Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kusta termasuk penyakit tertua. Kata Kusta Berasal dari bahasa india. Kustha, dikenal sejak

1400 thn sebelum masehi. Kata Lepra ada disebut-sebut dalam kitab injil, terjemahan dari bahasa

Hebrew Zaraath, yang sebenarnya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya. Ternyata bahwa

berbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur, apalagi jika dibandingkan dengan kusta

yang kita kenal sekarang ini.

B.   Rumusan Masalah

Adapun rumusan pembahasan makalah ini adalah :

1.     Apa itu penyakit kusta?

2.     Apa itu definisi morfologi kusta?

3.     Bagaimanakah siklus hidup dari kusta?

4.     Bagaimanakah cara infeksi & penularan kusta?

5.     Apa saja gejala - gejala klinis dari kusta?

6. Bagaimanakah caranya untuk mengobati penyakit kusta?

7. Bagaimanakah upaya pencegahan kusta?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan pembahasan makalh ini adalah:

1.     Untuk mengetahui pengertian kusta

2.     Untuk mengetahui morfologi kusta

1
3.     Untuk mengetahui siklus hidup kusta

4.     Untuk mengetahui cara infeksi & penularan kusta

5.     Untuk mengetahui gejala – gejala klinis kusta

6. Untuk mengetahui cara mengobati kusta

7. Untuk mengetahui upaya pencegahan kusta.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit kronik pertama kali yang menyerang susunan saraf tepi,

selanjutnya dapat menyerang kulit,mukosa(mulut),saluran pernafasan bagian atas,sistem retikolo

endotelial,mata ,otot,tulang dan testis.

Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycrobacterium

Leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan

mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain, kecuali susunan saraf

pusat.

2
B. Definisi Morfologi Kusta

DASAR TEORI

1. ` Definisi kusta

Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala
kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang
menemukannyayaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini
disebut Morbus Hansen.
Kusta merupakan infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium
leprae yang bersifat intraseluler obligat. Penyakit ini adalah tipe granuloma dengan progresip
lambat pada kulit dan saraf. Penyakit ini dapat merusak kulit, saraf perifer, mukosa traktus
respiratorius bagian atas, dan juga mata, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf.

2. Epidemiologi

          Kusta terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Amerika Latin, daerah tropis dan
subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya rendah. Penyebaran kusta dari suatu tempat
ke tempat lain sampai tersebar di seluruh dunia, tampaknya disebabkan oleh perpindahan
penduduk yang terinfeksi penyakit tersebut.
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang
diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung.
Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:

a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering,
diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.

b.      Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya
harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan
berulang-ulang.
Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yang
penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan
hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit-penyakit terinfeksi lainnya. 
Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan
penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan M. leprae dan daya
tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah

3
-          Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
-          Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti
-          Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
-          Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah Negara dengan tingkat sosial
ekonomi rendah
-          Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat.

3.       Etiologi

           Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G. A. Hansen pada


tahun 1874 di Norwegia. M. leprae berbetuk basil dengan ukuran 3-8 Um x 0,5 Um, tahan asam
dan alcohol serta Gram positif. Di luar tubuh dapat hidup selama 2-9 hari. Masa pembelahan
atau generation timerata-rata 20 hari.

4. Patogenesis

           Mycobacterium leprae merupakan parasit obligat intraseluler yang terutama terdapat pada


sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwan di jaringan
saraf. BilaMycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh, akan menimbulkan reaksi
Hipersensitifitas tipe IV oleh sel TH1, sel pembunuh dan makrofag. Antigen difagositosis oleh
makrofag, diolah, dan dipresentasikan pada sel TH. Sensitisasi ini berlangsung lebih dari 5 hari.
Pada kontak kedua, sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel TH1. Sel ini akan merangsang
pembentukan monosit di sumsum tulang melalui IL-3 dan faktor yang merangsang koloni
makrofag-granulosit (GM-CSF) sehingga menarik monosit dan makrofag melalui kemokin,
seperti MCPs (monocyte chemoattractant proteins) dan MIPs (monocyte inflammatory proteins),
dan mengaktifkannya melalui interfeuron γ (IFN-γ). MCPs dan MIPs bersama dengan TNF-β
meyebabkan reaksi peradangan yang hebat.
            Makrofag dalam jaringan berasal dari monosit dalam darah yang mempunyai nama
khusus, antara lain sel Kupffer dari hati, sel aveolar dari paru, sel glia dari otak, dan dari kulit
disebut histiosit. Dengan adanya proses imunologik, histiosit datang ke tempat kuman. Kalau
datangnya berlebihan dan tidak ada lagi yang harus difagosit, makrofag akan berubah bentuk
menjadi sel epiteloid yang tidak dapat bergerak dan kemudian akan berubah menjadi sel datia
Langhans. Adanya massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi limfosit disebut tuberkel akan
menjadi penyebab utama kerusakan jaringan dan cacat. Pada penderita dengan Sistem Imun
Seluler (SIS) rendah atau lumpuh, histiosit tidak dapat menghancurkan M. Lepra yang sudah ada
didalamnya, bahkan ijdikan tempt berkembang biak dan disebut sel Virchow atausel
lepra atau sel busa dan sebagai alat pengangkut penyebarluasan.

4
C. siklus atau daur hidup kusta

Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha
mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu,
berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda.] Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama
30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos
di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Secara umum, telah
disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

Penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui
hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteri Mycobacterium
lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta
di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy.]
Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama
Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit
yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit
Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata
leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih
diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.

Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran
pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.[5] Bila tidak
ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota

5
gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan
pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.

D.       Cara infeksi & Penularan Kusta

Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiler (MB) kepada orang
lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian
besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan
(inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat). Kuman mencapai permukaan kulit
melalui folikel rambut, kelenjar keringat, dan diduga juga melalui air susu ibu. Tempat
implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama.
Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang intim dan lama dengan
penderita. Yang jelas seorang penderita yang sudah minum obat tidak menjadi sumber penularan
kepada orang lain. Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah, dan tidak perlu
ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain :
1.      Faktor Sumber Penularan
Sumber penularan adalah penderita kusta tipe MB. Penderita MB inipun tidak akan
menularkan kusta, apabila berobat teratur.

6
2.       Faktor Kuman Kusta
Kuman kusta dapat hidup diluar tubuh manusia antara 1 - 9 hari tergantung pada suhu atau
cuaca, dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja yang dapat menimbulkan
penularan.
3.        Faktor Daya Tahan Tubuh
Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95 %), dari hasil penelitian
menunjukkan gambaran sebagai berikut : dari 100 orang yang terpapar : 95 orang tidak menjadi
sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi
memperhitungkan pengaruh pengobatan.
Penularan kusta juga dapat terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui lingkungan. Hal ini
diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa adanya penurunan prevalensi kusta ternyata tidak
diikuti dengan penurunan insidensi dan masih tetap adanya penderita baru yang ditemukan
walaupun kasus aktif sebagai sumber infeksi telah diobati. Mycobacterium leprae mampu hidup
diluar tubuh manusia dan keluar terutama dari sekret nasal. Mycobacterium leprae ditemukan
pada tanah disekitar lingkungan rumah penderita, dan hal ini dibuktikan dengan salah satu
penelitian menggunakan telapak kaki mencit sebagai media kultur, juga dapat dibuktikan bahwa
M.leprae mampu hidup beberapa waktu di lingkungan. Mycobacterium leprae juga dapat
ditemukan pada debu rumah penderita, air untuk mandi dan mencuci yang dapat menjadi sumber
infeksi, akan tetapi hal ini masih memerlukan penelitian lanjut.

7
E.  Gejala Klinis Kusta

Tanda gejala pasti diaknostik kusta ,ada tiga tanda:


       Lesi kulit yang anastesi
       Penebalan saraf perifer
       Adanya atau ditemukannya atau bakteri myco bacterium lepray
Gejala dan keluhan tergantung pada :
       Multiplikasi dan dimensi kuman myco bacterium lepray
       Respon imun penderita terhadap kuman myco bacterium lepray
       Komplikasi yang diakibatkan oleh kerusakan saraf perifer
Pada awalnya penderita tidak merasa terganggu, hanya terdapat adanya kelainan kulit berupa

bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan.

Kelainan kulit ini berupa : kurang rasa / hilang rasa / mati rasa, tidak gatal dan tidak sakit.

Gejala Klinis: Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis, bakteroskopis, dan

histopatologis. Diantaranya ketiganya, diagnosis secara klinislah yang terpenting dan paling

sederhana. Hasil bakterioskopis memerlukan waktu yang paling sedikit 15-30 menit, sedangkan

histopatologik 10-14 hari. Kalau memungkinkan dapat dilakukan tes lepromin (Mitsuda) untuk

membantu penentuan tipe, yang hasilnya baru dapat diketahui setelah 3 minggu. Penentuan tipe

kusta perlu dilakukan agar dapat menetapkan terapi yang sesuai.

Bila hasil M.Leprae masuk ke dalam tubuh seseorang, dapat timbul gejala klinis sesuai dengan

kerentanan orang tersebut. Bentuk tipe klinis tergantung pada system imunitas selular (SIS)

penderita. SIS baik akan tampak gambaran klinis kea rah tuberkuloid, sebaliknya SIS rendah

memberikan gambaran lepromatosa.

8
F.    Pengobatan & Prognosis Kusta

Obat anti kusta yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah DDS (Diaminodifeni Sulfon)

lalu klofazimin dan Rifamfisin. DDS mulai dipakai sejak 1948 dan pada tahun 1952 di

Indonesia. Klofazimin Dipakai sejak 1962 oleh Brown dan HOGERZEIL dan RIFAMPISIN

sejak tahun 1970. Pada Tahun 1998 WHO Menambahkan 3 obat antibiotika lain untuk

pengobatan alternatif, yaitu Ofkloksasin, Minossiklin dan klaritromisin.

Pengobatan penyakit kusta dengan cara Multi Drug Therapy (MDT)Pengobatan dengan

menggunakan beberapa jenis obat Pada awalnya, obat yang paling efektif untuk pengobatan

kusta adalah promin. Promin yang awalnya diberikan secara injeksi digantikan oleh dapsone

yang diberikan secara oral. Kini, dalam pengobatan kusta dilakukan dengan cara Multi Drug

Therapy (MDT)

PENATALAKSANAAN

a. tujuan

       Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacar

9
       Memutuskan rantai penularan dari penderita kusta dengan jalan mematikan kuman sehingga

tidak berdaya merusak jaringan tubuh

b. pengobatan penyakit kusta biasanya dilakukan di puskesmas dengan obat :

       DDS (damino Diphenil Sulfane)

dosis untuk dewasa 100 mg/hari, untuk anak-anak 1-2 mg/kg BB/hari
       CLOFAZIMINE

Dosis dibawah 10 tahun, untuk bulanan 100mg/bulan, untuk harian 50 mg/2x/minggu.


Dosis untuk umur 11-14 tahun, bulanan 200mg/bulan, harian 50mg/3x minggu
       RIFAMPISIN

Dosis anak-anak 10-15mg/kg BB


Obat-obat yang dapat digunakan untuk penyakitkusta diantaranya:

1.Rifampicin:dapat membunuh bakteri kusta dengan menghambat perkembangbiakan bakteri.

Dosis 600 mg.

2.Diaminodiphenylsulfone: mencegah resistansi bakteri terhadap obat (Dapsone)

(dikombinasikan dengan obat lain)

3.Clofazimine(CLF): menghambat pertumbuhan dan menekan efek bakteri yang perlahan pada

Mycobacterium Leprae dengan berikatan pada DNA bakteri

4.Ofloxacin: Synthetic Fluoroquinolone, beraksi menyerupai penghambat bacterial DNA gyrase

5.Minocycline: Semisynthetic Tetracycline, menghambat sintesis protein pada bakteri.

10
G.      Pencegahan Kusta

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta, dari hasil penelitian dibuktikan
bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya lebih besar kemungkinan menimbulkan
penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting
dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah, disini letak salah satu
peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk
berobat secara teratur.

1.       Pencegahan Primodial


Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki faktor
resiko penyakit kusta melalui penyuluhan. Penyuluhan tentang penyakit kusta adalah proses
peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat oleh petugas kesehatan
sehingga masyarakat dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari
penyakit kusta.

2.       Pencegahan Primer (Primary Prevention)


Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan seseorang yang telah memiliki
faktor resiko agar tidak sakit. Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi
penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor resikonya.

11
Untuk mencegah terjadinya penyakit kusta, upaya yang dilakukan adalah memperhatikan dan
menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, personal hygiene, deteksi dini adanya penyakit
kusta dan penggerakan peran serta masyarakat untuk segera memeriksakan diri atau
menganjurkan orang-orang yang dicurigai untuk memeriksakan diri ke puskesmas.

3.        Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)


Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan penyakit dini yaitu mencegah orang
yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan menghindari komplikasi.
Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengobati penderita dan mengurangi akibat-akibat
yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan.
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan pemeriksaan
neuritis, deteksi dini adanya reaksi kusta, pengobatan secara teratur melalui kemoterapi atau
tindakan bedah.
Untuk menetapkan diagnose dini penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda pokok atau
“cardinal sign” pada badan, yaitu :
a)      Lesi (Kelainan) kulit yang mati rasa
Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan (hypopigmentasi) atau kemerah-
merahan (eritematousa) yang mati rasa (anestesi).
b)     Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan juga dapat disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf. Gangguan
fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan
fungsi saraf ini bisa berupa:
        Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
        Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (Parese) atau kelumpuhan (Paralise)
        Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak-retak.
c)      Ditemukan Basil Tahan Asam2
Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif). Pemeriksaan
kerokan hanya dilakukan pada kasus yang meragukan. Seseorang dinyatakan sebagai penderita
kusta bilamana terdapat satu dari tanda-tanda utama di atas. Apabila hanya ditemukan cardinal
sign ke-2 dan petugas ragu perlu dirujuk kepada WASOR atau ahli kusta, jika masih ragu orang
tersebut dianggap sebagai kasus yang dicurigai (suspek).

12
Tanda-tanda tersangka kusta (suspek) :
  Tanda-tanda pada kulit
1.      Bercak/Kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh
2.      Kulit mengkilap
3.      Bercak yang tidak gatal
4.      Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut.
5.      Lepuh tidak nyeri.
  Tanda-tanda pada saraf
1.      Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka.
2.      Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka
3.      Adanya cacat (deformitas)
4.      Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
d.      Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention)
Tujuan pencegahan tertier adalah untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan untuk memulihkan seseorang yang sakit
sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna, produktif, mengikuti gaya hidup yang
memuaskan dan untuk memberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai tingkatan
penyakit dan ketidakmampuannya. Pencegahan tertier meliputi:
1.      Pencegahan Kecacatan
Pencegahan cacat kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada penanggulangannya.
Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh petugas kesehatan, maupun oleh
penderita itu sendiri dan keluarganya.
Upaya pencegahan cacat terdiri atas :
  Upaya pencegahan cacat primer, yang meliputi :
a)      Diagnosa dini dan penatalaksanaan neuritis
b)      Pengobatan secara teratur dan adekuat
c)      Deteksi dini adanya reaksi kusta
d)     Penatalaksanaan reaksi kusta
  Upaya pencegahan cacat sekunder, yang meliputi :
a)      Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka

13
b)      Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya
kontraktur.
c)      Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat
tekanan yang berlebihan.
d)     Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi.
e)      Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami kelumpuhan otot.

14
BAB III
PENUTUP

a.    Kesimpulan
Penyakit kusta merupakan penyakit menular. Tetapi cara penularannya tidak mudah dan masa
penularannya lama. Penyakit kusta menular dengan adanya kontak langsung dengan penderita
dalam jangka waktu yang lama. Penyakit ini bisa menimbulkan kecacatan pada penderita karena
bakteri menyerang saraf penderita kusta. Penyakit kusta ini bisa disembuhkan apabila ditemukan
tanda-tanda kusta dan diobati sejak dini.
Kusta banyak terdapat pada negara berkembang atau negara miskin. Dengan kondisi
lingkungan yang tidak bersih, fasilitas kebersihan yang tidak memadai dan asupan gizi yang
buruk sehingga menyebabkan daya tahan tubuh rendah. Rentan terhadap penyakit infeksi seperti
kusta.

b.   Saran
Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), hindari kontak langsung dengan penderita
kusta, memeriksakan diri apabila muncul tanda – tanda kusta. Bila ditemukan sejak dini, kusta
dapat disembuhkan dan tidak sampai menimbulkan kecacatan pada tubuh.

15

Anda mungkin juga menyukai