Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan penemuan virus jenis baru yaitu

corona virus jenis baru ( SARS Cov-2 ) dan penyakitnya disebut dengan corona virus

disaese 19 ( Covid 19 ). Virus ini berasal dari Tiongkok, kota Wuhan. Virus ini

ditemukan pada akhir desember tahun 2019. Corona virus merupakan jenis virus RNA,

termasuk family virus corona yang menyebabkan infeksi sistem pernapasan ( Yuliana,

2020 ).

Virus corona bersifat zoonosis dimana dapat tularkan dari hewan ke manusia, tapi

beberapa bukti telah ditemukan bahwa virus tersebut dapat ditularkan dari manusia ke

manusia melalui droplet, kontak dengan droplet dan bahkan melalui penularan fekal-

oral khususnya virus corona jenis baru ini yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus-2(SARS-CoV-2) (Li Q et al, 2020; Chen et al, 2020; Chan et al, 2020;

Wang D et al, 2020 ; Harahap,2020 ) dalam. Virus ini bersifat sensitif terhadap panas

dan secara efektif dapat di nonaktifkan dengan pemberian disinfektan yang

menngndung klorin, pelarut lipid yang mengandung suhu 56 derajat celcius selama 30

menit ( Wang, 2020 ; Yuliana, 2020 ).

Infeksi virus corona pada manusia menimbulkan gejala gangguan pernapasan akut,

demam, batuk, dan sesak napas.Pada kasus yang berat, penyakit ini dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.Gejala penyakit ini
dapat muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar virus tersebut (Kemenkes RI, 2020).Gejala

yang ringan yang sering muncul yaitu rasa nyeri, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, sakit

kepala bahkan kehilangan indera penciuman atau rasa.Gejala tersebut munculnya bertahap,

tetapi ada juga yang tidak memiliki gejala atau bahkan gejalanya lebih parah dan serius pada

beberapa orang (Chen et al, 2020; WHO, 2020; Guan et al, 2020).

Menurut WHO per tanggal 2 maret 2020, saat ini sudah 65 negara yang terinfeksi virus

corona dengan jumlah penderita 90.308 terinfeksi virus corona ini, dengan angka mortalitas

2,3% diseluruh dunia. Pada tanggal 11 Maret 2020 World Health Organization

mengumumkan pandemi ini p. Pandemi Covid-19 telah menyebar dengan cepat ke lebih dari

17.660.523 kasus dengan 680.894 kematian yang mempengaruhi 260 negara hingga Agustus

2020 (WHO, 2020; BNPB, 2020). Kasus kematian pertama akibat virus ini adalah pada pasien

dengan penyakit penyerta tumor intra abdomen dan kelainan di liver ( The Straits Time,

2020 ).

Situasi COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 130.718 kasus positif dengan 85.798

kasus sembuh dan 5.903 kematian hingga Agustus 2020 yang telah menyebar di 34 provinsi

di Indonesia. Penderita COVID-19 terbanyak berada di Jakarta (26.624 kasus), Jawa Tengah

(10.765 kasus) Jawa Timur (25.917 kasus) (WHO, 2020; BNPB, 2020).

Kasus Covid-19 Jawa Tengah per 30 Mei 2020 mencapai 1.434 kasus, 759 orang sembuh

dan 97 orang meninggal. Untuk jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) terkait Covid-19

Jawa Tengah mencapai 35.450. Semua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah terpapar Covid-19

diantaranya adalah Magelang 77 kasus, Semarang 63 kasus, Magelang 77 kasus, Purworejo

37 kasus, Banjarnegara 24 kasus Wonosobo 19 kasus, Banyumas 19 kasus, Purbalingga 25

kasus, Temanggung 26 kasus, Cilacap 20 kasus, Demak 18 kasus, Sukoharjo 12 kasus, Salatiga

24 kasus, Surakarta 8 kasus, Kudus 3 kasus, Brebes 26 kasus, Sragen 20 kasus, Karanganyar 6

kasus, Kebumen 6 kasus, Kabupaten Semarang 9 kasus, Blora 21 kasus, Kota Magelang 7
kasus, Pati 1 kasus positif dan ODP 73, Klaten positif 7 kasus dan 153 ODP, Boyolali 11 kasus

Grobogan 5 kasus, Tegal 2 kasus, Jepara 9 kasus, Kota Pekalongan 4 kasus, Wonogiri 0 positif

dan ODP 61 orang, Kendal 2 kasus, Rembang 2 kasus, Kota Tegal 0 positif dan ODP 10 orang,

Pemalang 5 kasus, Pekalongan 5 kasus Batang 19 kasus ( Kurniati et al, 2020 ).

Di masa pandemi tenaga kesehatan merupakan garda terdepan dalam menangani pandemi

COVID 19. Perlu diperhatikan juga bahwa tenaga kesehatan baik dokter, perawat, farmasi maupun

tenaga administrasi rumah sakit perlu mendapatkan perlindungan diri yang baik dan terjamin.

Tenaga kesehatan mengabdikan dirinya untuk melayani dan merawat kesehatan masyarakat dan

bahkan mengorbankan nyawanya dan keluarganya demi menanggulangi penyebaran COVID 19.

Tenaga kesehatan adalah salah satu yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan yang memiliki

pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk melakukan upaya

kesehatan. Di sini, tenaga kesehatan sangat rentan terhadap virus ini karena berpotensi tertular

ketika berhadapan langsung dengan pasien positif COVID 19. Maka dari itu tenaga kesehatan penting

untuk menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) lengkap apabila berhadapan langsug dengan pasien

COVID 19. Kerena merekalah yang menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien ( Pesulima&

Hetharie, 2020 ).

Penanganan yang memadai pada pasien Covid 19 sangat diperlukan untuk kesembuhan dan

mengurangi penyebaran penyakit tersebut. Dalam hal ini petugas kesehatan memiliki peran

penting dalam menangani pasien Covid 19. Salah satu petugas kesehatan tersebut adalah perawat.

Perawat selama masa pandemi Covid 19 ini mendapat tantangan tersendiri untuk melakukan asuhan

keperawatan yang prefesional dengan resiko tertular sangat tinggi bahkan menjadi korban akibat

virus Covid 19. Khususnya perawat yang ada didalam ruang isolasi. Keterlibatan perawat yang

berada di garis depan dalam menangani pasien Covid 19 harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat, serta perawat harus update

mengenai perkembangan Covid 19 ( Astuti & Suyanto, 2020 ).


Perawat sendiri merupakan profesi kesehatan yang bekerja di rumah sakit dengan tuntutan kerja

tinggi.Perawat termasuk bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pemulihan pasien,

tidak hanya sekedar melakukan rutinitas seperti mengecek tekanan darah, denyut nadi, atau suhu

pasien saja. The American Medical Association Encyclopedia of Medicine mengatakan bahwa

perawat lebih tertuju kereaksi keseluruhan pasien terhadap penyakitnya. Perawat memperhatiakan

dan mengatasi rasa sakit fisik pasien, melepaskan pasien dari penderitaan mental dan jika mungkin

menghindari timbulnya komplikasi. Selain itu, perawat memberikan perhatian penuh dan pengertian

yang mencakup mendengarkan dengan sabar yang dirasakan oleh pasien serta memberikan

dorongan emosi dan hiburan. (Permatasari & Utami, 2018 )

Perawat harus mempersiapkan segala sesuatu dengan baik guna keberlangsungan

proses keperawatan. Situasi yang tidak kondusif seperti saat ini harus segera diatasi agar

tidak berakibat pada kesehatan psikologis perawat tersebut. Seiring bertambahnya kasus

corona ada banyak permasalahan yang muncul seperti pekerjaan lebih berat dan risiko tertular

penyakit, Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan mental, salah satu yang bisa dijumpai

adalah depresi.

Depresi sendiri merupakan gangguan mental yang sering terjadi.Berawal dari stres yang

tidak bisa diatasi, maka seseorang dapat jatuh ke fase depresi. Orang yang mengalami depresi

umumnya mengalami gangguan perasaan yang meliputi keaadan emosi, motivasi, fungsional

dan gerak tingkah laku serta kognisi( Namora Lumongga Lubis, 2016 ).

Depresi lebih sering terjadi pada perempuan dari pada laki-laki, karenakan faktor biologis, siklus

hidup, hormonal, dan psikososial.Stressor psikososial sendiri dapat memengaruhi terjadinya depresi

pada seseorang. Jika stresor psikososial yang dialami oleh seseorang semakin besar kemungkinan

sesorang tersebut dapat mengalami depresi semakin besar ( Marella et al, 2018 ).

Perawat sendiri memiliki kekhawatiran tinggi di masa pandemi covid 19 ini,

ketidakpastiandurasidan terutama dapatmenularkan penyakit ke anggota keluarga mereka sangatlah


tinggi.Banyak penelitian yang menunjukkan gangguan psikologis pada perawatselama pandemi covid

19 ini. Dalam hal ini depresi adalah keadaan emosi negatif dan hambatan psikologis

perawatyangumum( Moluk Pouralizadeh, 2020 ).

Penyebaran Covid 19 telah memberikan tekanan berat bagi perawat di seluruh dunia. Namun,

selama pandemi Covid-19. Tingkat depresi akibat komplikasi psikologis sangat memprihatinkan,

ketersediaan layanan konseling untuk mendorong kesejahteraan mental sangat penting bagi

penyedia layanan kesehatan, terutama perawat. Selama wabah Coronavirus, penyebab depresi pada

perawat dilaporkan karena prevalensi virus yang lebih tinggi, penularan dari manusia ke manusia,

serta tingginya kematian akibat virus ini ( Moluk Pouralizadeh, 2020 ).

Depresi disebabkan oleh stres emosional yang berhubungan dengan pekerjaan perawat

tersebut, seperti tuntutan dan harapan pasien, yang mengakibatkan kelesuan, penurunan tingkat

konsentrasi, atau kurangnya motivasi untuk bekerja. Depresi secara negatif mempengaruhi proses

biologis, psikologis, dan kognitif individu.(Hee Jung Jang et al, 2020 )

A. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran depresi pada perawat dalam masa pandemi covid 19 ?

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran depresi pada perawat dalam masa pandemi

covid 19

2. Tujuan Khusus

a) Menganalisisdepresi pada perawat dalam masa pandemi covid 19

b) Menganalisis gambaran depresi pada perawat dalam masa pandemi covid 19


C. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teori

Secara aspek teoritis hasil penelitian dengan judul “ depresi pada perawat

dalam masa pandemi covid 19 ” dapat memberikan informasi yang

bermanfaat dan menambah pengetahuan khususnya dibidang keperawatan

jiwa berhubungan dengan depresi

2. Aspek Profesi

Secara aspek profesi hasil ini dapat menjadi gambaran atau referensi untuk

melakukan penelitan selanjutnya.

3. Aspek Praktk

Secara aspek praktik diharapkan penelitian ini berguna bagi tenaga

kesehatan dan dapat menjadi acuan atau pedoman supaya dapat

mengantisipasi faktor yang dapat mempengaruhi depresi.

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. COVID-19

1. Pengertian

Virus corona adalah salah satu jenis virus yang disebabkan oleh Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang menyerang sistem pernafasan.

Virus ini merupakan virus korona jenis ketiga yang sangat patogen setelah Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome

Coronavirus (MERS-CoV).Sebelumnya, setidaknya terdapat dua jenis corona virus yang

diketahui menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu Middle East Respiratory Syndrome

(MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) (Kemenkes RI, 2020).

Virus corona berasal dari subfamily Orthocronavirinae pada keluarga Corona- viridae

dengan Ordo Nidovirales.Virus ini dapat mengakibatkan terserangnya penyakit pada

burung dan mamalia, termasuk manusia. Bagi manusia corona virus dapat menyebabkan

infeksi pada saluran pernapasan.( Sulistiani& Kaslam, 2020 ).

Virus corona dapat bertahan hingga 72 jam pada plastic, kurangdari 24 jam pada karton

dan kurang dari 4 jam pada tembaga (Chan et al., 2020; WHO, 2020). Virus ini bersifat

sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat di nonaktifkan dengan pemberian

disinfektan yang mengandung klorin, pelarut lipid yang mengandung suhu 56 derajat

celcius selama 30 menit ( Wang, 2020 ).

Virus ini berasal dari kota Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir desember 2019.

Meskipun asal pasti COVID-19 masih belum diketahui, Namun kasus pertama yang

dilaporkan berkaitan dengan Pasar Grosir Makanan Laut Huanan (Tiongkok Selatan) di

mana hewan liar (seperti kelelawar) dijual secara illegal yang diduga bahwa sumber
penularan pertama dari pasar tersebut (Huang et al., 2020; Li Q et al., 2020; Chen et al.,

2020).

2. Penyebab

Infeksi virus corona disebabkan oleh virus corona itu sendiri. Kebanyakan virus corona

dapat menyebar atau ditularkan secara zoonosis (antara hewan dan manusia) dan dapat

menyebabkan gejala ringan hingga berat. Menurut ( Kemenkes RI, 2020 ) dalam (Moudy &

Syakurah, 2020 ). Penularan virus ini diperkirakan sama dengan kejadian MERS dan SARS

sebelumnya yaitu penularan manusia ke manusia. Penularan lainya dapat melalui droplet

yaitu dari percikan-percikan dari hidung dan mulut, kontak dengan droplet dan fekal-oral.

Percikan-percikan tersebut akan menempel pada benda dan orang bisa terinfeksi jika

menyentuh benda tersebut ( terkontaminasi ). Virus Covid 19 dapat bertahan hingga 72 jam

pada plastic, kurang dari 24 jam pada karton dan kurang dari 4 jam pada tembaga (Chan et

al., 2020; WHO, 2020).

3. Tanda gejala

Menurut (PDPI, 2020) virus corona dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau

berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan

bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, gejala gastrointestinal

seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu

minggu.Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik,

asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi

dalam beberapa hari.Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak

disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil

dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika

terinfeksi. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (PDPI, 2020).
a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan.Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak

spesifik.Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri

tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.Namun tidak ada tanda

pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan

batuk atau susah bernapas.

c. Pneumonia berat

Pada pasien dewasa. Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi

saluran napas Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),

distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien < 90% udara luar.

4. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan dalam mencegah penyebaraninfeksi ini

adalah :

a. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain,

dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.

b. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat

pergi berbelanja bahan makanan.

c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer.

d. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.

e. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi

makanan bergizi, berolahraga secara rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah

stres.
f. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi

virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.

g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke

tempat sampah.

h. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,

termasuk kebersihan rumah(Kemenkes RI, 2020).

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui virus ini yaitu dengan

metode rRT-PCR yaitu dengan melakukan pemeriksaan dapat berupa swab

tenggorok, sputum dan CT scan dada juga dapat dilakukan sebagai

pemeriksaan diagnosis COVID-19, didapatkan gambaran normal hingga

abnormal yaitu ground-glass opacities, konsolidasi, efusi pleura dan

gambaran pneumonia lainnya (Guan et al., 2020; Li K et al., 2020).

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut (PDPI, 2020) dalam ( Yuliana, 2020 ), yaitu :

1. Isolasi mandiri

2. Implementasi pencegahan da pengendalian infeksi

3. Foto toraks untuk mengetahui perkembangan penyakit

4. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen kepada pasien dengan, distres nafas, hipoksemia

atau sok. Dalam pemberian oksigen pertama 5L / menit dengan

target SpO2 > 90 %

5. Kenali kegegalan nafas hipoksemia


6. Terapi cairan

Dalam pemberian cairan harus diperhatikan, jika pemberian cairan

berlebihan dapat memberikan kondisi distres nafas atau oksigenasi.

7. Pemberian kortikosteroid

8. Pemberian antibiotik

9. Terapi simptomatik

10. Observasi ketat

11. Pahami komorbid pasien.

B. Perawat

1. Definisi perawat

Perawat adalah salah satu profesi yang bekerja dalam layanan keperawatan yang bekerja

secara profesional dan dalam tindakannya dilandasi dengan nilai-nilai profesional

keperawatan.Nilai yang dimiliki oleh perawat merupakan suatu wujud identitas diri yang

menjadi gambaran perilaku dan tindakannya. Nilai tersebut juga sangat penting karena

dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan tindakan( Hartiti& Wulandari,

2018 )

2. Konsep perawat yang berkualitas

Perawat berkualitas identik dengan perawat profesional. Untuk itu, perawat dikatakan

berkualitas apabila mampu memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi

keperawatan dan dapat diterima oleh pasiennya.

Perawat berkualitas (perawat profesional) dapat terwujud bila profesionalisme

keperawatannyadibangun berdasarkan tiga fondasi, yaitu:


1. Evidence Based. Keperawatan harus memiliki keilmuan dan hasil-hasil penelitian

yang kuat. Hal ini yang membedakan body ofknowledge keperawatan dengan

profesi lain, khususnya ilmu kedokteran. Membangun ilmu keperawatan

membutuhkan waktu panjang dan harus berbasis perguruan tinggi/universitas.

Karena itu peletakan fondasi perubahan pendidikan bukan hanya pendidikan

vokasi semata, tetapi juga lebih diarahkan pada pendidikan akademik (sarjana,

magister, dan doktoral) dan pendidikan profesi ners, spesialis, dan konsultan).

2. Quality of Practice. Fondasi ilmu yang kuat dan hasil-hasil penelitian yang

dimilikioleh perawat akan meningkatkan kompetensi, kemampuan berpikir kritis,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat dan kepercayaan diri yang baik

dalam praktik dan berinteraksi dengan profesi lain. Kualitas praktik juga harus

didukung oleh berbagai kebijakan, regulasi dan peraturanperaturan yang sinergi

antara pemerintah, institusi pendidikan, institusi pelayanan dan organisasi profesi.

3. Patient safety, masyarakat yang memoeroleh pelayanan kesehatan dari perawat

mendapatkan tingkat keamanan yang tinggi karena kualitas praktik yang

mempuni. Sistem pendidikan yang efektif, kode etik keperawatan, standar praktik

keperawatan, sertifikasi perawat dan kejelasan regulasi keperawatan sangat

dibutuhkan dalam keselamatan pasien dalam masa perawatan.

C. Depresi

1. Definisi Depresi

Depresi merupakan gangguang mental yang disertai dengan rasa sedih dan cemas. Depresi

ini biasanya akan hilang dalam waktu beberapa hari, tapi dapat berlanjut sehingga dapat

mempengaruhi aktifitas sehari – hari ( National institute of mental health, 2010 ). Menurut

WHO ( 2010 ) dalam Sutejo ( 2017 depresi sendiri merupakan gangguan mental yang disrtai
dengan gejala penurunan mood, perasaan bersalah, kehilangan minat terhadap sesuatu,

gangguan tidur dan nafsu makan, kehilangan energi dan turunya konsentrasi.

Depresi merupakan gangguan perasaan yang ditandai oleh kompones

psikologis dan somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang ( Eko

Prabowo, 2018 ). Penderita sering juga sering mengeluh baha dirinya tidak bisa

berkonsentrasi, tidak mampu berfikir dengan baik atau membuat

keputusan.Depresi juga bisa menyerang kapanpun dari remaja sampai paruh

baya. Setiap orang mempunyai gejala depresi yang berbeda – beda. ( Eko

Prabowo, 2017 )

Depresi adalah suatu perasaan yang timbul dengan banyak cara dan mempunyai

sejumlah penyebab, tidak memperdulikan jenis kelamin dan pekerjaan. Kondisi

depresi biasanya disertai dengan kecemasan, gelisah dan berbicara gugup,

gangguan modd, berbicara tidak jelas, dan ada juga yang menutupi

kekhawatiranya. Gangguan depresi dibagi menjadi 3 yang dimulai dari ringan,

sedang dan berat ( Eko Prabowo, 2017 ).

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi.Berawal dari stres

yang tidak bisa diatasi, maka seseorang dapat jatuh ke fase depresi. Orang yang

mengalami depresi umumnya mengalami gangguan perasaan yang meliputi

keaadan emosi, motivasi, fungsional dan geraak tingkah laku serta kognisi

( Namora Lumongga Lubis 2016 )

2. Rentang Respon

Dalam Eko Prabowo ( 2018 ) rentang respon dibagi menjadi dua, yaitu

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah reaksi yang umum dari seseorang terhadap

rangsangan yang diterima yang berlangsung singkat, Respon ini dibagi

menjadi dua yaitu :

1. Respon emosi yang responsive

Dimana individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada

rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal

dan internal.

2. Reaksi kehilangan yang wajar

Reaksi ini merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh

individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu

menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses

kehilangan, misalnya bersedih, berhenti dari kegiatan sehari –

hari, takut pada diri sendiri dan berlangsung tidak lama.

b. Respon maladaptif

Respon ini adalah reaksi emosi yang sudah termasuk gangguan, respon

ini dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Supresi

Merupakan tahap awal respon emosional maladaptif, individu

menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek

perasaanya pada lingkunganya.

2. Reaksi kehilangan yang memanjang

Reaksi ini akan memanjang dan mengganggu fungsi kehidupan

individu itu sendiri. Gejala yang dialami seperti bermusuhan, sedih

berlebihan dan rendah diri.

3. Mania
Merupakan respon yang emosional dan berat, respon ini dapat

dikenali melalui inensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu

dan fungsi sosial.

3. Penyebab Depresi

Menurut Eko Prabowo ( 2018 ) penyebab depresi adalah rasa kecewa dan kehilangan.

Berikut beberapa penyebab depresi, yaitu :

a) Kekecewaan

b) Kurang rasa harga diri

c) Perbandingan yang tidak adil

d) Penyakit

e) Aktivitas mental yang berlebihan

f) Penolakan

Sedangkan menurut Sutejo ( 2018 ) depresi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor biologis

b. Biogenic amines

c. Gangguan neurotransmitter

d. Gangguan neuro endokrin

e. Abnormalis otak

f. Kecemasan

4. Tanda dan Gejala

Menurut Himawari ( 2001 ) dalam Eko Prabowo ( 2018 ). Gajala atau

ciri – ciri orang dengan depresi yaitu sebagai berikut :

a) Aspek disforik, meliputi perasaan sedih, murung, gairah hidup menurun, tidak

semnagat, tidak seangat, dan merasa tidak berguna

b) Perasaan bersalah, berdosa dan penyesalan


c) Gangguan tidur

d) Nafsu makan turun

e) Berat badan menurun

f) Konsentrasi dan daya ingat menurun

g) Agitasi atau reterdasi psikomotor ( gaduh gelisah atau lemah tidak berdaya )

h) Gangguan seksual

i) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak lagi melakukan hobi,

krativitas menurun, produktivitas menurun

j) Bunuh diri

5. Tingkatan Depresi

Menurut Eko Prabowo( 2018 ) tingkatan depresi dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Depresi Ringan

Depresi yang sementara, alamiah, adanya rasa pedih, perubahan proses

pikir, pola komunikasi kurang dan rasa tidak nyaman.

b. Depresi Sedang

1. Afek : murung, cemas, kesal. Marah dan menangis.

2. Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, kurangnya komunikasi

verbal dan komunikasi non verbal meningkat.

3. Pola komunikasi : bicara lambat, kurangnya komunikasi verbal dan

komunikasi non verbal meningkat

4. Partisipasi sosial : menarik diri, tidak mau bekerja dan mudah

tersinggung

c. Depresi Berat

1. Gangguan afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung dan

insiatif berkurang.
2. Gangguan proses pikir

Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama,

hiperaktif, kurang merawat diri dan tidak peduli dengan

lingkunganya.

6. Terapi Depresi

Ada beberapa terapi yang dapat di lakukan untuk menangani seseorang dengan depresi,

beberapa diantaranya adalah :

a. Pengobatan

Dalam pengobatan dapat diberikan obat antidepresian yang dapat

mengontrol gejala dan fungsi neurotransmitter. Ada 3 tipe obat

antidepresian yang sering digunakan, yaitu

1. Trisiklik ( Tofranil, Elavil )

2. Monamine Oxidase Inhibotors

3. Selective Serotogenic Reuptake inhibitors

b. Terapi Kognitif Behaviorial

Dalam terapi ini pasien diajarkan untuk menelaah secara cermat cara berfikir

mereka saat mereka depresi dan untuk menengarai kesalahan dalam berfikir. Tidak

hanya itu pasien juga diajarkan bahwa kesalahan dalam berfikir dapat menyebabkan

depresi.

c. Psikoterapi Interpersonal

Merupakan terapi yang memfokuskan pada penyelesaian masalah dalam

hubungan yang sudah ada dan belajar membangun hubungan

interpersonal baru. Terapi ini sangat terstruktur proses awal terapi harus

mengidentifikasi bergai stressor yang menjadi penyebab depresi.


d. ECT/TMS ( Elektro Convulsif Therapy/Transkranial Magnetic Simulasi )

ECT adalalah terapi yang penangananya pasien diberi anastesi untuk

mengurangi perasaan yang tidak nyaman dan diberikan obat perelaks

perasaan otot untuk kerusakan tulang akibat konvulsi selama sizure.

TMS merupakan terapi yang bekerja dengan menempatkan sebuah

gulunagn magnet diatas kepala untung membangkitkan denyut

elektromagnetic yang dialokasikan dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai