Anda di halaman 1dari 6

Imam Nawawi rahimahullahu ta’ala 

mengatakan, dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh


‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ورسُولِ ِه ف ِهجْ َرتُهُ إلى هللاِ و َرسُوْ لِ ِه و َم ْن‬ ْ ‫ت وإِنَّما لِ ُكلِّ امري ٍء ما نَ َوى فَ َم ْن َكان‬
َ ِ‫َت ِهجْ َرتُهُ إلى هللا‬ ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّا‬
ُ ْ
‫ُص ْيبُها أو امرأ ٍة يَن ِك ُحهَا ف ِهجْ َرتهُ إلى ما هَا َج َر إلي ِه‬ ْ ُ ُ ْ
ِ ‫كانَت ِهجْ َرتهُ لِدنيَا ي‬ َ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya


seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. Maka barang siapa yang
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya.
Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya,
maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini termasuk dalam jajaran hadits paling shahih yang diriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits ini diriwayatkan dari Amirul
Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu. 

Amalan Tergantung Pada Niatnya

Suatu amalan menjadi sah  secara syar’i dan juga akan mendapatkan pahala jika
diniatkan dengan niat yang benar. Niat adalah sebuah amalan hati yang fungsinya
membedakan antara ibadah yang satu dengan yang lain. Juga membedakan antara
ibadah dengan adat kebiasaan biasa.

Kita mengetahui ada mandi yang terkadang dilakukan hanya sekedar untuk
membersihkan diri atau mendinginkan badan. Tapi ada juga mandi yang fungsinya
sebagai ibadah. Yaitu untuk mengangkat hadas besar atau juga untuk mengagungkan
syiar Allah subhanahu wa ta’ala seperti mandi untuk shalat jum’at.

Kita mengetahui juga bahwa terkadang satu ibadah dengan ibadah yang lain memiliki
bentuk yang sama. Misalnya sama-sama shalat empat rakaat. Tentu ini perlu
dibedakan apakah kita ingin melakukan shalat dzuhur atau shalat ashar. Contoh yang
lain ketika kita ingin melaksanakan shalat dua rakaat di pagi hari. Kita harus
membedakan apakah kita niatkan untuk shalat qabliyah subuh atau untuk shalat subuh
yang wajib?

Inilah fungsi niat. Yaitu yang pertama untuk membedakan, sedangkan fungsi
yang kedua adalah menuntukan untuk siapa ibadah yang kita lakukan. Apakah
kita menjalankan shalat karena Allah atau untuk selain Allah? Misalnya agar dipuji
oleh orang-orang disekitar kita atau untuk keduanya sekaligus. Disinilah pentingnya
niat. Kita harus mengatur siapa yang kita harapkan? Untuk siapa kita beramal? Imam
Ahmad pernah ditanya tentang bagaimana kita berniat sebelum beribadah, beliau
mengatakan, “Tata hatimu sebelum engkau beramal bahwa engkau tidak melakukan
ibadah atau amalan ini kecuali karena Allah azza wa jalla.”
setiap Orang Hanya Mendapatkan Yang Dia Niatkan

Kalau dalam shalatnya seseorang meniatkan untuk shalat qabliyah subuh, maka shalat
dua rakaat yang dilakukan adalah shalat qabliyah subuh. Artinya kewajiban shalat
subuh hari itu belum dia lakukan. Berarti dia wajib untuk bangun dan shalat dua
rakaat lagi dengan niat shalat subuh. Begitu juga kalau seseorang shalat empat rakaat
dengan niat shalat ashar, maka yang dia dapatkan adalah pahala shalat ashar.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sebuah


contoh. Dimana ada dua orang yang beribadah dengan ibadah yang sama
namun yang mereka dapatkan ternyata berbeda

Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah pernah mengatakan,

‫ ورب عمل كبير تصغره النية‬،‫رب عمل صغير تعظمه النية‬

“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab niat.
Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat.”
(Al Ikhlas wan Niyyah).

Amalan yang besar jika niatnya salah, maka amalan yang agung itu bisa
menjadi ibadah yang kecil bahkan bisa membuat pelakunya disiksa oleh
Allah subhanahu wa ta’ala. Contohnya adalah yang disebutkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: tentang 3 orang yg masuk
neraka pertama kali.

hadits arbain ke 2. Yaitu hadits tentang Islam, iman dan ihsan yang juga diriwayatkan
oleh ‘‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.  Dalam hadits ini beliau mengatakan:

  ‫ب َش ِد ْي ُد َس َوا ِد‬ ِ ‫اض الثِّيَا‬ ِ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َذاتَ يَوْ ٍم إِ ْذ طَلَ َع َعلَ ْينَا َر ُج ٌل َش ِد ْي ُد بَي‬ َ ِ‫بَ ْينَ َما نَحْ نُ ُجلُوْ سٌ ِع ْن َد َرسُوْ ِل هللا‬
ْ َ َّ
‫ فأ ْسنَ َد ُركبَتَ ْي ِه إِلَى‬,‫صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلم‬ َّ َّ
َ ‫س إِلَى النبِ ِّي‬ َّ َ
َ َ‫ َحتى َجل‬,‫ْرفهُ ِمنا أ َح ٌد‬ َّ ُ ِ ‫ الَ يُ َرى َعلَ ْي ِه أَثَ ُر ال َّسفَ ِر َوالَ يَع‬,‫ْر‬ ِ ‫ال َّشع‬
: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬ َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫ فَق‬,‫ يَا ُم َح َّم ُد أَ ْخبِرْ نِ ْي َع ِن ا ِإل ْسالَ ِم‬: ‫ َو قَا َل‬,‫ض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْي ِه‬ َ ‫ َو َو‬,‫ُر ْكبَتَ ْي ِ…ه‬
‫ َوتَ ُح َّج‬, َ‫ضان‬ َّ
َ ‫ َوتَصُوْ َم َر َم‬,َ‫ َوت ْؤتِ َي الز َكاة‬,َ‫صالَة‬ ُ َّ ‫ َوتقِ ْي ُم ال‬,ِ‫اَ ِإل ْسالَ ُم أَ ْن تَ ْشهَ َد أ ْن الَإِ لهَ إِال هللاُ َو أ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
ُ َ َّ َ َ
,ِ‫ أَ ْن بِاهلل‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬,‫اإل ْي َما ِن‬ ِ ‫ فَأ َ ْخبِرْ نِ ْي َع ِن‬: ‫ قَا َل‬.ُ‫ُص ِّدقُه‬َ ‫ فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَ ْسئَلُهُ َوي‬.‫ت‬ ُ ‫ص َد ْق‬َ : ‫ قَا َل‬.ً‫ْالبَيْتَ إِ ِن ا ْستَطَعْتَ ِإلَ ْي ِه َسبِ ْيال‬
,‫ان‬ ْ َ َ
ِ ‫ فأخبِرْ نِ ْي َع ِن ا ِإلحْ َس‬: ‫ قا َل‬. َ‫ص َدقت‬ َ ْ َ : ‫ قا َل‬.‫ َو تؤ ِمنَ بِالقد ِر خَ ي ِْر ِه َو ش ِّر ِه‬,‫ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر‬,‫ َو ُر ُسلِ ِه‬,‫ َو ُكتُبِ ِه‬,‫َو َمالَئِ َكتِ ِه‬
َ َ ْ َ ْ ْ ُ
‫ َما ال َم ْس ُؤوْ ُل َع ْنهَا بِأ ْعلَ َم‬: ‫ فَأ َ ْخبِرْ نِ ْي َع ِن السَّا َع ِة قَا َل‬: ‫ال‬
َ ْ َ َ‫ ق‬.‫ك‬ َ ‫ك تَ َراهُ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َرا‬ َ َّ‫ أَ ْن تَ ْعبُ َد هللاَ َكأَن‬: ‫ال‬ َ َ‫ق‬
َّ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ َ
‫ َوأن ت ََرى ال ُحفاة ال ُع َراة ال َعالة ِرعَا َء الشا ِء‬,‫ أن تلِ َد األ َمة َربَّتهَا‬: ‫ قا َل‬,‫ فأخبِ نِ ْي عَن أ َما َراتِهَا‬: ‫ قا َل‬.‫ِمنَ السَّائِ ِل‬ َ ْ ْ‫ر‬ ْ َ َ َ
: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫ هللاُ َو َرسُوْ لُهُ أَ ْعلَ ُم‬: ‫ت‬ ُ ‫ أَتَ ْد ِريْ َم ِن السَّائِل؟ قُ ْل‬,‫ يَا ُع َم ُر‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬,‫ت َملًِي•…ًّا‬ ُ ‫ فَلَبِ ْث‬,‫ق‬
َ َ‫ ثم اَ ْنطَل‬,‫يَتَطَا َولُوْ نَ فِ ْي ْالبُ ْنيَا ِن‬
‫ َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬.‫فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتَا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬

Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang
sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera
duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan
kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan
kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi
tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan
sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan
zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika
engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami
heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.


Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-
kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan
yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya,
sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau
melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta
pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang
menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya
kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia
adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]

Hadits ini mengajarkan kita tentang apa itu islam,iman, ihsan.dan


memberitahu kita beberapa tanda hari kiamat.

hadits arbain ke 3.
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫ْت َرسُوْ َل هللا‬ ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل‬ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ع َْن أَبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن ُع َم َر ْب ِن ْالخَ طَّا‬
َّ َّ ‫ َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِلَهَ إِال هللاُ َوأ َّن ُم َح َّمدا َرسُوْ ُل هللاِ َوإِقَ ِام ال‬: ‫س‬
ِّ‫صالَ ِة َوإِ ْيتَا ِء الز َكا ِة َو َحج‬ ً َ َّ ٍ ‫ بُنِ َي ْا ِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬: ‫يَقُوْ ُل‬
‫َاريُّ َو ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ‫ضانَ ” َر َواهُ البُخ‬ َ ‫صوْ ِم َر َم‬ َ ‫ت َو‬ ِ ‫“ ْالبَ ْي‬

Dari Abu  ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhuma,


ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada
yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke
Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini adalah riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma. Imam Nawawi
rahimahullahu ta’ala menyebut radhiyallahu anhuma karena perawi hadits ini dan
ayahanda beliau, keduanya sama-sama sahabat. Umar disini adalah Umar bin Khattab
radhiyallahu anhuma. Umar bin Khattab radhiallahu anhu yang meriwayatkan hadits
yang pertama dan kedua dari Arbain Nawawi ini. Hadits yang pertama riwayat Umar,
hadits yang kedua juga riwayat Umar bin Khattab, kemudian hadits yang ketiga
adalah riwayat dari putra beliau Abdullah yang merupakan salah satu sahabat junior.
Dahulu dikenal ada empat orang Abdullah yang sebaya yang dikenal sebagai Al
Abadillah al-Arba’ah (Empat orang yang bernama Abdullah), yaitu: Abdullah bin
Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Amr bin Al-Ash.

Beliau termasuk salah satu sahabat yang dikenal sangat mencintai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti sunnah beliau dengan sangat hati-hati.
Abdullah bin Umar juga merupakan salah satu perawi hadits utama dengan riwayat
hadits paling banyak dan beliau meninggal pada tahun 73 Hijriyah.

Dalam hadits ini beliau menyampaikan bahwasanya beliau mendengar dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda bahwa Islam itu dibangun diatas lima
perkara:

 Bersyahadat Laa ilaaha illallah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya
 Menegakkan shalat
 Menunaikan zakat
 Haji ke Baitullah
 Puasa pada bulan ramadhan.

Di sini Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwasanya


rukun Islam atau pilar Islam itu ada lima. Yaitu:

Syahadat

ِ‫َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمداً َرسُوْ ُل هللا‬

“bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah”

Jadi, dalam hadits itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
bahwasannya syahadat ini adalah pokok perkara dalam Islam. Lebih penting dari
rukun Islam yang lain karena ini adalah gerbang kita menuju Islam, gerbang kita
menuju pengakuan bahwa kita adalah bagian dari umat yang besar ini. Bagaimana
kita masuk ke sana? Kita masuk ke sana dengan bersyahadat bahwasanya
Lailahaillallah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah
subhanahu wa ta’ala saja.

Jadi kita menafikan seluruh peribadatan untuk selain Allah subhanahu wa ta’ala dan
menetapkan ibadah semata-mata hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala.

Jangan kita hanya mengucapkan Lailahaillallah tapi tidak memahami kandungannya.


Jangan kita seperti sebagian orang yang mudah mengatakan Lailahaillallah tapi tidak
paham kandungannya, tidak paham konsekuensinya, sehingga meskipun sudah
Lailahaillallah tapi masih jatuh dalam kesalahan-kesalahan fatal dalam agama ini.

Dahulu, orang-orang musyrikin pada zaman Jahiliyah merasa berat untuk


mengucapkan Lailahaillallah. Kenapa? Karena mereka tahu maknanya. Mereka
adalah orang-orang Arab yang asli. Mereka adalah orang-orang yang paham apa yang
dimaksud dengan kata yang agung ini. Maka banyak dari mereka enggan karena tahu
konsekuensinya yang berat. Sementara ada sebagian orang dizaman kita yang yang
mudah untuk mengucapkan Lailahaillallah tapi kemudian mereka masih jatuh dalam
kesalahan-kesalahan yang menunjukkan bahwasannya mereka tidak tahu apa yang
mereka ucapkan tersebut.

Lailahaillallah menuntut kita untuk meninggalkan ibadah kepada selain Allah


subhanahu wa ta’ala dan hanya memberikan ibadah untuk Allah subhanahu wa ta’ala
saja.

 hadits arbain ke 4.

‫ق‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا َرسُوْ ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َوه َُو الصَّا ِد‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫ع َْن أَبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن َع ْب ِد هللاِ ب ِن َم ْسعُوْ ٍد َر‬
‫ ث َّم يَكوْ نُ ُمضْ َغة ِمث َل‬،َ‫ ذلِك‬  ‫ ث َّم يَكوْ نُ َعلقة ِمث َل‬،‫ط ِن أُ ِّم ِه أرْ بَ ِع ْينَ يَوْ ما نطفة‬
ْ ً ُ ُ َ ْ ً َ َ ُ ُ ً َ ْ ُ ً َ ْ َ‫ إِ َّن أَ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع خَ ْلقُهُ فِي ب‬: ‫ق‬ ُ ْ‫ْال َمصْ ُدو‬
َ َ
   .‫ أوْ َس ِع ْي ٌد‬     ‫ب ِر ْزقِ ِه َوأ َجلِ ِه َو َع َملِ ِه َو َشقِ ٌّي‬ ِ ‫ بِ َك ْت‬:‫ت‬ َ
ٍ ‫ َوي ُْؤ َم ُر بِأرْ بَ ِع َكلِ َما‬،‫ك فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه الرُّ وْ َح‬ ْ
ُ َ‫ ثُ َّم يُرْ َس ُل إِلَ ْي ِه ال َمل‬،َ‫َذلِك‬
َ ْ َ ُ َ ٌ َّ َ َ ُ‫ن‬ ُ َّ َّ ْ ْ َ َ ُ َ
ُ‫فَ َو هللاِ الَّ ِذي الَ إِلَهَ َغ ْي ُرهُ إِن أ َح َدك ْم ليَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أه ِل ال َجن ِة َحتى َما يَكوْ بَ ْينهُ َوبَ ْينهَا إِال ِذ َراع فيَ ْسبِق َعل ْي ِه ال ِكتاب‬
َّ
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ٌ ‫ار َحتَّى َما يَ ُكوْ نُ بَ ْينَهُ َوبَ ْينَهَا إِالَّ ِذ َرا‬
ُ ِ‫ع فَيَ ْسب‬ ِ َّ‫ َوإِ َّن أَ َح َد ُك ْم لَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أَ ْه ِل الن‬،‫ار فَيَ ْد ُخلُهَا‬
ِ َّ‫فَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أَ ْه ِل الن‬
‫ ْال َجنَّ ِة فَيَ ْد ُخلُهَا‬ ‫ْال ِكتَابُ فَيَ ْع َم ُل بِ َع َم ِل أَ ْه ِل‬

“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan kepada kami dan beliau
adalah orang yang jujur dan terpercaya: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan
penciptaannya diperut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari,
kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi
segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang
malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat
perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.
Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta
akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka
maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal
sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli
surga  maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Anda mungkin juga menyukai