PEMBAHASAN
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan
kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara
internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang
diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan
ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia. Hal ini disebutkan
Al-Qur’an dalam QS. Al-An’am : 152,
ً ش َّد ۚۥهُ َوأَ ۡوفُو ْا ۡٱل َك ۡي َل َو ۡٱل ِمي َزانَ بِ ۡٱلقِ ۡس ِۖط اَل نُ َكلِّفُ نَ ۡف
سا إِاَّل ُ َسنُ َحت َّٰى يَ ۡبلُ َغ أ ِ َِواَل ت َۡق َربُو ْا َما َل ۡٱليَت
َ يم إِاَّل بِٱلَّتِي ِه َي أَ ۡح
ٰ ۚ
١٥٢ َم تَ َذ َّكرُونUۡص ٰى ُكم بِ ِهۦ لَ َعلَّ ُك َّ ٱع ِدلُو ْا َولَ ۡو َكانَ َذا قُ ۡربَ ٰ ۖى َوبِ َع ۡه ِد ٱهَّلل ِ أَ ۡوفُو ْا َذلِ ُكمۡ َو
ۡ َُو ۡس َع َه ۖا َوإِ َذا قُ ۡلتُمۡ ف
152. “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,
kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.
Mengenai stabilitas nilai uang juga ditegaskan oleh M. Umar Chapra (Al Quran
Menuju Sistem Moneter yang Adil), kerangka kebijakan moneter dalam
perekonomian Islam adalah stok uang, sasarannya haruslah menjamin bahwa
pengembangan moneter yang tidak berlebihan melainkan cukup untuk sepenuhnya
dapat mengeksploitasi kapasitas perekonomian untuk menawarkan barang dan jasa
bagi kesejahteraan Sosial Umum.Pelaksanaan kebijakan moneter (operasi moneter)
yang dilakukan otoritas moneter sebagai pemegang kendali money supply untuk
mencapai tujuan kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan target yang akan
dicapai dan dengan instrumen apa target tersebut akan dicapai.1
Sistem uang dua logam inilah yang diadopsi oleh Rasulullah SAW. Ketika itu
kendati menggunakan sistem uang dua logam, Rasulullah SAW memang tidak
mencetak dinar dan dirham emas sendiri, tetapi menggunakan dinar Romawi dan
dirham Persia (ini juga menunjukkan bahwa sistem uang dua logam tidak eksklusif
hanya dilakukan oleh umat Islam). Demikian seterusnya, sistem dua logam itu
diterapkan oleh para khalifah hingga masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan (79H).
Baru di masa itulah dicetak dinar dan dirham khusus dengan corak Islam yang khas.
Dengan cara itu, nilai nominal dan nilai intrinsik dari mata uang dinar dan dirham
akan menyatu. Artinya, nilai nominal mata uang yang berlaku akan dijaga oleh nilai
instrinsiknya (nilai uang itu sebagai barang, yaitu emas atau perak itu sendiri), bukan
oleh daya tukar terhadap mata uang lain. Maka, seberapapun misalnya dollar Amerika
naik nilainya, mata uang dinar akan mengikuti senilai dollar menghargai 4,25 gram
emas yang terkandung dalam 1 dinar. Depresiasi (sekalipun semua faktor ekonomi
dan non ekonomi yang memicunya ada) tidak akan terjadi. Sehingga gejolak ekonomi
seperti sekarang ini Insya Allah juga tidak akan terjadi. Penurunan nilai dinar atau
dirham memang masih mungkin terjadi. Yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai
nominal dinar itu, mengalami penurunan (biasa disebut inflasi emas). Diantaranya
akibat ditemukannya emas dalam jumlah besar. Tapi keadaan ini kecil sekali
kemungkinannya, oleh karena penemuan emas besar-besaran biasanya memerlukan
usaha eksplorasi dan eksploitasi yang disamping memakan investasi besar, juga
waktu yang lama. Tapi, andaipun hal ini terjadi, emas temuan itu akan segera
disimpan menjadi cadangan devisa negara, tidak langsung dilempar ke pasaran.
Secara demikian pengaruh penemuan emas terhadap penurunan nilai emas di pasaran
bisa ditekan seminimal mungkin.Disinilah pentingnya ketentuan emas sebagai milik
umum harus dikuasai oleh negara.
Secara syar'i pemanfaatan sistem mata uang dua logam juga selaras dengan
sejumlah perkara dalam Islam yang menyangkut uang. Diantaranya tentang nisab
zakat harta yang 20 dinar emas dan 200 dirham perak, larangan menimbun harta
(kanzu al-mal, bukan idzkar atau saving) dimana harta yang dimaksud disitu adalah
emas dan perak, sebagaimana disebut dalam Surah At-Taubah : 34,
ۡ
۞ِ ۗ بِي ِل ٱهَّللUس
َ دُّونَ عَنUص ُ َ ِل َويUس بِ ۡٱل ٰبَ ِط ُّ ا ِر َوUUَيرا ِّمنَ ٱأۡل َ ۡحبU
ِ ٰ َو َل ٱلنَّاUۡأ ُكلُونَ أَمUUَا ِن لَيUUَٱلر ۡهب ٓ Uُا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنUUٰيَٓأَيُّ َه
ٗ Uِو ْا إِنَّ َكثU
٣٤ ب أَلِ ٖيم ٍ يل ٱهَّلل ِ فَبَش ِّۡرهُم بِ َع َذا َ ضةَ َواَل يُنفِقُونَ َها فِي
ِ ِسب َّ َِب َو ۡٱلف َ ٱلذهَّ ََوٱلَّ ِذينَ يَ ۡكنِ ُزون
34. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang
alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”.
Suatu otoritas moneter mempunyai pengaru yang penting, walaupun secara tak
langsung terhadap arah (trend) tingkat harga, output, dan nilai tukar uang suatu
negara. Otoritas moneter, atau bank sentral, melakukan hal tersebut melalui
kemampuannya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit bank, serta melalui
pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit, dan perkembaangan sektor
finansial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan
Bank Sentral untuk mengendalikan jumlah maksimum suku bunga yang dapat
dibayarkan terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan
proporsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, Bank Sentral
dapat mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersial, kredit
perumahan, dan kredit konstruksi lainnya.
1. Operasi pasar terbuka (open market operation) atau OMO yang memengaruhi
jumlah uang beredar;
2. Tingkat diskonto (discount rate) atau fasilitas diskonto yang memengaruhi
biaya uang;
3. Ketentuan cadangan minimum (reserve requirement) atau RR yang
memengaruhi jumkah kewajiban minimum dana pihak ketiga yang harus
disimpan (tidak boleh disalurkan sebagai kredit) oleh Bank;
4. Himbauan moral (moral suasion) yang memengaruhi tindak-tanduk para bankir
dan manajer senior institusi-institusi finansial dalam kegiatan operasional
keseharian bisnisnya agar searah dengan kepentingan publik/pemerintah.
Definisi Open Market Operation (OMO) atau pasar terbuka adalah pembelian
dan penjualan sekuritas pemerintah (government securities) yang dilakukan oleh
Bank Sentral. Sekuritas pemerintah tersebut biasanya berbentuk obligasi. Jika kita
mengambil contoh Amerika Serikat, maka kita akan melihat bentuk-bentuk sekuritas
yang dikeluarkan oleh pemerintah (dalam hal ini Departemen Keuangan atau
Treasury Department) seperti Treasury Bill atau T-Bill (jangka pendek, < 5 tahun),
Treasury Notes (jangka menengah, 5~10 tahun), dan Treasury Bonds (jangka
panjang,>10 tahun). Biasaya yang digunakan oleh Bank Sentral sebagai objek OMO
adalah sekuritas pemerintah jangka pendek saja.
Pada saat Bank Sentral melakukan kegiatan jual dan beli sekuritas pemerintah
tersebut, perekonomian akan terpengaruh dalam tiga haal yaitu :
Biasanya kebijakan OMO ini dikeluarkan dan ditentukan melalui ssuatu komite
operasi pasar terbuka. Jika mengambil contoh Amerika Serikat, Federal Reserve
System (Bank Sentral Amerika Serikat) atau ‘The Fed’ mempunyai suatu komite
yang dikenal dengan nama FOMC (Federal open Market Committe). FOMC inilah
yang memberikan arahan (directive) kepada account managers tersebut terdiri dari
tiga bagian,yaitu :
a. Pembeli dan penjual lengkap dimana jika bank sentral untuk membelinya
kembali. Begitu juga sebaliknya bagi pembeli tidak ada kewajiban menjualnya
kembali kepada bank sentral;
b. Pembeli dibawah perjanjian kembali (REPO) dan penjualan yang sesuai
dibawah perjanjian penjual kembali (Reverse REPO atau matched transaction).
Dalam hal ini, bank sentral membeli sekuritas dari dealer sepakat untuk
membeli kembali sekuritas tersebut dengaan harga dan waktu tertentu. Dapat
dikaatakan bahwa transaksi tersebut adalah pinjaman kepada dealer dan tingkat
suku bunga ditentukan melalui pelelangan diantara dealer. Reverse REPO
adalah sebaliknya, The Fed menjual sekuritas kepada dealer dan dealer menjual
sekuritas tersebut kepada The Fed.
2. Discount Rate
Instrumen kebijakan moneter ini berkaitan dengan fasilitas yang dimiliki oleh
bank-bank untuk meminjam uang secara langsung kepada bank sentral. Pinjaman
tersebut biasanya berbentuk direct advance / cver-draft yang disekuritaskan dengan
aset-aset tertentu (biasanya sekuritas pemeerintah) pada saat sekarng. Biaya
peminjaman (bunga) dari pinjaman itulah yang disebut sebagai ‘discount rate’ atau
fasilitas diskonto. Fasilitas diskonto ini juga membuat bank-bank yang kesulitan
dapat memenuhi kekurangan cadangan musimannya (seasonal reserve deficiency)
tanpa harus mengurangi portofolio peminjaman atau melakukan penyesuaian-
penyesuaian lainnya. Ketersediaan kredit ini juga membebaskan bank-bank (terutama
bank-bank kecil dan bank-bank rural yang biasanya kurang akses dan informasi
terhadap pasar uang nasional) untuk harus memegang portofolio aset likuid (seperti
jangka pendek pemerintah) yang mudah dijual untuk memenuhi kebutuhan
peminjaman musiman. Akibatnya, bank-bank tersebut dapat menggunakan bagian
yang lebih besar dana yang dapat diserapnya (giro-tabungan-deposito) dari
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan dana kredit oleh masyarakat dalam
basis tahunan.
Kredit yang diberikan oleh bank sentral tersebut biasanya terdiri dari tiga
kategori yaitu :
a. Kredit penyesuaian (adjustment credit), kredit jenis ini mengizinkan institusi
penyimpanan untuk menghadapi aktivitas peminjaman dan kredit yang tidak
terantisipasi;
b. Kredit musiman ( seasonal credit), kredit jenis ini mengizinkan institusi
tertentu (seperti bank pertanian) untuk mepunyai akses khusus pada jendela
diskonto (discount window) untuk membiayai aktivitas musiman seperti
liburan,musim tanam,dan musim panen. Kredit musiman ini biasanya
disediakan untuk institusi-institusi peminjaman yang tidak mempunyai akses
dan informasi ke pasar uang nasional;
c. Kredit perpanjangan (extended credit), program ini dirancang untuk memenuhi
kebutuhan kredit jangka panjang dari institusi peminjaman yang sedang
menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh masalah arus kas yang
berlarut-larut.
3. Reserve Requirement
Industri Perbankan adalah salah satu industri yang paling banyak dibuat
peraaturan tentangnya. Salah satu bentuk pengaturan tersebut adalah ketentuan
cadangan minimum (Reserve Requirement) yang biasanya ditetapkan berdasarkan
suatu undang-undang perbankan yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Peraturan ini dirancang untuk menjamin pemilik uanng atau nasabah penyimpan
(deposan) yang menyimpan uangnya di bank akan mendapatkan uangnya jika ia
menarik simpanan (deposit). Walaupun demikian, tidak semua dana simpanan
tersebut dicadangkan karena bagi bank sendiri ini merugikan karena idle cash yang
diatur oleh RR tersebut tidak menghasilkan pendapatan bagi bank.
4. Moral Suasion
Bank Indonesia(BI) sebagai bank sentral di indonesia, seperti juga bank sentral
lainnya di dunia, mempunyai beberapa instrumen moneter yang antara lain :
a. OMO melalui jual-beli sertifikat Bank Indonesia (SBI) dipasar uang (17.58%)
b. RR yang ditentukan oleh Bank Indonesia (5%)
c. Rasio kecukupan modal atau capital adequancy ratio (CAR) (8%)
d. Plafon kredit untuk sektor prioritas tertentu seperti usaha kecil dan menengah.
e. Sistem pengawasan perbankan yang memakai sistem forward looking risk-
based supervision
f. Fit and proper yang ditunukan untuk orang-orang yang akan menduduki posisi
penting di bank umum.
g. BPMK( Batas Maksimum Pemberian Kredit) yang ditunjukan untuk membatasi
pemberian kedit kepada kelompok usaha sendiri.
Pada masa awal islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu kebijakan
moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya
penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan-
perubahan terhadap penawaran uang (Ms) melalui kebijakan diskresioner. Selain itu,
kredit tidak memiliki peran dalam penciptaan uang, karena kredit hanya digunakan
diantara para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat peminjaman
(promissory notes) dan instrumen negosiasi (negotiable instrument) dirancang
sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan sistem kredit tersebut menciptakan
uang.
Menurut pemikiran yang ada pada mazhab ini, kebijakan moneter itu adalah
repeated games in game theory dimana bentuk kurva penawaran dan permintaan
uang adalah seperti tambang yang melilit dan ber-slope positif sebagai akibat dari
know leadge induced process dan information sharing yang amat baik.
Pembahsan bank sentral dalam ekonomi Islam, tidak mungkin dilepaskan dari
konsep baitul Maal yang oleh Nabi Muhammad Saw diperkenalkan pada awal misi
kerasulannya. Secara umum baitul Maal merupakan perbendaharaan Negara berkaitan
erat dengan pembiayaan masyarakat, iuran, dan belanja masyarakat dan sebagai
perbendaharaan Negara. Baitul maal dapat dianggap sebagai model pertama lembaga
keuangan Negara dalam Islam. Semua hasil pendapatan Negara dikumpulkan terlebih
dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebuthan Negara.
Dalam perekonomian yang bebas bunga,, bank sentral Islam akan memiliki
fungsi yang hampir sama dengan bank sentral konvensional. Namun, dalam
melaksanakan tugasnya, bank sentral Islam harus menerapkan kebijakan-kebijakan
yang selaras dengan prinsip dan ajaran Islam serta menolak hal-hal yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Dengan demikian bank sentral Islam akan mampu berfungsi
sebagai mediator untuk mewujudkan sebuah system ekonomi yangs sesuai dengan
syariah.2
Konsep bank sentral dengan segala tanggung jawab dan fungsinya ini,
sesungguhnya tidak di kenal dalam sejarah perekonomian Islam. Bahkan muhamad
anwar (dalam tamanni,2002) melihat keberadaan bank sentral sebagai sesuatu yang
tidak Islami, alasannya pengeluaran vi’at money telah secara langsung menciptakan
seignorage kepada pemerintah dan proses ini sekaligus mentransfer property rill dari
masyarakat kepada pihak berkuasa jelas ini sangat bertentangan dengan apa yang di
perintahkan oleh syariah, sebagaimana firman Allah SWT:
“dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.
Tidak islaminya bank sentral ini terkait dengan kegiatan pengedaran uang yang
di lakukannya di mana bank sentral sebagai tangan pemerinta, memperoleh
pendapatan yang tidak adil dari uang yang beredar, atau seignorage. Seignorage
adalah pendapatan yang di terima dari mencetak uang di mana nilai nominal uang
yang di cetak jauh lebih besar dari pada nilai kertas dan biaya pencetakannya.
Dilihat dari kacamata pertama maka aspek pengawasan dan resulasi sector
keuangan perbankan ini akan jatuh ke dalam kewenangan para muhtasib, atau
pengawas pasar keuangan.Muhtasib dan lembaganya, hisbah mempunyai tugas yang
relative sempit dan terbatas. Di antaranya menurut Essid (1995, halaman 188) dalam
tamanni (2002) adalah mengawasi pasar, mengontrol timbangan dan sukatan,
menjaga dari tindakan penipuan, mengaturharga, arbitrasi konflik antara penjual dan
pembeli dan bahkan termasuk juga mengawasi jalan-jalan di perkotaan (urban roods).
Dalam strategi manajemen moneter islam, ketika ada penurunan actual return
dari investasi di sektor rill (kondisi ekonomi sedang lesu), maka hal ini akan di respon
oleh pemegang dana untuk mengurangi investasinya dan cenderung lebih senang
memegang uang kas rill ( permintaan terhadap uang kas rill meningkat ). Dalam
gambar kita lihat permintaan uang kas rill meningkat dari md 0 menjadi md1 .
kebijakan yang akan di tempuh oleh pemerintah adalah meningkatkan biaya atas asset
atau dana yang di anggurkan.
Strategi dasar dalam manajemen moneter islam menurut mazhab kedua adalah :
a. Tidak adanya suku bungasebagai biaya dari capital (cost of capital) dan
dikenakannya pajak bagi aset produktif yang menganggur (dues on idle fund)
akan mendorong pemilik modal untuk menginvestasikan sejumlah kekayaannya
pada sektor rill yang produktif.
b. Adanya mekanisme sistem bagi hasil dalam transaksi syirkah akan memberikan
kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk secara bersama-sama ikut serta
dalam roda perekonomian,yang pada akhirnya terjadi pemerataan kesempatan
kerja dapat tercapai. Pemerataan pendapatan akan terealisasikan ketika
kesempatan usaha dapat dimiliki oleh semua orang.
c. Terciptanya kepastian berusaha yang didukung dengan tidak adanya suku
bunga yang di tentukan di muka dalam transaksi pinjam-meminjam, sedangkan
satu-satunya perhitungan biaya dana pinjaman yang di tentukan di muka adalah
perhitungan risiko bagi hasil (profit sharing ratio), sedangkan besarnya bagi
keuntungan yang harus di tanggung oleh peminjam dana adalah besarnya
nisbah bagi hasil dikalikan dengan keuntungan aktual yang didapat.
Strategi dasar dalam manajemen moneter islam menurut mazhab ketiga adalah :
a. Bahwa Ms mengikuti besarnya Md, atau dengan kata lain keseimbangan
Ms=Md selalu terjaga. Sedangkan Md Merupakan fungsi dari permintaan
agregat (AD) Dengan kata lain, MS juga merupakan fungsi dari permintaan
agregat (AD).
b. Bahwa penentuan besarnya Ms Yang merupakan refleksi dari Md yang di
tentukan melalui shuratic process (proses musyawarah) yang melibatkan para
pelaku ekonomi di sektor rill.
c. Shuratic process akan efektif bila masyarakat mempunyai pengatahuan yang
merata (induced knowledge)