Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumus Struktur
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol; praktis tidak
(Sweetman, 2009).
Diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang termasuk
obat anti inflamasi nonsteroid yang terkuat daya anti radangnya dengan efek samping
yang lebih ringan dibandingkan dengan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya seperti
pelepasan atau pengambilan asam lemak tersebut (Godman dan Gilman, 2012). Obat
ini efektif untuk peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan),
misalnya setelah pembedahan, atau pada memar akibat olahraga. Selain itu natrium
penghambat COX yang kuat dengan efek anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik.
Obat ini cepat diabsorpsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh yang
pendek. Obat ini dianjurkan untuk kondisi peradangan kronis seperti arthritis
rematoid dan osteoarthritis serta untuk pengobatan nyeri otot rangka akut (Neal,
2006).
rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk
mengubah fosfolipida menjadi asam arachidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini
dan seterusnya menjadi prostaglandin. siklooksigenase terdiri dari dua isoenzim yaitu
COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dikeping darah, ginjal dan saluran cerna.
COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat dijaringan tetapi dibentuk selama
proses peradangan oleh sel-sel radang. Penghambatan COX-2 lah yang memberikan
efek anti radang dari obat NSAIDs. NSAID yang ideal hanya menghambat COX-2
yang bersifat tidak selektif dimana kedua jenis COX dihambat. Dengan penghambatan
COX-1, maka tidak ada lagi yang bertanggung jawab melindungi mukosa lambung-usus
Efek samping terjadi kira-kira 20% penderita dan meliputi distress saluran
cerna, perdarahan saluran cerna dan tukak lambung. Inhibisi sintesis prostaglandin
(dyspepsia, mual, dan gastritis). Efek samping yang paling utama adalah perdarahan
2.1.3 Farmakokinetik
sistemiknya hanya antara 30-70% karena metabolisme lintas pertama. Obat ini
mempunyai waktu paruh 2-6 jam dalam kompartemen (Katzung, 2010). Hal ini
mungkin menjelaskan durasi efek terapeutik yang jauh lebih lama daripada waktu
pada arthritis rheumatoid, osteoartritits, dan spondilitis ankilosa. Dosis lazim harian
untuk indikasi tersebut adalah 100 sampai 200 mg, diberikan dalam beberapa dosis
perharinya. Senyawa ini mungkin juga berguna untuk penanganan jangka pendek
cedera otot rangka akut, nyeri bahu akut, nyeri pasca operasi dan dismenorea.
radang pasca operasi setelah pengangkatan katarak (Godman dan Gilman, 2012).
Peradangan umumnya dibagi dalam tiga tipe yaitu peradangan akut, respon
imun, dan peradangan kronis. Peradangan akut adalah respon awal dari luka jaringan
Radang akut ini tidak spesifik dan dapat disebabkan oleh cedera yang terjadi
dalam waktu singkat. Peradangan akut dianggap sebagai awal pertahanan terhadap
cairan dan migrasi leukosit dari pembuluh darah ke daerah cedera. Peradangan akut
biasanya berlangsung singkat, terjadi sebelum respon imun berfungsi baik, dan
Konsentrasi obat dalam tubuh dapat diketahui dengan menentukan kinetika obat
respon obat tersebut. Hal ini tergantung pada konsentrasi yang bisa dicapai pada
tempat kerja obat (reseptor). Setiap perubahan konsentrasi obat yang terukur
tercapai.
Nasib obat di dalam tubuh agar dapat menimbulkan efek yang diharapkan
10
- Disolusi
Senyawa aktif
2. Tahap Farmakokinetika
- Metabolisme
3. Tahap Farmakodinamika
- Interaksi obat-
Reseptor
sasaran
11
dibanding secara intravaskular, dimana pada pemberian peroral semua bahan obat
akan diserap oleh organ tubuh. Perjalanan obat dalam tubuh terdiri dari empat tahap
Obat-obat yang diberikan peroral akan diabsorpsi bila molekul obat berada
dalam bentuk terlarut. Molekul obat mula-mula berikatan dengan mukosa lambung
atau usus, kemudian obat mencapai lapisan yang lebih dalam dari membran sel tapi
belum sampai ke pembuluh darah. Penyerapan obat dapat terjadi di lambung atau
usus halus. Penyerapan obat di lambung tergantung pada keadaan lambung yang
penuh atau kosong. Saat saluran pencernaan berada dalam keadaan istirahat,
spincter pylorus agak membuka dan obat yang diberikan peroral dapat melintas
dengan mudah dan akan diserap di usus halus. Selanjutnya obat akan menembus
dinding pembuluh darah dan masuk kedalam sirkulasi darah (Aiache, 1993).
Suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ harus
melewati berbagai membran sel. Pada umumnya, membran sel mempunyai struktur
lipoprotein yang bertindak sebagai membran lipid semipermeabel (Shargel dan Yu,
1988). Mekanisme absorpsi obat melewati membran sel dapat berlangsung dengan
beberapa cara yaitu: difusi pasif, filtrasi, transport aktif, transport dengan fasilitas,
12
tubuh melalui aliran darah. Pada tahap ini sebagai obat dapat berikatan dengan
protein darah dan membentuk kompleks obat protein yang reversibel dan umumnya
melibatkan albumin. Obat yang terikat dengan protein merupakan suatu kompleks
besar yang tidak dapat melewati membran sel dengan mudah sehingga tidak aktif
secara farmakologik. Sebaliknya obat bentuk bebas atau tidak terikat dapat melewati
membran sel dan didistribusikan ke semua jaringan, dan obat dapat berinteraksi
dengan reseptor untuk menghasilkan efek farmakologik. Pada keadaan ini terjadi
reaksi kesetimbangan bolak balik antara kompleks obat-protein dengan obat bebas
(Aiache, 1993).
2.3.3 Metabolisme
Metabolisme obat terbesar adalah pada hati, juga terjadi di ginjal, jaringan
otot, dinding usus dan saluran darah. Obat yang mengalami metabolisme pada epitel
saluran pencernaan dan hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik dikenal dengan
d. konversi senyawa lebih polar, larut dalam air dan menjadi bentuk terionisasi
13
biotransformasi. Selain itu inhibisi enzim yang merupakan kebalikan dari induksi
meningkat, menimbulkan efek menjadi lebih besar dan lebih lama. Kompetisi
(interaksi obat) juga berpengaruh terhadap metabolisme dimana terjadi oleh obat
yang dimetabolisir oleh sistem enzim yang sama (contoh alkohol dan barbiturat).
2.3.4 Ekskresi
Ekskresi obat merupakan proses eliminasi akhir suatu obat dari dalam tubuh.
a. ginjal, organ utama untuk mengeliminasi obat dari tubuh melalui urine.
b. feses, khususnya untuk obat-obat yang sukar diabsorpsi dan tinggal dalam
saluran lambung-usus.
pernafasan.
14
Ordo : Cistales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
yang berada pada daerah tropis dan pusat penyebarannya diduga di daerah sekitar
Meksiko bagian selatan dan Nikaragua (Kalie, 2008). Pada pertengahan abad ke-16
diperkirakan mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-17 dibawa oleh bangsa
Kabaleo, peute, pastel, embetik, botik, kates, pepaya, pisang patuka, gedang, penti
15
pisang malaka, buah dong, majan, pisang mentela, bandas (Kalimantan), pepaya,
papaya, keliki, sumoyori, umi jawa, tangan-tangan nikare (Sulawesi). Tele, palaki,
tengah, berbuku-buku dan basah, biasanya tidak bercabang, dan tingginya dapat
daun tunggal, berukuran besar dan helaiannya menyerupai telapak tangan manusia,
apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan
tampak bahwa daunnya tersebut simetris. Tangkai daunnya berongga dan panjang
(Kalie, 2008; Anonim, 2006). Sistem perakaran tanaman pepaya berupa akar
tunggang dan akar cabang yang tumbuh mendatar kesemua arah pada kedalaman 1 m
atau lebih dan menyebar sekitar 60 - 150 cm atau lebih dari pusta batang.
Tanaman pepaya memiliki tiga jenis bunga yaitu bunga jantan (masculus),
dikenal sebagai pepaya gantung, walaupun jantan kadang-kadang tumbuhan ini dapat
menghasilkan buah pula secara partogenesis. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga
berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga biasanya
ditemukan pada daerah sekitar pucuk, tanaman pepaya biasanya berbunga pada
rentang usia dari 3 sampai 6 bulan, diusia tersebut bunga pepaya dapat dipanen
16
yang berkhasiat bagi kesehatan. Daun pepaya mengandung enzim papain, alkaloida,
vitojinose. Buah pepaya yang matang kaya akan kandungan vitamin dan mineral.
pada anak-anak, mengobati nyeri haid dan dapat menurunkan panas (Anonim 2006;
Santoso, 1998). Buah pepaya yang mengkal masih memiliki efek mengugurkan
melancarkan gangguan sistem pencernaan dan juga untuk mata karena mengandung
vitamin A. Biji pepaya berkhasiat sebagai obat cacing (Anonim, 2009; Santoso,
1998). Akar tanaman pepaya berkhasiat untuk mengobati rematik, gangguan saluran
17