ABSTRAK
410
PENDAHULUAN
Kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman dari familia Moringaceae dan
merupakan tanaman tropis yang familiar bagi masyarakat Indonesia. Kelor dapat
tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan terhadap
musim kemarau dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan (Mendieta -
Araica et al., 2013). Kelor sudah dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan
sudah diperkenalkan sebagai salah satu pangan alternatif untuk mengatasi masalah
malnutrisi (Broin, 2010).Masyarakat Indonesia mengenal tanaman kelor sebagai
tanaman yang dikonsumsi untuk kebutuhan nutrisi sehari-hari, bahan pengobatan dan
ada sebagian masyarakat yang menggunakan untuk mengusir makhluk halus. Validasi
terapi kesehatan menggunakan kelor sampai saat ini terus dilakukan baik di negara
maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Daun kelor merupakan sumber antioksidan alami oleh karena
mengandung berbagai jenis senyawa seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat, dan
karotenoid (Anwar et al., 2005). Verna, et al (2009) melaporkan bahwa daun kelor
mengandung senyawa turunan fenol dalam jumlah major. Senyawa fenol maupun
turunannya sangat potensial sebagai penangkap radikal bebas oleh karena
kemampuannya untuk melepaskan satu elektron pada atom H dari gugus hidroksi (-
OH) untuk membentuk suatu radikal bebas. Radikal bebas dari fenol inilah yang akan
menangkap radikal-radikal bebas lain termasuk DPPH uttuk membentuk senyawa
yang lebih stabil. Foild, et al (2007) melaporkan kandungan fenol dalam daun kelor
segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar 1,6%.
Melihat berbagai khasiat dari daun kelor yang telah dilaporkan secara
etnobotani maka diperkirakan tanaman tersebut mengandung bermacam-macam
senyawa kimia yang berguna bagi kesehatan. Data untuk senyawa kimia pada daun
kelor sudah banyak di publikasikan tetapi kandungan senyawa daun kelor yang berasal
dari daerah Ende Nusa Tenggara Timur belum pernah ada yang meneliti. Mengingat
kandungan dan aktivitas dari senyawa metabolit sekunder sangat tergantung salah
satunya pada keadaan geografis dimana tanaman tersebut tumbuh serta scientific
evidence dari tanaman ini belum ada, maka sangat perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui kandungan metabolit sekunder apa saja yang ada pada tanaman Kelor
yang tumbuh didaerah Ende sekaligus mengetahui potensinya sebagai penangkap
radikal bebas DPPH.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan, seperangkat alat ekstraksi Soxhlet, seperangkat evaporator
Buchii, alat-alat gelas, oven. plat KLT, bejana KLT, lampu UV 254 dan 366 nm serta
spektrofotometer UV-Vis Genesys (Jepang). Bahan-bahan yang dipergunakan
meliputi daun kelor (Moringa oleifera), petroleum eter p.a (E. Merk), etanol p.a (E.
merck), HCl p.a (E. Merk), H2SO4 anhidrat p.a (E. Merk), asam asetat glasial p.a (E.
Merk), benzena p.a (E. Merk), serbuk logam Mg (Reidel de Haen), pereaksi Mayer,
pereaksi Wagner, pereaksi Dragendorff, AlCl3 p.a (E. Merk), FeCl3 (E. Merk), gelatin,
aseton p.a (E. Merk), dan akuades.
Cara kerja
Ekstraksi sampel daun kelor
Sebelum diekstraksi daun kelor dicuci, kemudian dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan pada ruangan dengan sirkulasi udara yang baik + 6-7 hari
sampai dau kelor benar-benar kering, kemudian di blender dan di ayak sehingga
berbentuk serbuk.
411
Serbuk kering daun kelor sebanyak 35 g diekstraksi secara sokhletasi
menggunakan 350 mL petroleum eter selama 6 jam. Residunya dikeringkan untuk
proses selanjutnya. Residu kemudian dimaserasi (direndam dalam etanol selama 24
jam disertai dengan pengadukan). Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan buchner
untuk memisahkan ekstrak etanol dari ampasnya. Filtrat yang terkumpul dipekatkan
dengan destilasi biasa.
412
diperoleh dari regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi senyawa
uji dengan persen penangkapan radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC 50 suatu
sampel uji maka sampel uji tersebut memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas
DPPH yang semakin kuat.
Hasil uji fitokimia pada daun kelor (Moringa oleifera) yang tumbuh di kota
Ende menunjukkan adanya kandungan senyawa flavonoid, fenolat, triterpenoid, dan
steroid. Pada tumbuhan flavonoid berfungsi pada proses fotosintesis, antimikroba, anti
virus. Aktivitas antioksidan juga dimiliki oleh komponen aktif flavonoid (Rajanandh,
et al., 2012). Beberapa senyawa bioaktif utama fenolatnya merupakan grup flavonoid
seperti kuersetin, kaempferol, dan lain-lain. Kuersetin merupakan antioksidan kuat
dengan kekuatan 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E yang
dikenal sebagai antioksidan potensial (Sutrisno, 2011). Flavonoid memberikan efek
perlindungan terhadap fungsi endotel dan menghambat agregat platelet, sehingga
dapat menunrunkan risiko penyakit jantung koroner. Flavonoid memiliki efek
hipotensi dengan mekanisme menghambat aktivitas Angiotensin I Converting Enzyme
(ACE), serta sebagai diuretik (Panjaitan dan Bintang, 2014). Flavonoid dapat
menghambat ACE, diketahu ACE memegang peran dalam pembentukan angiotensin
II yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Angiotensin II menyebabkan
pembuluh darah menyempit dan menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor
menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga aliran darah ke jantung menjadi
lancar dan menurunkan tekanan darah (Kane, et al 2009). Fenolat sebagian besar
adalah antioksidan yang menetralkan reaksi oksidasi dari radikal bebas yang dapat
413
merusak struktur sel dan berkontribusi terhadap penyakit dan penuaan. Salah satu
antioksidan dalam kelor yaitu zeatin, merupakan antioksidan kuat tertinggi dengan
sifat antipenuaan. Zeatin memperlambat proses penuaan dengan membantu
menggantikan sel-sel tubuh pada tingkat yang lebih cepat daripada usianya, sehingga
memberikan penampilan yang lebih muda pada kulit. Zeatin juga dari hasil penelitian
diketahui meningkatkan antioksidan yang bertindak melawan kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas selama proses penuaan sel dan melindungi sel-sel jahat
dari stres kehidupan sehari-hari (Kurniasih, 2013).
Triterpenoid dan steroid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal
dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon asiklik
yaitu skualena. Senyawa triterpenoid pada tumbuhan berfungsi sebagai pertahanan
terhadap serangga pengganggu pertumbuhan (Harbone, 1987). Steroid adalah satu
kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentana
perhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa ini memiliki
kegunaan dalam bidang farmasi yaitu digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat
(Tohir 2010). Kenyataannya sekarang ini steroida dianggap sebagai senyawa yang
terdapat pada hewan tetapi sekarang ini makin banyak juga ditemukan pada tumbuhan
(fitosterol). Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan.
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara
umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan di
kulit terluarnya (Winarsi, 2007). Radikal bebas dapat ditangkal atau diredam dengan
pemberian antioksidan atau dengan mengkonsumsi antioksidan (Halliwel, 2007).
Antioksidan yang terdapat di dalam daun kelor bekerja menetralkan radikal
bebas sehingga mencegah kerusakan oksidatif pada sebagian besar biomolekul dan
menghasilkan proteksi terhadap kerusakan oksidatif secara signifikan (Srelattha dan
Padma, 2012).
Nilai IC50 merupakan konsentrasi dimana ekstrak dapat menangkap radikal
bebas sebesar 50% yang diperoleh dengan memakai persamaan regresi linear y = a +
bx. Grafik dibuat dengan konsentrasi sampel uji (ppm) sebagai absis (sumbu x)
terhadap persen inhibisi sebagai ordinat (sumbu y). Menurut Blois (2005) suatu
senyawa memiliki antioksidan yang sangat kuat bila nilai IC 50 < 50 ppm, kuat bila nilai
IC50 bernilai 50-100 ppm, sedang bila nilai IC50 bernilai 100-150 ppm, dan lemah bila
nilai IC50 bernilai 151-200 ppm. Daun kelor yang berasal dari Ende memiliki IC50 4.33
ppm, berarti memiliki antioksidan yang sangat kuat.
SIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampel daun kelor yang diambil
di kota Ende Nusa Tenggara Timur mengandung senyawa flavonoid, fenolat,
triterpenoid, steroid, dan tanin, serta berpotensi sebagai antioksidan oleh karena
mampu menangkap radikal bebas DPPH dengan nilai IC 50 sebesar 4.33 mg/mL.
REFERENSI
Anwar, F. Latir, S. Ashraf, M. dan Gilan, A. 2007. Moringa Oleifera a Food Plant
with Multiple Medicinal Uses. Phytother. Res. 21:17-25
Broin. 2010. Growing and processing Moringa leaves. France: Imprimerie Horizon
Foild, N., Makkar, H., P., S. Becker. (2007). The Potential of Moringa Oleifera for
Agricultural and Industrial Uses. Mesir: Dar Es Salaam.
414
Harborne, J., B. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Penerjemah: Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 147.
Kane, S., R. Apte, V., A. Todkar, S., S, Mohite, S.,K. 2009. Diuretic and laxative
activity of ethanolic extract and its fractions of Euphorbia Thymifolia Linn. Int J
ChemTech Res. 1(2):149-152.
Krisnadi. 2015. Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi dan Pengembangan
Tanaman Kelor Indonesia.
Kurniasih. 2013. Khasiat dan Manfaat Daun Kelor untuk Penyembuhan Berbagai
Penyakit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mendieta, Spörndly, B., Reyes, N., Salmeròn, F., Haling, M. (2013). Biomass
production and chemical composition of Moringa oleifera under different planting
densities and levels of nitrogen fertilization. Agroforest. Syst. 87:81-92
Panjaitan, R., G., P. Bintang, M. 2014. Peningkatan kandungan kalium urin setelah
pemberian ekstrak sari buah belimbing manis (Averrhoa carambola). Jurnal
Veteriner.15(1) :108-13.
Rajanadh, M.G., Satishkumar, M.M., Elango, K., Suresh, B. 2012. Moringa Oleifera
Lam. A Herbal Medicine For Hyperlipedemia. A Pre – Clinical Report. Asian
Pacific Journal Tropical Disease. 2 : S 790 – S 795.
Rohman, A. dan Riyanto, S. 2005. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kemuning
(Murraya paniculata (L) Jack) secara In Vitro. Majalah Farmasi Indonesia.
16(3)136-140.
Sreelatha, S., Padma, P.R. 2009. Antioxidant Activity and Total Phenolic of Moringa
oleifera Leaves in Two Stage of Maturity. Plant Foods Hum Nutr. 64: 303-311.
Sutrisno. Lisawati. 2011. “Efek Pemberian Ekstrak Methanol Daun Kelor (Moringa
oleifera) Meningkatkan Apoptosis pada Sel Epitel Kolon Tikus (Rattus Norvegius)
Wistar yang Diinduksi 7,12 Dimethilbenz (α) Antrasen (DMBA)”(skripsi). Malang:
Universitas Brawijaya
415
Tohir, A., M. 2010. Teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa pestisid anabatic untuk
menurunkan palatabilitas ulat grayak (spodoptera liturafabr.). Buletin Teknik
Pertanian.15(1): 37-40.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas : Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
416