Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT


NOVITA SARI
novitampii1212@gmail.com
ABSTRAK
Budaya keselamatan pasien merupakan hal yang penting. Budaya keselamatan pasien akan
menurunkan adverse event (AE) sehingga akuntabilitas rumah sakit di mata pasien dan
masyarakat akan meningkat. Budaya keselamatan pasien membantu organisasi
mengembangkan clinical governance, organisasi dapat lebih menyadari kesalahan yang telah
terjadi, menganalisis dan mencegah bahaya atau kesalahan yang akan terjadi, mengurangi
komplikasi pasien, kesalahan berulang serta sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi
keluhan dan tuntutan. Budaya keselamatan pasien (KP) merupakan hal pokok dan mendasar
dalam pelaksanaan KP di rumah sakit (RS). Setiap RS harus menjamin penerapan
keselamatan pasien (KP) pada pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien
(Fleming & Wentzel, 2008). Tujuan: Tujuan dari Penerapan budaya kerja dan kesehatan
kerja dalam pemberian asuhan keperawatan ini ialah untuk memberikan pelayanan ataupun
asuhan. Metode: Metode penulisan ini adalah Literature Review, dimana ini menganalisis
jurnal yang relevan dan berfokus pada tema Penerapan budaya kerja dan kesehatan kerja
dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit.

Kata kunci: Penerapan, Budaya, Kerja, Kesehatan, Kerja, dan, Pemberian, Asuhan,
Keperawatan

LATAR BELAKANG

Kecelakaan kerja menjadi salah satu masalah urgent di lingkungan rumah sakit. Hal ini
diakibatkan karena rumah sakit merupakan suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan pada semua bidang dan jenis penyakit. Oleh sebab itu rumah sakit dituntut untuk
dapat menyediakan dan menerapkan suatu upaya agar semua sumber daya manusia yang ada
di rumah sakit dapat terlindungi, baik dari penyakit maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana,
Widjasena & Jayanti, 2014).

Selain persepsi, sikap juga mempengaruhi perilaku perawat ditinjau dari segi faktor internal
(Notoadmodjo, 2010). Seorang perawat dalam melaksanakan manajemen K3 harus memiliki
sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dimana seluruh nilai positif yang ada dalam
dirinya menjadi pendorong perilaku sehat dan menjadi upaya dalam meningkatkan kesehatan
dan keselamatan selama bekerja.

Notoadmodjo (2010) menambahkan bahwa ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan persepsi, pengetahuan dan sikap perawat dalam menjaga kesehatan dan
keselamatan selama bekerja, diantaranya dengan memberikan promosi kesehatan dan
pelatihan tentang K3 sehingga hal ini diharapkan mampu merubah perilaku perawat menjadi
lebih baik. Selain faktor internal, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi perilaku
perawat dalam penerapan manajemen K3 di rumah sakit. Peneliti berasumsi bahwa ada
banyak faktor yang dapat menentukan perubahan perilaku perawat dari segi faktor eksternal,
diantaranya pengalaman.

Pengalaman perawat dapat dilihat dari berbagai aspek, Salah satunya adalah masa kerja.
Semakin lama masa kerja perawat maka pengalaman yang dimiliki juga semakin meningkat
sehingga perilakunya dalam menjaga keselamatan dirinya juga menjadi lebih baik. Selain itu
pengalaman juga dapat diperoleh dari berbagai sosialisasi maupun pelatihan tentang K3 yang
dilakukan oleh pihak rumah sakit. Faktor selanjutnya yang ikut berperan dalam perubahan
perilaku perawat yaitu tersedianya fasilitas yang mendukung sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Hal ini sejalan dengan penelitian Tukatman, Sulistiawati, Purwaningsih dan
Nursalam (2015) yang menyebutkan bahwa faktor enabling (fasilitas keamanan dan
keselamatan, hukum/aturan) pada perawat berpengaruh terhadap K3 pada perawat dalam
penanganan pasien.

Nilai yang paling tinggi pada faktor enabling berada pada komponen hukum/aturan, artinya
secara umum perilaku seseorang dipengaruhi oleh aturan yang ada di lingkungannya. Selain
beberapa faktor diatas, budaya organisasi juga berpengaruh terhadap perilaku perawat dalam
melaksanakan keselamatan, dimana budaya organisasi yang baik akan mendorong perawat
untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetentukan (Notoadmodjo, 2010). Hal ini
sejalan dengan penelitian Mulyatiningsih (2013) tentang determinan perilaku perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam menjaga keselamatan.

METODE

Metode penulisan ini adalah Literature Review, dimana ini menganalisis jurnal yang relevan
dan berfokus pada tema Penerapan budaya kerja dan kesehatan kerja dalam pemberian
asuhan keperawatan di rumah sakit dan pada kajian ini adalah metode kualitatif yang
memberikan penjelasan dengan menggunakan analisis pada referensi-refensi yang digunakan.
Adapun sumber yang digunakan dalam literature ini menggunakan sumber dari buku teks dan
jurnal dengan memasukan kata kunci pelaksanaan tahap Penerapan budaya kerja dan
kesehatan kerja dalam pemberian asuhan keperawatan di rumah sakit. Adapun jurnal yang
saya gunakan merupakan jurnal yang diterbitkan pada 8 tahun terakhir.

TUJUAN

Tujuan dari Penerapan budaya kerja dan kesehatan kerja dalam pemberian asuhan
keperawatan ini ialah untuk memberikan pelayanan ataupun asuhan berdasarkan penerapan
keselamatan pasien oleh perawat ataupun tenaga medis.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berasumsi bahwa perilaku perawat dalam penerapan
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ditinjau dari faktor internal dan ekternal
berada pada kategori baik karena berbagai alasan, diantaranya: komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) sudah melakukan fungsi manajeman K3RS dengan
baik, seperti dilakukannya promosi kesehatan dan pelatihan tentang K3.

Selain itu sebagian besar perawat juga sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
baik tentang penerapan K3, fasilitas yang disediakan serta budaya organisasi yang ada di
rumah sakit sudah mengacu pada standar yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan
KEPMENKES RI 2010 dan peran dari rumah sakit khususnya kepala ruang juga sudah
berfungsi secara optimal dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja perawat
dalam menerapkan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu
kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku,
kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja
(Supriyadi & Triguno, 2006). Budhi Paramita mendefenisikan bahwa budaya kerja secara
umum sebagai sekelompok pikiran dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh suatu golongan
masyarakat (Ndraha, 1999).
Upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit sudah merupakan
sebuah gerakan universal. Berbagai negara maju telah menggeser paradigma ”quality” kearah
paradigma baru “qualitysafety”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus
ditingkatkan tetapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara
konsisten dan terus menerus.

Budaya keselamatan pasien merupakan hal yang penting. Budaya keselamatan pasien akan
menurunkan adverse event (AE) sehingga akuntabilitas rumah sakit di mata pasien dan
masyarakat akan meningkat. Budaya keselamatan pasien membantu organisasi
mengembangkan clinical governance, organisasi dapat lebih menyadari kesalahan yang telah
terjadi, menganalisis dan mencegah bahaya atau kesalahan yang akan terjadi, mengurangi
komplikasi pasien, kesalahan berulang serta sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi
keluhan dan tuntutan.

Peranan perawat pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bisa dikatakan sangat
bermakna,mengingat tugas fungsional perawat dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa
fokus utamaperawatan kesehatan kerja adalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga
kerja denganpenekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cidera.

Hal ini terjadi/antara lain karena perkembangan yang sangat pesat dari industri di Indonesia
dan perkembangan fasilitas pendidikan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja yang ada
diIndonesia. Pengaruh lain adalah hambatan jenjang pendidikan dasar perawat yang berbeda-
beda.Peranan profesi dalam mengembangkan tingkat profesi-onalisme belum terlihat
bermakna. Untukmenjaga mutu profesionalisme, sudah saatnya kita semua memikirkan
upaya yang perlu dilakukan.Salah satunya diharapkan organisasi profesi meningkatkan
peranannya dalam membina danmemantau anggotanya, serta menerus aktif dalam
meningkatkan kemampuan dan ketrampilananggotanya

PEMBAHASAN

Budaya keselamatan pasien (KP) merupakan hal pokok dan mendasar dalam pelaksanaan KP
di rumah sakit (RS). Setiap RS harus menjamin penerapan keselamatan pasien (KP) pada
pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien (Fleming & Wentzel, 2008).

Safety culture atau budaya K3 yaitu sikap yang mengutamakan nilai-


niai kesehatan dan keselamatan kerja ditandai dengan dipatuhinya kebijakan atau peraturan
yang berlaku oleh semua anggota organisasi.
Upaya keselamatan pasien (KP) diawali dengan penerapan budaya keselamatan (KP). (KKP-
RS, 2008). Hal ini dikarenakan fokus pada budaya keselamatan pasien (KP) akan
menghasilkan penerapan keselamatan pasien (KP) yang lebih baik dibandingkan jika hanya
berfokus pada program keselamatan pasien (KP) saja. (ElJardali, Dimassi, Jamal, Jaafar, &
Hemadeh, 2011). Budaya keselamatan pasien (KP) sebagai fondasi dalam usaha penerapan
keselamatan pasien (KP) yang merupakan prioritas utama dalam pemberian layanan
kesehatan. (Disch, Dreher, Davidson, Sinioris, & Wainio, 2011; NPSA, 2004).

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan, pekerja mendapatkan


perhatian dari seluruh dunia dengan diprioritaskannya occupational health/ kesehatan kerja
dalam kebijakan Healthy People 2000. Kebijakan yang bersifat global ini ditujukan untuk
memperbaiki status kesehatan pekerja, mengurangi faktor risiko di tempat kerja,
memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan kerja, serta mengurangi terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Eigsti, Guire, & Stone, 2002).

Fondasi keselamatan pasien (KP) yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya asuhan keperawatan. Penerapan keselamatan pasien (KP) memungkinkan perawat
mencegah terjadinya kesalahan kepada pasien saat pemberian layanan kesehatan di RS.

Pencegahan kesalahan yang akan terjadi tersebut juga dapat menurunkan biaya yang
dikeluarkan pasien akibat perpanjangan masa rawat yang mungkin terjadi (Kaufman &
mccaughan, 2013). Pelayanan yang aman dan nyaman serta berbiaya rendah merupakan ciri
dari perbaikan mutu layanan. Perbaikan mutu pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
memperkecil terjadinya kesalahan dalam pemberian layanan kesehatan.

Keperawatan kesehatan kerja/ occupational health nursing (OHN) adalah cabang khusus dari
keperawatan komunitas yang merupakan aplikasi dari konsep dan frame work dari berbagai
disiplin ilmu (keperawatan, kedokteran, kesehatan masyarakat, ilmu sosial dan perilaku,
prinsip-prinsip manajemen) yang bertujuan meningkatkan dan memelihara status kesehatan
pekerja serta melindungi pekerja dari kecelakaan kerja dan faktor risiko bahaya di tempat
kerja (health hazards) dalam konteks lingkungan kerja yang sehat dan aman (American
Asscociation of Occupational Health Nursing/ AAOHN dalam Nies & Swansons, 2002;
Stanhope & Lancaster, 2004).

Berdasarkan aplikasi model Epidemiologi, hubungan antara pekerja dan status kesehatan
dilihat berdasarkan tiga faktor yang saling mempengaruhi, yaitu pekerja (host), lingkungan
(environment) dan health hazards (Stanhope & Lancaster, 2004).
Pekerja (Host)

Pekerja merupakan host pada populasi pekerja. Host memiliki karakteristik yang
berhubungan dengan meningkatnya risiko untuk terpapar health hazards di tempat kerja.
Karakteristik tersebut meliputi: (1) usia; (2) Jenis kelamin; (3) Memiliki atau tidak memiliki
penyakit kronis; (3) Aktifitas di tempat kerja; (4) Status imunologi; (5) Etnik; (6) Gaya hidup
(Stanhope & Lancaster, 2004).

Faktor Risiko Bahaya di Tempat Kerja (Health Hazards)

Health hazards berupa faktor kimia, fisika, biologi, enviromechanical dan psikologi, terdapat
pada hampir semua bentuk institusi kerja (Stanhope & Lancaster, 2004).

Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara host dan agent
dan dapat menjadi mediasi antara host dan agent. Lingkungan digolongkan menjadi fisik dan
psikologis. Lingkungan fisik berupa panas, bau, ventilasi yang mempengaruhi interaksi host
dan agent. (Stanhope & Lancaster, 2004).

Penerapan budaya KP akan mendeteksi kesalahan yang akan dan telah terjadi (Fujita et al.,
2013; Hamdan & Saleem, 2013; Kaufman & mccaughan, 2013). Budaya KP tersebut akan
meningkatkan kesadaran untuk mencegah error dan melaporkan jika ada kesalahan (Jeffs,
Law, & Baker, 2007). Hal ini dapat memperbaiki outcome yang dihasilkan oleh RS tersebut.

Dimensi-dimensi keselamatan pasien meliputi:

- Kerja sama tim antar unit;


- Kerja sama dalam tim di unit RS;
- Operan;
- Frekuensi pelaporan kejadian;
- Respon tidak menghukum terhadap kesalahan;
- Komunikasi terbuka;
- Umpan balik;
- Pembelajaran organisasi; dan
- Persepsi secara umum tentang Keselamatan Pasien (KP).

Budaya KP merupakan nilai, kepercayaan, yang dianut bersama dan berkaitan dengan
struktur organisasi, dan sistem pengawasan dan pengendalian untuk menghasilkan norma-
norma perilaku (Ferguson & Fakelman, 2005). Hal ini melibatkan persepsi individu tersebut.
Staf dengan persepsi baik terhadap KP akan memudahkan penerapan budaya KP (Disch, et
al., 2011).

Selain dalam bentuk kebijakan rumah sakit yang dibuat, komitmen staff ataupun tenaga
medis tersebut juga berupa mampu mengimbau dan mengajak para klien yang ada di rumah
sakit untuk melakukan segala upaya dan tindakan yang sehat dan aman serta perawat mampu
menjadi role model dalam praktik budaya K3 di rumah sakit dan rumah sakit menyediakan
saran prasarana K3. Dengan demikian,  para penghuni yang ada di Rumah sakitpun
termotivasi untuk menerapkan budaya K3 dengan mematuhi peraturan yang berlaku seperti
memakai APD, bekerja sesuai SOP yang dibuat dan lain-lain. Dengan begitu, risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta segala kerugiannya pun dapat dihindari
karena para karyawan bertindak aman dalam bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku.

Strategi Intervensi Keperawatan Kesehatan Kerja

Pendidikan Kesehatan Menurut Anderson dan McFarlane (2000), OHN bertanggung jawab
terhadap program pendidikan kesehatan di tempat kerja. Pendidikan kesehatan dirancang
sejak awal untuk memberikan promosi kesehatan tidak hanya difokuskan pada pekerja tetapi
juga diberikan kepada keluarga pekerja. Keluarga memberikan kontribusi besar terhadap
status kesehatan pekerja (Oakley, 2002). Anderson dan McFarlane (2000) menjelaskan,
aktifitas pendidikan kesehatan di tempat kerja dimulai dari pengkajian kebutuhan pekerja dan
pihak manajemen terhadap upaya pendidikan kesehatan. Langkah berikutnya menciptakan
program pendidikan kesehatan yang efisien, efektif untuk diimplementasikan di tempat kerja.

Salah satu tantangan yang dihadapi perawat kesehatan kerja untuk memberikan pendidikan
kesehatan yang efektif di tempat kerja adalah minimnya waktu luang yang dimiliki pekerja
untuk mengikuti pendidikan kesehatan. Waktu luang yang dimiliki pekerja hanya pada saat
istirahat makan siang atau istirahat minum kopi, sehingga dibutuhkan strategi khusus untuk
mensiasati permasalahan tersebut (Oakley, 2004).

PENUTUP

Perawat yang memiliki budaya keselamatan pasien (KP) yang tinggi cenderung akan
memberikan pelaksanaan pelayanan yang lebih baik dan nyaman kepada pasien Safety jika
dibandingkan dengan perawat yang memiliki budaya keselamatan pasien (KP) yang rendah.
Karena Perawat merupakan salah satu faktor penting dalam kelangsungan suatu rumah sakit.
Melaksanakan tugas dengan tetap memperhatikan Standar Pelaksanaan Operational adalah
salah satu langkah dalam penerapan K3RS. Hal ini berarti pihak rumah sakit harus
meningkatkan aspek-aspek penyusun budaya keselamatan pasien dengan harapan akan
menghasilkan pelaksanaan pelayanan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ezdha.A.U.A.Angreini.S.N.&Fitri.D.E.2018.P engaruhu Pelatihan Keselamatan Pasien


Dengan Metode Ceramah Dengan Pemahaman Perawat Mengenai Penerapan Sasaran
Keselamatan Pasien Di Rs PMC Pekan Baru. Jurnal Kesehatan,1(8).

Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta : Deepublish.

Mandriani.E.Hardisman.&Yetti.H.2019.Anali si Dimensi Budaya Keselamatan Paasien


Oleh Petugas Kesehatan Di RSUD Dr Rasidin Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Andalas, 8(1).

Najihah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien Di


Rumah Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. 3 (1), 1-4.

Neri, R., A., Lestari, Y., & Yetty, H. (2018). Analisis Sasaran Pelaksanaan
Keselamatan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman. Jurnal
Kesehatan Andalas. 7 (4), 48-50.

Rivai, F., Sidin, A. I. & Kartika, I. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan
Implementasi Keselamatan Pasien di RSUD Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 4.

Sakinah, S., dkk. (2017). Analisis Sasara Keselamatan Pasien Dilihat dari Aspek
Pelaksanan Identifikasi Pasien dan Keamanan Obat di RS Kepresidenan RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 5, Nomor 4.

Simamora, R. H. (2018). Buku ajar keselamatan pasien melalui timbang terima pasien
berbasis komunikasi efektif: SBAR. Medan: USU press.

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs


Through Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.
Suci.W.P.2018.Peningkatan Budaya Keselamatan Pasien Melalui Pemberdayaan
Champion Keselamatan Pasien. JKH, 2(2).(2548- 1843).

Tukatman., Sulistiawati., Purwaningsih., & Nursalam. (2015). Analisis Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Di Rumah Sakit Benyamin Guluh
Kabupaten Kolaka. Jurnal Ners Vol. 10 No. 2.

Pagala, I., Shaluhiyah, Z., & Widjasena, B. (2017). Perilaku Kepatuhan Perawat
Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X Kendari.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 12(1), 138-141.

Putri, S., Santoso, S., &Rahayu, E. P. (2018).Pelaksanaan Keselamatan Pasien dan


Kesehatan Kerja terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit. Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 3(2), 271-277

Yasmi, Y., & Thabrany, H. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015. Jurnal
Administrasi Rumah Sakit. 4 (2), 99-103.

Anda mungkin juga menyukai