Terdapat beberapa versi tentang kisah Tugu Soeharto. Konon, sungai itu sebagai tempat persembunyian
mantan Presiden Soeharto untuk menghindari kejaran tentara Belanda.
Ia kungkum di dalam tempuran pertemuan kali Kreo dan kali Gunungpati yang terletak di Kali Kaligarang.
Tentara musuh hanya melintas di tempat itu. Untuk mengenang tempat tersebut, mantan presiden itu
mendirikan Tugu Soeharto. Sesuai yang tercatat di bangunan itu, didirikan pada 30-9-1965/1-10-1965.
Versi lain nama Tugu Soeharto konon berawal dari saat Presiden kedua itu berpangkat mayor bertugas di
Kota Semarang. Saat perang melawan Belanda, ia terdesak lari ke arah selatan. Pada waktu itu daerah
Sampangan masih hutan.
Dia lalu melompat ke sungai yang menjadi pertemuan muara antara sungai Gunungpati dan Kreo,
kemudian menancapkan tongkat dan berendam. Di titik inilah kemudian dibangun sebuah monumen yang
diberi nama Tugu Soeharto.
Sebagai penganut kejawen, mendiang Soeharto percaya bahwa laku spiritualnya ini akan membawa
kemuliaan. Beberapa tahun kemudian Soeharto berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia. Ia
bahkan berkuasa hingga 32 tahun lebih sebelum lengser pada tahun 1998.
Setelah adanya pembangunan normalisasi Sungai Kaligarang-Banjir Kanal Barat oleh pemkot Semarang,
kawasan Tugu Suharto yang dulunya dipenuhi alang-alang dan gelap, kini sudah tertata rapi dan indah.
Bahkan dengan adanya jembatan baru yang dilengkapi dengan lampu penerangan menggantikan
jembatan gantung yang rusak. Lokasi yang dulunya sepi, kini banyak didatangi oleh masyarakat untuk
jalan-jalan sore.