Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA


“MASSA JENIS DAN BOBOT JENIS”

DISUSUN OLEH :

A. NUR ABDILLAH : PO713251191002


ERIKA RANDA PAEMBONG : PO713251191006
FITRIYANTI SAMAD : PO713251191008
HARTINI HAMSURI : PO713251191009
HUSNAH SUL : PO713251191012
HUSNUL KHAIRIYAH : PO713251191013
MAWADDAH WARAHMAH : PO713251191018
MEYLINDA ZALZABILA. A : PO713251191019
MUH. KHAIDIR : PO713251191020
MUSDALIFAH KARTIKA : PO713251191022
NINING PRATIWI : PO713251191024
NIRWANA ALANG : PO713251191025

KELOMPOK :2
HARI PRAKTIKUM : KAMIS
PEMBIMBING : DWI RACHMAWATY D, S.Farm, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Percobaan
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
B. Uraian Bahan
BAB III METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
B. Bahan yang digunakan
C. Perhitungan
D. Cara kerja
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bobot jenis suati zat adalah perbandingan antara bobot zat ditimbang dengan
volume zat pada suhu tertentu (Biasanya 25°C), sedangkan rapat jenis adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu
tertentu (Biasanya dinyatakan sebagai 25°/25°, 25°/4°, 4°/4°). Untuk bidang
farmasi, biasanya 25°/25° (Anonim,2006).

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang
sama ditimbang saudara pada suhu yang sama (Anonim, 1979).

Menurut definisi, massa jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam


desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang
sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang
telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat,
hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis
terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat
untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah
dimurnikan (Angel H.C,1989).

Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan poknometer, neraca hidrostatik (neraca air) , neraca Morh-
Westphal dan neraca argometer (Sutoyo, 1993).

Metode piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa


cairan dan penentuan ruangan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer
dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan
piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tertentu
(20°C). Ketelitian metode piknometer akam bertambah sampai suatu optimum
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimum ini terletak
sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipebpiknometer, yaitu tipe botol dengan tipe
pipet (Roti, HermNJ, 1994).
B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara penentuan berat jenis dan rapat jenis
dengan metode tertentu.

2. Tujuan percobaan

Menentukan massa jenis dan bobot jenis dari air suling, gliserol, parafin,
alkohol dan minyak kelapa dengan menggunakan piknometer dan
hydrometer.

C. Prinsip Percobaan

Menentukan massa jenis dan bobot jenis cairan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.
Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Jika
keeapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis
merupakan bilangan abstrak (Angel, 2006).

Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temoeratur
tertentu. Sifat ini merupakan masalah satu sifat fisika yang paling
sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang oaling
definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian suatu zat (Martin, 1993).

Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang memengaruhi
sifat karakteristik "pemadatan" ("Packing Characteristic"). Dalam sistem
matriks kerapatan diukur dengan gram/mililiter (untuk cairan) atau
gram/cm² (Margin, 1993).

Kerapatan dan berat jenis Ahli farmasi seringkali mempergunakan besaran


pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.
Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut suatu massa dan
volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan
tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cas dalam gram/centimeter
kubik (gram/cm³) (Margin, 1993).

Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa


dimensi, yang dapat diubah menjadi kenyataan dengan menggunakan
rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan
kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu
ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang
khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisninya, sangat lemah, akan
lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 1993).

Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai


perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air
yang sama Pada suhu 4°C atau temperatur lain yang tertentu. Notasi
berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis 25°C/25°C,
25°C/4°C, dan 4°C/4°C.

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe


piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain (Martin,
1993).

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis


yaitu (Lachman, 1994) :

1. Bobot jenis sejati

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang


terbuka dan tertutup.

2. Bobot jenis nyata

Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang


terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.

3. Bobot jenis efefektif

Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan
tertutup, seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias).
Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat
digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa
aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi (Lachman, 1994).

Metode penentuan untuk zat cairan (Ansel: 466).

a. Metode piknometer

Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan


penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian
metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

b. Metode neraca hidrostatik

Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda


yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar
berat volume cairan yang terdesak.

c. Metode neraca Mohr-Westphal

Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan


yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan
bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca
Mohr-Westphal adalah penggunaan waktu yang singkat dan mudah
dilaksanakan.

d. Metode areometer

Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan


benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya
tabung gelas tercelup yang sepuhan diberkati dan pada kedua
ujung ditutup dengan pelelehan.

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI III hal.96)

Nama resmi : AQUA DESTILATA

Nama lain : Air Suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.

Kelarutan : -

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


Kegunaan : Sebagai sampel

2. Alkohol (FI III hal. 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol, Alkohol

RM/BM : -

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan


dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,


ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Gliserin (FI III hal. 271)

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : Gliserol, gliserin

RM/BM : C3H8O3/92,10

Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama
pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa jalur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20°.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,


praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak
lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel


4. Parafin (FI III hal. 474)

Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama Lain : Parafin Cair

RM/BM : -

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak


berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam sendang dalam etanol (95%) P,


larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terkandung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai sampel.

5. Minyak kelapa (FI III hal. 456)

Nama Resmi : OLEUM COCOS

Nama Lain : Minyak kelapa

RM/BM : -

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas,
tidak tengik.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60°,


sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,


ditempat sejuk.

Kegunaan : Sebagai sampel.

BAB III
METODE KERJA

A. Alat yang digunakan

1. Piknometer

2. Hidrometer

3. Timbangan analitik

4. Gelas ukur 250 ml

5. Gelas kimia

6. Pipet tetes

7. Lap kasar

8. Tissu

B. Bahan yang digunakan

1. Aquadest

2. Alkohol

3. Gliserin

4. Parafin

5. Minyak kelapa

C. Perhitungan

1. Piknometer

a. Aquadest

Diketahui : Berat piknometer + Sampel = 75,73

Berat piknometer kosong = 26,40

Volume piknometer = 50 ml
Ditanyakan : MJ & BJ aquadest...?

Penyelesaian :

Berat piknometer +sampel− piknometer kosong


MJ =
volume piknometer
75,73−26,40
=
50 ml
= 0,9866 g/ml

MJ sampel
BJ =
MJ air
0,8966
=
0,9866
=1
b. Alkohol

Diketahui : Berat piknometer + Sampel = 18,90

Berat piknometer kosong = 11,08

Volume piknometer = 10

Ditanyakan : MJ & BJ alkohol...?

Penyelesaian :

Berat piknometer +sampel− piknometer kosong


MJ =
volume piknometer
18,90−11,08
=
10 ml
= 0,782 g/ml

MJ sampel
BJ =
MJ air
0,782
=
0,9866
= 0,7926
c. Gliserin

Diketahui : Berat piknometer + Sampel = 59,82

Berat piknometer kosong = 17,50

Volume piknometer = 25 ml

Ditanyakan : MJ & BJ gliserin...?

Penyelesaian :

Berat piknometer +sampel− piknometer kosong


MJ =
volume piknometer
59,83−17,50
=
25 ml
= 1,6932 g/ml

MJ sampel
BJ =
MJ air
1,6932
=
0,9866
= 1,7161

d. Parafin

Diketahui : Berat piknometer + Sampel = 65,75

Berat piknometer kosong = 24,50

Volume piknometer = 50 ml

Ditanyakan : MJ & BJ parafin...?

Penyelesaian :
Berat piknometer +sampel− piknometer kosong
MJ =
volume piknometer
65,75−24,50
=
50 ml
= 0,8252 g/ml

MJ sampel
BJ =
MJ air
0,8252
=
0,9866
= 0,8364
e. Oleum cocos

Diketahui : Berat piknometer + Sampel = 38,47

Berat piknometer kosong = 15,45

Volume piknometer = 25 ml

Ditanyakan : MJ & BJ ol.cocos...?

Penyelesaian :

Berat piknometer +sampel− piknometer kosong


MJ =
volume piknometer
38,47−15,45
=
25 ml
= 0,9208 g/ml

MJ sampel
BJ =
MJ air
0,9208
=
0,9866
= 0,9333
2. Hidrometer

a. Aquadest

Batas atas = 2 → 0,950

Batas bawah = 8 → 1,000

0,05
1,000 - 0,950 = = 0,005
10

BA = 0,950 + (2 x 0,005) = 0,950 + 0,01 = 0,96

BW = 1,000 - (8 x 0,005) = 1,000 - 0,04 = 0,96

b. Alkohol

Batas atas = 6 → 0,750

Batas bawah = 4 → 0,800

0,05
0,800 - 0,750 = = 0,005
10

BA = 0,750 + (6 x 0,005) = 0,950 + 0,03 = 0,78

BW = 0,800 - (4 x 0,005) = 0,800 - 0,02 = 0,78

c. Gliserin

Batas atas = 5 → 1,200

Batas bawah = 5 → 1,400

0,2
1,400 – 1,200 = = 0,02
10

BA = 1,200 + (5 x 0,02) = 1,200 + 0,1 = 1,3

BW = 1,400 - (5 x 0,02) = 1,400 - 0,1 = 1,3

d. Parafin
Batas atas = 1 → 0,800

Batas bawah = 9 → 0,850

0,05
0,850 - 0,80 = = 0,005
10

BA = 0,800 + (1 x 0,005) = 0,800 + 0,005 = 0,805

BW = 0,850 - (9 x 0,005) = 0,850 - 0,045 = 0,805

e. Oleum cocos

Batas atas = 7 → 0,850

Batas bawah = 3 → 0,900

0,05
0,900 - 0,850 = = 0,005
10

BA = 0,850 + (7 x 0,005) = 0,850 + 0,035 = 0,885

BW = 0,900 - (3 x 0,005) = 0,900 - 0,015 = 0,885

D. Cara kerja

1. Mengukur massa jenis menggunakan piknometer

a. Dibersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas


tetesan air dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest,
bilas dengan pelarut aseton atau alkohol 96%.

b. Dipanaskan piknometer pada suhu 100°C selama 1 jam,


kemudian masukkaan kedalam eksikator sampai dingin.
Timbang dalam neraca analitik (massa a gram).

c. Diisikan air suling yang akan diukur kedalam piknometer


hingga penuh

d. seluruh piknometer mencapai derajat 20 derajat menggunaksn


termometer.
e. Setelah suhu mencapai tepat 25 derajat segera piknometer
ditutul dan lap dengan kain bersih. Biarkan pada suhu kamar
dan timbanng secara teliti menggunakan neraca analitik (massa
b gram)

f. Dihitung massa jenis = (b-a) gram/volume ml.

2. Menggunakan bovot jenis menggunakan hidrometer

a. Diambil gekas ukur 250 ml, selanjutnya masukkan cairan yang


akan diukur.

b. Cari literatur di pustaka bobot jenis masing-masing sampel.

c. Pilihlah hidrometer yang sesuai BJ di pustaka.

d. Hidrometer yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu.

e. Dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah berisi cairan yang


akan diperiksa.

f. Dicatat angka yang bertanda tepat dipermukaan cairan. Angka


tersebut menunjukkan bobot jenisnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Piknometer

AN Nama Volume Berat Berat Pikno MJ BJ


O Sampel Piknometer Pikno + Sampel
(ml) Kosong (gram)
(gram)

1. Aquadest 50 ml 26,40 75,73 0,9866 1

2. Alkohol 10 ml 11,08 18,90 0,782 0,7926

3. Gliserin 25 ml 17,50 59,83 1,6932 1,7161

4. Parafin 50 ml 24,50 65,76 0,8252 0,8364

5. Ol.Cocos 25 ml 15,45 38,47 0,9208 0 9333

2. Hidrometer

NO Nama Sampel BJ (Pustaka) BJ Percobaan

1. Aquadest 0,997 - 1,000 0,96

2. Alkohol 0,8119 - 0,8139 0,78

3. Gliserin 1,255 - 1,260 1,3

4. Parafin 0,870 - 0,890 0,805


5. Oleum cocos 0,940 - 0,950 0,885

B. Pembahasan

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dam dinyatakan dalam decimal.
Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Dalam
bidang farmasi bobot jenis dam rapat jenis suatu zat atau cairan yang
digunakan sebagai salah satu metode yang berperan dalam menentukan
senyawa cairan dan dapat pula digunakan untuk uji identitas dan kemurniam
dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan atau daya larut suatu obat.

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pikrometer dan hidrometer.
Piknometer digunakan untuk mencari massa jenis. Piknomter terbuat dari kaca
untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10 ml-50 ml. Sedangkan
hidrometer digunakan untuk mencari bobot jenis yang terbuat dari kaca dan
terdiri dari batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri atau
tembakan timah untuk membuatnya mengapung tegak. Sampel yang
digunakan yaitu aquadest, alkohol, gliserin, parafin dan oleum cocos.

Untuk melakukan percobaan ini, piknometer dibersihkan dengan aquadest


kemudia dibilas dengan alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer
kosong tersebut. Pembilasan ini dilakukan untuk menghilangkan sisa dari
pembersihan, karena biasanya pada saat pencucian dapat meninggalkan
tetesan pada dinding-dinding alat yang dibersihkan, sehingga dapat
mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya dapat
mempengaruhi nilai bobot jenis.

Setelah piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah


piknometer keringaka ditimbang pada timbangan analitis dalam keadaan
kosong. Setelah ditimbang kosong, piknometer diisikan dengan sampel.
Adapun kuntungan dari piknometer yaitu mudah dalam pengerjaan,
sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suati zat adalah :

 Suhu, pada suhu yang tinggi bahan yang dukur berat jenisnya dapat
menguap seperti halnya etano 70%, sehingga dapat mempengaruhi bobot
jenisnya dan kerapatan meningkat. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil pada suhu 25°C (suhu kamar).

 Volume, jika volume besar maka bobot jenusnya akan berpengaruh pada
massa zat itu sendiri. Dimana ukuran partikel dari zat bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat memengaruhi bobot jenisnya.

 Tekanan, jika tekanan tinggi maka volume yang ditumpahkan pada zat
dinding luar piknometer meningkat dan volume yang ada didalamnya
menjadi lebih sedikit.

 Konsentrasi, dalam suatu zat tinggi dalam kerapatannya pun meningkat


dan menghasilkan bobot jenis yang lebih meningkat.

 Kekentalan/viskositas, suatu zat dapat juga memengaruhi berat jenisnya.

Pada percobaan ini didapatkan hasil berat sampel pada air 75,73 gram, alkohol
18,90 gram, gliserin 59,83 gram, parafin 65,76 gram dan oleum cocos 38,47
gram dan untuk bobot jenis aquadest 1 g/ml, alkohol 0,7936 g/ml, gliserin
1,7161 g/ml, parafin 0,8364 g/ml dan oleum cocos 0,9333 g/ml.

Metode yang kedua yaitu metode hidrometer, disiapkan gelas ukur 250 ml dan
hidrometer, kemudian celupkan hidrometer kenalan gelas ukur 250 ml yang
berisikan sampel (aquadest, alkohol, gliserin, parafin dan Oleum cocos).

Pada hidrometer memiliki prinsip kerja menggunakan Hukum Archimedes,


yang menyatakan bahwa benda yang tercelup kedalam fluida mengalami gaya
ke atas seberat fluida yang dipindahkan. Didalam hidrometer terdapat zat cair
yang massa jenisnya lebih besar daripada massa jenis air, dan dibagian bawah
hidrometer terdapat timbal yang berfungsi untuk membuat tabung kaca
terapung tegak disalam fluida yang akan diukur massa jenisnya. Proses
pengukuran massa jenis zat cair menggunakan hidrometer dilakukan dengan
cara menentukan hidrometer kedalaman zat cair tersebut. Angka yang
ditunjukkan oleh hidrometer telah dikeluarkan sehingga akan menunjukkan
nilai massa jenis zat cair yang diukur.
Berdasarkan hasil praktiku yang telah dilakukan dengan menggunakan
beberapa zat cair yaitu aquadest, alkohol, gliserin, parafin dan Oleum cocos,
diperoleh bobot jenis is yang berbeda-beda dari masing-masing zat cair yang
diuji. Pada hasil percobaan ini didapati bahwa BJ untuk aquadest adalah 0,96
g/ml, BJ untuk alkohol adalah0, 78 g/ml, BJ untuk gliserin adalah 1,3 g/ml, BJ
untuk parafin adalah 0,805 g/ml dan BJ oleum cocos adalah 0,885 g/ml.
Berdasarkan literatur FI edisi III, BJ untuk aquadest 0,997 g/ml, BJ untuk
alkohol adalah 0,8119 g/ml, BJ untuk gliserin adalah 1,255 g/ml, BJ untuk
parafin adalah 0,870 g/ml dan BJ untuk oleum cocos adalah 0,940 g/ml.
Namun dari semua zat cair yang di ukur bobot jenisnya, gliserin memiliki
bobot jenis yang paling berat dari yang lainnya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan berat jenis
semua bahan dan kerapatan yang diperoleh dengan piknometer adalah sebagai
berikut :

1. Kerapatan merupakan perbandingan massa per volume suatu zat pada suhu
yang dikehendaki. Berbeda halnya dengan berat jenis, berat jenis
merupakan perbandingan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air.
2. Kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin besar massa
benda maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan
semakin besar nilai volumenya maka semakin kerapatan yang dimiliki.
3. Bobot jenis dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai kerapatan, semakin
besar kerapatan maka berat berat jenis juga semakin besar.
4. Penyimpangan dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya, kesalahan
penimbangan, cara penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan
suhu yang terlalu cepat, piknometer belum benar-benar keringdan
bersih,volume air yang di masukkan ke dalam piknometer tidak tepat,
kebersihan, dan sampel yang terkontaminasi.

B. Saran

Padas saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue, jangan


menggunakan tangan secara langsung, karena dikhawatirkan lemak yang
terdapat pada tangan akan menempel di piknometer sehingga akan menambah
berat piknometer.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen pom.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen kesehatan RI:Jakarta.

Arisanty, dkk.2015.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.Poltekkes Kemenkes


Makassar:Makassar.

Yusi Anda Rizky.2010. Kerapatan dan Bobot jenis di https://docplayer.info (di akses
8 Maret)

AbukKhair Abdullah,dkk.2013.Berat Jenis dan Rapat Jenis di


https://www.slideshare.net (di akses 8 Maret)
Ashry Nurrachmah,dkk.2015.Laporan praktikum Farmasi Fisika Bobot Jenis di
https://www.academia.edu (di akses 8 Maret)

Anda mungkin juga menyukai