JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :2
HARI PRAKTIKUM : KAMIS
PEMBIMBING : DWI RACHMAWATY D, S.Farm, M.Kes
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Percobaan
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
B. Uraian Bahan
BAB III METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
B. Bahan yang digunakan
C. Perhitungan
D. Cara kerja
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bobot jenis suati zat adalah perbandingan antara bobot zat ditimbang dengan
volume zat pada suhu tertentu (Biasanya 25°C), sedangkan rapat jenis adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu
tertentu (Biasanya dinyatakan sebagai 25°/25°, 25°/4°, 4°/4°). Untuk bidang
farmasi, biasanya 25°/25° (Anonim,2006).
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang
sama ditimbang saudara pada suhu yang sama (Anonim, 1979).
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan poknometer, neraca hidrostatik (neraca air) , neraca Morh-
Westphal dan neraca argometer (Sutoyo, 1993).
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan berat jenis dan rapat jenis
dengan metode tertentu.
2. Tujuan percobaan
Menentukan massa jenis dan bobot jenis dari air suling, gliserol, parafin,
alkohol dan minyak kelapa dengan menggunakan piknometer dan
hydrometer.
C. Prinsip Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.
Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Jika
keeapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis
merupakan bilangan abstrak (Angel, 2006).
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temoeratur
tertentu. Sifat ini merupakan masalah satu sifat fisika yang paling
sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang oaling
definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan
kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang memengaruhi
sifat karakteristik "pemadatan" ("Packing Characteristic"). Dalam sistem
matriks kerapatan diukur dengan gram/mililiter (untuk cairan) atau
gram/cm² (Margin, 1993).
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan
tertutup, seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias).
Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat
digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa
aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi (Lachman, 1994).
a. Metode piknometer
d. Metode areometer
B. Uraian Bahan
RM/BM : H2O/18,02
Kelarutan : -
RM/BM : -
RM/BM : C3H8O3/92,10
RM/BM : -
RM/BM : -
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas,
tidak tengik.
BAB III
METODE KERJA
1. Piknometer
2. Hidrometer
3. Timbangan analitik
5. Gelas kimia
6. Pipet tetes
7. Lap kasar
8. Tissu
1. Aquadest
2. Alkohol
3. Gliserin
4. Parafin
5. Minyak kelapa
C. Perhitungan
1. Piknometer
a. Aquadest
Volume piknometer = 50 ml
Ditanyakan : MJ & BJ aquadest...?
Penyelesaian :
MJ sampel
BJ =
MJ air
0,8966
=
0,9866
=1
b. Alkohol
Volume piknometer = 10
Penyelesaian :
MJ sampel
BJ =
MJ air
0,782
=
0,9866
= 0,7926
c. Gliserin
Volume piknometer = 25 ml
Penyelesaian :
MJ sampel
BJ =
MJ air
1,6932
=
0,9866
= 1,7161
d. Parafin
Volume piknometer = 50 ml
Penyelesaian :
Berat piknometer +sampel− piknometer kosong
MJ =
volume piknometer
65,75−24,50
=
50 ml
= 0,8252 g/ml
MJ sampel
BJ =
MJ air
0,8252
=
0,9866
= 0,8364
e. Oleum cocos
Volume piknometer = 25 ml
Penyelesaian :
MJ sampel
BJ =
MJ air
0,9208
=
0,9866
= 0,9333
2. Hidrometer
a. Aquadest
0,05
1,000 - 0,950 = = 0,005
10
b. Alkohol
0,05
0,800 - 0,750 = = 0,005
10
c. Gliserin
0,2
1,400 – 1,200 = = 0,02
10
d. Parafin
Batas atas = 1 → 0,800
0,05
0,850 - 0,80 = = 0,005
10
e. Oleum cocos
0,05
0,900 - 0,850 = = 0,005
10
D. Cara kerja
A. Hasil
1. Piknometer
2. Hidrometer
B. Pembahasan
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dam dinyatakan dalam decimal.
Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Dalam
bidang farmasi bobot jenis dam rapat jenis suatu zat atau cairan yang
digunakan sebagai salah satu metode yang berperan dalam menentukan
senyawa cairan dan dapat pula digunakan untuk uji identitas dan kemurniam
dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan atau daya larut suatu obat.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pikrometer dan hidrometer.
Piknometer digunakan untuk mencari massa jenis. Piknomter terbuat dari kaca
untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10 ml-50 ml. Sedangkan
hidrometer digunakan untuk mencari bobot jenis yang terbuat dari kaca dan
terdiri dari batang silinder dan bola pembobotan dengan merkuri atau
tembakan timah untuk membuatnya mengapung tegak. Sampel yang
digunakan yaitu aquadest, alkohol, gliserin, parafin dan oleum cocos.
Suhu, pada suhu yang tinggi bahan yang dukur berat jenisnya dapat
menguap seperti halnya etano 70%, sehingga dapat mempengaruhi bobot
jenisnya dan kerapatan meningkat. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil pada suhu 25°C (suhu kamar).
Volume, jika volume besar maka bobot jenusnya akan berpengaruh pada
massa zat itu sendiri. Dimana ukuran partikel dari zat bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat memengaruhi bobot jenisnya.
Tekanan, jika tekanan tinggi maka volume yang ditumpahkan pada zat
dinding luar piknometer meningkat dan volume yang ada didalamnya
menjadi lebih sedikit.
Pada percobaan ini didapatkan hasil berat sampel pada air 75,73 gram, alkohol
18,90 gram, gliserin 59,83 gram, parafin 65,76 gram dan oleum cocos 38,47
gram dan untuk bobot jenis aquadest 1 g/ml, alkohol 0,7936 g/ml, gliserin
1,7161 g/ml, parafin 0,8364 g/ml dan oleum cocos 0,9333 g/ml.
Metode yang kedua yaitu metode hidrometer, disiapkan gelas ukur 250 ml dan
hidrometer, kemudian celupkan hidrometer kenalan gelas ukur 250 ml yang
berisikan sampel (aquadest, alkohol, gliserin, parafin dan Oleum cocos).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan berat jenis
semua bahan dan kerapatan yang diperoleh dengan piknometer adalah sebagai
berikut :
1. Kerapatan merupakan perbandingan massa per volume suatu zat pada suhu
yang dikehendaki. Berbeda halnya dengan berat jenis, berat jenis
merupakan perbandingan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air.
2. Kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin besar massa
benda maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan
semakin besar nilai volumenya maka semakin kerapatan yang dimiliki.
3. Bobot jenis dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai kerapatan, semakin
besar kerapatan maka berat berat jenis juga semakin besar.
4. Penyimpangan dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya, kesalahan
penimbangan, cara penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan
suhu yang terlalu cepat, piknometer belum benar-benar keringdan
bersih,volume air yang di masukkan ke dalam piknometer tidak tepat,
kebersihan, dan sampel yang terkontaminasi.
B. Saran
Yusi Anda Rizky.2010. Kerapatan dan Bobot jenis di https://docplayer.info (di akses
8 Maret)