Perencanaan Target Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2014 2018
Perencanaan Target Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2014 2018
2018
2017
2016
2015
2014
Kerjasama :
BAPPEDA KABUPATEN BOGOR
dengan
BPS KABUPATEN BOGOR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... viii
BAB IV KESIMPULAN...................................................................... 96
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.15. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku DOB Kabupaten Bogor Barat
Berdasarkan 17 Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (Milyar
Rupiah)............................................................... 39
Tabel 3.1.16. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor-DOB KBB
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah) 40
Tabel 3.1.17. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Bogor tanpa DOB KBB Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2014-2018................................................... 41
Tabel 3.1.18. PDRB Atas Dasar Harga Konstan DOB Kabupaten Bogor Barat
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah) 42
Tabel 3.1.19. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor tanpa DOB KBB
Tahun 2014-2018.................................................. 43
Tabel 3.1.20. Sumber Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tanpa DOB
Kabupaten Bogor Barat Tahun 2014-2018 (persen)............ 44
Tabel 3.1.21. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor tanpa
DOB Kabupaten Bogor Barat Berdasarkan 17 Lapangan
Usaha Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah)......................... 45
Tabel 3.1.22. PDRB Kabupaten Bogor menurut Penggunaan Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2014-2018 (miliar rupiah)................ 47
Tabel 3.1.23. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bogor menurut
Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014-2018..... 48
Tabel 3.1.24. PDRB di Kabupaten Bogor Tahun 2014 - 2018 menurut
Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (miliar rupiah) 49
Tabel 3.1.25. Laju Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Bogor Tahun 2014 -
2018 menurut Penggunaan (persen)............................. 50
Tabel 3.1.26. Sumber Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Bogor Tahun 2014
- 2018 menurut Penggunaan (persen)........................... 51
Tabel 3.2.1. Jumlah Penduduk Hasil Sensus Penduduk 2010 (Mei)
menurut Kabupaten/Kota se Jawa Barat........................ 57
Tabel 3.2.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dirinci menurut
Jenis Kelamin, Sex Ratio (SR), LPP, Distribusi di Kabupaten
Bogor, Hasil SP 2010 (Mei 2010)................................. 58
Tabel 3.2.3 Proyeksi Jumlah Penduduk menurut kecamatan di
Kabupaten Bogor dirinci menurut Jenis Kelamin, Tahun
2014(Juni)........................................................... 61
Tabel 3.2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk menurut kecamatan
di Kabupaten Bogor Barat dirinci menurut Jenis Kelamin,
Tahun 2014......................................................... 62
Tabel 3.2.5 Proyeksi Jumlah Penduduk menurut kecamatan di
Kabupaten Bogor tanpa Bogor Barat dirinci menurut Jenis
Kelamin, Tahun 2014............................................. 63
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
METODOLOGI
Penduduk
Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu daerah selama 6 bulan
atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan
menetap.
Kepadatan Penduduk
Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah.
Piramida Penduduk
Grafik berbentuk piramida yang merupakan gambaran secara visual dari komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Penggunaan piramida akan membantu
memudahkan mengenal dan memahami karakteristik penduduk suatu wilayah
menurut umur dan jenis kelamin.
Dependency Ratio
Suatu nilai yang menggambarkan beban tanggungan ekonomi penduduk kelompok
usia produktif terhadap kelompok usia non produktif.
Angkatan Kerja
Penduduk usia kerja yang bekerja dan pengangguran.
Bekerja
Kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam
seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-
turut dan tidak terputus. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja
maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak
aktif bekerja, misal karena cuti, sakit dan sejenisnya. Di beberapa negara, konsep
bekerja didasarkan atas kebiasaan (Gainful Worker Concept). Konsep ini
menentukan seseorang apakah bekerja atau tidak berdasarkan kebiasaannya (usual
activity). Konsep ini tidak memakai batasan waktu tertentu.
Pengangguran
Terdapat dua definisi pengangguran yaitu definisi standar dan definisi luas
(relaxed). Pengangguran definisi standar yaitu meliputi penduduk yang tidak
bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan/mempersiapkan suatu usaha. Sedangkan
pengangguran definisi luas juga mencakup penduduk yang tidak aktif mencari kerja
tetapi bersedia/siap bekerja. Sejak tahun 2001, definisi pengangguran yang
digunakan dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) adalah definisi luas,
sehingga pengangguran mencakup empat kriteria yaitu: mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, putus asa/merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
(discouraged worker) dan sudah diterima bekerja tapi belum mulai bekerja.
Lapangan Usaha
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1998, lapangan usaha adalah
bidang kegiatan suatu organisasi/lembaga/usaha (establishment) tempat seseorang
bekerja selama periode waktu acuan yang dibuat untuk data karakteristik ekonomi
(atau yang dikerjakan terakhir, jika orang tersebut tidak bekerja). Kegiatan
establishment adalah jenis barang yang diproduksi atau jasa yang diberikan.
Miskin
Kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami seseorang/rumahtangga sehingga
tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal/layak bagi kehidupannya.
Penduduk miskin
Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulannya di bawah
Garis Kemiskinan.
Pengeluaran
Pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup
seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih.
Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya.
Metode yang digunakan untuk menentukan penduduk miskin adalah Garis Kemiskinan
(GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Jadi definisi penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan.
2.2. Metodologi
Dalam penyusunan Perencanaan Target Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten
Bogor Tahun 2014-2018 ini, beberapa metode akan digunakan untuk
memproyeksikan angka indikator ekonomi daerah Kabupaten Bogor untuk 5 tahun
ke depan. Tentunya, penggunaan metodologi yang tepat untuk masing-masing
indikator akan disesuaikan dengan pola dan ketersediaan raw data/data yang ada.
Berikut ini adalah beberapa metodologi yang akan digunakan:
1. Stasioneritas
Kestasioneran data merupakan kondisi yang diperlukan dalam analisis
regresi deret waktu karena dapat memperkecil kekeliruan model, sehingga jika
data tidak stasioner, maka harus dilakukan transformasi stasioneritas melalui
proses diferensi (jika trendnya linier), sedangkan jika tidak linier, maka
transformasinya harus dilakukan dulu transformasi linieritas trend melalui proses
logaritma natural (jika trendnya eksponensial), dan proses pembobotan
Sedangkan disebut stasioner lemah, jika rata-rata hitung data konstan, E(Zt) = ,
dan autokovariansnya merupakan fungsi dari lag, k = f(k). Sedangkan
ketidakstasioner data diklasifikasikan atas tiga bentuk yaitu:
1. Tidak stasioner dalam rata-rata hitung, jika trend tidak datar (tidak sejajar
sumbu waktu) dan data tersebar pada “pita” yang meliput secara seimbang
trendnya.
2. Tidak stasioner dalam varians, jika trend datar atau hampir datar tapi data
tersebar membangun pola melebar atau menyempit yang meliput secara
seimbang trendnya (pola terompet).
3. Tidak stasioner dalam rata-rata hitung dan varians, jika trend tidak datar dan
data membangun pola terompet.
2. Proses Autoregressive
Jika jumlah terbatas dari bobot bukan nol, misalkan =
dan untuk k , hasil proses ini kemudian disebut proses
(model) autoregressive dari order , yang dinotasikan sebagai AR(р). Ini diberikan
oleh:
̇
atau
( ) ̇
Dimana:
( ) ( ).
( ) ̇
atau
̇ ̇
Telah disebutkan di atas, proses ini selalu dapat dibalik (invertible). Agar
stasioner, akar-akar dari ( ) harus terletak di luar lingkaran satuan.
Dengan demikian, untuk proses stasioner, kita mempunyai | | Proses AR(1)
seringkali dinamakan Proses Markov sebab nilai dari ̇ sepenuhnya ditentukan oleh
pengetahuan tentang ̇ .
E( ̇ ̇ ) E( ̇ ̇ ) E( ̇ )
, k
dengan demikian, PACF dari proses AR(1) menunjukkan positif atau negatif cutt off
pada lag 1 tergantung pada tanda
√
,
dan
√
,
Sekarang,
√
,
dan
√
.
| | | |
dan
| | | | 2
Kemudian, kita harus mengikuti syarat yang diperlukan untuk stationaritas terlepas
dari apakah akar yang riil atau kompleks:
√ √
Atau ekuivalen,
Untuk k ≥ 1
11 = 1
1 1
1 2
22
1 1
1 1
1 1 1
1 1 2
1 1 3
33
1 1 2
1 1 1
2 2 1
=0
c. Identifikasi Model
Pada tahap identifikasi model data time series yang stasioner digunakan:
1. ACF atau Autocorrelation Function yaitu fungsi yang menunjukkan besarnya
korelasi antara pengamatan pada waktu ke t dengan pengamatan pada waktu-
waktu sebelumnya.
2. PACF atau Partial Autocorrelation Function yaitu fungsi yang menunjukkan
besarnya korelasi parsial antara pengamatan pada waktu ke t dengan
pengamatan-pengamatan pada waktu-waktu sebelumnya.
Secara umum bentuk model dari data time series dinyatakan sebagai model
Autoregressive Integrated Moving Average atau ARIMA (p,d,q) yang stasioner
dengan:
1. Autoregressive = AR(p) yaitu ACFnya turun eksponensial (sinusoida) menuju
0 dengan bertambahnya k dan PACFnya cut off setelah lag p.
2. Moving Average = MA(q) yaitu ACFnya cut off setelah lag q dan PACF-nya
turun eksponensial (sinusoida).
Pt P0 1 rt
1 P
r t 1
t P0
Keterangan:
Pt = Nilai Indikator pada tahun t
P0 = Nilai Indikator pada tahun awal
r = laju pertumbuhan Indikator
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
Pt P0 1 r
t
1
P t
r t 1
P0
dimana:
Pt = Nilai indikator pada tahun t
P0 = Nilai indikator pada tahun awal
r = laju pertumbuhan Indikator
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
mengasumsikan bahwa pertambahan hanya terjadi pada satu saat selama kurun
waktu tertentu. Formula yang digunakan pada metode eksponensial adalah:
Pt P0ert
1 P
r ln t
t P0
Keterangan:
Pt = jumlah (indikator) pada tahun t
P0 = jumlah (indikator) pada tahun awal
r = laju pertumbuhan (indikator)
t = periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)
e = bilangan pokok dari sitem logaritma natural yang besarnya adalah
2,7182818
kemampuan penyerapan tenaga kerja, namun dalam praktek juga sangat sulit
untuk memasukkan semua variabel itu dalam proyeksi kesempatan kerja.
Salah satu metode yang digunakan dalam proyeksi tenaga kerja pada tulisan
ini adalah metode yang mempertimbangkan komponen demografi (struktur
penduduk) dan angka partisipasi angkatan kerja menurut jenis kelamin. Struktur
penduduk yang digunakan adalah struktur penduduk hasil proyeksi sementara
berdasarkan data SP2010 yang dilakukan oleh BPS. Selain metode demografi,
ditempuh juga metode peramalan menggunakan model ekonometrika dengan
memperhitungkan pertumbuhan ekonomi, mencakup PDRB total maupun PDRB
sektoral. Asumsi yang digunakan adalah bahwa berbagai faktor yang mempengaruhi
proses produksi yang berdampak pada kemampuan penyerapan tenaga kerja dan
pencapaian kesejahteraan masyarakat pada akhirnya termuara pada besaran
PDRB.
metode yang didasarkan pada Hukum Engel. Dasar dari Hukum Engel adalah
semakin miskin seseorang maka akan semakin tinggi proporsi pengeluaran untuk
makanan.
Langkah-langkah penghitungannya adalah seperti berikut ini:
a. Melakukan penghitungan penduduk miskin tingkat Kabupaten Bogor Barat,
Bogor tanpa Bogor Barat. Penghitungan penduduk miskin tingkat
kabupaten Bogor Barat, Bogor tanpa Bogor Barat dilakukan dengan
menggunakan gabungan data Susenas Kor tahun 2000-2012, sehingga
kecukupan sampel untuk estimasi pada tingkat kabupaten terpilah
terpenuhi.
b. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode yang
didasarkan pada Hukum Engel. Dasar dari Hukum Engel adalah semakin
miskin seseorang maka akan semakin tinggi proporsi pengeluaran untuk
makanan.
c. Menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin Kabupaten Bogor
Barat, Bogor tanpa Bogor Barat berdasarkan GK kabupaten Bogor dengan
menggunakan data Susenas Kor gabungan.
d. Jumlah dari penduduk miskin Kabupaten Bogor Barat, Bogor tanpa Bogor
Barat disesuaikan dengan jumlah penduduk miskin Kabupaten Bogor yang
sudah dirilis. Perlu langkah iterasi untuk penyesuaian tersebut.
e. Melakukan estimasi garis kemiskinan dengan memasukkan faktor inflasi.
f. Melakukan estimasi penduduk dengan menggunakan metode matematik.
Estimasi penduduk digunakan sebagai pembagi dari penduduk miskin untuk
memperoleh persentase penduduk miskin (head count index).
Keterangan :
MISKINit = jumlah Penduduk Miskin di kabupaten i tahun t.
PENDUDUKit = jumlah penduduk di kabupaten i tahun t.
PDRBit = PDRB di kabupaten i tahun t.
RLSit = rata-rata lama sekolah di kabupaten i tahun t
PENGANGGURANit = jumlah pengangguran di kabupaten i tahun t.
βj = parameter yang diestimasi, j = 0, 1, 2, 3, 4.
αi = efek individu kabupaten i
µt = efek waktu tahun t
ui = komponen error.
Tabel 2.1. Output Hasil Analisis Regresi Data Panel Keterkaitan antara Kemiskinan
dengan Indikator Ekonomi Daerah Lainnya di Kabupaten Bogor
2. Model Kemiskinan II
Pada tahun 2011 juga telah dikaji dengan menggunakan metode analisis Regresi
Data Panel mengaitkan antara kemiskinan dengan variabel sektor-sektor dalam
PDRB (9 sektor). Model kedua ini merupakan pengembangan dari model kemiskinan
I. Pada model kemiskinan I dihasilkan bahwa PDRB cukup signifikan dalam menekan
angka kemiskinan, akan tetapi belum terjawab sektor-sektor mana saja dalam
PDRB yang signifikan dapat menurunkan angka kemiskinan. Model kemiskinan II ini
akan dapat menjawabnya. Dengan menggunakan model :
( )
Keterangan :
PENDUDUKMISKINit = jumlah Penduduk Miskin di kabupaten i tahun t.
Hit = pangsa PDRB perkapita sektor j di kabupaten i tahun t.
Dit = PDRB perkapita di sektor j di kabupaten i tahun t.
βj = parameter yang diestimasi, i = 0, 1, 2, 3, 4...9.
αi = efek individu kabupaten i
µt = efek waktu tahun t
ui = komponen error.
Tabel 2.2. Output Hasil Analisis Regresi Data Panel Keterkaitan antara
Kemiskinan dengan Sektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Bogor
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
(1) (2) (3) (4) (5)
C 43.76966 8.114605 5.393936 0.0001
LNSEKTOR1 -3.482684 1.088122 -3.200639 0.0060
LNSEKTOR2 -1.097694 0.307461 -3.570190 0.0028
LNSEKTOR3 -3.834151 0.691504 -5.544657 0.0001
LNSEKTOR4 1.650489 0.506048 3.261524 0.0053
LNSEKTOR5 -0.546108 0.323682 -1.687175 0.1122
LNSEKTOR6 -0.883050 0.393162 -2.246022 0.0402
LNSEKTOR7 0.229349 0.508156 0.451336 0.6582
LNSEKTOR8 1.523320 0.627190 2.428800 0.0282
LNSEKTOR9 3.524320 0.777219 4.534529 0.0004
R-squared 0.991981
Adjusted R-squared 0.984497
F-statistic 132.5391
Prob(F-statistic) 0.000000
Keterangan Sektor :
1. Pertanian,Peternakan, Kehutanan, & Perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri Manufaktur
4. Listrik, Gas & Air Minum
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel,& Restoran
7. Pengangkutan dan Telekomunikasi
8. Lembaga Keuangan
9. Jasa-Jasa
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan target IED tahun 2014-2018 ini merupakan salah satu upaya
untuk menentukan perencanaan pembangunan daerah agar dapat bermanfaat bagi
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dalam penyusunan target IED ini telah
mengakomodir kemungkinan berdirinya Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten
Bogor Barat yang terlepas dari Kabupaten Bogor. Keempatbelas kecamatan yang
akan menjadi Kabupaten Bogor Barat tergambar dalam peta berikut ini.
Gambar 3.1.1. Peta wilayah Kabupaten Bogor dan DOB Kabupaten Bogor Barat
c. Uraian ketiga berisi data target dari 26 Kecamatan, di luar calon Daerah
Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Bogor Barat (KBB).
Pembahasan pada sub bab ini akan dibagi menjadi 4 (empat) pokok bahasan,
yaitu : PDRB menurut lapangan usaha (sektor) dan PDRB menurut penggunaan,
PDRB perkapita dan daya beli. Analisis dilakukan secara deskriptif mengenai PDRB
atas dasar harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, laju dan sumber
pertumbuhan komponen-komponen PDRB menurut penggunaan dan struktur
ekonomi.
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3.409,62 3.746,67 4.182,52 4.640,84 5.178,95
Tabel 3.1.2. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten
Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018
Pertambangan dan
2 1,55 1,59 1,66 1,73 1,79
Penggalian
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,74 2,69 2,68 2,66 2,67
Pengangkutan dan
7 4,30 4,56 4,66 4,74 4,97
Komunikasi
Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB tahun 2014 atas dasar harga
konstan diprediksi mencapai 41,08 triliun rupiah. Nilai ini terus mengalami
peningkatan pada tahun berikutnya hingga pada tahun 2018 PDRB Kabupaten Bogor
atas dasar harga konstan diprediksi sebesar 52,19 triliun rupiah. Sektor yang
memberikan kontribusi terbesar dalam penciptaan nilai tambah adalah sektor
industri pengolahan disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tabel 3.1.3
menunjukkan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Bogor tahun 2014-
2018.
Tabel 3.1.3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Bogor
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 (Miliar Rupiah)
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.432,56 1.485,66 1.563,71 1.641,45 1.721,82
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,85 3,71 5,25 4,97 4,90
NTB akan memberikan kontribusi yang besar pula dalam sumber pertumbuhan.
Rincian sumber pertumbuhan tiap lapangan usaha terdapat pada Tabel 3.1.5.
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,14 0,13 0,18 0,17 0,16
Pada tahun 2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku di Kabupaten Bogor diprediksi mencapai 124,29 triliun rupiah, nilai ini
terus meningkat hingga pada tahun 2018 PDRB Kabupaten Bogor diprediksi
mencapai 193,68 triliun rupiah. Sektor yang mendominasi perekonomian Kabupaten
Bogor adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran
dan reparasi mobil dan motor. PDRB berdasarkan klasifikasi 17 sektor atas dasar
harga berlaku disajikan dalam Tabel 3.1.6.
Administrasi Pemerintahan,
14 2.059,60 2.367,19 2.645,52 2.942,66 3.336,85
Pertahanan dan Jaminan Sosial
15 Jasa Pendidikan 1.376,82 1.582,44 1.768,50 1.967,14 2.230,65
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
16 599,55 689,09 770,11 856,61 971,36
Sosial
17 Jasa lainnya 102,53 117,84 131,70 146,49 166,11
Pada Tabel 3.1.6, sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto
(NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai 70,84 triliun
rupiah. Sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan motor
memiliki andil terbesar kedua setelah industri pengolahan yaitu sebesar 21,79
triliun rupiah. Kedua sektor tersebut memiliki andil terbesar terhadap
pembentukan PDRB. Sedangkan sektor yang memiliki peranan paling kecil adalah
sektor jasa lainnya yaitu sebesar 102,53 milyar rupiah. Adapun distribusi
persentase tiap sektor berdasarkan 17 sektor lapangan usaha disajikan dalam Tabel
3.1.7.
Tabel 3.1.7. Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Bogor Berdasarkan 17 Lapangan Usaha Tahun 2014-2018
persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam
perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga dapat
memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB,
sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi motor penggerak pertumbuhan
(sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan. Pada Tabel 3.1.7. terlihat bahwa
sektor industri pengolahan mengalami penurunan kontribusi dalam penciptaan nilai
tambah dar tahun ketahun. Sebaliknya, sektor perdagangan besar dan eceran dan
reparasi mobil dan motor mengalami peningkatan kontribusi penciptaan nilai
tambah dari tahun ke tahun. PDRB Kabupaten Bogor 17 sektor berdasarkan harga
konstan 2010 disajikan pada Tabel 3.1.8.
Tabel 3.1.8. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Bogor
Menurut 17 Lapangan Usaha Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)
Berdasarkan Tabel 3.1.8, PDRB atas harga konstan tahun 2014 diprediksi
akan mencapai 93,21 triliun. Nilai ini terus meningkat hingga mencapai 118,42
triliun rupiah pada tahun 2018. Sektor yang mendominasi penciptaan nilai tambah
adalah sektor industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran dan reparasi
mobil dan motor.
Pada tahun 2014, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor
diprediksi mencapai 6,07 persen. Nilai ini terus mengalami peningkatan hingga
pada tahun 2018 LPE Kabupaten Bogor diprediksi mencapai 6,21 persen. Rincian
LPE tiap sektor disajikan dalam Tabel 3.1.9.
Tabel 3.1.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor
Menurut 17 Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (persen)
Pada tahun 2018, LPE Kabupaten Bogor diprediksi mencapai 6,21 persen.
Nilai ini setara dengan LPE Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012. Sektor yang
mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor konstruksi, perdagangan besar
dan eceran dan reparasi mobil dan motor, dan sektor informasi dan komunikasi.
Pertumbuhan sektor yang relatif kecil adalah sektor listrik dan gas. Sedangkan
sektor dengan pertumbuhan yang menurun adalah sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan.
Tabel 3.1.10. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor Barat
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah)
Pertambangan dan
2 1.360,64 1.496,71 1.646,38 1.811,01 1.992,11
Penggalian
Pengangkutan dan
7 562,19 669,04 796,19 947,51 1.127,58
Komunikasi
Pertambangan dan
2 10,44 10,07 9,71 9,34 8,99
Penggalian
Pengangkutan dan
7 4,31 4,50 4,69 4,89 5,09
Komunikasi
Pertambangan dan
2 351,44 378,90 415,45 450,02 481,08
Penggalian
Pengangkutan dan
7 134,77 144,84 155,67 167,46 180,15
Komunikasi
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor Barat pada tahun 2014
diprediksi akan tumbuh sebesar 5,05 persen. Nilai pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bogor Barat terus meningkat hingga pada tahun 2018 diprediksi akan
mencapai 5,25 persen. Berdasarkan prediksi PDRB Kabupaten Bogor Barat tahun
2014-2018, terlihat bahwa secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor
berada pada kisaran 5 persen. Nilai ini masih di bawah LPE Kabupaten Bogor yang
berada pada kisaran 6 persen.
Pada prediksi PDRB Kabupaten Bogor Barat tahun 2014-2018, sektor yang
menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor konstruksi, sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor
dengan kinerja yang rendah ditunjukkan melalui laju pertumbuhannya yang
rendah. Sektor tersebut adalah sektor pertanian. Laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bogor selama periode 2014-2018 ditampilkan pada Tabel 3.1.9.
Pertambangan dan
2 8,55 7,82 9,64 8,32 6,90
Penggalian
Pengangkutan dan
7 7,46 7,47 7,48 7,57 7,58
Komunikasi
Pertambangan dan
2 0,70 0,66 0,84 0,75 0,64
Penggalian
Pengangkutan dan
7 0,24 0,24 0,25 0,26 0,26
Komunikasi
Pada tahun 2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku di DOB Kabupaten Bogor Barat diprediksi mencapai 13,031 triliun rupiah,
nilai ini terus meningkat hingga pada tahun 2018 PDRB Kabupaten Bogor diprediksi
mencapai 22,17 triliun rupiah. Sektor yang mendominasi perekonomian Kabupaten
Bogor Barat adalah sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan
motor. PDRB Kabupaten Bogor Barat berdasarkan klasifikasi 17 sektor atas dasar
harga berlaku disajikan dalam Tabel 3.1.15.
Tabel 3.1.15. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku DOB Kabupaten Bogor Barat
Berdasarkan 17 Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah)
Administrasi Pemerintahan,
14 422.791,00 494.561,33 573.285,98 665.303,55 772.407,46
Pertahanan dan Jaminan
Pertambangan dan
2 560,20 715,35 950,11 1.205,20 1.481,20
Penggalian
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.502,64 2.727,90 3.038,17 3.355,42 3.735,09
Pengangkutan dan
7 4.776,21 5.686,81 6.478,96 7.308,62 8.490,83
Komunikasi
Sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah
sektor industri pengolahan yang mencapai 69,76 triliun rupiah pada tahun 2014 dan
terus meningkat hingga pada tahun 2018 sektor industri pengolahan diprediksi
mencapai 104,48 triliun rupiah. NTB terbesar kedua adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang mencapai nilai 20,75 triliun rupiah pada tahun 2014 dan
meningkat menjadi 31,31 triliun rupiah pada tahun 2018. Kedua sektor tersebut
memiliki andil besar terhadap pembentukan PDRB. Sektor yang memiliki peranan
relatif kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yang pada tahun 2014
diprediksi mencapai 560,20 miliar rupiah dan meningkat menjadi 1,48 triliun pada
tahun 2018. Tabel 3.1.17 menyajikan distribusi persentase PDRB Kabupaten Bogor
tanpa DOB KBB tahun 2014-2018.
Pertambangan dan
2 0,50 0,57 0,68 0,78 0,86
Penggalian
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,25 2,19 2,18 2,17 2,18
Pengangkutan dan
7 4,29 4,56 4,65 4,72 4,95
Komunikasi
peningkatan pada tahun berikutnya hingga pada tahun 2018 PDRB Kabupaten Bogor
atas dasar harga konstan diprediksi sebesar 47,02 triliun rupiah. Tabel 3.1.18
menunjukkan nilai PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Bogor Barat tahun
2014-2018.
Tabel 3.1.18. PDRB Atas Dasar Harga Konstan DOB Kabupaten Bogor Barat
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018 (Milyar Rupiah)
Pertambangan dan
2 102,38 108,60 117,59 128,88 135,78
Penggalian
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.062,23 1.100,69 1.161,70 1.217,81 1.274,96
Pengangkutan dan
7 1.199,36 1.317,69 1.404,22 1.509,73 1.629,52
Komunikasi
Pada prediksi PDRB Kabupaten Bogor Barat tanpa DOB Kabupaten Bogor
Barat tahun 2014-2018, sektor yang menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi adalah
sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
pengangkutan dan komunikasi. Sektor dengan kinerja yang masih rendah
ditunjukkan melalui laju pertumbuhannya yang rendah. Sektor tersebut adalah
sektor jasa-jasa. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama periode
2014-2018 ditampilkan pada Tabel 3.1.19.
Tabel 3.1.19. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor tanpa DOB KBB
Tahun 2014-2018
No. Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018
Pertambangan dan
2 5,82 6,07 8,27 9,60 5,36
Penggalian
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,85 3,62 5,54 4,83 4,69
Pengangkutan dan
7 7,57 9,87 6,57 7,51 7,93
Komunikasi
Tabel 3.1.20. Sumber Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Tanpa DOB Kabupaten
Bogor Barat Tahun 2014-2018 (persen)
Pertambangan dan
2 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02
Penggalian
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,11 0,10 0,16 0,13 0,13
Pengangkutan dan
7 0,24 0,32 0,22 0,25 0,27
Komunikasi
Administrasi Pemerintahan,
14 1.636,81 1.872,63 2.072,23 2.277,36 2.564,45
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Dari sisi pengeluaran, penggunaan PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun
2014 sebagian besar digunakan untuk Konsumsi Rumah tangga sebesar 59,53 triliun
rupiah, digunakan untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 35,56
triliun rupiah, Eksport Netto sebesar 11,63 triliun rupiah, Perubahan stok sebesar
10,94 triliun rupiah, dan Konsumsi Pemerintah sebesar 5,99 triliun rupiah.
Sedangkan yang digunakan untuk konsumsi lembaga non profit menempati posisi
terkecil sebesar 602,64 miliar rupiah. Tabel 3.1.22. menggambarkan nilai PDRB
menurut penggunaan.
Tabel 3.1.22. PDRB Kabupaten Bogor menurut Penggunaan Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2014-2018 (miliar rupiah)
Pengeluaran Konsumsi
2 602,64 644,42 687,38 731,52 776,84
Lembaga Non Profit
Pengeluaran Konsumsi
3 5.999,53 6.743,97 7.538,19 8.549,84 9.275,98
Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi
2 0,48 0,46 0,44 0,42 0,40
Lembaga Non Profit
Pengeluaran Konsumsi
3 4,83 4,83 4,83 4,90 4,79
Pemerintah
PDRB penggunaan atas dasar harga konstan ditampilkan pada Tabel 3.1.24.
Penggunaan PDRB atas dasar harga konstan memiliki struktur yang sama dengan
PDRB penggunaan atas dasar harga berlaku. Pada tabel 3.1.24 terlihat bahwa
penggunaan untuk konsumsi rumah tangga menempati posisi terbesar yaitu pada
tahun 2014 mencapai 22,78 triliun rupiah. Selanjutnya konsumsi terbesar
berikutnya secara berturut-turut adalah PMTB sebesar 8,15 triliun rupiah, Eksport
Netto sebesar 5,73 triliun rupiah, Konsumsi Pemerintah sebesar 2,33 triliun rupiah
dan Perubahan Stok sebesar 1,79 triliun rupiah. Sedangkan yang digunakan untuk
Konsumsi Lembaga Non Profit sebesar 302,25 miliar rupiah.
Tabel 3.1.24. PDRB di Kabupaten Bogor Tahun 2014 - 2018 menurut Penggunaan
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (miliar rupiah)
Pengeluaran Konsumsi
2 302,25 316,33 330,91 345,99 361,59
Lembaga Non Profit
Pengeluaran Konsumsi
3 2.334,37 2.514,64 2.648,55 2.843,53 3.047,72
Pemerintah
Tabel 3.1.25. Laju Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Bogor Tahun 2014 - 2018
menurut Penggunaan (persen)
Pengeluaran Konsumsi
2 4,67 4,66 4,61 4,56 4,51
Lembaga Non Profit
Pengeluaran Konsumsi
3 7,11 7,72 5,33 7,36 7,18
Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi
2 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Lembaga Non Profit
Pengeluaran Konsumsi
3 0,40 0,44 0,31 0,42 0,42
Pemerintah
45,00
40,65
40,00 37,70
33,90 34,80
35,00 32,04
31,16
28,52 29,42
30,00
26,06
25,00 23,75
20,00
14,85
15,00 13,06
11,50
10,15
10,00 8,98
5,00
0,00
Bogor Bogor Barat Bogor - Bogor Barat
Gambar 3.1.2. PDRB Perkapita per tahun atas dasar harga berlaku
Tahun 2014-2018 (juta rupiah)
tanpa DOB Kabupaten Bogor Barat, maka Kabupaten Bogor dapat dikategorikan
sebagai kabupaten kaya di Provinsi Jawa Barat.
Peningkatan PDRB per kapita dari tahun ke tahun, masih belum
menggambarkan secara riil kenaikan pendapatan perkapita masyarakat di
Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini disebabkan PDRB per kapita yang dihitung
berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih mengandung faktor inflasi yang
sangat berpengaruh terhadap pendapatan perkapita. Untuk mengamati
perkembangan pendapatan perkapita secara riil dapat digunakan PDRB per kapita
yang dihitung atas dasar harga konstan. Gambar 3.1.3 menyajikan PDRB perkapita
atas dasar harga konstan antara ketiga wilayah yang dianalisis.
12,00
11,14
10,77
10,41
10,08
9,76
10,00
9,14
8,78
8,45
8,14
7,85
8,00
6,00
2,00
0,00
Bogor Bogor Barat Bogor - Bogor Barat
Gambar 3.1.3. PDRB Perkapita per tahun atas dasar harga konstan
Tahun 2014-2018 (juta rupiah)
Bila dilihat berdasarkan dasar harga konstan, PDRB per kapita Kabupaten
Bogor atas dasar harga konstan diperkirakan sebesar Rp. 7,85 juta pada tahun
2014. Nilai ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun hingga pada tahun
2018 diperkirakan mencapai 9,14 juta rupiah. PDRB per kapita DOB Kabupaten
Bogor Barat atas dasar harga konstan diperkirakan sebesar Rp. 2,86 juta pada
tahun 2014. Nilai ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun hingga pada
tahun 2018 diperkirakan mencapai 3,46 juta rupiah. PDRB perkapita Kabupaten
Bogor tanpa DOB Kabupaten Bogor Barat atas dasar harga konstan diperkirakan
sebesar 9,76 juta rupiah pada tahun 2014. Nilai ini menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahun hingga pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 11,14 juta rupiah.
maka daya beli masyarakat Kabupaten Bogor akan lebih tinggi dibandingkan
sebelum Kabupaten Bogor Barat berdiri. Kondisi ini sejalan dengan kondisi PDRB
perkapita antara Kabupaten Bogor, Kabupaten Bogor Barat dan Kabupaten Bogor
setelah DOB Kabupaten Bogor Barat berdiri. Daya beli masyarakat Kabupaten Bogor
pada tahun 2014 diprediksi mencapai 1.105.079,- dan meningkat menjadi
1.955.084,- pada tahun 2018.
Jenis Kelamin Distribusi
No Kelompok Umur %
Laki‐laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
penduduk hasil sensus penduduk 2010 dibandingkan dengan hasil penduduk 2000
diperolehlah laju pertumbuhan penduduk (LPP). LPP Kabupaten Bogor tahun
2000-2010 sebesar 3,15 persen. Artinya rata-rata setiap tahun selama tahun 2000
hingga 2010 rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor meningkat sebesar
3,15 per tahun. LPP sebesar ini digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk
hingga tahun 2018. Tabel 3.2.2. menyajikan data hasil proyeksi penduduk
pertengahan tahun dari tahun 2014 hingga tahun 2018.
Tabel 3.2.2. Prediksi Jumlah Penduduk (Juni) Sex Ratio dan LPP
Kabupaten Bogor menurut Jenis Kelamin, Tahun 2014-2018
2014 (Juni)
No Kecamatan Sex Pertumbuhan Distribusi
Laki‐laki Perempuan Jumlah Penduduk
Ratio (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggung 43.980 41.078 85.058 107 0,36 1,63
2 Leuwiliang 60.577 56.728 117.305 107 0,92 2,24
3 Leuwisadeng 37.681 34.675 72.356 109 0,58 1,38
4 Pamijahan 70.420 66.744 137.164 106 0,66 2,62
5 Cibungbulang 66.345 62.538 128.883 106 0,78 2,46
6 Ciampea 78755 74.460 153.215 106 1,06 2,93
7 Tenjolaya 28.990 27.728 56.718 105 0,86 1,08
8 Dramaga 53.278 52.271 105.549 102 1,22 2,02
9 Ciomas 84.229 80.737 164.966 104 2,56 3,15
10 Tamansari 50.742 47.511 98.253 107 1,69 1,88
11 Cijeruk 43.450 39.634 83.084 110 1,42 1,59
12 Cigombong 48.995 46.909 95.904 104 2,10 1,83
13 Caringin 61.331 58.226 119.557 105 1,18 2,28
14 Ciawi 56.836 53.155 109.991 107 1,68 2,10
15 Cisarua 61.218 57.033 118.251 107 1,25 2,26
16 Megamendung 53.233 48.736 101.969 109 1,32 1,95
17 Sukaraja 96.824 92.466 189.290 105 2,25 3,62
18 Babakan Madang 58.621 55.238 113.859 106 2,53 2,18
19 Sukamakmur 39.556 37.120 76.676 107 0,74 1,47
20 Cariu 22.904 22.719 45.623 101 ‐0,24 0,87
21 Tanjungsari 25.681 24.912 50.593 103 0,34 0,97
22 Jonggol 67.786 65.582 133.368 103 2,12 2,55
23 Cileungsi 150.303 146.683 296.986 102 4,74 5,67
24 Kelapa Nunggal 55.558 52.630 108.188 106 3,29 2,07
25 Gunung Putri 188.770 192.883 381.653 98 5,29 7,29
26 Citeureup 109.542 105.140 214.682 104 2,01 4,10
27 Cibinong 191.410 185.649 377.059 103 3,65 7,20
28 Bojong Gede 146.204 140.358 286.562 104 4,88 5,48
29 Tajur Halang 56.380 53.945 110.325 105 3,20 2,11
30 Kemang 52.209 49.742 101.951 105 2,50 1,95
31 Ranca Bungur 26.828 25.109 51.937 107 0,97 0,99
32 Parung 65.921 62.006 127.927 106 3,25 2,44
33 Ciseeng 54.827 51.248 106.075 107 1,96 2,03
34 Gunung Sindur 60.193 57.300 117.493 105 3,34 2,24
35 Rumpin 69.773 64.494 134.267 108 1,02 2,57
36 Cigudeg 63.250 57.813 121.063 109 0,84 2,31
37 Sukajaya 29.322 27.055 56.377 108 0,37 1,08
38 Jasinga 48.636 45.588 94.224 107 0,36 1,80
39 Tenjo 35.362 33.242 68.604 106 0,98 1,31
40 Parung Panjang 62.241 58.343 120.584 107 2,34 2,30
KABUPATEN BOGOR 2.678.161 2.555.428 5.233.589 105 2,38 100,00
2014 (Juni)
No Kecamatan Sex Pertumbuhan Distribusi
Laki-laki Perempuan Jumlah
Ratio Penduduk (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Nanggung 43.980 41.078 85.058 107 0,36 5,86
2 Leuwiliang 60.577 56.728 117.305 107 0,92 8,08
3 Leuwisadeng 37.681 34.675 72.356 109 0,58 4,99
4 Pamijahan 70.420 66.744 137.164 106 0,66 9,45
5 Cibungbulang 66.345 62.538 128.883 106 0,78 8,88
6 Ciampea 78755 74.460 153.215 106 1,06 10,56
7 Tenjolaya 28.990 27.728 56.718 105 0,86 3,91
8 Dramaga 53.278 52.271 105.549 102 1,22 7,27
9 Rumpin 69.773 64.494 134.267 108 1,02 9,25
10 Cigudeg 63.250 57.813 121.063 109 0,84 8,34
11 Sukajaya 29.322 27.055 56.377 108 0,37 3,88
12 Jasinga 48.636 45.588 94.224 107 0,36 6,49
13 Tenjo 35.362 33.242 68.604 106 0,98 4,73
14 Parung Panjang 62.241 58.343 120.584 107 2,34 8,31
KAB. BOGOR BARAT 748.610 702.757 1.451.367 107 0,93 100,00
2014 (Juni)
No Kecamatan Sex Pertumbuhan Distribusi
Laki-laki Perempuan Jumlah
Ratio Penduduk (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 CIOMAS 84.229 80.737 164.966 104 2,56 4,36
2 TAMANSARI 50.742 47.511 98.253 107 1,69 2,60
3 CIJERUK 43.450 39.634 83.084 110 1,42 2,20
4 CIGOMBONG 48.995 46.909 95.904 104 2,10 2,54
5 CARINGIN 61.331 58.226 119.557 105 1,18 3,16
6 CIAWI 56.836 53.155 109.991 107 1,68 2,91
7 CISARUA 61.218 57.033 118.251 107 1,25 3,13
8 MEGAMENDUNG 53.233 48.736 101.969 109 1,32 2,70
9 SUKARAJA 96.824 92.466 189.290 105 2,25 5,00
10 BABAKAN MADANG 58.621 55.238 113.859 106 2,53 3,01
11 SUKAMAKMUR 39.556 37.120 76.676 107 0,74 2,03
12 CARIU 22.904 22.719 45.623 101 ‐0,24 1,21
13 TANJUNGSARI 25.681 24.912 50.593 103 0,34 1,34
14 JONGGOL 67.786 65.582 133.368 103 2,12 3,53
15 CILEUNGSI 150.303 146.683 296.986 102 4,74 7,85
16 KLAPA NUNGGAL 55.558 52.630 108.188 106 3,29 2,86
17 GUNUNG PUTRI 188.770 192.883 381.653 98 5,29 10,09
18 CITEUREUP 109.542 105.140 214.682 104 2,01 5,68
19 CIBINONG 191.410 185.649 377.059 103 3,65 9,97
20 BOJONG GEDE 146.204 140.358 286.562 104 4,88 7,58
21 TAJUR HALANG 56.380 53.945 110.325 105 3,20 2,92
22 KEMANG 52.209 49.742 101.951 105 2,50 2,70
23 RANCA BUNGUR 26.828 25.109 51.937 107 0,97 1,37
24 PARUNG 65.921 62.006 127.927 106 3,25 3,38
25 CISEENG 54.827 51.248 106.075 107 1,96 2,80
26 GUNUNG SINDUR 60.193 57.300 117.493 105 3,34 3,11
KAB. BOGOR TANPA
BOGOR BARAT
1.929.551 1.852.671 3.782.222 104 2,95 100,00
Tabel 3.2.6. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor
tanpa Bogor Barat, Tahun 2014-2018
Jumlah Penduduk Kepadatan (jiwa/km2)
Bogor
Tahun Bogor
Bogor Tanpa
Bogor Bogor Barat Tanpa Bogor
Barat Bogor
Bogor Barat
Barat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2014 5.233.589 1.451.367 3.782.222 1.965 1.291 2.456
2015 5.354.659 1.463.566 3.891.093 2.010 1.302 2.527
2016 5.474.545 1.474.492 4.000.053 2.055 1.312 2.597
2017 5.593.918 1.484.341 4.109.577 2.100 1.321 2.669
2018 5.712.845 1.493.152 4.219.693 2.145 1.329 2.740
Keterangan: Luas wilayah Kab Bogor = 2.663,82 km2; Bogor Barat= 1.123,82 km2
dan Bogor tanpa Bogor Barat = 1.540,01 km2
3.2..4. Piramid
da Pendud
duk
Kompossisi pendud
duk berdaasarkan jen
nis kelamiin dan kellompok um
mur dapat
disajikan dala
am bentuk
k piramidaa penduduk seperti terlihat ppada Gamb
bar 3.2.1.
Piramida Pend
duduk Kab
bupaten Bo
ogor tergolong penduduk mudaa menuju "transisi".
Hal ini diperlihatkan ole
eh panjangg batang piramida
p untuk
u kelo mpok umu
ur 5-9 dan
14 tahun yang
10-1 y sedik
kit lebih p
panjang da
ari kelomp
pok umur lainnya da
an batang
piramida untu
uk kelompo
ok umur 600 tahun ke
e atas yang cukup peendek. Arttinya, ada
kece aten Bogorr di masa ddepan akan semakin
enderungan komposiisi pendud uk Kabupa
dido
ominasi ole
eh penduduk usia pro
oduktif. Hal ini menggambarkaan bahwa penduduk
Kabu
upaten Bo
ogor sedang mengaalami pertumbuhan, dimana tingkat kelahiran,
tingkat kematian dan tingkat p
pertumbuhan penduduk masihh tinggi. Tingginya
tingkat kelahiran diperliihatkan ole
eh panjang
gnya kelom
mpok umurr 0-4 dan 5-9
5 tahun,
seda
angkan tin
ngginya tiingkat ke matian diiperlihatka
an oleh ssemakin pendeknya
p
kelo
ompok umu
ur 60 ke attas.
75 th + 22.15
51 27.084
70‐74 th 21.68
82 24.798
65‐69 th 2
32.432 32.660
60‐64 th 46.030 45.345
4
55‐59 th 73.482 59.897
50‐54 th 1055.946 92.126
45‐49 th 139.9088 122.9933
40‐44 th 181.419 1163.069
35‐39 th 219
9.225 205.155
30‐34 th 232.2
270 232.0
087
25‐29 th 252.019
9 250
0.507
20‐24 th 242.05
50 243..070
15‐19 th 9
257.739 7.795
247
10‐14 th 281.907 266.969
5‐9 th 289.869 275.060
2
0‐4 th 280.032 266.873
400.00
00 300.000
0 200.000 100.000 0 100.000 2000.000 300
0.000 400.000
Laaki‐laki Perempuan
P n
Ga
ambar 3.2.1. Piramida Pendud
duk Kabupa
aten Bogorr Berdasarkkan Jenis Kelamin
K
da
an Kelomp
pok Umur, Tahun 201
14 (Juni)
Penyusunan Perencanaa
an Target Ind
dikator Ekonomi Kabupatten Bogor Taahun 2014-20
018 66
H
Hasil dan Pe
embahasan
Jika dip
perhatikan
n, piramid
da pendud
duk Kabupaten Bogoor bentuk grafiknya
cend
derung mengerucut
m t di baggian atas.. Model piramida Kabupate
en Bogor
merrupakan pe
erpaduan dua
d modell piramida
a, yaitu mo
odel 3 dann 5. Model 3, untuk
kelo
ompok umu
ur 60 ke ba
awah, sedaangkan mo
odel 5 untu
uk kelomp ok umur 60
6 ke atas.
Perp
paduan mo
odel ini dapat dijelasskan bahw
wa tingkat kelahiran di Kabupa
aten Bogor
masih relatif tinggi, angka
a beb
ban tanggungan terrgolong reendah, da
an tingkat
perttumbuhan masih terg
golong tingggi.
75
5 th+ 7.386 8.752
70‐7
74 th 7.226 8.352
65‐6
69 th 9.885 9.876
60‐6
64 th 144.348 13.99
98
55‐5
59 th 20.5992 16.7
763
50‐5
54 th 30.065 26.302
45‐4
49 th 37.331 33.332
40‐4
44 th 44.658 41.6448
35‐3
39 th 3
53.083 499.040
30‐3
34 th 56.027 53.475
25‐2
29 th 66.773 61.742
20‐2
24 th 70.065 67.493
3
15‐1
19 th 3
79.733 74..749
14 th
10‐1 88.459 82.539
5‐9 th 84.194 80.094
8
0‐4 th 78.78
85 74..602
100.000 8
80.000 60.00
00 40.000 20.000 0 20.000 40.000 600.000 80.00
00 100.000
Laki‐laaki Peremp
puan
G
Gambar 3.2.2. Piram
mida Pendu
uduk Kabup
paten Bogo
or Barat Beerdasarkan
n Jenis
Kelamin dan Kellompok Um
mur, Tahun
n 2014 (Junni)
Penyusunan Perencanaa
an Target Ind
dikator Ekonomi Kabupatten Bogor Taahun 2014-20
018 67
H
Hasil dan Pe
embahasan
perttumbuhan penduduk
k masih tiinggi. Tingginya tin
ngkat kelaahiran dipe
erlihatkan
oleh
h panjangn
nya kelompok umur 0-4 dan 5-9
5 tahun, sedangkaan tingginy
ya tingkat
kem
matian dipe
erlihatkan oleh semaakin pendeknya kelom
mpok umurr 60 ke ata
as.
Dalam kurun wak
ktu 10 tah
hun, kabup
paten bog
gor barat ssudah men
nunjukkan
unan angka kelahira n, hal ini terlihat pa
tingkat penuru ada panjanng batang kelompok
ur 0-4 th le
umu ebih pendek diband ingkan 5-9
9 tahun da
an lebih peendek diba
andingkan
10-1
14 tahun. Hal
H ini juga
a ditunjukkkan oleh LPP
L 2000-2010 yang hhanya 1,85
5 persen.
250.000 20
00.000 150.0
000 100.000 50.000 0 50.000 100.000 1550.000 200.00
00 250.000
La ki‐laki Perempuan
P
Penyusunan Perencanaa
an Target Ind
dikator Ekonomi Kabupatten Bogor Taahun 2014-20
018 68
Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.2.8. Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur Menurut Jenis Kelamin
Di Kabupaten Bogor, Tahun 2014 (Juni)
Dari gambaran diatas dapat kita lihat bahwa komposisi penduduk Kabupaten
Bogor merupakan penduduk usia produktif dimana penduduk usia (15-64) tahun
sebanyak 65,20 persen, sedangkan penduduk usia non produktif (0-14) tahun
sebanyak 31,73 persen, dan usia 65 tahun keatas sebanyak 3,07 persen. Hal ini
memberikan indikasi bahwa permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Bogor
merupakan pekerjaan rumah yang harus mendapat perhatian serius.
Penduduk usia produktif dan tidak produktif erat kaitannya dengan rasio
beban ketergantungan (Burden of Dependency Ratio). Rasio beban ketergantungan
merupakan perbandingan antara penduduk tidak produktif (0-14 tahun dan 65
tahun keatas) dengan penduduk produktif (berusia 15-64 tahun).
Hasil proyeksi menunjukan bahwa rasio ketergantungan anak di Kabupaten
Bogor tahun 2014 sebesar 48,67 persen, dan rasio ketergantungan lanjut sebesar
4,71 persen atau secara keseluruhan angka beban ketergantungan Kabupaten Bogor
sebesar 53,38 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk setiap 100 penduduk
usia produktif harus menanggung sebanyak 53-54 penduduk yang tidak produktif.
Tabel 3.2.9. Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur Menurut Jenis Kelamin
Di Kabupaten Bogor Barat, Tahun 2014 (Juni)
Tabel 3.2.10. Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur Menurut Jenis Kelamin
Di Kabupaten Bogor tanpa Bogor Barat, Tahun 2014(Juni)
Penduduk Dependency
Tahun
0‐14 th 15‐64 th 65 th + Total Ratio
Indikator terukur yang dirancang dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun
2013-2018 yang berhubungan dengan sasaran pembangunan kesejahteraan rakyat
di bidang ekonomi antara lain pertumbuhan ekonomi yang meningkat rata-rata
6,0 – 6,5 persen pertahun pada periode 2013-2018, inflasi terkendali pada angka
sekitar 0,30 – 0,35 persen per tahun, menurunkan tingkat pengangguran menjadi
7 – 8 persen pada akhir tahun 2018, dan menurunnya penduduk miskin menjadi
sekitar 5,00 – 4,10 persen pada akhir tahun 2018.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia dan Kabupaten Bogor khususnya
merupakan masalah yang besar dan kompleks. Besar karena menyangkut jutaan
jiwa, dan kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor
yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah untuk dipahami.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan tersebut, juga tidak
selalu mudah untuk diprediksi. Akibatnya, prediksi situasi ketenagakerjaan di suatu
wilayah, menjadi relatif sulit, kecuali disertai asumsi-asumsi tertentu.
Penduduk usia kerja adalah mereka yang berusia 15 tahun ke atas. Tabel
3.3.1 memperlihat jumlah dan persentase penduduk Usia kerja yang ada di
Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor tanpa Bogor Barat.
Jumlah penduduk usia kerja tahun 2018 di Kabupaten Bogor diprediksi
sebanyak 3.901.496 jiwa atau 68,27 persen dari total penduduk Kabupaten Bogor.
Sebanyak 75 persen dari jumlah penduduk usia kerja bertempat tinggal pada
Kabupaten Bogor tanpa Bogor Barat. Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten
Bogor tanpa Bogor Barat tahun 2018 diprediksi sebanyak 2.913.453 jiwa atau 68,96
persen dari total penduduk Kabupaten Bogor minus Bogor Barat.
Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Bogor tahun 2018 diprediksi
sebanyak 988.043 jiwa atau sekitar 66,32 persen dari total penduduk di Kabupaten
Bogor Barat.
Penduduk usia kerja dikelompokkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (AK) adalah penduduk usia kerja yang
bekerja ditambah penduduk yang menganggur. Bukan angkatan kerja (BAK) adalah
mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya.
Kabupaten Bogor
Angkatan Kerja 2.341.933 2.390.804 2.435.382 2.485.185 2.537.583
- Bekerja 2.148.503 2.197.637 2.245.338 2.296.838 2.349.422
- Menganggur 193.430 193.167 190.044 188.347 188.161
Bukan Angkatan Kerja 1.230.170 1.264.463 1.302.272 1.334.517 1.363.913
- Sekolah 279.367 289.222 322.313 339.924 349.772
- Mengurus Rumah Tangga 745.004 760.671 760.885 768.820 780.509
- Lainnya 205.799 214.570 219.073 225.773 233.632
Penduduk Usia Kerja 3.572.103 3.655.267 3.737.654 3.819.702 3.901.496
Kabupaten Bogor Barat
Angkatan Kerja 640.911 653.668 664.890 677.686 691.378
- Bekerja 562.496 575.360 587.848 601.332 615.099
- Menganggur 78.415 78.308 77.042 76.354 76.279
Bukan Angkatan Kerja 319.648 314.920 310.889 304.560 296.665
- Sekolah 54.499 53.879 57.707 58.095 56.774
- Mengurus Rumah Tangga 203.176 198.968 191.971 185.912 180.027
- Lainnya 61.973 62.073 61.211 60.553 59.864
Penduduk Usia Kerja 960.559 968.588 975.779 982.246 988.043
Kabupaten Bogor tanpa Bogor Barat
Angkatan Kerja 1.701.022 1.737.136 1.770.492 1.807.499 1.846.205
- Bekerja 1.586.007 1.622.277 1.657.490 1.695.506 1.734.323
- Menganggur 115.015 114.859 113.002 111.993 111.882
Bukan Angkatan Kerja 910.522 949.543 991.383 1.029.957 1.067.248
- Sekolah 224.868 235.343 264.606 281.829 292.999
- Mengurus Rumah Tangga 541.828 561.703 568.914 582.908 600.482
- Lainnya 143.826 152.497 157.863 165.220 173.768
Penduduk Usia Kerja 2.611.544 2.686.679 2.761.875 2.837.456 2.913.453
TPAK merupakan penduduk usia kerja yang termasuk dalam angkatan kerja
(AK) yaitu mereka yang bekerja dan pengangguran. TPAK Kabupaten Bogor
diprediksi berkisar antara 65 hingga 66 persen selama kurun waktu 2014-2018.
Penduduk usia kerja yang bekerja cenderung bertambah dan pengganggur
cenderung mengalami penurunan.
Penduduk usia kerja yang termasuk dalam bukan angkatan kerja (BAK)
adalah mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. BAK Kabupaten
Bogor diprediksi berkisar 34 hingga 35 persen selama kurun waktu 2014-2018.
Tabel 3.3.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut
Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor
tanpa Bogor Barat Tahun 2014-2018
Kabupaten Bogor
Angkatan Kerja 65,56 65,41 65,16 65,06 65,04
- Bekerja 60,15 60,12 60,07 60,13 60,22
- Menganggur 5,42 5,28 5,08 4,93 4,82
Bukan Angkatan Kerja 34,44 34,59 34,84 34,94 34,96
- Sekolah 7,82 7,91 8,62 8,90 8,97
- Mengurus Rumah Tangga 20,86 20,81 20,36 20,13 20,01
- Lainnya 5,76 5,87 5,86 5,91 5,99
Penduduk Usia Kerja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Kabupaten Bogor Barat
Angkatan Kerja 66,72 67,49 68,14 68,99 69,97
- Bekerja 58,56 59,40 60,24 61,22 62,25
- Menganggur 8,16 8,08 7,90 7,77 7,72
Bukan Angkatan Kerja 33,28 32,51 31,86 31,01 30,03
- Sekolah 5,67 5,56 5,91 5,91 5,75
- Mengurus Rumah Tangga 21,15 20,54 19,67 18,93 18,22
- Lainnya 6,45 6,41 6,27 6,16 6,06
Penduduk Usia Kerja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Kabupaten Bogor tanpa Bogor Barat
Angkatan Kerja 65,13 64,66 64,10 63,70 63,37
- Bekerja 60,73 60,38 60,01 59,75 59,53
- Menganggur 4,40 4,28 4,09 3,95 3,84
Bukan Angkatan Kerja 34,87 35,34 35,90 36,30 36,63
- Sekolah 8,61 8,76 9,58 9,93 10,06
- Mengurus Rumah Tangga 20,75 20,91 20,60 20,54 20,61
- Lainnya 5,51 5,68 5,72 5,82 5,96
Penduduk Usia Kerja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Angkatan kerja terdiri atas mereka yang bekerja dan menganggur. Indikator
yang dapat diperoleh terkait dengan komponen angkatan kerja adalah tingkat
kesempatan kerja (TKK) dan tingkat pengangguran terbuka (TPT).
TKK merupakan komplemen dari TPT. Tingkat kesempatan kerja (TKK)
adalah perbandingan penduduk usia kerja yang bekerja terhadap total angkatan
kerja. TKK Kabupaten Bogor tahun 2014 – 2018 diperdiksi sebesar 91 hingga 93
persen.
Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja. Mereka yang
tergolong usia kerja yang mencari kerja digolongkan sebagai pengangguran.
Tabel 3.3.4. Prediksi Angkatan Kerja Menurut Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu
di Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor tanpa Bogor Barat Tahun 2014-2018
Kabupaten Bogor
Angkatan Kerja 2.341.933 2.390.804 2.435.382 2.485.185 2.537.583
- Bekerja 2.148.503 2.197.637 2.245.338 2.296.838 2.349.422
- Menganggur 193.430 193.167 190.044 188.347 188.161
Indikator
- Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 91,74 91,92 92,20 92,42 92,59
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 8,26 8,08 7,80 7,58 7,41
Kabupaten Bogor Barat
Angkatan Kerja 640.911 653.668 664.890 677.686 691.378
- Bekerja 562.496 575.360 587.848 601.332 615.099
- Menganggur 78.415 78.308 77.042 76.354 76.279
Indikator
- Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 87,77 88,02 88,41 88,73 88,97
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 12,23 11,98 11,59 11,27 11,03
Kabupaten Bogor tanpa Bogor Barat
Angkatan Kerja 1.701.022 1.737.136 1.770.492 1.807.499 1.846.205
- Bekerja 1.586.007 1.622.277 1.657.490 1.695.506 1.734.323
- Menganggur 115.015 114.859 113.002 111.993 111.882
Indikator
- Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 93,24 93,39 93,62 93,80 93,94
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 6,76 6,61 6,38 6,20 6,06
Tabel 3.3.6. Persentase Prediksi Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor tanpa Bogor
Barat Tahun 2014-2018
Tabel 3.3.7. Prediksi Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Tingkat
Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor tanpa
Bogor Barat Tahun 2014-2018
Tabel 3.3.8. Persentase Prediksi Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang Bekerja
Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan
Bogor tanpa Bogor Barat Tahun 2014-2018
3.4. KEMISKINAN
lebih dari masyarakat yang tinggal di Kabupaten Bogor Barat merupakan penduduk
miskin.
Perubahan
Jumlah Penduduk
Tahun Persentase (%) persentase
Miskin (ribu jiwa)
penduduk miskin (%)
(1) (2) (3) (4)
Kabupaten Bogor
2014 470,91 9,00 0,26
2015 475,29 8,88 ‐0,12
2016 480,22 8,77 ‐0,10
2017 485,62 8,68 ‐0,09
2018 491,44 8,60 ‐0,08
Bogor Barat
2014 283,34 19,70 ‐0,22
2015 293,90 20,25 0,55
2016 296,24 20,24 ‐0,01
2017 298,16 20,22 ‐0,02
2018 300,23 20,23 0,01
Bogor tanpa Bogor Barat
2014 163,55 4,45 ‐0,14
2015 193,89 5,13 0,67
2016 189,92 4,88 ‐0,25
2017 190,34 4,76 ‐0,12
2018 187,09 4,55 ‐0,21
Garis Kemiskinan
Tahun Perubahan (%)
(Rp/Kapita/Bulan)
(1) (2) (3)
Kabupaten Bogor
2014 300.119,- 7,35
2015 320.667,- 6,85
2016 341.215,- 6,41
2017 361.763,- 6,02
2018 382.311,- 5,68
Kabupaten Bogor Barat
2014 278.483,- 6,85
2015 296.346,- 6,41
2016 314.208,- 6,03
2017 332.071,- 5,68
2018 349.933,- 5,38
Kabupaten Bogor tanpa Bogor Barat
2014 303.861,- 6,71
2015 322.956,- 6,28
2016 342.050,- 5,91
2017 361.145,- 5,58
2018 386.852,- 7,12
Tabel 3.4.3. Prediksi Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2)
Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor tanpa Bogor Barat
Tahun 2014-2018
Tabel 3.4.4. Prediksi Gini Ratio Kabupaten Bogor, Bogor Barat dan Bogor tanpa
Bogor Barat Tahun 2014-2018
Bogor tanpa
Tahun Bogor Bogor Barat
Bogor Barat
(1) (2) (3) (4)
2014 0,35 0,27 0,37
2015 0,35 0,30 0,36
2016 0,35 0,31 0,37
2017 0,35 0,32 0,37
2018 0,36 0,32 0,37
Prediksi inflasi Kabupaten Bogor yang berada pada kisaran 3,5-5,5 persen
per tahun dikategorikan sebagai inflasi rendah. Berdasarkan keparahannya inflasi
juga dapat dibedakan :
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya,jika inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi tak menentu. Dengan prediksi inflasi sebesar 3,5-5,5
persen per tahun pada rentang waktu 2014-2018, diharapkan dapat menjadi
stimulus bagi masyarakat Kabupaten Bogor.
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah
satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.
NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi
NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Dalam penyusunan target indikator ekonomi daerah Kabupaten Bogor, NTP
merupakan salah satu indikator yang dihitung nilainya selama lima tahun ke depan
yaitu 2014-2018. Penghitungan prediksi NTP ini berdasarkan kebutuhan
perencanaan pembang
gunan yan
ng berpihak bagi kesejahterraan peta
ani. Data
prediksi NTP tahun
t 2014
4-2018 disaajikan pad
da Gambar 3.6.1.
Gam
mbar 3.6.1. Prediksi NTP Kabup
paten Bogo
or Tahun 22014-2018
Pada Ga
ambar 3.6.1 terlihatt bahwa NTP
N Kabup
paten Bogoor mencap
pai 104,60
pad
da tahun 2014.
2 Nilai ini menggalami pe
eningkatan dari tahuun ke tahu
un hingga
akh
hirnya men
ncapai 117,56 pada ttahun 2018
8. Nilai NT
TP yang beerada di attas 100 ini
men
nunjukkan kesejahteraan pettani yang lebih baiik karena petani mengalami
m
surp
plus, pendapatannya
a naik dan pengeluarrannya lebiih rendah.
Secara umum
u NTP menghasi lkan 3 pen
ngertian :
• NTP > 100
1 berartti NTP pad a suatu pe
eriode terttentu lebihh baik dibandingkan
dengan NTP pada
a tahun daasar, dengan kata la
ain petani mengalam
mi surplus.
Harga produksi naik leb
bih besar dari ke
enaikan hharga kon
nsumsinya.
Pendap
patan petan
ni naik dan
n menjadi lebih besa
ar dari penngeluarannya.
• NTP = 100
1 berartti NTP pad
da suatu pe
eriode tertentu sam
ma dengan NTP pada
tahun dasar,
d deng
gan kata laain petani mengalam
mi impas. K
Kenaikan/p
penurunan
harga produksiny
ya sama dengan persentase
p e kenaikann/penurun
nan harga
barang konsumsi. Pendapattan petani sama deng
gan penge luarannya.
Penyusunan Perencanaa
an Target Ind
dikator Ekonomi Kabupatten Bogor Taahun 2014-20
018 94
Hasil dan Pembahasan
• NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan
NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan
harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga
barang konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari
pengeluarannya.
BAB IV
KESIMPULAN