Uts Manajemen Kesehatan
Uts Manajemen Kesehatan
NIM : 19/445344/KG/11791
YOGYAKARTA
2021
Kesehatan Gigi Dan Mulut
Saat ini pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih banyak mengarah pada pelayanan
kuratif dan rehabilitative, sehingga biaya yang dibutuhkan cukup tinggi. Sebelum adanya JKN
pola pembiayaan pelayanan kesehatan berdasarkan fee for service atau out of pocket yang
berlaku. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan pelayanan. Tarif harga setiap daerah berbeda
beda berdasarkan kemampuan membayar dan keinginan membayar masyarakat sehingga
kebutuhan dan tingkat kunjungan masyarakat. Pada era JKN, pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di tingkat primer menggunakan sistem pembayaran kapitasi sesuai dengan kepesertaan di FKTP
bersangkutan[ CITATION Dar17 \l 1033 ].
Pemilihan metode pembayaran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) termasuk ke
dalam aspek penting sistem pembiayaan kesehatan. Pembayaran kepada provider dilakukan
secara prospektif dan retrospektif. Dari perspektif biaya, pembayaran prospektif seperti kapitasi
untuk pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) relatif menguntungkan dibandingkan
retrospektif. Biaya pada skema bayar prospektif tidak dipengaruhi oleh volume pelayanan,
namun dipengaruhi oleh kesepakatan awal. Kondisi ini yang membuat provider memberikan
pelayanan yang efisien. Oleh karena itu pembayaran provider dilakukan dengan tujuan
mengubah pola praktek agar memperhatikan biaya yang akan dikeluarkan ketika memberikan
pelayanan kepada pasien. Perhitungan biaya pelayanan kesehatan menggunakan acuan yaitu tarif
pelayanan umum. Besarnya nilai kapitasi dihitung berdasarkan utilisasi dan usia, jenis kelamin
serta wilayah karena memiliki faktor risiko yang berbeda. Nilai tarif kapitasi saat ini berbeda dari
tarif Puskesmas dan FKTP jenis lain seperti DPP, klinik dan dokter gigi.
Benefit
Sistem kapitasi yang menguntungkan pasien dan dokter gigi, sehingga kondisi gigi dan
mulut pasien dapat dikendalikan dalam kondisi yang baik. JKN akan menjamin pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, mulai dari peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan sakit
(preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), termasuk
obat-obatan dan bahan medis habis. Sistem pembiayaan bidang kedokteran gigi saat ini
berdasarkan pada permintaan pasien untuk mendapatkan perawatan. Dokter gigi yang
melaksanakan praktek mandiri ataupun bekerja dalam sebuah klinik akan memberikan pelayanan
kedokteran gigi yang canggih untuk melakukan perawatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Pelayanan yang diberikan akan lebih cenderung untuk memuaskan permintaan pasien yang
dianggap sebagai konsumen.
Pelayanan penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit termahal keempat untuk diobati dan
seringkali memerlukan pembiayaan secara out of pocket yang tinggi. Masyarakat hanya fokus
untuk melakukan intervensi dalam pelayanan gigi adalah penambalan dengan perawatan yang
membutuhkan sarana dan prasarana yang mahal dan lupa untuk melakukan pencegahan dan
intervensi pada penyebab penyakit gigi dan mulut yang biayanya lebih murah.
Selain itu, masyarakat juga hanya bergantung pada fasilitas pelayanan kesehatan publik yang
ada untuk memenuhi kebutuhan kesehatan gigi dan mulutnya karena belum optimalnya
ketersediaan finansial, sarana dan prasarana, hal ini disebabkan oleh tidak diprioritaskannya
kesehatan gigi dan mulut oleh pemerintah. Sehingga masyarakat mencari cara untuk perawatan
kesehatan gigi dan mulut dari praktisi tradisional dan pelayanan kesehatan illegal yang mampu
menimbulkan risiko medis yang sangat tinggi. Atau mungkin juga masyarakat akan
membiarkannya tanpa perawatan.
Hingga saat ini kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi masih rendah karena mereka
hanya akan melakukan perawatan ke dokter gigi jika ada keluhan, sehingga kebanyakan
masyarakat berkunjung ke dokter gigi dalam keadaan sudah memerlukan perawatan yang
kompleks dan berdampak pada biaya yang lebih tinggi.
Perkembangan JKN
Sejak awal tahun 2000, mulai direncanakan pembuatan sistem jaminan kesehatan
nasional yang terintegrasi. Bappenas ditugasi untuk menyusun tim untuk menyiapkan. Pada
tahun 2003, disusun draft Undang-Undang Nomor 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tahun 2004. Undang-Undang ini
mengamanatkan bahwa jaminan sosial adalah sesuatu yang wajib tersedia bagi seluruh rakyat
Indonesia, termasuk di dalamnya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diawasi oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN). Kebijakan baru di bidang jaminan sosial di Indonesia bertujuan menggantikan dan
mengintegrasikan program jaminan sosial yang ada sebelumnya seperti Askes, Asabri, dan
Jamsostek.
Daftar Pustaka
Darmawan, I., & Thabrany, H. (2017). Refleksi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional pada
Pelayanan Kedokteran Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kota Tangerang
Tahun 2017. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 06(04) : 174-183.
Dewanto, I. (2014). Penetapan Dokter Gigi Layanan Primer di Indonesia. Maj Ked Gi, 21 (2) :
109-116.