verifikasi menyerahkan bukti pengeluaran yang telah diverifikasi untuk
ditindaklanjuti. Jika bukti pengeluaran telah benar dan lengkap maka petugas
verifikasi membubuhkan paraf di Bend 26a, jika masih ada
kesalahan/kekurangan maka petugas verifikasi memberikan catatan hal-hal
yang perlu diperbaiki.
2. Pedoman untuk verifikasi adalah DPA, Anggaran Kas, Standar Harga Barang dan
Jasa, dan peraturan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan APBD. Cara

25
melakukan verifikasi SPJ pelaksanaan kegiatan adalah dengan menguji
dokumen SPP dimaksud untuk meyakinkan:
a. Apakah tagihan atas beban anggaran belanja daerah tersebut sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apakah dana yang
digunakan untuk membayar tagihan atas beban anggaran belanja negara
itu tersedia dalam DPA, dan tidak melebihi pagu anggaran (pengujian
wetmatigheid);
b. Apakah para pihak yang mengajukan tagihan atas beban anggaran belanja
negara itu secara formal adalah sah. Dengan menunjukkan adanya bukti
yang lengkap, sehingga tagihan dapat dipertanggungjawabkan. Surat-surat
bukti antara lain meliputi Surat Perintah Kerja (SPK), Surat
Perjanjian/Kontrak, Kuitansi, Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan dan lain
sebagainya (pengujian rechmatigheid);
c. Apakah maksud/tujuan (output) dari suatu pekerjaan sebagai pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan itu sesuai dengan sasaran/keluaran kegiatan dan
indikator keluaran subkegiatan yang tertuang dalam DPA atau tidak. Misal,
dalam pekerjaan pengadaan barang/jasa, maka hasil pengadaan barang/jasa
memang ada dan sesuai dengan spesifikasi yang diminta dalam
SPK/Kontrak. Termasuk juga pengujian adanya pemborosan atau tidak
dalam pengeluaran oleh bendahara tersebut (pengujian doelmatigheid).
d. Apakah dokumen dan bukti tersebut ditandatangani oleh yang berhak.
3. Hasil Verifikasi dikomunikasikan kepada Bendahara Pengeluaran atau PPTK jika
ada bukti pengeluaran dan lampiran yang perlu dibetulkan.
4. Jika Jumlah SPJ telah mencapai minimal 50% dari jumlah UP maka Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu mengajukan SPP GU.
5. SPP yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada PPK diverifikasi sebelum
diterbitkan SPM.

G. PENGAJUAN SPP UP/GU/TU/LS


1. SPP Uang Persediaan (UP)
a. Surat Penyediaan Dana (SPD) UP diterbitkan berdasarkan kegiatan di DPA
dan Anggaran Kas.
b. SPP UP dibuat berdasar SPD UP yang diterbitkan oleh Bendahara Umum
daerah (BUD).
c. SPP UP diajukan hanya satu kali pada awal tahun anggaran.

2. SPP Ganti Uang Persediaan (GU)


a. Bendahara mengajukan SPP GU setelah menerima SPD dari BUD.
b. Bendahara mengajukan SPP GU kepada PA/KPA melalui PPK-OPD sekurang-
kurangnya 50% dari jumlah UP yang telah diterima.
c. Pengajuan SPP-GU untuk bulan Desember maksimal tanggal 10.

26
3. SPP Tambahan Uang Persediaan (TU)
a. SPP TU diajukan untuk menambah UP yang akan digunakan untuk
melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak, dimana UP tidak mencukupi
untuk membiayai kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. PPTK yang akan mengajukan TU harus menghitung kemampuan dalam
mempertanggungjawabkan keuangan yang akan dimintakan.
c. TU harus digunakan berdasarkan rencana/usulan penggunaan dan
dipertanggungjawabkan pada periode yang sama (pada bulan yang
bersangkutan) pada saat terbitnya SP2D TU.
d. Jika TU tidak habis digunakan maka sisanya harus disetor kembali pada
periode yang sama (pada bulan yang bersangkutan) pada saat terbitnya
SP2D TU.
e. Sisa TU yang disetor sudah membebani anggaran dan tidak dapat dicairkan
kembali.
f. Batas pengajuan SPP-TU ke BUD paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima)
bulan yang bersangkutan dan pengajuan SPP-TU untuk bulan Desember
terakhir adalah tanggal 10.

4. SPP Langsung (LS)


a. SPP LS dipergunakan untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga
berdasarkan Surat Perintah Kerja, Surat Perjanjian/kontrak, atau Surat
Pesanan setelah diperhitungkan kewajiban pihak ketiga sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
b. Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-LS kepada Pengguna Anggaran
melalui PPK-OPD setelah ditandatangani oleh PPTK.
c. Pengajuan pencairan LS pengadaan barang dan jasa harus segera
disampaikan ke BUD paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
pekerjaan tersebut diserahterimakan dengan baik kepada PA atau KPA.
d. Pengajuan SPP-LS untuk bulan Desember diajukan paling lambat 3 (tiga) hari
kerja sebelum tahun anggaran berakhir dan diterima pada jam kerja.
e. Prosedur dalam pengajuan SPP LS sebagai berikut:
1) PPTK melalui PUMK mengajukan dokumen Pengadaan Barang dan Jasa
yang sudah lengkap kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
2) Bendahara Pengeluaran melakukan pengujian dan penelitian usulan
SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa.
3) Jika kelengkapan dokumen Pengadaan Barang dan Jasa dinyatakan
lengkap dan sah, Pembantu Bendahara membuat SPP-LS.
4) PUMK mengambil SPP-LS yang sudah dibuat untuk dimintakan tanda
tangan PPTK dalam waktu maksimal 1 hari kerja untuk lingkungan
dinas, dan maksimal 2 hari kerja untuk PPTK diluar lingkungan dinas.

27
f. Lampiran SPP LS sesuai dengan Metode Pengadaan yaitu :
1) Salinan SPD;
2) Ebilling pajak (PPN dan PPh) disertai faktur Pajak yang telah
ditandatangani Wajib Pajak;
3) Surat Pernyataan PA atau KPA mengenai penetapan pihak ketiga;
4) Surat Perjanjian Kerjasama/Kontrak antara PA atau KPA dengan pihak
ketiga serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga sesuai
dengan referensi bank;
5) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
6) Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa;
7) Kuitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan
PPTK serta disetujui oleh PA atau KPA;
8) fotokopi Surat Jaminan Bank atau lembaga keuangan non bank yang
telah dilegalisir;
9) Fotokopi jaminan penyelesaian pekerjaan dari bank yang telah
dilegalisir, khusus untuk pekerjaan yang menurut kontrak/perjanjian
selesai pada akhir tahun anggaran dan pengajuan pembayaran sebelum
akhir tahun anggaran;
10) Surat Angkutan apabila pengadaan barang dilaksanakan di luar wilayah
kerja;
11) Surat Pemberitahuan Potongan Denda Keterlambatan Pekerjaan dari
PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;
12) Foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/penyelesaian pekerjaan;
13) Potongan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku/surat pemberitahuan Jamsostek;
14) Khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya
menggunakan biaya personil (billing rate), Berita Acara Prestasi
Kemajuan Pekerjaan dilampiri dengan Bukti Kehadiran dari Tenaga
Konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan Bukti
Penyewaan/Pembelian Alat Penunjang serta Bukti Pengeluaran lainnya
berdasarkan rincian dalam Surat Penawaran; dan
15) Kelengkapan tersebut digunakan sesuai peruntukannya.

g. Pengajuan SPP-LS bulan Desember terakhir adalah 3 (tiga) hari kerja sebelum
tahun anggaran berakhir. Bila pekerjaan selesai setelah tanggal tersebut,
maka pengajuan LS harus mengajukan ijin kepada Gubernur melalui BPKA
dan dilampiri Surat Jaminan/Garansi Bank dari BPD DIY.

H. PENERBITAN SPM
1. Prosedur Penerbitan SPM-UP/GU/TU
a. PPK-OPD atas nama PA/KPA menerima SPP-UP/GU/TU/ yang diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran.

28
b. PPK-OPD mencatat SPP-UP/GU/TU/ yang diterima ke dalam register SPP.
c. PPK-OPD atas nama Kepala OPD /Pengguna Anggaran meneliti kelengkapan
dokumen SPP yang diajukan.
d. Jika kelengkapan dokumen SPP yang dinyatakan lengkap dan sah, PPK-OPD
menyiapkan SPM untuk ditandatangani oleh Kepala OPD/Pengguna
Anggaran.
e. Jika kelengkapan dokumen SPP yang diajukan dinyatakan tidak lengkap dan
sah, maka PPK-OPD menolak untuk menerbitkan SPM dan selanjutnya
mengembalikan SPP tersebut kepada bendahara pengeluaran untuk
dilengkapi dan diperbaiki.
f. Kepala OPD/pengguna Anggaran melalui PPK-OPD mengembalikan SPP yang
tidak lengkap paling lambat satu hari kerja terhitung sejak diterimanya
pengajuan SPP UP/GU/TU/ yang bersangkutan.
g. PPK-OPD mencatat penerbitan SPM-UP/GU/TU/ ke dalam register penerbitan
SPM-UP/GU/TU/.

2. Prosedur penerbitan SPM–LS:


a. PPK-OPD menerima Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa yang diajukan
oleh Bendahara Pengeluaran.
b. PPK-OPD memverifikasi kesahihan bukti dan meneliti kelengkapan dokumen
SPP-LS.
c. Jika kelengkapan dokumen SPP-LS lengkap dan sahih, PPK-OPD menyiapkan
SPM-LS untuk ditandatangani oleh Kepala OPD/Pengguna Anggaran.
d. Jika kelengkapan dokumen SPP-LS dinyatakan tidak lengkap dan sahih, maka
PPK-OPD menolak untuk menerbitkan SPM-LS dan selanjutnya
mengembalikan SPP-LS kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi dan
diperbaiki. Pengembalian SPP-LS paling lambat satu hari kerja dihitung sejak
diterimanya pengajuan SPP-LS yang bersangkutan. PPK-OPD mencatat SPP-
LS yang ditolak tersebut dalam buku register.

I. PEMBUKUAN
Pelaksanaan pembukuan dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran dengan membuat
dan mengerjakan pembukuan sesuai tugas pokok dan fungsi secara tertib, cermat
dan teliti serta lengkap pada masing-masing format pembukuan.
Langkah-langkah :
1. Menyiapkan buku Kas umum, guna mencatat transaksi kas yang dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran (mencatat SP2D dan pengeluaran harian)
2. Membuat buku pembantu simpanan Bank
3. Membuat buku pembantu kas tunai
4. Membuat buku pembantu panjar
5. Membuat buku pembantu pajak
6. Membuat rekapitulasi belanja per rincian obyek belanja

29
Bendahara Pengeluaran melakukan pembukuan dengan ketentuan:
1. Setiap SPJ yang lengkap dan sah dicatat pada BKU, setelah diberi nomor/tanggal
BKU langsung dibukukan pada Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Obyek,
sesuai dengan rekening belanja masing-masing.
2. Bila pada Bend 26a terdapat transaksi pajak, dicatat pada BKU, setelah diberi
nomor/tanggal BKU langsung dibukukan pada Buku Pembantu Pajak, sesuai jenis
pajak masing-masing.
3. Setelah selesai membuku secara ganda tersebut (nomor 1 dan 2) dibukukan
(entry) pada format Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran.
4. Membuat lembar pengesahan SPJ.
5. Menyiapkan lembar pemeriksaan kas oleh Pengguna Anggaran.
6. Membuat Berita Acara Penutupan Kas dan register penutupan kas.

J. PENCATATAN AKUNTANSI
1. Dokumen yang digunakan dalam Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
UP/GU/TU adalah Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Bendahara Pengeluaran OPD.
a. Fungsi Akuntansi OPD menerima berkas SPJ lembar ke 3 dari PPK-SKPD.
b. Fungsi Akuntansi-OPD mencatat berkas-berkas tersebut ke dalam buku
Jurnal Pengeluaran Kas per tanggal pengesahan SPJ.
c. Fungsi Akuntansi OPD menerima SPJ lembar ke 3 dari PPK-OPD kemudian
mencatat ke dalam buku jurnal umum per tanggal pengesahan SPJ.
d. Fungsi Akuntansi OPD melakukan peringkasan transaksi-transaksi (posting)
dari Jurnal Pengeluaran Kas ke Jurnal Umum dan ke Buku Besar.

2. Dokumen yang digunakan dalam Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas


Pembebanan Langsung (LS) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi akuntansi PPK-OPD menerima berkas SP2D lembar ke 4 dari PPKD.
b. Fungsi Akuntansi-PPK-OPD mencatat SP2D-LS pembayaran Gaji dan
Tunjangan ke dalam buku Jurnal Pengeluaran kas dan SP2D-LS pengadaan
Barang dan jasa ke dalam buku jurnal Umum per tanggal pengesahan SP2D-
LS yang telah diotorisasi oleh PPKD dan melakukan peringkasan transaksi-
transaksi (posting) dari Jurnal pengeluaran kas dan jurnal umum ke buku
besar.

K. PELAPORAN
1. Laporan Bulanan
a. Laporan Kinerja Keuangan dan Kegiatan dibuat oleh PPTK, dikirim selambat-
lambatnya tanggal 3 bulan berikutnya ke seksi Monev dengan tembusan ke
Subbag. Keuangan.

30
b. Laporan Mutasi Barang Inventaris dan Barang Persediaan oleh Pengurus
Barang.
c. Pengesahan pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (SPJ-Belanja),
dibuat oleh Bendahara Pengeluaran.
d. Laporan Keuangan dan Akuntansi dibuat oleh PPK-SKPD/PPK Unit Kerja.

2. Laporan Triwulanan
a. Laporan Kinerja Keuangan dan Kegiatan dibuat oleh PPTK.
b. Laporan Mutasi Barang Inventaris dan Barang Persediaan oleh Pengurus
Barang.
c. Laporan Keuangan dan akuntansi, dibuat oleh PPK-Unit Kerja.
d. Laporan Keuangan dan akuntansi, dibuat oleh PPK-OPD.

3. Laporan Akhir Tahun


a. Laporan Kinerja Keuangan dan Kegiatan Semesteran, dibuat oleh PPTK.
b. Laporan Mutasi Barang Inventaris dan Barang Persediaan oleh Pengurus
Barang.
c. Pengesahan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran (SPJ-Belanja)
Akhir Tahun, dibuat oleh Bendahara Pengeluaran.
d. Laporan keuangan dan Akuntansi Akhir Tahun, dibuat oleh PPK-Unit Kerja
disampaikan ke PPK-OPD untuk dikompilasi.
e. Laporan keuangan dan Akuntansi Akhir Tahun, dibuat oleh PPK-OPD
disampaikan ke BPKA.

Laporan akuntansi dibuat oleh PPK-OPD setelah Bendahara Pengeluaran membuat


Laporan Pertanggungjawaban yang telah diverifikasi pada setiap bulannya.

L. BATAS WAKTU
1. PPTK harus sudah mengajukan Panjar paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum
pelaksanaan kegiatan dengan menunjukkan draft SPJ dan wajib menyampaikan
SPJ secara lengkap dan benar paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
pengambilan panjar kepada Kepala Dinas selaku Pengguna Anggaran melalui
Bendahara Pengeluaran.
2. PPTK harus sudah mengajukan SPJ (Nontunai) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah pelaksanaan kegiatan selesai.
3. Untuk bulan Desember, PPTK harus sudah mengajukan SPJ kepada Bendahara
Pengeluaran paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tahun anggaran
berakhir.
4. Pengajuan pencairan LS harus sudah disampaikan PPTK kepada Bendahara
Pengeluaran paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal Berita Acara
Serah Terima Hasil Pekerjaan.

31
5. Untuk bulan Desember, PPTK harus sudah mengajukan pencairan LS paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tahun anggaran berakhir, kecuali untuk
pekerjaan yang selesainya melebihi tanggal tersebut.
6. PPTK setiap bulan wajib melaporkan Pelaksanaan Kegiatan (Fisik) dan
Realisasi/Daya Serap Anggaran untuk masing-masing kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada Pengguna Anggaran melalui Seksi Pengembangan
Mutu, Evaluasi, Dan Fasilitasi Pendidikan paling lambat tanggal 2 pada bulan
berikutnya.
7. Bendahara Pengeluaran OPD secara administratif wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penggunaan APBD setiap akhir bulan kepada Kepala OPD
melalui PPK-SKPD.
8. Apabila berdasarkan hasil verifikasi Laporan pertanggungjawaban telah lengkap
dan benar serta sesuai dengan ketentuan/peraturan perundang-undangan, maka
Pengguna Anggaran menerbitkan surat pengesahan paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya berupa laporan Fungsional Bendahara.
9. Laporan keuangan dan Akuntansi Triwulanan, dibuat oleh PPK-Unit Kerja
disampaikan ke PPK-OPD paling lambat tanggal 2 bulan berikutnya.
10. Laporan keuangan dan Akuntansi Triwulanan, dibuat oleh PPK-OPD paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya.
11. Laporan keuangan dan Akuntansi Akhir Tahun, dibuat oleh PPK-Unit Kerja
disampaikan ke PPK-OPD paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya.
12. Laporan keuangan dan Akuntansi Akhir Tahun, dibuat oleh PPK-OPD paling
lambat tanggal 30 Januari tahun berikutnya disampaikan ke BPKA.

M. SANKSI KETERLAMBATAN
1. Sanksi Peringatan/teguran oleh PA/KPA, apabila PPTK belum menyampaikan
Pertanggungjawaban (SPJ) penggunaan anggaran kegiatan dan mengembalikan
sisa panjar kerja yang tidak dilaksanakan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
sejak tanggal pengambilan panjar kerja kepada Bendahara Pengeluaran/
Bendahara Pengeluaran Pembantu;
2. Sanksi penundaan pengambilan panjar kerja berikutnya oleh PPK-SKPD/PPK
Unit Kerja, apabila pertanggungjawaban (SPJ) dari PPTK tidak dipenuhi sampai
dengan 14 (empat belas) hari kerja sejak pengambilan panjar, kecuali atas ijin
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
3. PPTK, diketahui Kepala Bidang/Sekretaris, harus mengajukan Surat Ijin Pencairan
Anggaran kepada Kepala Dinas selaku Pengguna Anggaran apabila lebih dari 30
(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal selesainya kegiatan belum menyampaikan
Pertanggungjawaban (SPJ) Nontunai;
4. PPTK, diketahui Kepala Bidang/Sekretaris, harus mengajukan Surat Ijin Pencairan
LS kepada Kepala Dinas selaku Pengguna Anggaran apabila pengajuan pencairan
LS melebihi 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan.

32
BAGIAN III
PELAKSANAAN HIBAH dan BANTUAN SOSIAL

Penyaluran Hibah dan Bantuan Sosial Pemerintah Daerah DIY melalui Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga DIY dilakukan sesuai peraturan pemberian Hibah dan bantuan sosial
yang berlaku, baik Permendagri nomor 32 tahun 2011 yang terakhir diubah dengan
Permendagri nomor 14 tahun 2016 maupun Pergub nomor 111 tahun 2018.

A. PENGERTIAN
1. Hibah
adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya,
bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang
bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah dalam memberikan Hibah harus memperhatikan kriteria
sebagai berikut:
a. Hibah dapat diberikan kepada badan, lembaga, dan organisasi
kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.
b. Hibah diberikan satu kali dalam satu tahun anggaran.
c. Peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
d. Hibah tidak diberikan secara terus menerus dari tahun ke tahun (rutin) kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat,
dan organisasi kemasyarakatan yang sama kecuali lembaga yang ditentukan
lain oleh peraturan perundang-undangan.
e. Dalam hal kemampuan keuangan daerah memungkinkan pemerintah daerah
dapat memberikan kembali Hibah secara selektif.
f. Memberikan nilai manfaat bagi pemerintah daerah dalam mendukung
terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
g. Hibah dilaksanakan dengan perjanjian hibah daerah.
h. Belanja hibah dalam bentuk uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak
langsung pada PPKD.
i. Belanja hibah berbentuk barang atau jasa dianggarkan dalam kelompok
belanja langsung pada program kegiatan OPD Teknis.
j. Setiap pemberian Hibah dituangkan dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah
(BPHD).
k. Naskah Perjanjian Hibah Daerah berupa barang ditandatangani oleh Kepala
OPD Teknis dan Penerima Hibah.
l. Hibah dalam bentuk barang/jasa dilakukan oleh OPD Teknis dengan berita
acara serah terima.

33
2. Bantuan Sosial
Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah
daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya
tidak terus-menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Pemerintah Daerah dalam memberikan Bantuan Sosial harus memperhatikan
kriteria sebagai berikut :
a. Bantuan sosial diberikan satu kali dalam satu tahun anggaran.
b. Belanja bantuan sosial dalam bentuk uang dianggarkan dalam kelompok
belanja tidak langsung pada PPKD.
c. Belanja bantuan sosial dalam bentuk barang dianggarkan dalam kelompok
belanja langsung pada program kegiatan OPD Teknis.
d. Pencairan Bantuan Sosial berupa uang dengan nilai sampai dengan
Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah) dilakukan transfer melalui Tambah Uang
(SP2D-TU) oleh Bendahara PPKD.
e. Pencairan Bantuan sosial berupa uang dengan nilai diatas Rp. 5.000.000,00
(lima juta juta rupiah) dilakukan dengan cara pembayaran langsung (SP2D-LS)
oleh Bendahara PPKD.
f. Penyaluran bantuan sosial berupa uang kepada penerima bantuan sosial
dilengkapi dengan kuitansi bukti penerima uang bantuan sosial.
g. Penyerahan Bantuan Sosial berupa barang dilengkapi dengan Berita Acara
Serah Terima oleh OPD Teknis.

3. Resiko Sosial
Resiko Sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi
terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik,
fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial
akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.

B. MEKANISME PENYALURAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL


1. Penerima Hibah/bantuan sosial Pemerintah Daerah DIY sudah tercatat dalam
lampiran Peraturan Gubernur DIY tentang Penjabaran APBD dan lampiran DPA
PPKD yang dikelola Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY selaku OPD
teknis;
2. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY atas nama Gubernur DIY
melaksanakan sosialisasi program Hibah/bantuan sosial .
3. Proposal sekurang-kurangnya memuat:
a. Profil lembaga penerima bantuan;
b. Program Kerja;
c. SK Pendirian/Susunan Pengurus;

34
d. RAB pemanfaatan dana bantuan;
e. Jadwal pelaksanaan pemanfaatana bantuan.

4. Penelitian/verifikasi pencairan
a. Proposal dan kelengkapan yang disampaikan oleh calon penerima hibah, akan
dilakukan verifikasi ulang sebelum pencairan meliputi: ketersediaan Anggaran
hibah dan bantuan sosial dalam Lampiran Peraturan Gubernur DIY tentang
Penjabaran APBD dan DPA PPKD, kelengkapan berkas permohonan bantuan,
kelayakan menerima bantuan, baik dari perhitungan RAB maupun kegiatan
yang akan dijalankan;
b. Terhadap lembaga penerima hibah yang masih terdapat kekeliruan maupun
kelengkapan administrasi akan dikembalikan untuk pembetulan seperlunya.

5. Proposal dan kelengkapan untuk pencairan yang telah lolos verifikasi ulang,
selanjutnya diusulkan dalam Rekomendasi Pencairan Hibah/Bantuan sosial oleh
Pengguna Anggaran (Kepala Dinas), yang dikirim ke BPKA dengan Surat
Pengantar Pencairan.
Syarat administrasi pencairan Hibah berupa uang sebagai berikut:
a. Proposal usulan berserta lampirannya dibuat rangkap 6 (enam), dijilid;
b. NPHD Penerima Hibah;
c. Fotocopy Kartu Identitas penanggung jawab penerima Hibah;
d. Fotocopy Rekening Bank/Buku Tabungan atas nama lembaga;
e. Pakta Integritas/Surat Pernyataan penerima Hibah dengan meterai;
f. Menandatangani bukti pengeluaran kas/Kuitansi dengan meterai cukup;
g. Laporan Pemanfaatan Dana Bantuan tahun sebelumnya, bagi lembaga yang
tahun sebelumnya pernah menerima bantuan sejenis dari APBD

Pengusulan Pencairan Dana


a. Dokumen Pencairan Dana sebagaimana tersebut diatas, diusulkan oleh Kepala
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga kepada Gubernur DIY melalui Badan
Pengelola Keuangan dan Aset (BPKA) DIY;
b. Tranfer Dana dilakukan oleh Bendahara Umum Daerah langsung ke rekening
penerima Hibah/Bantuan sosial .

C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
Dalam pertanggungjawaban penerimaan Hibah/bantuan sosial pemerintah daerah DIY
dilaksanakan:
a. Penerima Hibah/bantuan sosial dilarang menyimpan bantuan di bank atau
mengendapkannya dalam rangka mendapatkan bunga.
b. Penerima Hibah/bantuan sosial wajib menyampaikan laporan pemanfaatan dana,
paling lambat 3 bulan terhitung sejak dana bantuan diterima dan atau masuk

35
dalam rekening bank penerima hibah atau tanggal 10 januari tahun berikutnya bagi
yang penerimaannya pada akhir tahun anggaran.
c. Laporan Pertanggungjawaban dimaksud pada angka (b) diatas, minimal memuat:
1) Uraian singkat program/kegiatan yang dilaksanakan dan dibiayai melalui
dana bantuan kelembagaan yang diterima;
2) Hambatan/Kendala yang dihadapi dan cara mengatasi hambatan/kendala;
3) Rincian Pengeluaran dana, dan capaian program/kegiatan yang dibiayai
melalui dana bantuan yang diterima, dilampiri bukti pengeluaran yang sah,
dan foto kegiatan;
4) Laporan Pertanggungjawaban dibuat rangkap 5 (lima) dijilid dan disampaikan
kepada Gubernur DIY melalui Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan
Olahraga DIY.

D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY, dan Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset (PPKA) DIY atas nama Gubernur DIY berhak melaksanakan
Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan pemanfaatan dana Hibah/bantuan sosial .

E. SANKSI
Atas dasar hasil Pemantauan dan evaluasi, apabila terdapat penyimpangan
pemanfaatan dana sebagaimana yang telah dicantumkan dalam proposal
permohonan, maka penerima dana Hibah/bantuan sosial dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Plt. KEPALA

Drs. BAMBANG WISNU HANDOYO


NIP. 19601003 198803 1 006

36

Anda mungkin juga menyukai