Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI ERA JKN

Nama : Annisa Almas Nurjannatun Na’im

NIM : 19/445344/KG/11791

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
Kesehatan Gigi Dan Mulut

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) merupakan survey yang dilakukan oleh


Kementrian Kesehatan yang dilakukan setiap lima tahun sekali. Untuk menilai perkembangan
status kesehatan, faktor resiko dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan. Penilaian
Kesehaan Gigi dan Mulut masyarakat masuk dalam RISKESDAS 2018. Menurut Riskesdas
2018 Prevalensi penduduk yang memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
mengalami peningkatan dari 23,2% pada tahun 2007 menjadi 57,6% tahun 2018 . Dan yang
mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2% serta masyarakat yang memiliki
perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%. Proporsi masalah kesehatan gigi dan mulut
yang terbesar adalah pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 67,3 % dengan 14,6% sudah
mendapatkan perawatan medis gigi. Dan proporsi paling rendah adalah pada kelompok umur 3-4
tahun yaitu sebesar 41,1% dengan 4,3% sudah mendapatkan perawatan medis gigi.

Sistem Pembayaran Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) di Indonesia di implementasikan pada


tahun 2014 dan merupakan perubahan pelayanan yang lebih terstruktur. Konsep pelayanan
sistem jaminan JKN di Indonesia dibagi menjadi 3 struktur layanan yaitu pelayanan primer,
pelayanan sekunder dan pelayanan tersier. Pola pembiayaan yang digunakan untuk pelayanan
primer adalah sistem kapitasi, sedangkan untuk pelayanan sekunder dan tersier menggunakan
sistem DRG (Diagnosis Related Group) yang di Indonesia digunakan istilah Indonesia Case-
Based Group (INA CBG`s) [ CITATION Dew14 \l 1033 ].

Saat ini pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih banyak mengarah pada pelayanan
kuratif dan rehabilitative, sehingga biaya yang dibutuhkan cukup tinggi. Sebelum adanya JKN
pola pembiayaan pelayanan kesehatan berdasarkan fee for service atau out of pocket yang
berlaku. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan pelayanan. Tarif harga setiap daerah berbeda
beda berdasarkan kemampuan membayar dan keinginan membayar masyarakat sehingga
kebutuhan dan tingkat kunjungan masyarakat. Pada era JKN, pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di tingkat primer menggunakan sistem pembayaran kapitasi sesuai dengan kepesertaan di FKTP
bersangkutan[ CITATION Dar17 \l 1033 ].
Pemilihan metode pembayaran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) termasuk ke
dalam aspek penting sistem pembiayaan kesehatan. Pembayaran kepada provider dilakukan
secara prospektif dan retrospektif. Dari perspektif biaya, pembayaran prospektif seperti kapitasi
untuk pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) relatif menguntungkan dibandingkan
retrospektif. Biaya pada skema bayar prospektif tidak dipengaruhi oleh volume pelayanan,
namun dipengaruhi oleh kesepakatan awal. Kondisi ini yang membuat provider memberikan
pelayanan yang efisien. Oleh karena itu pembayaran provider dilakukan dengan tujuan
mengubah pola praktek agar memperhatikan biaya yang akan dikeluarkan ketika memberikan
pelayanan kepada pasien. Perhitungan biaya pelayanan kesehatan menggunakan acuan yaitu tarif
pelayanan umum. Besarnya nilai kapitasi dihitung berdasarkan utilisasi dan usia, jenis kelamin
serta wilayah karena memiliki faktor risiko yang berbeda. Nilai tarif kapitasi saat ini berbeda dari
tarif Puskesmas dan FKTP jenis lain seperti DPP, klinik dan dokter gigi.

[ CITATION Dew14 \l 1033 ]

Benefit

Sistem kapitasi yang menguntungkan pasien dan dokter gigi, sehingga kondisi gigi dan
mulut pasien dapat dikendalikan dalam kondisi yang baik. JKN akan menjamin pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, mulai dari peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan sakit
(preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), termasuk
obat-obatan dan bahan medis habis. Sistem pembiayaan bidang kedokteran gigi saat ini
berdasarkan pada permintaan pasien untuk mendapatkan perawatan. Dokter gigi yang
melaksanakan praktek mandiri ataupun bekerja dalam sebuah klinik akan memberikan pelayanan
kedokteran gigi yang canggih untuk melakukan perawatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan yang diberikan akan lebih cenderung untuk memuaskan permintaan pasien yang
dianggap sebagai konsumen.

Tantangan Yang Dihadapi

Pelayanan penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit termahal keempat untuk diobati dan
seringkali memerlukan pembiayaan secara out of pocket yang tinggi. Masyarakat hanya fokus
untuk melakukan intervensi dalam pelayanan gigi adalah penambalan dengan perawatan yang
membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal dan lupa untuk melakukan pencegahan dan
intervensi pada penyebab penyakit gigi dan mulut yang biayanya lebih murah.

Selain itu, masyarakat juga hanya bergantung pada fasilitas pelayanan kesehatan publik yang
ada untuk memenuhi kebutuhan kesehatan gigi dan mulutnya karena belum optimalnya
ketersediaan finansial, sarana dan prasarana, hal ini disebabkan oleh tidak diprioritaskannya
kesehatan gigi dan mulut oleh pemerintah. Sehingga masyarakat mencari cara untuk perawatan
kesehatan gigi dan mulut dari praktisi tradisional dan pelayanan kesehatan illegal yang mampu
menimbulkan risiko medis yang sangat tinggi. Atau mungkin juga masyarakat akan
membiarkannya tanpa perawatan.

Hingga saat ini kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi masih rendah karena mereka
hanya akan melakukan perawatan ke dokter gigi jika ada keluhan, sehingga kebanyakan
masyarakat berkunjung ke dokter gigi dalam keadaan sudah memerlukan perawatan yang
kompleks dan berdampak pada biaya yang lebih tinggi.

[ CITATION Dew14 \l 1033 ]

Perkembangan JKN

Sejak awal tahun 2000, mulai direncanakan pembuatan sistem jaminan kesehatan
nasional yang terintegrasi. Bappenas ditugasi untuk menyusun tim untuk menyiapkan. Pada
tahun 2003, disusun draft Undang-Undang Nomor 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun 2004. Undang-Undang ini
mengamanatkan bahwa jaminan sosial adalah sesuatu yang wajib tersedia bagi seluruh rakyat
Indonesia, termasuk di dalamnya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diawasi oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN). Kebijakan baru di bidang jaminan sosial di Indonesia bertujuan menggantikan dan
mengintegrasikan program jaminan sosial yang ada sebelumnya seperti Askes, Asabri, dan
Jamsostek.

Penyempurnaan dan pelaksanaan konsep jaminan sosial direalisasikan tujuh tahun


kemudian melalui pembentukan badan penyelanggara teknis yang tertuang dalam Undang-
Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dimana BPJS ini
terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan bertugas untuk
melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang implementasinya dimulai pada
tanggal 1 Januari tahun 2014. Pelaksanaan JKN dituangkan dalam berbagai Peraturan
Pemerintah dan Presiden.

Konsep kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun


2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional mengintegrasikan mekanisme bantuan social
(social assistance) oleh negara ditujukan untuk penduduk yang kurang mampu, sehingga seluruh
penduduk pada saatnya nanti akan menjadi peserta JKN.

[ CITATION Set181 \l 1033 ]

Daftar Pustaka
Darmawan, I., & Thabrany, H. (2017). Refleksi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional pada
Pelayanan Kedokteran Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kota Tangerang
Tahun 2017. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 06(04) : 174-183.

Dewanto, I. (2014). Penetapan Dokter Gigi Layanan Primer di Indonesia. Maj Ked Gi, 21 (2) :
109-116.

Pusat Data dan Informasi. 2019. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Setiyono, B. (2018). Perlunya Revitalisasi Kebijakan Jaminan Kesehatan di indonesia. Jurnal


Ilmu Politik, 9(2) : 38-60.

Anda mungkin juga menyukai