Anda di halaman 1dari 27

MODUL

PETUNJUK PRAKTIKUM
ANATOMI & FISIOLOGI
MANUSIA

Oleh:
dr.Fenty,M.Kes.,Sp.PK

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Buku ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai panduan praktikum


Anatomi & Fisiologi Manusia bagi mahasiswa Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
Di dalam buku ini diberikan beberapa jenis pemeriksaan sederhana
meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital manusia, pengenalan anatomi manusia,
pemeriksaan hematologi, kimia klinik dan analisa urin. Tujuan umum dari
praktikum ini adalah agar mahasiswa farmasi dapat memahami anatomi maupun
fungsi fisiologis dari manusia yang merupakan ilmu dasar untuk kepentingan
pelayanan Farmasi.

Yogyakarta, Januari 2021


Koordinator Praktikum,

dr.Fenty,M.Kes.,Sp.PK

ii
KETENTUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa wajib membaca dengan seksama buku petunjuk praktikum


sebelum melakukan praktikum.
2. Mahasiswa harus siap 15 menit sebelum acara praktikum dimulai.
3. Sebelum acara praktikum dimulai, diwajibkan mengikuti pretest.
4. Mahasiswa diwajibkan membuat laporan tentang hal-hal yang dikerjakan
selama praktikum pada lembar kerja.
5. Mahasiswa wajib menggunakan jas praktikum dan sarung tangan (jika
pelaksanaan secara luring).
6. Mahasiswa bertanggung jawab terhadap semua alat yang digunakan, bila
ada kerusakan menjadi tanggung jawab satu kelompok (jika pelaksanaan
secara luring)
7. Selesai praktikum, semua alat yang dipinjam harus dikembalikan ke
tempat semula dalam kondisi bersih dan baik (jika pelaksanaan secara
luring)
8. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti acara praktikum segera
menghubungi dosen pengampu.
9. Semua mahasiswa diharapkan selalu memperhatikan penjelasan dan
pengumuman yang diberikan oleh asisten, laboran, atau dosen.

iii
DAFTAR ISI

Tanda-Tanda Vital..................................................................... 1
Penetapan Hemoglobin............................................................. 3
Hitung Jenis Lekosit................................................................... 5
Golongan Darah ABO................................................................ 9
Pemeriksaan Kadar Glukosa..................................................... 10
Pemeriksaan Kadar ALT............................................................ 12
Analisis urin dengan Reagen Strips .......................................... 13
Tes Sedimen Urin....................................................................... 14
Kerangka Manusia…………………………………………………. 16
Pengamatan organ mata, telinga,& integumentum…………….. 19
Lembar kerja............................................................................... 22
Kepustakaan............................................................................... 23

iv
A. TANDA-TANDA VITAL MANUSIA

TUJUAN:
Memahami dan dapat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada
manusia seperti : pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu tubuh dan respirasi
rate.

TEORI:
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan pada ketiak, mulut, dan anus.
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Normal, bila suhu tubuh berkisar
antara 36 - 37,5°C. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C.
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C.
Denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri.
Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik misalnya denyut nadi arteri
radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri
karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut,atau arteri dorsalis pedis
Denyut nadi sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan
usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 130-150 denyut
per menit. Normal dewasa : 60-90 kali/menit, anak : 90-140 kali/menit
Kecepatan pernafasan beraneka ragam tergantung usia. Batas
normalnya sekitar 13-16 kali penarikan napas per menit.

ALAT DAN BAHAN


Spygmomanometer
Stetoskop
Termometer
Jam
1
CARA KERJA:
*Teknik Mengukur Tekanan Darah
Alat pengukur tekanan darah disebut spygmomanometer. Pengukuran
dapat dilakukan pada arteri apapun, biasanya pada arteri brakhialis yang paling
sering. Pengukuran dilakukan setelah beristirahat selama 15 menit. Pemeriksaan
dapat dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk dengan lengan diatur
sedemikian rupa sehingga A. brakialis terletak setinggi jantung. Lengan bebas
dari baju. Palpasi A. Brakialis lengan pada posisi antekubiti, setinggi jantung –
dekat pertemuan ruang interkostal 4 dengan sternum. Bila pasien duduk,
letakkan lengan pada meja; bila pasien berdiri, lengan pada posisi pertengahan
dada.

*Penilaian Denyut Nadi (Pulse)


Denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri.
Diperiksa dengan cara palpasi pada Arteri radialis pada pergelangan tangan.
Hitung nadi dalam 1 menit. Lakukan juga pada :
• Arteri brakialis pada lengan atas
• Arteri karotis pada leher
• Arteri poplitea pada belakang lutut
• Arteri femoralis pada lipat paha
• Arteri dorsalis pedis pada kaki
*Penilaian pernapasan (respirasi)

Terdiri dari inspirasi dan ekspirasi, frekuensi napas normal 14-20 kali
permenit . Yang harus diperhatikan pada pernapasan adalah :
kecepatan, irama, usaha bernapas
(effort of breathing), pola pernapasan,pengunaan otot-otot pernapasan
tambahan.
*Pengukuran suhu melalui aksila
Cara pengukuran suhu melalui aksila dengan meletakkan ujung
termometer pada aksila. Pasien memegang tangan yang lain melalui dada,
sehingga posisi termometer tetap. Bila pasien tidak mampu, pemeriksa yang
2
memegang termometer tersebut.Temperatur melalui aksila dibaca setelah 5
menit
B. PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN

TUJUAN
Menentukan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah

TEORI
Hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode
Sahli dan metode Sianmethemoglobin. Metode Sianmethemoglobin lebih
dianjurkan karena mempunyai standar yang stabil dan hampir semua jenis
hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglbin. Metode Sahli kurang dianjurkan
karena mempunyai kesalahan yang besar, alatnya tak dapat distandarisasi serta
tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam.
Fungsi utama hemoglobin adalah membawa oksigen dari paru-paru ke
sel-sel jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari sel-sel jaringan ke
paru-paru untuk dikeluarkan. Nilai rujukan Hb pada bayi baru lahir adalah 16-23
g/dL, pada anak-anak 10-14 g/dL. Nilai rujukan pada laki-laki dewasa adalah 13
-17 g/dL sedangkan pada wanita dewasa adalah 12-16 g/dL. Kekurangan Hb dan
juga eritrosit disebut anemia.

1. METODE SAHLI

DASAR
Pembentukan hematin-asam merupakan slah satu cara penetapan Hb
secara visual. Darah diencerkan dengan larutan HCl sehingga Hb berubah
menjadi hematiin asam. Dengan mengencerkan larutan campuran tersebut
dengan akuades sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standar,
kadar Hb dapat ditentukan.
ALAT DAN BAHAN
- satu set hemometer sahli
- mikropipet
- jarum Franke

3
- kapas alkohol
- akuades
- larutan HCl 0,1 N
CARA KERJA

a. Cara pengambilan darah seperti pada hitung eritrosit. Tabung Sahli diisi
dengan 0,1 N HCl sampai tanda 2
b. Darah dihisap dengan pipet sampai skala 20 mm dan secepatnya
dihembuskan ke dalam tabung Sahli ( jangan sampai menjendal).
c. Untuk membersihkan sisa-sisa darah dalam pipet, maka HCl di dalam
tabung diisap dan dihembuskan lagi selama 3 kali. Letakan tabung
pengencer ke dalam komparator.
d. Tambahkan akuades tetes demi tetes sampai warna larutan sama dengan
warna gelas standar yang ada di komparator sambil diaduk dengan
batang pengaduk.
e. Tepat 3 menit setelah darah tercampur dengan HCl, warna larutan dibaca
pada jarak sepanjang lengan atas dengan latar belakang cahaya
matahari.

2. METODE SIANMETHEMOGLOBIN (FOTOMETRI)

DASAR:
Ferrisianida mengubah besi (pada Hb) dari bentuk ferro ke bentuk ferri
menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk
pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk
diukur secara fotometri pada 540 nm.

ALAT DAN BAHAN


- Pereaksi Drabkin
- Mikropipet 20 µl/mmk
4
- Pipet volumetrik 5 ml
- Tabung reaksi 75 x 10 mm
- Spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.

CARA KERJA
a. Ke dalam tabung reaksi ukuran 75 x 10 mm, pipetkan 5 ml pereaksi.
b. Ke dalam tabung tersebut ditambahkan 20 µl/mmk darah
c. Campurkan isinya dan biarkan pada suhu kamar selama 3-5 menit.
d. Dibaca serapannya dengan pereaksi dengan pereaksi sebagai blangko
e. Kadar Hb dapat dibaca pada kurva kaliberasi atau dihitung dengan
menggunakan faktor, dimana kadar Hb = serapan x faktor

C. HITUNG JENIS LEKOSIT


TUJUAN
Untuk menetapkan persentase jenis lekosit yang ada dalam darah. Pada
saat yang sama dalam preparat ini dapat dilakukan pemeriksaan morfologi
eritrosit, lekosit, dan trobosit. Di samping itu juga dibuat taksiran kasar terhadap
hitung lekosit dan trombosit.

TEORI
Fungsi lekosit adalah sebagai alat pertahanan tubuh dengan melawan
benda asing seperti; bakteri, virus dan antigen asing lainnya. Lekosit dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu lekosit yang bergranula dan lekosit yang tidak
bergranula. Lekosit yang bergranula pada sitoplasmanya terdiri dari netrofil,
eosinofil dan basofil. Lekosit yang tidak bergranula terdiri dari monosit dan
limfosit.
Netrofil merupakan jenis lekosit yang prosentasenya paling tinggi dalam
darah. Netrofil yang disebut juga sel polimorfonuklear, mempunyai kemampuan
fagositosis terutama terhadap bakteri patogen.
Eosinofil mempunyai granula yang besar yang tercat merah. Jumlahnya
dapat meningkat dalam tubuh pada saat adanya reaksi alergi atau infeksi parasit.

5
Basofil mempunyai granula yang tercat biru tua, merupakan jenis lekosit
yang paling jarang ditemukan dalam darah. Basofil berperan dalam respon
inflamasi.
Monosit merupakan jenis lekosit yang terbesar dalam darah, mempunyai
bentuk inti seperti tapal kuda atau ginjal. Monosit dapat meninggalkan aliran
darah dan masuk ke jaringan menjadi makrofag.
Limfosit merupakan jenis lekosit yang terkecil dalam darah, terdiri dari 2
jenis yaitu limfosit T dan limfosit B. Pada infeksi viral terjadi peningkatan
persentase limfosit.

Tabel 1. Referensi nilai normal jumlah lekosit dan jenisnya pada dewasa
Total lekosit 3,8-11 x103/mmk
netrofil 50-70%
limfosit 20-44%
monosit 2-9%
eosinofil 0-4%
basofil 0-2%

Sumber:Kjeldsberg,2006

ALAT DAN BAHAN


- Jarum Franke
- Mikroskop
- Gelas obyek
- Caunter
- Cat giemsa
- Kapas alkohol
- Kapas penghisap
- Metanol
- Akuades

6
CARA KERJA
Pembuatan sediaan apus
a. Pilih kaca obyek yang tepinya rata untuk digunakan sebagai kaca
penulas.
b. Ambil kaca obyek yang lain yang bersih. Letajan setetes darah dengan
batang gelas pengaduk kira-kira 1 cm dari ujung kaca. Letakan kaca
obyek tersebut di tempat yang rata dengan tetesan darah di sebelah
kanan.
c. Pegang sisi kiri kaca obyek dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri.
Kaca pemulas dipegang dengan tangan kanan dan letakan di depan
tetesan darah, yang dengan kaca obyek membentuk sudut 30-45º
membuka ke kanan.
d. Kaca pemulas digeser ke arah kanan sehingga setelah menyinggung
tetesan darah, darah tersebut akan segera menyebar sepanjang sisi
kaca pemulas. Keringkan di udara, setelah itu siap diwarnai.

7
Pewarnaan sediaan apus dengan Giemsa
a. Letakkan sediaan di rak pengecatan dengan sediaan menghadap
sebelah atas.
b. Genangilah dengan methanol sampai secukupnya selama 5-10 menit
dan kemudian buanglah kelebihan methanol dari sediaan.
c. Genangilah dengan cat Giemsa selama 25 menit.
d. Bilaslah dengan air kran dan keringkan di udara.
8
Cara pemeriksaan
a. Sediaan apus diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah
(10x)
b. Pilih pada bagian yang eritrositnya tidak saling menumpuk, teteskan
minyak imersi, hitung dengan perbesaran kuat.
c. Hitung macam-macam bentuk lekosit per 100 sel. Laporkan hasilnya
dalam persentase.

D. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO

TUJUAN
Menentukan golongan darah

TEORI
Pada sistem golongan darah ABO hanya ada 4 golongan darah yaitu A,B,
AB dan O. Golongan tersebut berdasarkan atas ada atau tidak adanya antigen A
dan Antigen B.
Dalam serum golongan O normal mengandung anti-A dan anti–B.
Golongan A hanya mengandung anti-B, golongan B mengandung anti-A dan
golongan AB tidak mengandung baik anti-A maupun anti-B. Oleh karena reaksi
yang terjadi antara antigen-antibodi adalah agutinasi maka antigen (Ag) disebut
juga aglutinogen dan antibodi disebut dengan aglutinin.

9
METODE KACA OBYEK

CARA KERJA

a. Pada sebuah kaca obyek teteskan 1 tetes serum anti- A disebelah kiri,
1 tetes serum anti-B ditengah, dan 1 tetes serum anti-AB disebelah
kanan.
b. Pada masing-masing serum teteskan 2 tetes darah, campurkan dengan
cara goyangkan ke depan dan ke belakang, sambil diamati aglutinasi
yang akan terjadi.

Cara penilaian
Aglutinasi terjadi pada Penilaian
Anti-A Anti-B Anti-AB Golongan darah
+ - + A
- + + B
+ + + AB

E. PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH

TUJUAN
Menentukan kadar glukosa dalam darah

TEORI
Glukosa merupakan gula dengan 6 karbon, dimana semua sel tubuh
memerlukannya sebagai sumber energi. Kadar glukosa darah dipertahakan pada
rentang 70 – 110 mg/dL oleh kedua hormon yaitu insulin dan glukagon.

10
Pada waktu kadar glukosa darah naik, setelah makan, hormon insulin
disekresikan dari sel-sel beta pulau Langerhans Pankreas. Insulin menurunkan
kadar glukosa darah. Dalam keadaan puasa, kadar glukosa darah menurun,
hormon glukagon disekresikan oleh sel-sel alfa pulau Lengerhans Pankreas
untuk meningkatkan kadar glukosa darah.

METODE GOD-PAP
DASAR
Glukosa oksidase (GOD) mengkatalisis oksidasi glukose sesuai dengan reaksi
berikut :

GOD
Glukose+O2+H20_____________________ asam glukolonat + H2O2

Pada reaksi ini terbentuk H2O2 yang dengan adanya peroksidase (POD)
akan bereaksi dengan 2,4 –dichloro phenol dan 4 amino-antipirin. Oksidasi ini
menimbulkan zat warna yang intensitasnya sebanding dengan kadar glukosa,
diukur secara fotometrik.
ALAT DAN BAHAN
- sentrifuge
- tabung sentrifuge
- mikropipet
- tabung reaksi
- reagen, akuabides
- efendorf
- Microlab-200
- serum/plasma darah puasa dan tidak puasa

CARA KERJA
a. serum yang didapat diambil sebanyak 10 µl lalu ditambahkan reagen
sebanyak 1000 µl dan divortex.
b. diamkan selama operating time (20-25 menit)

11
c. Ukur aktivitas serumnya dengan Mikrolab-200 pada panjang
gelombang 546 nm.
d. ukur serapan blangko dan standar sebelum dilakukan pengukuran
sampel.

F. PEMERIKSAAN KADAR ALANIN AMINO TRANSFERASE (ALT)


TUJUAN
Menentukan kadar enzim ALT dalam darah

TEORI
Alanin aminotransferase merupakan salah satu transaminase yang
terdapat pada sitoplasma sel-sel hati, selain itu terdapat juga pada ginjal, dan
jantung.
Peningkatan transaminase merupakan penanda penting pada penyakit
hati, seperti hepatitis viral. Peningkatan ALT yang persisten selama dari 6 bulan
setelah episode akut hepatitis digunakan untuk mendiagnosis hepatitis kronis.

METODE KINETIK
DASAR
Alanin aminotransferase yang juga disebut sebagai glutamat piruvat
transaminase (GPT), mengkatalisis pemindahan nitrogen dari glutamat ke piruvat
sesuai persamaan berikut:
ALT
L-Alanin + 2-Oxoglutarat ___________________L-glutamat +piruvat

LDH
Piruvat +NADH+H+ ___________________ D-Laktat + NAD+

12
Untuk menentukan ALT secara kuantitatif, serum yang akan dianalisis
direaksikan dengan 2-Oxoglutarat dan L-Alanin di dalam larutan buffer. Piruvat
yang terbentuk oleh NADH dengan adanya laktat dehidrogenase (LDH) dirubah
secara enzimatik menjadi laktat. Kadar pemakaian NADH dapat diukur dengan
berkurangnya serapan dalam daerah dekat UV. Ini sebanding dengan aktivitas
GPT.
ALAT DAN BAHAN
- sentrifuge
- tabung sentrifuge
- mikropipet
- tabung reaksi
- reagen, akuabides
- efendorf
- Microlab-200
- serum/plasma darah

CARA KERJA
a. pembuatan reagen tunggal dengan mencampurkan 4 bagian reagen
1 dengan 1 bagian reagen 2. Campuran ini tetap stabil selama 4
minggu bila disimpan pada 2-8º C dan dilindungi dari cahaya.
b. Campurkan 100 µl sampel dan 1000 µl reagen tunggal. Baca
serapannya pada panjang gelombang 340 nm, suhu 37º C setelah 1
menit dan nyalakan stopwatch. Baca serapan kembali setelah 1,2
dan 3 menit kemudian

13
G. ANALISIS URIN DENGAN REAGENT STRIPS

TUJUAN
Menganalisis zat-zat yang terdapat dalam urine dengan menggunakan
reagen kering.

TEORI
Reagen strips merupakan suatu metode analisis terhadap urine dengan
menggunakan reagen kering. Reagen strips yang beredar di Indonesia adalah
buatan pabrik (misalnya pabrik Boehringer Mannheim), berupa sebuah batang
plastik tipis yang telah ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia
tertentu tergantung parameter yang diperiksa.
Beberapa parameter yang dapat dinilai antara lain: berat jenis, pH,
glukosa, protein, keton, bilirubin, hemoglobin, urobilinogen, nitrit, dan lekosit
esterase.

ALAT DAN BAHAN


- urine segar
- pot penampung urine
- reagen strips
- tisue

CARA KERJA
a. Urine segar yang telah ditampung harus segera diperiksa (<1jam),
urine harus tercampur baik , tidak perlu disentrifus.
b. Masukan reagen strips ke dalam urine segar, sisa urine yang
berlebihan pada reagen strips dikeringkan dengan tisue.
c. Bacalah hasil pemeriksaan dengan mencocokan warna yang terbentuk
dengan petunjuk dalam kemasan botol.

14
I.TES SEDIMEN URINE

TUJUAN
Untuk mengindentifikasi jenis sedimen yang dipakai untuk mendeteksi
kelainan ginjal dan saluran kemih, serta untuk memantau perjalanan penyakit
ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan.
TEORI
Sedimen urine terdiri dari unsur organik dan unsur anorganik. Unsur
organik terdiri dari eritrosit, lekosit, epitel, silinder, spermatozoa, parasit, bakteri,
dan jamur. Silinder adalah cetakan protein yang terdiri pada tubulus ginjal, terdiri
dari glikoprotein Tamm-Horsfall yang merupakan rangka dari silinder.
Unsur anorganik terdiri dari zat amorf, kristal seperti kristal asam urat,
kristal kalsium oksalat, kristal triple fosfat, dan kristal obat seperti kristal sulfa.
ALAT DAN BAHAN
- urine segar
- pot penampung urine
- sentrifus
- tisue
- kaca obyek dan kaca penutup
- mikroskop
- tabung sentrifus

CARA KERJA
b. Urine segar sebanyak 12 ml dimasukan ke dalam tabung.
c. Pusingkan secara sentrifugasi pada kecepatan 500g selama 5
menit
d. Setelah sentrifugasi, lapisan atas urine dibuang sehingga
didapatkan volume sedimen 0,5ml
e. Sedimen dicampur secara homogen dan diteteskan di atas kaca
obyek dan ditutup dengan kaca penutup urine.
f. Baca sedimen menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x.

15
J. Rangka Manusia

Istilah dalam posisi anatomi


1.Superior (atas)
2.Inferior (bawah)
3. Anterior (depan).
4. Posterior (belakang)
5. Superfisial (permukaan)
8. Profunda (Dalam)
9.. Medial (tengah): lebih dekat ke bidang median/ garis tengah.
10. Lateralis (luar/tepi)
11. Proximalis: lebih dekat ke sumbu tubuh
12.Distalis: lebih jauh dari sumbu tubuh.
13. cranial : atas ke arah cranium
14. caudal : bawah ke arah caudal

Tulang sering pula dijumpai istilah “skeleton”, yang berasal dari bahasa
latin yang berarti kerangka. Fungsi kerangka bagi manusia, yaitu :
a. Melindungi organ vital, otak dilindungi cranium , paru dan jantung dilindungi
tulang rusuk,dll
b. Penghasil komponen darah : sumsum tulang
c. Menyimpan mineral seperti kalsium.
d. Alat gerak pasif
e. Perlekatan otot
Berdasarkan bentuknya, terdapat : tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih
dan tulang yang berbentuk tidak teratur.
Berdasarkan penyusunnya, terdapat :Tulang spongiosa dan tulang kompak.

16
17
Hasil Pengamatan Rangka

18
K. Pengamatan organ : Mata, Telinga & Integumentum

19
20
21
LEMBAR KERJA
Paket Praktikum:
Tanggal :

Mengetahui

( )

22
KEPUSTAKAAN

1. Anonim, 2003, Tuntunan Praktikum Patologi Klinik, Laboratorium Patologi Klinik,


Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Anonim, 2007, Petunjuk Praktikum Patologi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Anonim, 2011, Penuntun Skill Lab Kardiorespirasi, Edisi 3, Universitas Andalas,
Pdang
4. Burtis,C.A., Ashwood,E.R., dan Bruns,D.E., 2006, Tietz Textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics, Elsevie Saunder, USA.
5. Estridge, B.H.,Reynolds, A.P., Walters, N.J., 2000, Basic Medical Laboratory
Techniques, 4th ed., Delmar Thomson Leraning, USA.
6. Garrels,M., & Oatis,C., 2006, Laboratory Testing for Ambulatory Settings; A
Guide for Health Care Professionals, Elsevier Saunders, USA.
7. Kjeldsberg, C.R., 2006, Practical Diagnosis of Hematologic Disorder, ASCP
Press, Chicago IL.
8. Lopa , A.T., Wibawa,S.Y., Badji,A. 2007. Tes Sedimen Urin Dengan Pewarnaan
Sternheimer Malbin, dalam: Hardjoeno & Fitriani (editor) Substansi dan Cairan
Tubuh, Lembaga Penerbitan Universitas Hasanudin, Makasar.
9. Olovin O,A,2016, Fundamental principles of Human anatomy & Physiology,
Immaculate Publications Ltd.Nigeria.

23

Anda mungkin juga menyukai