Revisi Proposal Sucii
Revisi Proposal Sucii
PROPOSAL
NIM 16112028
TAHUN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI RSUD RASIDIN PADANG
PROPOSAL
TAHUN 2020
PERSETUJUAN PROPOSAL
Puji syukur senantiasa penulis ucapan kepada Tuhan Yang Maha Esa
partum Dengan ketuban pecah dini” Dalam penyusunan proposal ini, penulis
banyak sekali menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan
ini.
Proposal ini dapat tersusun berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini punulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Hj. Ulvi Mariati S.kp, M,Kes selaku pembimbing yang telah banyak
2. Ibu Ns. Nova Fridalni, S.Kep. M.Biomed selaku Ketua Program Studi DIII
MERCUBAKTIJAYA Padang.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna dan banyak
bermanfaaat bagi para pembaca pada umumnya dan pada penulis khususnya.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat
menghasilkan Proposal yang lebih baik. Permohonan maaf penulis ucapkan jika
ada kesalahan dalam penulisan Proposal ini. Semoga Proposal ini dapat berguna
A. Latar Belakang………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….4
C. Tujuan………………………………………………………………...
1. Tujuan Umum………………………………………………....4
2. Tujuan Khusus……………………………………………...…5
D. Manfaat ....................……………………………………………….....5
1. Definisi........................................................................................................7
2. Jenis-jenis persalinan..................................................................................8
1. Definisi………………………………………………………………….10
B. Anatomi Fisiologi……………………………………………………....23
C. Etiologi……………………………………………………………........25
D. Patofisiologi..........................................................................................29
F. WOC…………………………………………………………...............31
G. Komplikasi………………………………………………………..........32
H...Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………….….33
H. Penatalaksanaan……………………………………………..................34
I. Manifestasi Klinis..................................................................................35
1. Pengkajian………………………………………………………...……36
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………44
3. Intervensi………………………………………………………….........45
4. Implementasi……………………………………………………….…..51
5. Evaluasi………………………………………………………………...52
6. Dokumentasi…………………………………………………………...52
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur
abortus, dimana resiko infeksi pada ibu dan bayi meningkat pada kejadian
kematian maternal lebih dari 300-400 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini
disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 12%, abortus 13%, sepsis
15%, partus lama 18%, dan ketuban pecah dini 30% (WHO,2017)
kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) mencapai 32 per 1000
pecah dini 50%. Penyebab kematian ibu di Indonesia tahun 2017 yaitu
perdarahan 20%, hipertensi dalam kehamilan 32%, APB 3%, Abortus 4%,
lainnya (7%) seperti gemelli (kehamilan ganda), ketuban pecah dini 28%
(Khadijah,dkk.2018).
ditemui angka kejadian ketuban pecah dini (KPD) pada tahun 2016 adalah
60 kasus dari 2208 total persalinan, pada tahun 2017 adalah 54 kasus dari
1896 total persalinan, pada tahun 2018 adalah 59 kasus dari 2236 total
keluar dari vagina, uterus yang mulai berkontraksi pada usia kehamilan
ibu, dimana ibu menjadi cemas akan keselamatan bayinya dan ketakutan
stressor yang berat, karena kehamilan tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, disisi lain kehamilan yang pertama ini bisa jadi adalah
dapat berakibat timbulnya koping yang mal adaptif dan penanganan yang
timbul akibat ketuban pecah dini, dan akhirnya ibu dapat beradaptasi serta
(Sukowati,2016).
sehingga selaput ketuban menonjol keluar dari serviks dan dapat rupture.
Selanjutnya, faktor presentasi dan letak janin juga diduga berperan dalam
terjadinya ketuban pecah dini, hal ini terjadi karena tekanan terhadap
selaput ketuban menjadi tidak merata jika janin tidak dalam presentasi
kepala (Maryunani,2013).
maupun janin. Pada kasus Ketuban Pecah Dini komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu yaitu infeksi dalam persalinan, infeksi masa nifas,partus
Pecah Dini dapat memberi Z dampak buruk bagi ibu, Ketuban Pecah Dini
terjadinya kejadian ketuban pecah dini dan segala dampak yang mungkin
terjadi tidak hanya dilakukan pada saat persalinan tetapi sejak kehamilan
terjadi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat
1. Penulis
PADANG.
3. Institusi Pendidikan
PADANG.
4. Bagi Pasien
praktek keperawatan.
b. Membantu mengurangi dampak dari Ketuban Pecah Dini
pecah dini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lama nya masa nifas kurang
Masa puerpeium atau masa nifas dimulai setelah partus selesai dan
Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
hamil. Perubahan fisiologis pada masa ini sangat jelas yang merupakan
(Asih, 2016)
1) Uterus
lahir pusat
dan sympisis
sympisis
(Asih, 2016)
2) Lochea
a) Lochea rubra
b) Lochea sanguilenta
c) Lochea serosa
d) Lochea alba
mati.
3) Perineum, Vagina, Vulva dan Anus
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam
1) Oksitosin
involusi uterus.
2) Prolaktin
ovarium ditekan.
setelah 7 hari.
pascapartum.
j. Perubahan kulit
(Padila, 2014)
Pada masa nifas ibu dapat memproduksi, saat ari-ari bayi
1. Fase taking in
terjadi interaksi dari kontak yang lama anatara ayah, ibu dan
bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang
yang baru
3. Periode Letting Go
A. Definisi
2011)
satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban
sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini periode
dilakukan dengan normal atau induksi dalam 12-24 jam setelah ketuban
pecah, (Yolanda,dkk,2015)
2. ANATOMI FISIOLOGI
(Nugroho,taufan,2017)
Selaput ini menutup pars fetal plasenta dan talipusat. Kantung amnion berisi
cairan amnion dan janin berada dalam cairan tersebut. Histologi : Selaput amnion
2. Membrana basalis
3. Stratum kompaktum
4. Stratum fibroblas
seluler korion
KORION : membran bagian paling luar dan menempel pada dinding uterus serta
1. Lapisan seluler
3. Pseudo-basement membrane
4. Trofoblas
CAIRAN AMNION
Komposisi :
1. Air ( 98 – 99% )
4. Material lain ( vernix caseosa, rambut lanugo, sel epitel yang terkelupas
dan mekonium )
Sirkulasi :
Cairan amnion bersifat dinamik dan senantiasa ber sirkulasi dengan kecepatan 500
ml setiap jamnya.
3. ETIOLOGI
dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan
dari aterm, serviks yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan
dkk, 2011).
Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik tanpa rasa nyeri dalam
tersebut kedalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban dan
2009)
dibentuk dari sel-sel amnion.Di samping itu ditambah oleh air seni janin
dan cairan otak pada anensefalus.Air ketuban yang dibentuk, secara rutin
dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran
plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. (Sujiyatini dkk, 2009)
Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan
dan letak lintang. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses
janin bergerak dengan bebas, dan demikian janin dapat menempatkan diri
yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas difundus uteri, sedangkan kepala berada
panggul yang terjadi pada perut gantung, bagian terendah belum masuk
gangguan pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan struktur
6) Infeksi
rahim berlebihan, kelainan letak janin dalam rahim, kelainan dari bawaan
ketuban pecah dini tergantung pada usia kehamilan sehingga dapat terjadi
pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini karna lamanya periode laten
semakin sedikit air ketuban maka semakin gawat. Lalu akibat dari air
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau
6. KOMPLIKASI
Respiratory Distress Syndrome) yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir
1. Persalinan premature
minggu 50
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah
1. Pemeriksaan laboratorium
kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina
kuning.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan
sederhana. (Furwasyih,2016)
maturitas janin.
A. Penatalaksanaa Medis
lebiih dan kontraksi sudah teratur, tidak ada usaha yang berarti yang dapat
tokolitik tidak akan berarti dan dapat beresiko terjadinya edema paru.
Jika dalam 24 jam bay7i tidak lahir,maka induksi diberikan jika serviks
sudah matang dengan terus memantau suhu ibu,Denyut Jantung Janin (DJJ), dan
pemberian antibiotic setiap 6 jam. Usia kehamilan antara 32-36minggu, pada usia
tersebut beresiko terhadap sindrom distress pernafasan pada janin, pasien harus
dirawat dirumah sakit, janin harus dimonitor kesejahteraannya dengan teknik non
stress test (NST), pemberian pematang baru dan antibiotic. Jika terdapat tanda
infeksi maka segera lahirkan. Usia kehamilan kurang dari 26 minggu, kehamilan
ini digolongkan sebagai persalinan dengan janin yang beresiko. Terdapat 48%
janin lahir dalam 3 hari, 67% janin lahir dalam 1 minggu, dan 83% janin lahir
a) Konservatif :
tanda persalinan.
gawat janin.
8. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
1. Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotic dosis tinggi. Bila
terminasi kehamilan.
kegagalan.
ditemukan.
1. 3 Ambil nafas.
2. 1 Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman.
diberikan.
4. USG akan menunjukkan usia kehamilan, air ketuban yang masih tersisa,
dan tindakan segera dalam pengelolaan kasus ketuban pecah dini. Sebagai
(Sari,dkk,2013).
9. MANIFESTASI KLINIS
Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam, jika ibu
1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas klien
tersebut beresiko.(sukowati,dkk,2016).
B. Keluhan Utama
1. Riwayat Kesehatan
persalinan.
lemah/tipis, posisi fetus tidak normal, kelainan pada otot serviks atau
genital seperti panjang serviks yang pendek, multiparitas dan
gangguan kejiwaan.
4. Riwayat Perkawinan
mengalami keguguran dan dilakukan dengan sah atas restu orang tua.
5. Riwayat Haid
6. Riwayat Obstetris
pergerakan janin.
7. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
2. Pemeriksaan fisik
ibu
b) Kepala
gravidarum
palpebra,
tidak
secret
atau cairan.
tiroid
d) Dada
iga.
e) Payudara
lebih kencang
aerola
f) Jantung
intercostals V
g) Abdomen
merah
mengandung darah dari luka plasenta dan serabut dari deciduas
dan chorin.
dan
dan hypertaermi.
1) Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
ASI
makan
selain
distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut
5. Pola psikologis
6. Pola spiritual
3. Intervensi keperawatan
patogenik yang dapat 3. 070303 Cairan (Luka) yang menopang segmen bawah rahim
kemerahan,edema,ekimosis,cairan/
6. 070306 Piuria/nanah dalam
urin (3) nanah, dan perkiraan tepi luka)
sesuai kebutuhan
17. 070331 Lethargy (3)
2. Memonitor tanda-tanda vital
(3) syok
infuse,sesuai kebutuhan
20. 070320 Kolonisasi kultur
6. Memberikan oksitasin setelah
darah (3)
melahirkan, sesuai kebutuhan
sputum (3)
urin (3)
feses (3)
b.d Perubahan membrane 1. 040208 Tekanan parsial janin dengan melakukan auskultasi
defisit oksgenasi atau 3. 040210 pH arteri (3) tanda-tanda denyut jantung janin
eliminasi karbondioksida 4. 040212 Tidal karbondioksida 3. Melibatkan ibu dan orang yang
benar
hangat
perintah
12. Mendokumentasikan
8. Membantu klien
mengidentifikasi situasi
4. Hipertermi (00007) b.d Keparahan Infeksi : Baru Perawatan bayi baru lahir
Indikator : Aktivitas-aktivitas :
Definisi suhu inti tubuh
termoregulasi. hidung
2. 070802 Hipotermia (2) 2. Melakukan evaluasi
3. Mengukur dan
5. 070805 Bradikardi (2)
menimbang berat bayi
vital
9. 070809 Wajah pucat (2)
6. Mengukur lingkar
pengeluaran
16. 070816 Intoleransi makan 11. Membersihkan tali
diresepkan
17. 070817 Lethargy (2)
12. Menjaga talli pusar
dan tentram
25. 070825 Drainase purulen
(2)
darah (2)
urin (2)
feses (2)
(2)
bayi) pada areola dengan tepat motivasi ibu untuk menyusui dan
ibu
(2) pengobatan)
menelan (2)
8. 100109 Menghindari
9. 100110 Menghindari
(2)
(2)
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga
oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
(Mitayani,2013).
5. Evaluasi Keperawatan.
tersebut yang meliputi pemenuhan kebutuhan benar telah terpenuhi, rencana dapat
Evaluasi meliputi :
pasien )
masalah.
6. Dokumentasi Keperawatan
keperawatan yaitu sebagai segala sesuatu atau tercetak yang dapat diandalkan
Mitra Pemuda.
Antenatal”.
Jakarta : EGC.
Publishing.
Rahmawati, Eni nur. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya : Victory Inti
Cipta.
Sukowati, Umi dkk. 2010. Model Konsep & Teori Keperawatan ( Aplikasi pada