Anda di halaman 1dari 20

NAMA : NURHAFIZAH

KELAS : 4B
NIM : P07524417064

Pertemuan 11

Sistem Kesehatan Nasional Dan Sistem Informasi Nasional

Bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang


memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Dasar 1945.

Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan


pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan
pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi
kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Tujuan Skn ?
Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua komponen bangsa,
baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum,
badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna,
sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

1. Asas Sistim Kesehatan Nasional

Sebagaimana dinyatakan dalam Bab I Bahwa Sistem Kesehatan Nasional


(SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dengan
demikian untuk menjamin efektifitas SKN, maka setiap pelaku pembangunan
kesehatan harus taat pada asas yang menjadi landasan bagi setiap program dan
kegiatan pembangunan kesehatan.

2. Dasar Pembangunan Kesehatan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025,
pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dapat terwujud.Dalam Undang-undang tersebut, dinyatakan
bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mendasarkan pada :

a) Peri kemanusiaan

b) Pemberdayaan dan pemandirian

c) Adil dan merata


d) Pengutamaan dan manfaat

3. Dasar Sistem Kesehatan Nasional

a) Hak asasi manusia ( HAM )

b) Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis

c) Komitmen dan Tata Pemerintahan yang Baik

d) Dukungan Regulasi

e) Antisipatif dan Pro Aktif

f) Respontif Gender

g) Kearifan Lokal

4. Landasan Sistem Kesehatan Nasional

a) Landasan idiil yaitu Pancasila.


b) Landasan konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945,
c) Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

5. Dasar Hukum Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional terus menerus mengalami perubahan sesuai


dengan dinamika yang terjadi di masyarakat.Seperti yang telah kami jelaskan pada
latar belakang di atas bahwa SKN ditetapkan pertama kali pada tahun 1982.Lalu
pada tahun 2004 terdapat SKN 2004 sebagai pengganti SKN 1982. SKN 2004 ini
kemudian diganti dengan SKN 2009 hingga akhirnya SKN 2009 ini dimutakhirkan
menjadi SKN 2012. Penyusunan SKN tersebut mengacu pada dasar-dasar hukum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah

Perkembangan Sistem Kesehatan Nasional

Pertama kali disusun pada tahun 1982 yangdisebut “ Sistem Kesehatan


Nasional 1982 (disyahkan dengan KEPMENKES No.99a/Men.Kes/SK/III/1982).
SKN adalah suatu tatanan yang mencerminkanupaya bangsa indonesia
meningkatkan kemampuanmencapai derajat kesehatan optimal (SKN 1982)

Sistem Informasi Nasional

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi


yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian
dari sistem kesehatan.

Jaringan Siknas

Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi


kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa
diakses bila telah dihubungkan.  Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur
jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network
(WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan
untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda,
dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. 

Alur Siknas

1. Sumber Data Manual

2. Sumber Data Komputerisasi

3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan

4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan

5. Bank Data Kesehatan Nasional

6. Pengguna Data oleh Menteri Kesehatan

7. Pengguna Data

Pertemuan 12

Gambaran Sistem Informasi Kesehatan Provinsi

Sistem informasi kesehatan di dinas kesehatan merupakan sistem informasi


kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi.
Laporan yang masuk ke dinas kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas
kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat) dapat berupa
laporan softcopy dan laporan hardcopy

Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan


softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk
laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi
melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan
dari fasilitas kesehatan milik provinsi.

Seperti diketahui bersama bahwa Informasi yang disiapkan dengan baik di


unit-unit kesehatanakan membantu pembuatan keputusan keputusan dalam unit
kesehatan tersebut karenadapat berfungsi sebagai masukan dalam proses
pengambilan keputusan

Disadari bahwa perkembangan sistem informasi kesehatan sangatlah cepat,


tidak hanya disebabkan karena perubahan teknologi informasi yang sedemikian
pesatnya, akan tetapi juga metode-metode pemanfaatan data untuk pengelolaan
pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan selalu mengalami perkembangan.

Efisiensi dalam pengelolaan informasi kesehatan menjadi sangat penting


karena menyangkut pengendalian biaya pelayanan kesehatan dan efisiensi waktu.
Dalam hal ini, pemanfaatan data dalam pengelolaan kasus klinis untuk level
individu maupun dalam tingkat kesehatan masyarakat menjadi mutlak diperlukan.
Seiring dengan perkembangan sistem informasi, kebutuhan data/informasi yang
akurat makin meningkat, namun ternyata sistem informasi yang ada saat ini masih
belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan tepat waktu.

Berbagai permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem


informasi kesehatan saat sekarang ini. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab
bersama untuk memperbaiki /melengkapi bahkan menyempurnakan sistem yang
ada saat ini menjadi sesuatu yang optimal yang dapat dimanfaatkan oleh semua
pihak.
Sistem Informasi Kesehatan propinsi memiliki tanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan :
a) Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah propinsi
dan sumber-sumber lain
b) Menyelenggarakan survei / penelitian bilamana diperlukan
c) Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi
pencapaian propinsi sehat
d) Mengirim laporan berkala / profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat
e) Memelihara bank data
f) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,
manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
Pertemuan 13
Gambaran Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/ Kota
Pengembangan system informasi kesehatan sebenarnya telah dimulai
PELITA I melalui sistem informasi  kesehatan nasional pada kantor wilayah
kementerian kesehatan (KemenKes RI; 2007) semenjak diterapkannya
kebijakannya-kebijakan   desentralisasi   kesehatan,   berbagai kalangan menilai
bahwa sistem informasi kesehatan Kementerian kesehatan dalam input data dari
propinsi, kabupaten/kota sangat kurang. Di sisi lain beberapa daerah mengatakan
bahwa penerapan sistem informasi kesehatan semenjak era desentralisasi
memberi dampak yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tingginya
motivasi dinas kesehatan untuk mengembangkan SIK, semakin banyak puskesmas
yang memiliki computer, tersedianya jaringan LAN di dinas kesehatan mapun
teknologi informasi lainnya.
Adanya desentralisasi ini pula, mengakibatkan pencatatan dan pelaporan
sebagai produk dari era sentralisasi menjadi  overlaps  , hal ini tentu saja menjadi
beban bagi kabupaten/ kota. Melalui keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511
tahun2002 tentang kebijakan dan strategi I  pengembangan   SIKNAS   dan  
Nomor   932   tahun   2002   tentang  
petunjuk   pelaksanaan  pengembangan   sistem   informasi   kesehatan  
daerah   di   kabupten/kota   dikembangkan   beragai strategi, yaitu :
1) Integrasi  dan simplifkasi pencatatan dan pelaporan yan ada.
2) Penetapan dan pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan.
3) Fasilitasi pengembangan sistem-sistem informasi kesehatan daerah
4) Pengembangan teknologi dan sumber daya;
5) Pengembangan   pelayanan   data   dan   informasi   untuk   managemen   dan  
pengambilan keputusan.
6) Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.

Selanjutnya,   pada  melalui   keputusan  menteri   kesehatan  RI  


Nomor  837   tahun   2007 tentang pengembangan jaringan computer online
SIKNAS di rencanakan beberapa hal dalam setiap tahunnya yaitu
1) Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas
kesehatan kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian
kesehatan pada tahun 2007.
2) Terselenggaranya   jaringan    komunikasi   data   online   terintegrasi   
antara   90   %   dinas kesehatan kabupaten/kota,  100 % dinas kesehatan
provinsi, 100 % rumah sakit pusat, 100 % unit pelaksana teknis (UPT) pusat
dengan kementerian kesehatan tahun 2009.
3) Terselenggaranya   jaringan   komunikasi   data   online   terintegrasi   antara  
seluruh   dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan  provinsi, rumah
sakit  pusat,   dan   UPT   pusat kementeri an kesehatan pada tahun 2010
Dari beberapa hal tersebutlah, maka pemerintah daerah pun
berupaya mengembangkan sistem   informasi   yang   sesuai   dengan  keunikan  
dan   karakteristiknya. Pengembangan   system informasi kesehatan daerah melalui
software atau web seperti SIMPUS, SIMRS, SIKDA dan sebagainya.

Sejatinya   suatu   sistem   informasi   yang terintegrasi harus memenuhi


kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang dapat di akses   sebagai  
informasi   yang   dapat   menjadi   pertimbangan   dalam   pengambilan  
berbagai keputusan   dan   kebijakan.   Seperti   aplikasi   komunikasi   data,  
dapat   dilihat   bahwa   data   dan informasi kesehatan yang disediakan tidak
memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau kabupaten/kota,   sehingga  
kabupaten/kota   pun   berupaya   mengembangkan   sistem   informasi sendiri.

SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online ternyata


dilapangan puskesmas   pun   masih   menyampaikan   laporannya   secara  
manual   setiap   bulannya.   Hal   ini mengakibatkan beban kera bagi petugas dan
informasi yang diberikan tidaklah dalam hitungan hari, melainkan bulan. Suatu
sistem yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik pusat atau daerah,
pengambilan keputusan dapat mengakses informasi secara cepat dan tepat
sehinggakebiakandapatefektifdanefisien.  Sebagai   dampak   dari   desentralisasi,  
daerah   masih menganggap   kebutuhan   system informasi   berbasis   web   atau  
komputerisasi   bukanlah  prioritas. Memang pada awalnya pelaksana  sistem 
informasi membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam perjalanannya juga
memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang tidak sedikit. Kondisi geografis
juga sangat mempengaruhi, masih banyak puskesmas di daerah  yang sangat
terbatas akses informasinya.

Dalam rangka mewujudkan SIK Terintegrasi, dikembangkan model SIK


Nasional yang menggantikan sistem yang saat ini masih diterapkan di Indonesia.
Model ini memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetapi
tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih
mempunyai keterbatasan infrastruktur (seperti pasokan listrik dan peralatan
komputer serta jaringan internet). Kedepan semua pemangku kepentingan SIK bisa
bergerak menuju ke arah SIK Komputerisasi dimana proses pencatatan,
penyimpanan dan diseminasi informasi bisa lebih efisien dan efektif serta
keakuratan data dapat ditingkatkan.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan


melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan
dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas
kesehatan kabupaten/kota.

Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim


dalam bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual


langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah
ditentukan.

Petugas kesehatan di lapangan (bidan desa, perawat desa/perawat


perkesmas, posyandu, polindes) melapor kepada puskesmas yang membinanya,
berupa data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya akan
dikembangkan program mobile health (mHealth) dengan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga data individual dapat langsung masuk ke Bank Data
Kesehatan Nasional.

Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy dari semua fasilitas


pelayanan kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat)
akan dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang diterima,
akan diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk laporan
diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional.

Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk laporan dari unit pelayanan kesehatan milik Provinsi.

Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya


kependudukan) akan diambil dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan
dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Semua pemangku
kepentingan yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi
yang diperlukan dari bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kemenkes.

Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik 

ini adalah upaya dari Kemenkes dalam menerapkan standarisasi Sistem


Informasi Kesehatan, sehingga dapat tersedia data dan informasi kesehatan yang
akurat, tepat dan cepat, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang kesehatan di
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan. SIKDA
Generik merupakan aplikasi elektronik yang dirancang untuk mampu
menjembatani komunikasi data antar komponen dalam sistem kesehatan nasional
yang meliputi puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas
kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan.

1.Sistem Informasi Kesehatan Daerah Sistem kesehatan di Indonesia dapat


dikelompokkan dalam beberapa tingkat sebagai berikut:
Tingkat Kabupaten/Kota, dimana terdapat puskesmas dan pelayanan kesehatan
dasar lainnya, dinas kesehatan kabupaten/kota, instalasi farmasi kabupaten/ kota,
rumah sakit kabupaten/kota, serta pelayanan kesehatan rujukan primer lainnya
2.Tingkat Provinsi, dimana terdapat dinas kesehatan provinsi, rumah sakit provinsi,
dan pelayanan kesehatan rujukan sekunder lainnya.

3.Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan
Pelayanan kesehatan rujukan tersier lainnyaSIKDA Generik terdiri dari 3 aplikasi
sistem informasi elektronik yaitu Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem
Informasi Manajemen Dinas Kesehatan, dan Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit. SIKDA Generik ini akan didistribusikan kepada seluruh fasilitas kesehatan
dalam rangka pengembangan SIK komputerisasi.

Dalam hal ini Pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk menetapkan


strategi pengembangan dan pengelolaan SIK. Semua pemangku kepentingan SIK
mempunyai kewajiban untuk mengikuti penetapan dan kebijakan yang ditentukan
serta mempunyai peran untuk memperkuat SIK di Indonesia. Koordinasi lintas
sektor merupakan hal yang penting karena SIK bukan hanya tanggung jawab
bidang kesehatan tetapi juga bidang lain yang terkait di setiap jenjang. Di tingkat
provinsi/kabupaten/kota, pelaksanaan SIK juga harus didukung oleh suatu
kebijakan yang memperkuatnya sebagai pijakan pelaksanaan bagi pengelola SIK di
daerah. Setiap daerah (provinsi dan kabupaten/kota) membuat peraturan daerah
mengenai SIK yang sejalan dengan SIK Nasional. Selain itu Kepala fasilitas
pelayanan kesehatan juga dapat mengeluarkan keputusan terkait SIK sesuai
wilayah kerjanya, untuk memastikan pelaksanaan operasional.

Pengelolaan SIK merupakan suatu hal yang penting dan tidak mudah
sehingga memerlukan unit khusus yang fokus dan kompeten. Pengelolaan SIK
diselenggarakan oleh semua tingkatkan manajemen kesehatan di pusat maupun
daerah dan melibatkan semua pemangku kepentingan (bidang kesehatan dan selain
bidang kesehatan). Berikut ini diuraikan organisasi penyelenggara di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota dan pelayanan kesehatan.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang
petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang
menangani data dan informasi di dinas kesehatan kabupaten/kota seyogyanya
dibentuk UPT Dinas (UPTD). Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat
Kabupaten/Kota perlu juga dibentuk Tim SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari:

a) Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


b) Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan
informasi.
c) Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan
informasi
d) Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota

Berikut penerapan Sitem Informasi Kesehatan

Penerapan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk


mendukung evaluasi program KIA puskesmas menggunakan pendekatan paralel
yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengoperasikan sistem yang baru
bersama-sama dengan sistem yang lama selama satu periode waktu tertentu.

Kedua sisitem ini dioperasikan bersama-sama untuk meyakinkan bahwa


sistem yang baru telah benar-benar beroperasi dengan suskses sebelum sistem lama
dihentikan. Penerapan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi utuk
mendukung evaluasi program KIA puskesmas dilakukan sesuai dengan rancangan
multiuser.

Adapun prosedurnya sebagai berikut:


1) Pasien didaftar kebagian pendaftaran, kemudian bagian pendaftaran
meneruskan pencatatan status pasien kepada bagian pengelola data KIA.
2) Kemudian pasien menuju bagian pengelola data KIA, dan dilakukan pengisian
data pasien sesuai kebutuhan melalui input data master ibu, kecamatan, petuas,
vitamin, imunisasi, tempat pelayanan data ibu hamil, data persalinan, data bayi,
dat kunjungan ibu dan data kunjungan bayi.
3) Setelah beberapa waktu yang ditentukan penanggungjawab program KIA
dapatmelakukan pengisian data sesuai dengan pelayanan yang diberikan baik
kepada ibu maupun bayi.
4) Dari data yang telah terisis tersebut diperoeh isian laporan bulanan kegiatan
KIA dipuskesmas dalam waktu kurun tertentu.

Dalam mendukung penerapan program ini terdapat Rencana sistem informasi


layanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA
puskesmas :

1) Basis yang dikembangkan adalah berupa master data yang bersifat statis yaitu
kecamatan, puskesmas, desa, proyeksi penduduk, petugas, vitamin, imunisasi,
tempat pelayanan, dan data ibu/calon ibu. Dan dikembangkan basis data
dinamis berupa file-file pada kegiatan transaksi.
2) Input pengelola data KIA berupa master data kecamatan, puskesmas, desa,
proyeksi penduduk, petugas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan, dan data
ibu/calon ibu.
3) Output yang dihasilkan berupa laporan meliputi: laporan bulanan KIA, laporan
bulanan PWS KIA anak PWS KIA ibu, laporan bulanan SPM, laporan bulanan
kelahiran dan kematian, lapran bulanan penemuan kasus BBLR, laporan
penemuan tetanis neonatorum, laporan bulanan kematian ibu, laporan bulanan
register kematian perinatal (0-7) hari, laporan bulanan rekapitulasi lacakan
kematian neonatal.
4) Antar muka memberikan bentuk tambil awal bagu user untuk memulai bekerja
dengan komputer.
5) Sistem Informasi Pelayanan KIA di Puskesmas
6) Hasil sistem informasi kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi
program KIA puskesmas.

Petemuan 14

Gambaran dari Sistem Informasi Puskesmas


Definisi Sistem Informasi Puskesmas
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) merupakan suatu tatanan
atau peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya (Depkes RI, 1997). Simpus
diharapkan dapat meningkatkan manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna
dan berdayaguna melalui pemanfaatan secara optimal dari sistem pencatatan
pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Simpus merupakan prosedur pemrosesan
data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual
dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif
untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Bidan, Sanitarian, Petugas Gizi. Petugas Puskesmas lainnya.
 
Simpus adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang
memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat
PUSKESMAS mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data
penyuluhan kesehatan masyarakat. Latar Belakang penggunaan SIMPUS adalah
belum adanya ke-validan data (mengenai orang sakit, penyakit, bumil, dll dalam
wilayah suatu puskesmas), Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna
laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten, memasuki Era Otonomi Daerah mutlak
diperlukan Informasi yang tepat, akurat dan up to date berkenaan dengan data
orang sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu hamil, masalah imunisasi dll.
Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Puskesmas (SIK)
Puskesmas adalah dapat meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada
Masyarakat melalui penerapan Sistem informasi Kesehatan Puskesmas yang
terintegrasi dari semua unit pelayanan. Demikian pula dapat menyajikan informasi
secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan
puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem
kesehatan dan berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien,
unit dan sistem kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas
Kesehatan kepada masyarakat.

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Puskesmas


Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui sistem
informasi yang terintegrasi di semua unit pelayanan Puskesmas sehingga dapat
meningkatkan kecepatan proses pada pelayanan, mempermudah akses data,
pelaporan dan akurasi data sehingga menjadi lebih baik.
Teori-teori dari gambar Sistem Informasi Puskesmas
Sub Sistem Informasi Puskesmas
 Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data
kependudukan terdiri dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi wafat
dan mutasi pindah.
 Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data ketenagaan.
Data yang diolah adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan, riwayat
jabatan, riwayat pendidikan, riwayat penjenjangan, riwayat latihan
teknis/fungsional, data riwayat penghargaan serta data penugasan pegawai.
 Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data sarana dan
prasarana, seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah dan peralatan
lainnya.
 Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan secara
garis besar saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut kegiatan dan
sumber biaya.
 

 Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data pelayanan


kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem rawat jalan
yang meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan
pelayanan puskesmas keliling, rawat inap, rekam medis dan manajemen obat.
Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA dan GIZI, Kesling dan TTU,
Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM, dan PERKESMAS.
 Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-laporan,
meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan program.
 Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem seperti:
membuat backup dan restore data, data recovery, user list and right
assignment, user shortcut, short message over network.

Aplikasi Simpus
Dengan luasnya lingkup pekerjaan di puskesmas, maka SIMPUS nantinya
akan dikembangkan secara modular, atau terpisah antara program kerja yang satu
dengan program kerja yang lain.
Beberapa hal mengenai SIMPUS antara lain :

 Menggunakan Sistem Operasi Windows, menampilkan tampilan secara


grafis dan mudah digunakan. Untuk proses keluaran data bahkan hampir semua
tampilan bisa di akses dengan menggunakan tetikus (mouse).
 Menyimpan informasi riwayat kunjungan dari pasien dengan akurat.
Penomoran Index yang tepat dan benar akan lebih mempermudah dalam proses
pencarian data pasien tertentu.
 Input data yang cepat, dengan sumber data dari kartu registrasi pasien.
Desain masukkan data yang dikembangkan dengan mengacu pada pengalaman
di puskesmas menjadi pertimbangan utama untuk membuat proses entry harus
cepat. Dalam kondisi normal hanya butuh waktu dibawah 1 menit untuk
memasukkan satu data pasien.
 Dapat menampilkan rekapitulasi data pasien dan obat, serta membuat
pelaporan LB1 dan LPLPO dengan cepat. Periode keluaran data dapat
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, dari data harian, periode harian,
mingguan, bulanan atau tahunan.
 Dapat menampilkan data 10 Besar / 20 Besar penyakit dengan cepat.
 Menampilkan data-data keluaran secara tabel maupun secara grafik dengan
cepat.
 Dapat digunakan untuk melakukan filter data kunjungan dengan cepat dan
mudah, sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai