Kajian Eksternalitas Budidaya Kepiting Rajungan Di Desa Kading Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone
Kajian Eksternalitas Budidaya Kepiting Rajungan Di Desa Kading Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone
OLEH:
A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi sebagai suatu disiplin ilmu, telah berusia lebih dari dua abad.
Bermula sejak tahun 1776 ketika Adam Smith menulis buku yang berjudul The
Wealth of Nations. Setelah itu, ilmu ekonomi berkembang dalam banyak tahapan,
Karl Marx melakukan kritik besar-besaran tentang kapitalisme dalam bukunya yang
berjudul Das Kapital. Selanjutnya John Maynard Keynes pada tahun 1935 dengan
bukinya berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money.
Beberapa pandangan ketiga tokoh tersebut mendapatkan perhatian dalam pemikiran
ahli-ahli ekonomi masa ini (Akhmad, 2014).
Beberapa pakar ekonomi yang mendefinisikan ilmu ekonomi:
Menurut Alfred Marshal, ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang pemanfaatan
sumber daya yang langka untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak
terbatas.
Menurut Walter Nicholson, ilmu ekonomi adalah bagian dari iomu sosial yang
mempelajari perilaku manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut Paul A. Samuelson, ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang perilaku
orang dan masyarakat dalam memilih menggunakan sumber daya yang langka
dan memiliki berbagai alternatif penggunaan, dalam upaya memproduksi
berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di
masa yang akan datang kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam
masyarakat.
Ekonomi mikro mempelajari tentang kegiatan - kegiatan ekonomi secara
individual. Teori Ekonomi Mikro juga sering disebut Teori Harga (Price Teory). Hal ini
disebabkan karena setiap barang ekonomis baik itu berupa output maupun input
pasti akan memiliki harga. Seandainya barang itu tidak memiliki harga (price) maka
teori ekonomi pasti tidak akan ada (Rusmijati, 2017).
Ekonomi mikro adalah ilmu ekonomi yang khusus embahas perilaku unit
ekonomi yang lebih kecil (mikro) memfokuskan kepada, misalnya: harga pasar,
perilaku konsumen, perlaku produsen, dan lain sebagainya. Materi ekonomi mikro
bertumpu pada prinsip-prinsip yang dipakai sebagai pengambilan keputusan
seorang komsumen, dan prinsip-prinsip yang dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan produsen atau sebuah badan usaha. Dengan demikian pembahasan
dalam ekonomi mikro umumnya berhubungan dengan aktivitas dalam unit-unit lebih
kecil secara individu-individu dengan fokus pembahasannya adalah rumah tangga
perseorangan dan perusahaan (Syamsudin & Karya, 2018).
Eksternalitas (eksternality) muncul ketika seseorang terlibat dalam kegiatan
yang mempengaruhi kesejahteraan orang lain, namun tidak membayar dan atau
menerima kompensasi atas dampak tersebut. Apabila dampak yang di timbulkan
oleh kegiatan itu buruk, maka disebut eksternalitas negatif. Sebaliknya apabila
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut adalah baik, maka disebut
eksternalitas positif (Akhmad, 2014).
B. Jenis - Jenis Eksternalitas
Penawaran adalah jumlah komoditi (barang dan jasa) yang ditawarkan pada
tingkat harga dam pasar tertentu, serta periode waktu tertentu. Fungsi yang
menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa dengan harga barang
tersesebut disebut fungsi penawaran. Artinya banyak sedikitnya barang atau jasa
yang dijual tergantung pada tinggi rendahnya barang (Syamsudin & Karya, 2018).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang yaitu:
1. Harga jual barang yang ditawarkan;
2. Penawaran input yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang tersebut;
3. Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut;
4. Harapan memperoleh laba dalam penawaran barang tersebut;
5. Faktor lain yang tak terkendali (iklim, cuaca, stabilitas sospol dan sebagainya).
Pada umumnya hukum penawaran menyatakan bahwa: Semakin tinggi harga
suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang yang akan ditawarkan oleh
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang, maka semakin sedikit jumlah
barang yang ditawarkan (Syamsudin & Karya, 2018).
Rajungan merupakan salah satu komoditas penting perikanan. Sampai saat ini
seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan dari hasil tangkapan di
laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi di alam. Penangkapan
induk dan benih yang berlebihan dapat mengakibatkan berkurangnya kelimpahan
benih rajungan di alam. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan benih
tersebut, diperlukan unit-unit pembenihan yang dapat menghasilkan benih dengan
jumlah yang mencukupi, berkualitas tinggi, dan tidak tergantung kepada alam.
Langkah awal untuk meningkatkan produksi rajungan dari sektor budidaya adalah
penyediaan benih rajungan siap tebar. Perbaikan teknologi pembenihan masih terus
diupayakan untuk memperoleh perbaikan dalam peningkatan tingkat kelangsungan
hidup larva (Mardjono dkk, 2002).
Penangkapan rajungan dengan menggunakan alat tangkap bubu telah banyak
digunakan mulai dari skala kecil, menengah, sampai skala besar. Penggunaan bubu
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan alat tangkap lain, yaitu
merupakan alat tangkap yang selektif dan ramah lingkungan; hasil tangkapan
memiliki tingkat kesegaran yang tinggi; daya tangkapnya bisa diandalkan; dan bisa
dioperasikan di tempat-tempat di mana alat tangkap lain tidak bisa dioperasikan
(BBPPI, 2014). Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan jenis kepiting yang
memiliki habitat alami hanya di laut. Jenis ini biasanya ditemukan dalam pasang
surut dari Samudera Hindia dan Samudra Pasifik dan Timur Tengah sampai pantai
di Laut Mediterania. Rajungan sangat populer dimanfaatkan sebagai sumber pangan
dengan harga yang cukup mahal. Rajungan lebih suka tinggal terkubur di bawah
pasir atau lumpur. Binatang ini keluar untuk mencari makan selama pasang tinggi
untuk mencari makanannya yaitu organisme seperti ikan dan alga. Berbeda dengan
kepiting, rajungan tidak dapat bertahan untuk waktu yang lama jika keluar dari air
(Setiyowati, 2016).
F. Faktor Produksi
Adapun sumber data yang digunakan dalam praktek lapang ekonomi mikro ini
adalah:
1. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama).
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada
atau dari pemerintah setempat.
IV.PEMBAHASAN
1. Letak Geografis
Kabupaten Bone merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Propinsi
Sulawesi Selatan, tepatnya sekitar 174 kilometer sebelah timur Kota Makassar.
Secara geografis Kabupaten Bone memiliki letak yang sangat strategis karena
merupakan pintu gerbang pantai timur Sulawesi Selatan yang merupakan pantai
barat Teluk Bone. Salah satu kecamatan yang menjadi sentra pengembangan
kepiting rajungan adalah Kecamatan Barebbo. Wilayah ini memiliki luas panjang
garis pantai 138 km yang terbagi kedalam 18 desa/kelurahan diantaranya Desa
Kading dengan luas wilayah 11,420 Km2.
Desa Kading memiliki 4 dusun salah satunya adalah Dusun Kapung Baru.
Dusun tersebut melakukan usaha penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus spp.)
berganti berdasarkan musim. Pada musim timur dan musim barat masyarakat
melakukan penangkapan rajungan. Dilihat dari ukuran rajungan, harga jual rajungan
yang besar berkisar Rp 40.000 - 43.000/Kg.
Umumnya metode penangkapan kepiting rajungan yang digunakan adalah
rakkang. Rakkang adalah alat yang terbuat dari bahan bambu dan tali plastik. Satu
bilah bambu dibentuk menjadi tongkat pada bagian ujung bawah runcing. Satu bilah
bambu lainnya dibentuk lingkaran berfungsi sebagai tempat anyaman tali plastik.
rakkang hanya bisa digunakan untuk menangkap kepiting rajungan di perairan yang
dangkal di sekitar pantai.
2. Sarana dan Prasarana
No Jenis Jumlah
1. Masjid 2
2. Kantor desa 1
3. Sekolah Dasar 2
4. Sekolah Menengah Pertama 1
5. Sekolah Menengah Atas 1
Adapun data responden yang didapatkan pada praktek lapang ekonomi mikro
Sehingga,
Output
Produktivitas=
Input
2.236.000
Produktivitas=
1.131.600
Produktivitas=¿ 1,97
Jadi, produktivitas dari responden 1 dimusim paceklik adalah sebesar 1,97
dimana artinya >1 yang artinya usaha yang dilakukan layak untuk diteruskan.
2. Musim Non Paceklik
a. Biaya Tetap
1) Perahu = Rp. 4.500.000
4.500 .000
=
60 Bulan
=Rp 7.5000
2) Mesin = Rp. 450.000,-
450.000
=
36 Bulan
= Rp 12.500
3) Rakkang = Rp. 50.000,-
50.000
=
12 Bulan
= Rp 4.100
Total Biaya Tetap = Rp. 7.5000 + Rp 12.500 + Rp. 4.100
= Rp 91.600,-
b. Biaya Variabel
1. Umpan = 26 Kg × Rp 10.000 = Rp 260.000,-
2. Bahan Bakar = Rp. 30.000 x 26 hari
= Rp 780.000,-
Total Biaya Variabel = Rp. 260.000 + Rp. 780.000
= Rp 1.040.000,-
c. Pengolahan Data
1. Output = Hasil Panen × Harga
= 156 Kg × Rp 43.000
= Rp 6.708.000,-
2. Input = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 91.600 + Rp.1.040.000
= Rp .1.131.600,-
Sehingga,
Output
Produktivitas=
Input
6.708.000
Produktivitas=
1.131.600
Produktivitas=¿ 5,92
Jadi, produktivitas dari responden 1 dimusim non paceklik adalah sebesar 5,92
dimana artinya >1 yang artinya usaha yang dilakukan layak untuk diteruskan.
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa hasil pendapatan dari kedua
responden mengalami penurunan pada musim paceklik. Produktivitas tertinggi
terdapat pada responden pertama dan terendah pada responden kedua. Perbedaan
produktivitas dari kedua responden diatas dipengaruhi oleh jumlah input yang
digunakan untuk budidaya kepiting rajungan. Dibawah ini merupakan kurva
perbandingan tingkat produktivitas hasil panen antara musim paceklik dengan non
peceklik.
Produktivitas
6
5 4,06
4
3 1,35
2
1
Produktivitas
5 5,92
2 1,97
1
Kurva produktivitas responden kedua pada musim non paceklik produktivitasnya
0 non-paceklik
mencapai 5,92 dan pada Paceklikmencapai 1,97. Hal ini
musim paceklik produktivitasnya
disebabkan karena hasil panen pada musim non-paceklik sebesar 156 kg, dibanding
pada musim paceklik yaitu 52 kg.
Adapun perbandingan antara produktivitas pada musim Non Paceklik dan
musim paceklik terdapat pada gambar di bawah ini.
Produktivitas
5,92
5
4,06
4
2 1,35 1,97
1
0 non-paceklik Paceklik
Dari kurva diatas dapat dilihat selisih produktivitas antara responden pertama
dan kedua, dimana responden kedua lebih tinggi produktivitasnya dibanding dengan
responden pertama.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktik lapang yang telah
dilakukan di Desa Kading adalah :
1. Dampak eksternalitas terhadap penangkapan rajungan antara lain faktor
cuaca.
2. Berbagai permasalahan dalam hal produksi penangkapan rajungan terhadap
di semua tingkat, mulai proses pra-produksi, hingga pemasaran. Masalah
tersebut berkaitan dengan permodalan, alat-alat penangkapan dan
pemasaran, seta kondisi saat panen, pasce panen dan harga jual.
3. Perbedaan yang mencolok hasil produksi penangkapan rajungan pada saat
musim non-paceklik dengan musim paceklik.
B. Saran
Adapun saran untuk praktek lapang dan asisten yaitu :
1. Praktek Lapang
Lokasi praktek lapangnya bagus, sesuai dengan apa yang diteliti, hanya saja
dalam hal alat penangkapan kurang memadai.
2. Asisten
Tetap mempertahankan kebijakannya sebagai asisten. Tetap mengajar
praktikan dan bersikap baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro dan Teori Aplikasi Dunia Usaha. CV ANDI OFFSET,
Yogyakarta.
Effendy, S., Sudirman, S. Bahri, E. Nurcahyono, H. Batubara, M. Syaichudin. 2006.
Petunjuk Teknis Pembenihan Rajungan Portunus pelagicus Linnaeus.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Takalar., Sulawesi Selatan.
Prasetyia, Ferry. 2014. Teori Eksternalitas. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Malang.
Province Infographic. 2013. Sulawesi Seatan
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1/PERMEN-KP/2015
Rusmijati. 2017. Teori Ekonomi Mikro I. Graha Cendekia. Yogyakarta.
Syamsudin, S., Karya, D. 2018. Mikro Ekonomi Untuk Manajemen. PT RajaGrafindo
Persada, Depok.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi ( Dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ukra, Gunadil. 2016. Data Base Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Bone Tahun
2016. Bagian Administrasi Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Kabupaten
Bone. Watampone.
: Masjid
:Responden 1 : :Responden2