Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sitti Sakinah Noviyati Hamid

NIM : G.2010208

Prodi : Sains Komunikasi

Tugas 4 Bahasa Indonesia

1. Menganalisis sebuah artikel dengan berpedoman PUEBI.

Teknologi + Seni = Artlens

 Seni adalah bagian dari peradaban manusia, dan peradaban manusia juga nggak mungkin
lepas dari yang namanya teknologi. Gallery One di Cleveland Museum of Art punya layar
yang lebarnya 40 kaki yang isinya display 3.000 gambar. Gallery One ini isinya lukisan-
lukisan para pelukis besar di dunia seperti Pablo Picasso, Auguste Rodin, Viktor
Schreckengost, Giovanni Panini, dan Chuck Close. Ketika seorang pengunjung museum
menyentuh sebuah gambar di layar itu, gambarnya akan membesar dan memberikan
informasi tentang lokasi benda yang ada di foto itu. Buat pengunjung yang bawa iPad,
mereka dapat menyentuh icon hati di sudut gambar itu kalo mau gambarnya di-transfer ke
iPad mereka. Bukan cuma itu, foto-foto itu juga bisa di-share melalui Facebook dan Twitter.
Canggihlah pokoknya! iPad juga nawarin berbagai pilihan buat mempelajari barang-barang
yang dipamerkan di seluruh museum, seperti misalnya kapan lukisan itu dibuat, kenapa
dibuat, juga gimana cara buatnya. Nama aplikasinya adalah ArtLens, dan aplikasi ini bisa
diunduh sama para pengunjung secara gratis. Kalo kamu gaptek, nggak usah khawatir karena
mereka punya teknisi yang bakal nerangin cara penggunaannya dengan sabar. Si ArtLens ini
bukan cuma bisa buat dipake buat nyari informasi tentang benda-benda atau lukisan-lukisan
yang ada di museum itu, tapi juga bisa dipake untuk merancang tur mereka dalam museum
itu sendiri dan tentunya “rencana” itu bisa mereka share ke orang lain. Tujuan utama
dibuatnya teknologi kayak ini adalah karena ketika orang datang ke museum, mereka
kepingin diceritain tentang benda-benda di sana secara mendalam. Tak kenal maka tak
sayang kan? Dan teknologi di sini fungsinya untuk memfasilitasi mereka. Untuk saat ini
memang baru ada aplikasi untuk iPad, tapi mereka sedang ngembangin aplikasi serupa yang
bisa dipake di iPhone dan Android, juga nambahin fitur-fitur baru, tentunya. Dan kalo kamu
terus install aplikasi ini, kamu akan terus dapat info perkembangan tentang Cleveland
Museum of Art itu, seperti misalnya kalo mereka ada koleksi baru atau mereka mau bikin
pameran. 

Teknologi yang mirip kayak gini juga udah diterapin di beberapa museum di Singapura. Jadi,
pengunjung yang memasuki museum akan diberikan seperangkat audio tour yang terdiri dari
sebuah display dan headphone. Waktu pengunjung berjalan-jalan di dalam museum, mereka
bisa memilih mau mendengarkan penjelasan di bagian museum yang mana. Gunanya buat
mempermudah para pengunjung museum nemuin barang yang mereka cari sekaligus
diceritain tentang sejarah benda itu melalui headphone.Kira-kira kalo di Indonesia, ada nggak
ya yang bisa bikin aplikasi kayak gini supaya orang lebih rajin ke museum, dan seandainya
ada yang bikin sekalipun, apakah akan bikin orang jadi lebih milih liburan ke museum
dibanding ke mal? Nggak jelas apakah karena orang luar negeri lebih banyak yang cinta
budaya atau orang Indonesia yang kurang cinta budaya, tapi yang pasti kalo dari dulu sampe
sekarang museum-museum di Indonesia masih tetap aja sama, kurang modern dan nggak ada
kemajuan, bisa jadi memang nggak banyak orang (terutama yang punya dana) yang tergerak
untuk membuat museum-museum kita jadi tempat yang lebih menarik, dan bukan sekedar
tempat nyimpen barang-barang kuno. Coba deh kalo kita jalan-jalan ke museum,
pengunjungnya biasanya anak sekolah (karena dipaksa guru dan sekolahnya) atau orang
asing. Nah, kalo orang asing aja bisa suka banget sama museum-museum kita, kenapa kita
nggak? Dan kalo museum-museum kita juga kita “kawinin” sama teknologi, bisa jadi
kehidupan permuseuman jadi lebih bersemangat yah? Ada yang mau bikin aplikasi kayak
gini dan ngajuin ke Pemerintah, mungkin?

Analisis Menurut PUEBI

Sesuai dengan kata Bahasa Indonesia menurut PUEBI

Teknologi + Seni = Artlens

 Seni adalah bagian dari peradaban manusia, dan peradaban manusia juga tidak mungkin
lepas dari yang namanya teknologi. Gallery One di Cleveland Museum of Art punya layar
yang lebarnya 40 kaki yang isinya display 3.000 gambar. Gallery One ini isinya lukisan-
lukisan para pelukis besar di dunia seperti Pablo Picasso, Auguste Rodin, Viktor
Schreckengost, Giovanni Panini, dan Chuck Close. Ketika seorang pengunjung museum
menyentuh sebuah gambar di layar itu, gambarnya akan membesar dan memberikan
informasi tentang lokasi benda yang ada di foto itu. Buat pengunjung yang bawa iPad,
mereka dapat menyentuh icon hati di sudut gambar itu kalau mau gambarnya di-transfer ke
iPad mereka. Bukan cuma itu, foto-foto itu juga bisa di-share melalui Facebook dan Twitter.
Canggihlah pokoknya! iPad juga nawarin berbagai pilihan buat mempelajari barang-barang
yang dipamerkan di seluruh museum, seperti misalnya kapan lukisan itu dibuat, kenapa
dibuat, juga bagaimana cara buatnya. Nama aplikasinya adalah ArtLens, dan aplikasi ini bisa
diunduh sama para pengunjung secara gratis. Kalau kamu Tidak mampu menggunakan teknologi
dengan benar, tidak usah khawatir karena mereka punya teknisi yang bakal menerangkan cara
penggunaannya dengan sabar. Si ArtLens ini bukan cuma bisa buat dipake buat mencari
informasi tentang benda-benda atau lukisan-lukisan yang ada di museum itu, tapi juga bisa
dipake untuk merancang tur mereka dalam museum itu sendiri dan tentunya “Rencana” itu
bisa mereka share ke orang lain. Tujuan utama dibuatnya teknologi kayak ini adalah karena
ketika orang datang ke museum, mereka menginginkan diceritakan tentang benda-benda di
sana secara mendalam. Tak kenal maka tak sayang? Dan teknologi di sini fungsinya untuk
memfasilitasi mereka. Untuk saat ini memang baru ada aplikasi untuk iPad, tapi mereka
sedang mengembangkan aplikasi serupa yang bisa dipake di iPhone dan Android, juga
nambahin fitur-fitur baru, tentunya. Dan kalau kamu terus install aplikasi ini, kamu akan
terus dapat info perkembangan tentang Cleveland Museum of Art itu, seperti misalnya kalau
mereka ada koleksi baru atau mereka mau bikin pameran. 

Teknologi yang seperti ini juga sudah diterapkan di beberapa museum di Singapura. Jadi,
pengunjung yang memasuki museum akan diberikan seperangkat audio tour yang terdiri dari
sebuah display dan headphone. Waktu pengunjung berjalan-jalan di dalam museum, mereka
bisa memilih mau mendengarkan penjelasan di bagian museum yang mana. Gunanya buat
mempermudah para pengunjung museum menemukan barang yang mereka cari sekaligus
diceritakan tentang sejarah benda itu melalui headphone.Kira-kira kalau di Indonesia, ada
tidak yang bisa bikin aplikasi seperti ini supaya orang lebih rajin ke museum, dan seandainya
ada yang bikin sekalipun, apakah akan bikin orang jadi lebih milih liburan ke museum
dibanding ke mal? Tidak jelas apakah karena orang luar negeri lebih banyak yang cinta
budaya atau orang Indonesia yang kurang cinta budaya, tapi yang pasti kalau dari dulu
sampai sekarang museum-museum di Indonesia masih tetap saja sama, kurang modern dan
tidak ada kemajuan, bisa jadi memang tidak banyak orang (terutama yang punya dana) yang
tergerak untuk membuat museum-museum kita jadi tempat yang lebih menarik, dan bukan
sekedar tempat menyimpan barang-barang kuno. Coba saja kalau kita jalan-jalan ke museum,
pengunjungnya biasanya anak sekolah (karena dipaksa guru dan sekolahnya) atau orang
asing. Nah, kalau orang asing saja bisa suka banget sama museum-museum kita, kenapa kita
tidak? Dan kalau museum-museum kita juga kita “kawinin” sama teknologi, bisa jadi
kehidupan permuseuman jadi lebih bersemangat yah? Ada yang mau bikin aplikasi seperti ini
dan mengajukan ke Pemerintah, mungkin.

1. Kalo diubah menjadi Kalau.


2. Nggak diubah menjadi Tidak.
3. Nemuin diubah menjadi Menemukan.
4. Nerangin diubah menjadi Menerangkan.
5. Kepingin diubah menjadi Menginginkan.
6. Nyari diubah menjadi Cari.
7. Gaptek diubah menjadi Tidak mampu menggunakan teknologi dengan benar.
8. Teknologi yang mirip kayak gini juga udah diterapin di beberapa museum di
Singapura diubah menjadi Teknologi yang seperti ini juga sudah diterapkan di
beberapa museum di Singapura.
9. Gimana diubah menjadi Bagaimana.
10. “rencana” diubah menjadi “Rencana” Rnya diubah menjadi huruf kapital karena awal
kalimat pada petikan langsung.
11. Diceritain diubah menjadi diceritakan.
12. Ngembangin diubah menjadi mengembangkan.
13. Nyimpen diubah menjadi menyimpan.
14. Sampe diubah menjadi sampai.
15. Coba deh kalo diubah menjadi coba saja kalau.
16. Kayak gini diubah menjadi seperti ini.
17. Ngajuin diubah menjadi mengajukan.

Anda mungkin juga menyukai