Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“Aktualisasi Etika”

Kelompok 6:
Anisa Nurjanah (2311171091)

Annisa Kurniati (2311171048)

Dika Youlanda (2311171062)

Eka Safitri (2311171058)

Hanifah Nur Aisyah (2311171055)

Trimah Andayani (2311171047)

TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS JENDRAL AHMAD YANI

2017
KATA PENGANTAR
 

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah


SWT. yang telah memberi kesempatan, taufik dan hidayah, serta
inayahnya sehingga tugas makalah Pendidikan Agama Islam
dengan judul “Etika, Moral, dan Akhlak” ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan


Nabi Besar Muhammad SAW. keluarganya berserta para
sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap
gulita menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh
allah SWT.

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada


teman-teman kami yang telah memberikan petunjuk dalam
terselesaikannya tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan dan kami telah berusaha semaksimal mungkin
dalam menyusun tugas makalah yang sangat sederhana ini. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat
yang baik demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bemanfaat untuk kita semua.
Aamiin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….....…………………. i

DAFTAR ISI………………….……………..............………...………….. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………...……………………………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……...…………..……....………………...1


1.2 Rumusan Masalah……...…………….……………………………..1
1.3 Tujuan………...………………………..……………………..…….2
1.4 Metode Penelitian..........…...……………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN…………………...……………………………...3

2.1 Konsep Etika, Moral, dan Akhlak………………………...………...3

2.2 Hubungan antara Tasawwuf dan Akhlak…………………………...5

2.3 Indikator Manusia Berakhlak……………………………………….6

2.4Etika dan Aktualisasinya dalam Kehidupan………………………...7

BAB III PENUTUP……………..…………………………………………8

3.1 Kesimpulan………...………….……………………………………8
3.2 Saran…...………………….………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA…………………………....……………………….. 9
BAB I

PENDAHULUAN
 

1.1 Latar Belakang

Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim


semakin beraneka ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang
mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan
akhlak yang yanitu tidak terlalu dihiraukan dan dijadikan pedoman dalam
hidup. Karena pada kenyataannya manusia sekarang kurang pengetahuan
tentang etika, moral, dan akhlak.

Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan


sejak kita berada di sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama islam dan
kewarganegaraan. Namun ternyata pelajaran etika, moral dan akhlak itu
hanya dibiarkan saja tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku kehidupan
sehari-hari, sehingga pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia-sia.

Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita


para generasi penerus tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena
itu penulis menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam perbaikan
etika, moral, dan akhlak masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis


temukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian etika, moral, dan akhlak itu?


2. Apakah hubungan tasawuf dengan akhlak?
3. Apa Indikator Manusia Beretika?
4. Bagaimanakah aktualisasi Etika dalam kehidupan bermasyarakat?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata


kuliah Pendidikan Agama Islam yang Dibimbing Oleh H. Dedi Sudirman,
Drs. S.Ag.
1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk pembuatan makalah ini,


research; dimana dalam pencarian teori, peneliti mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Misalnya media
online Internet.

 
BAB II

PEMBAHASAN

 
Konsep Etika, Moral, dan Akhlak

Secara substansial etika, moral, dan akhlak memang sama, yakni ajaran
tentang kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan, sesame manusia dan alam dalam arti
luas. Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah ikuran kebaikan
dan keburukan itu sendiri.

 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari kata  “ethikos“,
berarti “timbul dari kebiasaan” adalah segala sesuatu dimana dan
bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.

Dengan demikian Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan
buruk dan yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal karena
memang etika adalah bagian dari filsafat.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-


pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan,
antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat
orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

 Pengertian Moral

Kata Moral berasal dari Bahasa Latin Moralitas, adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki
nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia
tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang
yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit.
Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang
berlaku di suatu masyarakat. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat. Apabila yang dilakukan seseorang itu
sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat
diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu
dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah
produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun
sejak lama.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa moral merupakan kondisi pikiran,


perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik
dan buruk.

 Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak
dari “khuluq”. Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti budi pekerti , tabiat,
dan watak. Dalam kebahasaan akhlak berarti budi pekerti, perangai atau
disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan
buruk yang yang ukurannya adalah wahyu tuhan.

 Macam- Macam Akhlak


 Menurut Ensiklopedi Muslim, ada 14 pasal Etika, meliputi:
 Pasal Pertama: Etika Niat
 Keimanan orang Muslim kepada urgensi niat bagi seluruh amal
perbuatan, dan kewajiban. Perbaikan niat itu pertama,
 Firman Allah Ta’ala:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama dengan lurus.
(Al-Bayyinah: 5)
 Kedua, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
 “Allah tidak melihat kepada bentuk fisik kalian, dan harta kalian,
namun melihat kepada hati kalian, dan amal perbuatan kalian.”
(Muttafaq Alaih)

 Pasal Kedua: Etika Terhadap Allah Ta’ala


Ada pun wujud etika terhadap Allah Ta’ala meliputi:
 Bersyukur atas nikmat Allah, dan menggunakannya dalam
kebaikan
         Malu melakukan maksiat
         Bertaubat dengan benar
         Bertawakkal kepada-Nya
         Mengharap rahmat-Nya
         Takut akan siksa-Nya
         Berbaik sangka bahwa Allah Ta’ala pasti menepati janji-Nya

 Pasal Ketiga: Etika Terhadap Al-Quran


 Dalam membaca Al-Quran juga terdapat etika-etika sebagai berikut:
 Membaca dalam kondisi yang paling sempurna
 Membaca dengan tartil, tidak tergesa-gesa, dan tidak
mengkhatamkannya kurang dari tiga malam
 Khusyu’ dalam membaca
 Memperindah suara ketika membaca Al-Quran
 Merahasiakan tilawahnya, jika khawatir riya’, atau sum’ah, atau
mengganggu orang sholat
   Tidak menentang dan melalaikan Al-Quran ketika membacanya
 Berusaha keras memiliki sifat orang-orang yang menjadi keluarga
Allah Ta’ala
 Pasal Keempat: Etika Terhadap Rasulullah SAW
 Etika terhadap Rasulullah adalah sebagai berikut:
 Taat kepada Rasulullah SAW, menapaktilasi jejaknya, dan meniti
jalannya di dunia maupun akhirat
   Cinta kepada Rasulullah SAW
 Mencintai siapa saja yang dicintai Rasulullah, memusuhi siapa saja
yang dimusuhi beliau, ridha dengan apa saja yang diridhainya, dan
marah kepada apa yang dimarahi beliau
 Mengagungkan nama Rasulullah SAW
 Membenarkan segala sesuatu yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW
 Menghidupkan sunnah Rasulullah, memenangkan syariatnya,
menyampaikan dakwahnya, dan melaksanakan wasiat-wasiatnya
 Merendahkan suara di kuburannya dan masjidnya
 Mencintai orang-orang shalih, loyal kepada mereka karena
kecintaan kepada Rasulullah kepada mereka, marah kepada orang-
orang fasik, dan memusuhi mereka, karena kemarahan beliau kepada
mereka.

 Pasal Kelima: Etika Terhadap Diri Sendiri


 Firman Allah Ta’ala:
 “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa
itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-
Syams: 9-10)
 Oleh karena itulah, orang muslim tidak henti-hentinya membina
dirinya, menyucikannya, dan membersihkannya dengan etika-etika
yang baik.
 Pembersihan diri tersebut dapat dicapai dengan jalan berikut:
 Taubat, melepaskan diri dari semua dosa dan kemaksiatan,
menyesali semua dosa masa lalunya, dan bertekad tidak kembali
kepada dosa di sisa-sisa umurnya.
        Muraqabah, orang muslim mengkondisikan dirinya merasa
diawasi Allah Ta’ala di setiap waktu kehidupan hingga akhir
kehidupannya.
    Muhasabah (Evaluasi), perbaikan diri (jiwa), pembinaannya,
penyuciannya, dan pembersihannya.
   Mujahadah (Perjuangan), terutama perjuangan melawan hawa
nafsu.

 Pasal Keenam: Etika Terhadap Manusia


 Etika terhadap manusia dan makhluk ciptaan Allah Swt. lainnya
meliputi:
 Etika terhadap orang tua
 Etika terhadap anak-anak
 Etika terhadap saudara
 Etika terhadap suami-istri
 Etika terhadap sanak kerabat
 Etika terhadap tetangga
 Etika terhadap muslim lainnya dan hak-hak muslim atas dirinya
 Etika terhadap orang kafir
 Etika terhadap hewan

 Pasal Ketujuh: Etika Ukhuwah karena Allah


 Orang muslim karena imannya tidak mencintai ketika ia harus
mencintai melainkan karena Allah Ta’ala, dan tidak membenci
ketika ia harus membenci melainkan karena Allah Ta’ala, karena ia
tidak mencintai dan membenci kecuali apa yang dicintai dan dibenci
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Rasulullah Saw. menganjurkan untuk
menjadikan teman-teman yang baik sebagai saudara-saudara karena
Allah Ta’ala dengan sabda-sabdanya,
 seperti sabda-sabda berikut ini:
 Mereka saling mencintai karena Allah, saling duduk karena Allah,
dan saling mengunjungi karena Allah. (HR An-Nasai).
 Syarat ukhuwah (persaudaraan) ialah harus karena Allah Ta’ala, dan
di jalan-Nya dalam arti kata bersih dari ikatan-ikatan dunia dan
materi, serta motivasinya ialah iman kepada Allah Ta’ala, dan bukan
yang lain.
 Adapun ciri-ciri orang yang harus dijadikan sebagai saudara ialah
sebagai berikut:
1.      Ia berakal, karena tidak baik bersaudara, atau bersahabat
dengan orang yang kurang waras.
2.      Ia berakhlak mulia, sebab orang yang tidak bermoral kendati ia
berakal, namun bisa saja ia dikalahkan syahwat, dan emosi
mendominasinya, akibatnya ia berbuat jahat kepada orang lain.
3.      Ia bertakwa, karena orang fasik yang tidak taat kepada
Tuhannya itu tidak nisa dipercay, sebab tidak tertutup kemungkinan
ia berbuat jahat terhadap saudara tanpa memperdulikan
persaudaraan, dan lain sebagainya.
4.      Ia berpegegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, jauh
dari khufarat, dan bid’ah, sebab akibat buruk pelaku bid’ah itu
menimpa temannya.
 Hak-hak Ukhuwah
Di antara hak-hak ukhuwah (persaudaraan) ialah sebagai berikut:
1.      Membantu dengan dana.
2.      Membantu dalam memenuhi kebutuhan.
3.      Menjaga lisan dan tidak membeberkan aib, tidak membongkar
seluruh rahasia dan tidak berusaha mengetahui rahasia-rahasia
saudaranya.
4.      Memberi sesuatu yang dicintai saudaranya dari lisannya
dengan memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, menyebut
kebaikkannya tanpa sepengetahuannya, menyampaikan pujian orang
kepadanya, tidak menasehati berjam-jam, dan tidak menasehatinya
di depan umum karena dapat mencemarkan nama baiknya.
5.      Memaafkan kesalahannya, menutup aib-aibnya, berbaik sangka
kepadanya, tidak membatalkan tali persaudaraan namun tetap
menunggu taubatnya jika saudaranya berbuat maksiat.
6.      Memenuhi hak ukhuwah dengan mempertahankan dan
menguatkan perjanjiannya. Jika ia meninggal dunia makan
mentransfer hubungan kepada anak-anaknya.
7.      Tidak menyuruh saudaranya dengan sesuatu yang tidak mampu
ia kerjakan, dan tidak ia senangi.
8.      Mendoakan saudaranya, anak-anaknya, dan apa saja yang
terkait dengannya sebagaimana ia senang mendoakan dirinya, anak-
anak kandungnya.
Rasulullah bersabda:
Jika seseorang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya,
maka malaikat berkata, “Engkau juga mendapatkannya”. (HR.
Muslim)

 Pasal Kedelapan: Etika Duduk dan Ruang Pertemuan


 Adapun etika dalam duduk meliputi :
1.      Jika ia ingin duduk, maka pertama-tama ia mengucapkan salam
kepada orang-orang yang telah duduk sebelumnya, tidak duduk di
antara dua orang kecuali dengan izin keduanya.
2.      Tidak duduk di tengah-tengah forum pertemuan.
3.      Jika ia duduk, duduk dengan tenang, tidak menyela jari-
jemarinya, tidak bermain-main dengan jenggot dan cincinnya, tidak
mencungkil sisa makanan di giginya, tidak memasukkan tangan ke
hidungnya, tidak banyak berdahak, tidak banyak bersin, dan tidak
banyak menguap, tidak banyak bicara, menghindari canda, menjauhi
perdebatan, dan tidak membicarakan kehebatan diri sendiri, keluarga
atau anak-anaknya.
4.      Jika orang Muslim duduk di jalan, maka ia memperhatikan
etika-etika berikut ini:
a.       Ia menahan pandangan saat melihat wanita Mukminah yang
sedang berjalan, tidak membiarkan matanya iri atau menghina orang
lain.
b.      Menahan diri dari mengganggu para pengguna jalan dengan
tidak menyakiti pengguna jalan dengan lisannya atau dengan
tangannya, tidak merampas harta orang lain, tidak menghalangi
perjalanan pengguna jalan, dan tidak memutus jalan mereka.
c.       Menjawab salam jika ada pengguna jalan yang mengucapkan
salam.
d.      Mengingatkan orang lain kepada kebaikan.
e.       Melarang semua kemungkaran yang dikerjakan di depannya.
f.       Memberi petunjuk jalan kepada orang yang tersesat.

 Pasal Kesembilan: Etika Makan dan Minum


 Orang Muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana,
dan bukan tujuan. Ia tidak makan dan minum karena makanan dan
minuman, serta syahwat keduanya saja. Oleh karena itu, jika ia tidak
lapar maka ia tidak makan, dan jika ia tidak kehausan maka ia tidak
minum. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
 “Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali kami lapar, dan jika
kami makan maka kami tidak sampai kekenyangan.”
a.       Etika sebelum makan adalah sebagai berikut:
1.      Makanan dan minumannya halal, bersih dari kotoran-kotoran
haram, dan syubhat.
2.      Ia menguatkan makanan dan minumannya untuk menguatkan
ibadahnya kepada Allah Ta’ala.
3.      Ia mencuci kedua tangannya sebelum ia makan jika keduanya
kotor, atau ia tidak dapat memastikan kebersihan keduanya.
4.      Ia duduk dengan tawadlu’.
5.      Menerima makanan yang ada dan tidak mencacatnya. Jika ia
tertarik maka ia memakannya, dan jika tidak maka ia tidak
memakannya.
6.      Ia makan bersama orang lain.
b.      Etika ketika sedang makan ialah sebagai berikut:
1.      Memulai makan dengan mengucap basmalah atau doa.
2.      Mengakhiri makan dengan memuji Allah Ta’ala.
3.      Ia makan dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan
suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari pinggir dan
tidak makan dari tengah piring.
4.      Mengunyah makanan dengan baik.
5.      Tidak meniup makanan yang masih panas, memakannya ketika
telah dingin, tidak bernapas di air ketika minum, dan bernapas di air
hingga tiga kali.
6.      Menghindari kenyang yang berlebih-lebihan.
7.      Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling
tua, dan ia menjadi orang yang paling terakhir kali mendapatkan
jatah minuman.
8.      Tidak memulai makan dan minum sedang di ruang
pertemuannya terdapat orang yang lebih berhak memulai, karena
usia atau karena kelebihan kedudukan.
9.      Ramah ketika makan bersama temannya dan tidak lebih
banyak dari porsi temannya.
10.  Tidak melihat teman ketika sedang makan karena bisa membuat
malu.
11.  Jika makan bersama orang miskin maka harus
mendahulukannya. Jika makan bersama saudaranya maka tidak ada
salahnya bercanda dengannya dalam batas yang diperbolehkan. Jika
makan bersama orang yang berkedudukan maka harus santun dan
hormat kepada mereka.
c.       Etika setelah makan ialah sebagai berikut:
1.      Berhenti makan sebelum kenyang.
2.      Berdoa setelah makan dan minum.
3.      Mencuci tangannya.
4.      Membersihkan sisa-sisa makanan di giginya dan kemudian
berkumur untuk membersihkan mulutnya.

Pasal Kesepuluh: Etika Bertamu


Orang muslim beriman kepada kewajiban memuliakan tamu, dan
menghormatinya dengan penghormatan yang semestinya.
a.       Mengundang orang untuk bertamu
1.      Mengundang orang yang bertakwa.
2.      Tidak hanya mengundang orang-orang yang kaya saja namun
melibatkan yang miskin pula.
3.      Dalam mengundang tamu tidak bermaksud sombong.
4.      Tidak mengundang orang yang mengalami kesulitan untuk bisa
memenuhi undangan tersebut.
b.      Etika memenuhi undangan
1.      Tamu yang diundang harus memenuhi undangan dan tidak
datang terlambat kecuali karena udzur.
2.      Tidak membedakan antara undangan orang miskin dan
undangan orang kaya.
3.      Tidak membedakan undangan yang jauh maupun yang dekat.
4.      Dengan memenuhi undangan, seorang muslim harus berniat
memuliakan saudaranya.

c.       Etika menghadiri undangan


1.      Tidak berlama-lama di rumah pengundang.
2.      Jika seorang masuk ke rumah si pengundang, ia tidak boleh
menonjolkan dirinya di pertemuan, namun ia harus tawadlu’ di
dalamnya.
3.      Tuan rumah harus segera menghidangkan makanan kepada
para tamu.
4.      Tuan rumah tidak boleh memberesi makanan sebelum tangan
tamu diangkat daripadanya, dan sebelum semua tamu selesai makan.
5.      Tuan rumah harus menghidangkan makanan secukupnya.
6.      Jika tamu singgah di rumah seseorang, ia tidak boleh menginap
lebih dari tiga hari kecuali atas permintaan tuan rumah.
7.      Hendaknya tuan rumah mempunyai tiga kamar tidur, satu
untuk dirinya, satu untuk keluarga, dan satu untuk tamunya.
Pasal Kesebelas: Etika Bepergian
Orang muslim meyakini bahwa bepergian adalah salah satu
kebutuhan hidupnya, sebab haji, umrah, perang, menuntut ilmu,
berbisnisdan mengunjungi saudara-saudara seakidahnya merupakan
yang menghendaki perjalanan dan bepergian.
a.       Hukum-hukum bepergian
1.      Musafir mengqashar shalat-shalat yang empat raka’at.
2.      Musafir diperbolehkan bertayammum jika ia kehabisan air,
atau sulit mendapatkannya, atau harganya mahal.
3.      Musafir mendapatkan keringanan boleh tidak puasa selama
dalam perjalanan.
4.      Musafir diperbolehkan mengerjakan shalat sunnah di atas
kendaraan ke mana pun kendaraan tersebut mengarah.
5.      Musafir diperbolehkan men-jamak shalat maghrib dengan
shalat ashar.
b.      Etika-etika Perjalanan
1.      Musafir harus mengembalikan barang-barang yang
dirampasnya dari pemiliknya, dan barang-barang titipan kepada
pemiliknya.
2.      Musafir pamit kepada keluarga, saudara-saudara, dan teman-
temannya.
3.      Sebelum meninggalkan rumah seorang musafir harus berdoa
terlebih dahulu.
4.      Berdoa kepada Allah Ta’ala dalam perjalanan meminta
kebaikan dunia akhirat, karena doa orang dalam perjalanan itu
dikabulkan.
5.      Jika musafir tidur pada awal malam, ia bentangkan kedua
tangannya. Jika ia tidur di akhir malam, ia tegakkan salah satu
tangannya, dan meletakkan kepalanya di telapak tangan satunya agar
ia tidak kebablasan tidur sehingga ia tidak bisa mengerjakan shalat
shubuh pada waktunya.
6.      Dan Wanita tidak boleh bepergian pada sehari atau semalam
kecuali dengan mahramnya.

Pasal Kedua Belas: Etika Berpakaian


Pakaian mencerminkan pribadi seseorang. Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam menjelaskan apa saja yang boleh dijadikan
pakaian, apa saja yang disunahkan untuk dipakai. Oleh karena itu
orang Muslim konsekwen dengan etika-etika berikut dalam
berpakaian:
1.      Ia tidak memakai pakaian dari bahan sutra secara mutlak untuk
pakaian, sorban, dan lain sebagainya.
2.      Ia tidak memperpanjangkan pakaian atau celananya, atau
burnus (sejenis mantel yang bertudung kepala), atau gamis hingga
mencapai telapak kaki.
3.      Ia lebih mengutamakan pakaian yang berwarna putih daripada
warna yang lainnya.
4.      Wanita muslimah wajib memanjangkan pakaiannya hingga
menutupi kedua kakinya, dan memanjangkan kerudung di kepalanya
hingga menutupi leher dan dadanya.
5.      Kaum laki-laki tidak boleh menggunakan cincin emas.
 Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
Diharamkan pakaian sutra dan emas bagi orang laki-laki dari
umatku, dan dihalalkan bagi wanita-wanita mereka. (HR Abu Daud)
6.      Seorang muslim diperbolehkan menggunakan cincin dari
perak, atau mencetak namanya di cincin peraknya.
7.      Seorang muslim tidak dibenarkan menutup kain ke seluruh
tubuhnya, dan tidak menyisakan tempat keluar untuk kedua
tangannya.
8.      Laki-laki muslim tidak boleh mengenakan busana muslimah
begitu juga sebaliknya.
9.      Jika berpakaian ia memulainya dengan tangan kanan.
 Pasal Ketiga Belas: Etika Sifat-Sifat Fitrah
1.      Khitan, yaitu memotong kulit yang menutupi ujung kemaluan
laki-laki. Khitan disunnahkan pada hari ketujuh setelah kelahiran.
Tapi boleh juga menunda hingga anak sebelum mencapai usia
baligh.
2.      Memotong kumis dan memanjangkan jenggotnya.
3.      Orang muslim juga harus menghindari mengecat jenggotnya
dengan warna hitam.
4.      Mencabut rambut ketiak.
5.      Memotong kuku. Disunnahkan memulai memotong kukunya
dengan kuku di tangan sebelah kanan dan pada hari jum’at.

 Pasal Keempat Belas: Etika Tidur


Tidur adalah salah satu nikmat dari Allah Ta’ala. Itu karena istirahat
seseorang beberapa jam pada waktu malam setelah seharian bergerak
itu membantu kesegaran badan, kelangsungan perkembangan dan
aktifitasnya, agar dengan itu semua ia dapat menunaikan tugas yang
diciptakan Allah Ta’ala untuknya.
Mensyukuri nikmat-nikmat itu menghendaki orang muslim
menerapkan etika-etika berikut dalam tidurnya:
1.      Tidak menunda tidur setelah shalat Isya’ kecuali untuk
keperluan seperti belajar, atau berbicara dengan tamu, atau
bercumbu dengan istri.
2.      Berusaha tidak tidur kecuali dalam keadaan berwudlu.
3.      Memulai tidur dengan di atas lambung kanannya (miring ke
kanan), berbantal tangan kanannya, dan tidak apa-apa kalau ingin
berubah posisi dengan tidur miring ke kiri setelah itu.
4.      Tidak tidur dalam keadaan telungkup, baik tidur di siang hari
maupun di malam hari.
5.      Berdoa sebelum dan sebangun tidur.

2.3              Akhlak dan Aktualisasinya dalam Kehidupan


Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara
lahiriyah dan bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan
manusia bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta dapat
menentukan arah hidupnya ke depan. Sedangkan secara bathiniyah
pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata
krama, sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik
personal maupun kolektif.
Selain itu agama juga mempunyai peran penting dalam dunia
pendidikan, banyak ayat-ayat kauniyah yang menganjurkan umatnya
untuk selalu belajar kapanpun dan dimanapun, atau dengan istilah long
life education sebagai motivasi agama untuk dunia pendidikan.
Misalnya wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah
tentang pendidikan, yaitu bagaimana kita membaca perkembangan diri
sendiri, orang lain bahkan dunia dengan pengetahuan yang berorientasi
agama (ketuhanan).
 Kebiasaan merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk
karakter manusia berakhlak baik. Kebiasaan adalah kegiatan yang
dilakukan secara berulang-ulang, oleh karena itu jika kebiasaan
tersebut adalah kebiasaan baik maka akan terbentukkah individu
yang berkarakter dan berakhlak baik.
 Secara singkat Al-Ghazali menyebutkan bahwa untuk mencapai
akhlak yang baik ada tiga cara, pertama, akhlak yang merupakan
anugrah dan kasih sayang yakni orang yang memiliki akhlak baik
secara alamiah (bi al-thabi’ah wa al-fithrah), sebagai sesuatu yang
diberikan oleh Allah kepadanya sejak ia lahir. Kedua dengan
“mujahadah” (menahan diri) dan ketiga dengan “riyadhah” yang
disepakati para sufi.
Upaya mengubah kebiasaan yang buruk menurut Ahmad Amin
sebagai yang dikutip Ishak Sholih adalah sebagai berikut:
1.      Menyadari perbuatan buruk, bertekad untuk meninggalkannya.
2.      Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu dan
mewujudkan niat atau tekad semula.
3.      Menghindari diri dari segala yang dapat menyebabkan
kebiasaan buruk itu terulang.
4.      Menghindari diri dari kebiasaan yang buruk dan
meninggalkannya.
5.      Menjaga dan memelihara kekuatan penolakan dalam jiwa.
Perbuatan baik dipelihara dengan istiqomah, ikhlas dan jiwa tenang.
6.      Memilih teman bergaul yang baik.
7.      Menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat.
Sedangkan menurut Al-Ghazali, ada 4 cara untuk mengubah akhlak
yang buruk (dengan kesadaran diri), yaitu:
1.      Menjadi murid dari pembimbing spiritual (syaikh)
2.      Meminta bantuan teman yang tulus, taat dan punya pengertian
untuk mengamati, meneliti serta mengatakan kekurangan yang nyata
dan tersembunyi dalam dirinya.
3.      Mengetahui kekurangan kita dari seseorang yang tidak
menyenangi kita.
4.      Bergaul dengan banyak orang dan memisalkan kekurangan
orang lain bagaikan ada dalam diri kita.
Dari penjelasan di atas, nampak jelas bahwa akhlak merupakan
usaha manusia secara lahiriyah, yakni melalui ilmu dan amal.
Keteladanan merupakan usaha yang sulit tetapi amat menentukan,
memberi motivasi dan yang tidak kalah pentingnya adalah upaya
penciptaan suasana kondusif oleh semua pihak untuk menumbuhkan
akhlak yang positif di lingkungan sekitar.

Indikator Manusia Berakhlak

Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman


dalam hati dan teraplikasikannya takwa dalam perilaku. Sebaliknya,
manusia yang tidak berakhlak (su’al-khulug) adalah manusia yang ada
nifaq (kemunafikan) di dalam hatinya. Nifak adalah sikap mendua terhadap
allah. Tidak ada kesesuain antara hati dan perbuatan.

Taat akan perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu dapat
menyilaukan hati. Sebaliknya, melakukan dosa dan maksiat dapat
menghitamkan hati. Barang siapa melakukan dosa kemudian
menghapusnya dengan kebaikan tidak akan gelap hatinya, hanya saja
cahaya itu berkurang.

Ahli tasawuf mengemukakan bahwa indikator manusia berakhlak, antara


lain adalah memiliki budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak
menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam
ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak berbuat, penyabar, tenang
hatinya selalu bersama allah, bijaksana, hati-hati dalam bertindak,
disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba,
sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena allah dan benci
karena allah.

Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, manusia berakhlak


adalah manusia yang menjaga keseimangan antara hak dan kewajibannya
dalam hubungannya dengan allah, sesama makhluk dan alam semesta.

Didalam al-quran banyak ditemukan ciri-ciri manusia yang berima dan


memiliki akhlak mulia.
 Istiqamah atau konsekwan dalam pendirian (QS. Al Ahqof:13),
 Suka berbuat kebaikan (QS. Al Baqarah:112),
 Memenuhi amanah dan berbuat adil (QS. An Nisa’:58),
 Kreatif dan tawakkal (QS. Ali Imron:160),
 Disiplin waktu dan produktif (QS.Al Ashr:1-4),
 Melakukan sesuatu secara profesional dan harmonis (QS.
Al’Araf:31).

 Akhlak dan Aktualisasinya dalam Kehidupan

Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik harus


dipertahankan dan disempurnakan, serta kebiasaan yang buruk harus di
hilankan , karena kebiasaan merupakan faktor yang sangat penting dalam
membentuk karakter manusia berakhlak.

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat


mengimplementasikan iman yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh
ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari- hari. Dan akhlak seharusnya
diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim seperti di bawah ini.

1. Akhlak terhadap Allah

 Mentauhidkan Allah (QS. Al-Ihlas: 1-4)


 Tidak berbuat musyrik pada Allah (QS. Luqman: 13)
 Bertaqwa pada allah (QS. An Nisa’: 1)
 Banyak berdzikir pada Allah (QS. Al-Ahzab: 41-44)
 Bertawakkal hanya pada Allah (QS. Ali Imron: 159)

1. Akhlak terhadap diri sendiri

 Sikap sabar (QS. Al Baqarah: 153)


 Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)
 Sikap amanah atau jujur (QS. Al Ahzab: 72)
 Sikap tawadlu’ (rendah hati) (QS. Luqman: 18)
 Cepat bertobat jika berbuat khilaf (QS. Ali Imron: 135)

1. Akhlak terhadap sesama manusia

 Merajut ukhuwah atau persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10)


 Ta’awun atau saling tolong menolong (QS. Al Maidah: 2)
 Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imron: 134 & 159)
 Menepati janji (QS. At Taubah: 111).
Al-Ghozali menjelaskan bahwa mencapai akhlak yang baik ada tiga cara.

1. Akhlak merupakan anugrah dan rahmat allah, yakni orang, memiliki


akhlak baik secara almiah.
2. Mujahadah, selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik
dan tetap dalam kebaikan, serta menahan diri dari sikap putus asa.
3. Riyadloh, ialah melatih diri secara spritual untuk senantiasa dzikir
(ingat) kepada allah dengan dawam al-dzikir.

 
BAB IV PENUTUP

 Kesimpulan

Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran
baik dan buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Dan
Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di
suatu masyarakat. Serta, Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau
disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang yang
ukurannya adalah wahyu tuhan

Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada Tuhan),
dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu tasawuf.”

Indikator manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman dalam hati dan
teraplikasikannya takwa dalam perilaku.

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman yang


dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-
hari. Seperti akhlak kepada tuhan, diri sendiri, dan sesama manusia.

Saran

Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam
dalam kehidupan sehari-hari.

 
DAFTAR PUSTAKA

http://depeberbagiilmu.blogspot.com/2013/12/makalah-agama-islam-akhlak-etika-
dan.html (Diakses pada tanggal 03 Oktober 2014, pukul 5:03:15)

http://books.google.co.id/books?id=2K-
vp4lYPpAC&pg=PA55&lpg=PA55&dq=indikator+manusia+berakhlak&source=bl&ot
s=EYaGgYTBRt&sig=nNVswfjps1_PYzeiN4m-
DWmSa9Q&hl=id&sa=X&ei=jpw5VPHIN5aVuASqmIGgCA#v=onepage&q=indikato
r%20manusia%20berakhlak&f=true (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014, pukul
7:38:49)

http://nurdinfivers1.blogspot.com/2014/02/makalah-agama-tentang-etika-moral-
dan.html (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014, pukul 7:38:49)

Anda mungkin juga menyukai