Makalah "Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Obstetri": Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kegawat Kritis
Makalah "Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Obstetri": Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kegawat Kritis
Disusun Oleh :
Mia Audia
183001060026
Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Obstetri”
Tak lupa Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini yang tidak dapat Kami ucapkan satu persatu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan....................................................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi ..................................................................................................... 3
2. Etiologi ..................................................................................................... 3
4. Diagnosa................................................................................................... 4
B. Perdarahan postpartum.................................................................................. 6
1. Definisi ...................................................................................................... 6
2. Etiologi ...................................................................................................... 7
C. Syok hemoragik................................................................................................9
B. Pengkajian Keperawatan............................................................................ 10
D. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 15
E. Rencana Keperawatan............................................................................... 16
F. Implementasi Keperawatan....................................................................... 17
G. Evaluasi Keperawatan............................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan obstetri adalah suatu keadaan yang datangnya tiba-tiba, tidak diharapkan,
mengancam jiwa, sehingga perlu penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas
maupun mortalitas. Kegawatdaruratan obstetri diantaranya disebabkan oleh pendarahan,
eklampsia, infeksi, persalianan lama akibat distosia dan keguguran. Di Indonesia permasalahan
gawat darurat obstetri terjadi karena mengalami empat hal keterlambatan yaitu terlambat
mengenali bahaya dan risiko, terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan,
terlambat mendapatkan transportasi untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu, dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan. Oleh karena itu pelayanan
obstetri memerlukan kontiunitas pelayanan serta akses terhadap pelayanan obstetri emergensi
ketika timbul komplikasi. Sehingga setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
peningkatan terhadap pelayanan obstetri emergensi, serta sistem rujukan yang efektif.
Kurang lebih sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil setiap tahunnya. Pada umumnya
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Tetapi, sekitar 1554 menderita komplikasi berat, dengan
sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan
kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam waktu
42 hari setelah sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan.
Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal
Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 1.000.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminka
risiko obstetri yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa
kali, risikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko kematian ibu sepanjang hidupnya, yaitu
pribabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsug. Kematian ibu langsung adalah
sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau
penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat
dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang sudah timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh
terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskular.
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian langsung. Pola penyebab langsung dimana-
mana sama, yaitu perdarahan (25 %, biasa perdarahan pascapersalinan), sepsis (15 %), hipertensi
dalam kehamilan (12 %), partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13 %), dan sebab-sebab
lain (8 %).
Mengenal kasus gawatdarurat obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat dan
tepat dapat dilakukan. Dalam menangani kasus gawatdarurat, penentuan permasalahan utama
(diagnosis) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah.
Dengan diagnosis yang tepat maka penatalaksanaan yang dilakukan juga dapat tepat mengenai
sasaran, hal ini dapat memprkecil angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan pembaca
dan mengetahui tindakan yang tepat mengenai Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Obstetri.
BAB II
PEMBAHASAN
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan
yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan
ekstrauteri/ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan
(plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio
sesarea, retensio plasentae/plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan
koagulopati obstetri. Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan pervagina 500
ml atau lebih sesudah anak lahir. Penyebab gangguan ini adalah kelainan pelepasan dan kontraksi,
rupture serviks dan vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa plasenta, dan koagulopati.
Perdarahan pascapersalinan tidak lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama, kehilangan darah 500 ml
atau lebih berarti bahaya syok. Perdarahan yang terjadi bersifat mendadak sangat parah (jarang),
perdarahan sedang (pada kebanyakan kasus), dan perdarahan sedang menetap (terutama pada
ruptur). Peningkatan anemia akan mengancam terjadinya syok, kegelisahan, mual, peningkatan
frekuensi nadi, dan penurunan tekanan darah.
2. Klasifikasi Klinis
a. Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan Postpartum
Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam
24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b. Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca
Persalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam
pertama. Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
3. Gejala Klinis
Gejala klinis berupa pendarahan pervagina yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak
darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain. Penderita tanpa disadari dapat kehilangan
banyak darah sebelum ia tampak pucat bila pendarahan tersebut sedikit dalam waktu yang lama.
4. Diagnosis
Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum lahir biasanya disebabkan
oleh robekan jalan lahir. Perdarahan setelah plasenta lahir, biasanya disebabkan oleh atonia uteri.
Atonia uteri dapat diketahui dengan palpasi uterus; fundus uteri tinggi diatas pusat, uterus lembek,
kontraksi uterus tidak baik. Sisa plasenta yang tertinggaldalamkavum uteri dapat diketahui dengan
memeriksa plasenta yang lahir apakah lengkap atau tidak kemudian eksplorasi kavum uteri terhadap
sisa plasenta, sisa selaput ketuban, atau plasenta suksenturiata (anak plasenta). Eksplorasi kavum
uteri dapat juga berguna untuk mengetahui apakan ada robekan rahim. Laserasi (robekan) serviks
dan
vagina dapat diketahui dengan inspekulo. Diagnosis pendarahan pasca persalinan juga memerlukan
pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan Hb, COT (Clot Observation Test), kadar
fibrinogen, dan lain-lain.
B.PERDARAHAN PASCAPERSALINAN
1. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III selesai
(setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).
2. Etiologi
a. Atonia Uteri Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah
pada tempat perlengketan plasenta (Wiknjosastro, 2006).
b. Laserasi jalan lahir Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan
lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau
vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo, 2010).
c. Retensio plasenta Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu
30menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua
dari perdarahan postpartum (20% - 30% kasus). Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena
retensio plasenta sering dikaitkan dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat
membuat kesalahan diagnosis. Pada retensio 11 plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat
pada persalinan normal (Ramadhani, 2011)
d. Koagulopati Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pada pembekuan darah.
Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang disusul dengan tertinggalnya sebagian plasenta.
Namun, gangguan pembekuan darah dapat pula menyebabkan PPP. Hal ini disebabkan karena
defisiensi faktor pembekuan dan penghancuran fibrin yang berlebihan. Gejala-gejala kelainan
pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah
dapat berupa hipofibrinogenemia, trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP),
HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count), Disseminated
Intravaskuler Coagulation (DIC), dan Dilutional coagulopathy (Wiknjosastro, 2006; Prawirohardjo,
2010)
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan
faktor risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal.
Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan
untuk terjadinya komplikasi pascapersalinan terutama perdarahan akan lebih besar. Perdarahan
pascapersalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yangmelahirkan pada
usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada perdarahan pascapersalinan yang terjadi pada
usia 20-29 tahun. Perdarahan pascapersalinan meningkat kembali setelah usia 30-35tahun.
Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk multigravida mempunyai risiko
lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang
termasuk golongan primigravida (hamil pertama kali). Halini dikarenakan pada multigravida, fungsi
reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan pascapersalinan
menjadi lebih besar.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan pascapersalinan yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih daritiga) mempunyai
angka kejadian perdarahan pascapersalinan lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas satu),
ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab
ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan
dan nifas.
Tujuan umum antenatal care adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu serta anak
selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu serta
anak dapat diturunkan. Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus
risiko tinggi terutama perdarahan yang selalu mungkin terjadi setelah persalinan yang
mengakibatkan kematian maternal dapat diturunkan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya
antenatal care tanda-tanda dini perdarahan yang berlebihan dapat dideteksi dan ditanggulangi
dengan cepat.
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai
normal. Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%. Perdarahan pascapersalinan
mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih, dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa
adanya penanganan yang tepat dan akurat akan mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin
dibawah nilai normal.
Beri Syntocinon (oksitosin) 5-10 unit IV, tetes oksitosin dengan dosis 20 unit atau lebih dalam larutan
glukosa 500 ml.
C. SYOK HEMORAGIK
Semua keadaan perdarahan diatas, dapat menyebabkan syok pada penderita, khususnya syok
hemoragik yang di sebabkan oleh berkurangnya volume darah yang beredar akibat perdarahan atau
dehidrasi.
a. Perdarahan eksterna atau interna yang menyebabkan hiposekmia atau ataksia vasomotor akut.
c. Gangguan mikrosirkulasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tekanan darah dan nadi; pemeriksaan suhu, warna kulit, dan
membrane mukosa, perbedaan suhu antara bagian pusat dan perifer badan; evaluasi keadaan
pengisian (kontraksi) vena dan evaluasi palung kuku; keterlambatan pengisian daerah kapiler setelah
kuku ditekan; dan ekskresi urin tiap jam.
Pada syok hemoragik tindakan yang esensial adalah menghentikan perdarahan dan mengganti
kehilangan darah. Setelah diketahui adanya syok hemoragik,:
a. Penderita dibaringkan dalam posisi Trendelenburg, yaitu dalam posisi terlentang biasa dengan
kaki sedikit tinggi (30 derajat).
b. Dijaga jangan sampai penderita kedinginan badannya. Setelah kebebasan jalan napas terjamin,
untuk meningkatkan oksigenasi dapat diberi oksigen 100% kira-kira 5 liter/menit melalui jalan napas.
c. Sampai diperoleh persediaan darah buat transfusi, pada penderita melalui infuse segera diberi
cairan dalam bentuk larutan seperti NaCI 0,9%, ringer laktat, dekstran, plasma dan sebagainya.
d. Jika dianggap perlu kepada penderita syok hemoragik diberi cairan bikarbonat natrikus untuk
mencegah atau menanggulangi asidosis. Penampilan klinis penderita banyak memberi isyarat
mengenai keadaan penderita dan mengenai hasil perawatannya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Ny. “N” hamil 25 tahun dilarikan ke RS Guna Bangsa tanggal 11-10-2020 klien mengalami kecelakaan
lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan sepeda motor. Klien jatuh keaspal
dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi
dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat darah segardari daerah jalan
lahir, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 20 minggu. Dari pengkajian di RS didapatkan : TD
90/70 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 36,10C, RR 29 x/menit, nafas cepat dan dangkal, akral dingin
(Gcs 7) dan terdapat suara tambahan (ronchi), CRT > 3 detik, konjungtiva anemis, ditemukan laserasi
pada ulna sinistra, contusion pada daerah inguinalis, krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam (+),
hasil pemeriksaan ketuban intact.
A. Primary Survey
2. Breathing
3. Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat pendarahan di telingga, hidung, mulut, CRT > 3detik.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata:
Nama : Ny. N
Umur : 25 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Condong Catur
Nama : Tn. W
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Alamat : Condong Catur
3. Alasan datang/dirawat
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan sepeda
motor dan diboncengi suami dalam posisi duduk miring tidak berpegangan dengan suaminya, Klien
jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter.
4. Keluhan Utama
Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat darah
segar ke arah kaki dan keterangan keluarga usia kehamilannya 29 minggu
5. Riwayat menstruasi
6. Riwayat perkawinan
b. Kunjunan ANC
1) Trimester I
Frekuensi : 2x
Keluhan : Mual, flek-flek
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : asam folat
2) Trimester II
Frekuensi : -
Komplikasi : -
Terapi : -
3) Trimester III
Frekuensi : -
Komplikasi : -
Terapi : -
c. Imunisas TT : 1 Kali
TT I : tanggal 25 januari
a. Nutrisi
Makan:
Frekuensi : 3x sehari 3x sehari
Jenis : Nasi,sayur,lauk Nasi,sayur,lauk
Porsi : 1 piring 1 piring
Pantangan : Tidak ada
Keluhan: Tidak ada
Minum:
Frekuensi : 6-7x sehari 7-8x sehari
Jenis : Air Putih,teh Air putih, the,susu
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari 1x sehari
Warna : Kuning Kuning
Konsistensi : Lembek Lembek
Keluhan : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 3-4x sehari 4-5x sehari
Warna : Kuning jernih Kuning jernih
Konsistensi : Cair Cair
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Lama : 2jam/hari
Keluhan : Tidak ada
c. Personal Hygien
Mandi : 2x/hari
Gantipakaian : 2x/hari
Gosok gigi : 3x/hari
Keramas : 3x/minggu
d. Pola seksualitas
Ny. N mengatakan di rumah melakukan kegiatan sehari- hari yaitu memasak, menyapu, dan menjaga
anak. Ny. N mengatakan jarang melakukan kegiatan olahraga.
15. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan : Ny. N mengatakan tidak ada kebiasaan yang
mengganggu kesehatan
17. Penegetahuan Ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas) Ny. Mengatakan sudah mengetahui
tentang kehamilan, persalinan dan nifas.
18. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)Ny. N mengatakan sekitar
rumah tidak ada pengaruh buruh dan tidak memelihara hewan dirumah.
3. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan fisik
Kepala :Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeri tekan
Wajah :Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak ada cloasma gravidarum.
Mata :Simetris, tidak ada secret,sclera putih, konjungtiva merah muda
Hidung :Simetris, Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada gerak cuping hidung saat
bernafas
Mulut :Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan gusi, lidah
bersih
Telinga :Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
Dada :Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing,pernafasan teratur.Payudara
:Simetris, putting susu menonjol, areola mammae hiperpigmentasi, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen :Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak ada bekas
operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum.
Palpasi:
1. Leopold I : fundus tegang
2. Leopold II : belum teraba
3. Leopold III : belum teraba
4. Leopold IV : belum teraba
3. Pemeriksaan penunjang
Tanggal :11-10-2020
Pukul :10.10 WIB
USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus
4. Data penunjang
C. Analisa Data
2. . DS : Perdarahan Kekurangan
- Penolong mengatakan korbann banyak volume cairan
mengngeluarkan darah
DO :
- TD 90/70 mmHg nadi 110 x/meni suhu
36,10C
D. Diagnosa Keperawatan
E. Rencana Keperawatan
F. Implementasi Keperawatan
G. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus kegawatdarurat obstetri menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir.
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang dicurigai
dalam keadaan gawatdarurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi
penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Pemeriksaan klinik lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan
obstetri termasuk pemeriksaan panggul.
Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak yang dapat
disebabkan oleh perdarahan antepartum, inpartu, dan perdarahan pascapersalinan. Gejala klinik
syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi. Dengan penegakan diagnosis yang
tepat maka penatalaksanaan kasus perdarahan dalam obstetri yang dilakukan juga dapat tepat
mengenai sasaran.
B. Saran
Mahasiswi harus dapat melatih diri untuk dapat melakukan penilaian awal dan penilaian klinik
untuk menentukan suatu kegawatdaruratan obstetri. Selain itu, mahasiswi harus benar-benar
mengetahui klasifikasi dari kasus gawatdarurat pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Mahasiswi diharapkan dapat menerapkan penatalaksanaan gawatdaruratan perdarahan pada
obstetri baik dalam kehamiFrlan, persalinan, dan masa nifas.
Daftar Pustaka
Laporan Nasional 2007, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Badan Penelitian dan
National Asthma Council Australia 2011, First Aid for Asthma, Brochure.
Smeltzer, SC., O’Connell, & Bare, BG., (2003). Brunner and Suddarth’s textbook of Medical
Surgical Nursing, 10th edition, Pennsylvania: Lippincott William & Wilkins Company.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.