Anda di halaman 1dari 20

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

LOW RESISTIVITY ZONE PADA RESERVOIR BATUPASIR


FORMASI CIBULAKAN ATAS, CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA
LOW RESISTIVITY ZONE IN SANDSTONE RESERVOIR
UPPER CIBULAKAN FORMATION, NORTH WEST JAVA BASIN
FIRMAN HERDIANSYAH¹, ABDURROKHIM², ILDREM SYAFRI²
¹Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti
Gedung D, Lt.2, JL.Kyai Tapa No.1 Grogol Jakarta 11440
² Program Pascasarjana T.Geologi Fakultas T.Geologi Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
Wireline geophysical well log (well log) is very important data to interpret formation and formation
charecteristics identification in the subsurface. Data well log aims identify reservoir zone, fluid type in
the subsurface and to determine of parameters such as clay volume (Vcl), formation porosity, and water
saturation (Sw). This research intend to discuss the formation evaluation and hydrocarbon bearing
formation. The characteristics and controlling factor of low resistivity zone of sandstone reservoir in this
study case become very crucial to be understood. The composition, thickness, and depositional of those
sandstone reservoir are interpreted as the major controlling factor for being low resistivity (0.5–5 Ohm)
of productive reservoir with total oil production 585.57 stb/m and total gas production 4.78 Mscf/m.

Keywords: Low resistivity, formation evaluation, characteristics and controllers of low resistivity
sandstone.

ABSTRAK
Well log (wireline geophysical well log) merupakan data yang digunakan untuk mengevaluasi formasi
dan mengetahui karaketristik batuan di bawah permukaan (subsurface). Data well log dapat
menentukan zona reservoir, tipe fluida yang ada di bawah permukaan, dan determinasi nilai kehadiran
lempung (Vcl), porositas formasi, dan saturasi air (Sw). Penelitian ini fokus pada evaluasi formasi baik
kualitatif maupun kuantitatif pada zona hidrokarbon dengan harga resistivitas rendah berdasarkan hasil
pengukuran deep resistivity log. Karakter dan faktor pengontrol pada zona batupasir yang memil iki
fenomena harga resistivitas yang rendah menjadi suatu anomali ketika zona tersebut merupakan zona
yang produktif. Komposisi batupasir, ketebalan batupasir, dan lingkungan pengendapan batupasir
dengan resistivitas yang rendah (0.5–5 Ohm) memiliki perbedaan karakteristik dengan batupasir yang
memiliki harga resistivitas yang normal (> 5 Ohm). Harga estimasi saturasi air yang tinggi (75%–80%)
dan harga deep resistivity yang rendah (0.5–5 Ohm) pada zona produktif dengan total produksi minyak
585.57 stb/m dan gas 4.78 Mscf/m.

Kata Kunci : Resistivitas rendah, evaluasi formasi, karakteristik dan pengontrol batupasir resistivitas
rendah.

PENDAHULUAN mineral glauconite di dalam batupasir


Analisis well logging saat ini banyak sebagai reservoir sangat mempengaruhi
hasil dari analisis log. Untuk mengetahui
digunakan karena biayanya yang relatif
jumlah kehadiran dan penyebaran dari
lebih murah dan kualitas datanya yang
akurat. Untuk itu perlu dilakukan mineral lempung akan dilihat dari hasil
pengoptimalan dalam analisis well interpretasi log yang memperlihatkan
sifat fisik batuan, yaitu volume
logging agar produksi dapat
ditingkatkan. Evaluasi formasi dilakukan shale/clay, porositas, dan sifat
dengan mengkorelasikan data-data kelistrikan yang dimiliki batuan yang
dapat mempengaruhi harga saturasi air
yang berasal dari sumur bor.
Kehadiran mineral lempung dan di dalam batupasir produktif. Kehadiran
mineral clay dan shale dapat
penyebarannya, serta kandungan
mempengaruhi nilai resistivitas,

97
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

sehingga dapat mempengaruhi penelitian sebelumnya yang telah


cadangan hidrokarbon di dalam formasi. dipublikasi baik keadaan geologi
Oleh karena itu penelitian tentang low regional maupun keadaan geologi lokal
resistivity pada reservoir produktif khususnya yang berhubungan dengan
sangat penting dilakukan. low resistivity zone, selanjutnya
Maksud dari penelitian ini adalah pengumpulan data yang digunakan,
mengetahui kandungan mineral dalam kemudian tahapan analisis data dimulai
lapisan batupasir produktif yang dari analisis geologi lokal, determinasi
memiliki harga resistivitas rendah parameter petrofisika yang meliputi Vcl,
sehingga dapat menjelaskan faktor porositas dan saturasi air yang
pengontrol low resistivity zone. Adapun kemudian akan divalidasi dengan data
tujuan dalam penelitian ini untuk core antara hasil estimasi porositas
megetahui karakteristik batupasir yang dengan porositas core serta hasil
dapat menjadi reservoir dengan harga estimasi Vcl dengan harga resistivitas
resistivitas rendah dan mengetahui terukur juga dilakukan korelasi antara
pegontrol turunnya harga resistivitas. harga resistivitas dengan kandungan
Lokasi penelitian berada 55 km sebelah mineral, kemudian pembuatan peta
Barat laut Cirebon, kurang lebih 35 km struktur bawah permukaan untuk
sebelah barat Balongan yang termasuk mengetahui lokasi sumur (Gambar 2).
wilayah kerja PT. Pertamina EP Asset 3 Digunakan program Petrel sebagai alat
Cirebon merupakan bagian dari bantu pembuatan peta struktur bawah
Cekungan Jawa Barat Utara. Sedangkan permukaan dan program Interactive
secara fisiografi merupakan bagian dari Petrophysics sebagai alat bantu evaluasi
Zona Paparan Utara Jawa (Gambar 1). formasi.
Dari hasil validasi antara hasil
METODOLOGI perhitungan dengan data core akan
Metodologi penelitian yang digunakan menunjukan karakteristik dari reservoir
berdasarkan kebutuhan agar tercapai batupasir dengan harga resistivitas
tujuan utama penelitian terdiri dari rendah dan juga dapat diketahui
analisis data sekunder milik pengontrol turunnya harga resistivitas
PT.Pertamina EP asset 3 Cirebon yaitu dalam lapisan batupasir yang
data SCAL, data well log, data petrografi mengandung hidrokarbon. Sehingga
dan mineralogi, dan data SEM dan XRD. dapat diketahui faktor geologi yang
Tahapan penelitian yang dilakukan mempengaruhi fenomena low resistivity
dimulai dari mengumpulkan penelitian- zone.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian daerah on shore (Satyana, 2004)

98
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 2. Tahap penelitian

Hasil pengolahan data disajikan dalam mekanisme yang dikenal sebagai


bentuk korelasi antara data analisis log Patahan Sunda (Satyana dan
dan data core yang membentuk satu Armandita, 2003).
populasi yang menunjukan penurunan Jaman Kapur Akhir sampai Kala Eosen
harga resistivitas yang diikutsertakan Awal (100–56 Ma). Metamorfisme
dengan penurunan-penurunan harga vcl regional dihasilkan oleh subduksi dan
dan mineralogi. pengembangan busur Meratus.
Deformasi, pengangkatan, erosi dan
GEOLOGI REGIONAL pendinginan terjadi pada kala Paleosen.
Informasi lokasi penelitian diperoleh Magmatisme yang bersifat calc-alkalic
dari PT. Pertamina EP Region Jawa terjadi di seluruh wilayah yang sekarang
merupakan bagian dari Cekungan Jawa daratan dan lepas pantai Jawa karena
Barat Utara, sedangkan secara proses subduksi yang normal.
fisiografi merupakan bagian dari Zona Magmatisme andesitik berlanjut sampai
Paparan Utara Jawa. Regional geologi awal Eosen.
mulai dari tatanan tektonik, stratigrafi, Eosen (50–40 Ma). Lempeng India
struktur geologi, dan system petroleum. bertabrakan dengan lempeng Eurasia
Selama Jaman Kapur Akhir ke Awal yang menghasilkan puntiran dextral
Tersier, Cekungan Jawa Barat Utara besar margin selatan Kraton Sunda,
terletak pada back-arc basin yang memicu rezim transtension di wilayah
terletak antara lempeng mikro Sunda Jawa bagian Barat Laut. Pada saat ini
dan zona subduksi India-Australia yang merupakan fase pembentukan cekungan
terjadi pada zaman Tersier. dan sub-cekungan.
Selama fase awal evolusi di Paleogen Oligosen (34–30 Ma). Laut Cina Selatan
tersebut, cekungan berkembang dan akresi di bagian barat laut
sebagai cekungan yang dikontrol oleh Kalimantan. Margin lempeng Australia
tinggian-tinggian yang tersesarkan dan (New Guinea) bertabrakan dengan
sistem half-graben. Graben ini beberapa kompleks busur
kemudian diisi oleh endapan-endapan mengakibatkan terbentuk zona tulang
danau dan volkanik (Formasi punggung orogenic tengah Papua.
Jatibarang). Tinggian tersesarkan dan Miosen Tengah (17–10 Ma). Fase rifting
graben ini ditunjukkan oleh Laut Cina Selatan berakhir pada saat
kecenderungan dari sesar normal benturan fragmen benua yang berasal
berarah Utara-Selatan dengan dari Gondwana (Australia Utara–Irian

99
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Jaya) melawan batas lempeng Sunda batulempung/serpih dari Formasi


timur. Fase ini merupakan awal dari Talangakar. Satuan batuan ini
fase orogenesa yang mengakibatkan menempati pada daerah rendahan (Low
terjadinya uplift dan subsidence. area). Beberapa daerah rendahan
Miosen Akhir (7–5 Ma). Bagian Barat tersebut seperti di Rendahan
Laut Australia bertabrakan dengan Cipunegara, Rendahan Ciputat, dll.
palung Sunda di sektor busur Banda, Sebaran lokasi batuan sumber ini, pada
menghasilkan deformasi tumbukan umumnya disebut sebagai dapur
Timor. Fasa ini merupakan fase inversi hidrokarbon (kitchen). Setiap area
hingga Plio–Pleistosen. dapur hidrokarbon menempati daerah
Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara rendahan atau sering disebut juga
dimulai dengan diendapkannya tufa dari sebagai subcekungan. Batuan serpih
Formasi Jatibarang secara tidak selaras Formasi Talangakar yang berfungsi
di atas batuan metamorf dan batuan sebagai batuan sumber hidrokarbon
beku. Di atas Formasi Jatibarang berada didalam Upper TAF, diendapkan
diendapkan Formasi Cibulakan Bawah di lingkungan transisi sampai deltaik.
yang terdiri dari batuan sedimen klastik Pengendapan serpih ini terjadi di daerah
di bagian bawah dan batugamping rendahan (graben/setengah graben)
terumbu di bagian atas. Formasi yang terjadi pada fase synrift pada
Cibulakan Atas terdiri dari batuan Eosen–Oligosen. Kondisi cekungan,
sedimen klastik dan secara lokal ke atas pada umumnya mempunyai kedalaman
berubah menjadi batugamping. Di atas yang semakin besar ke arah Selatan.
Formasi Cibulakan Atas adalah Sedangkan lapangan hidrokarbon di
batugamping Formasi Parigi, dan Pertamina EP Asset 3. Pertamina
selanjutnya Formasi Parigi diendapkan Cirebon menempati daerah tinggian.
di atasnya oleh serpih gampingan Pada Cekungan Jawa Barat Utara,
Formasi Cisubuh. Satuan litostratigrafi batuan yang dianggap sebagai batuan
ini telah banyak mengalami perubahan, reservoir sangat banyak, akan tetapi
dalam perkembangannya digunakan yang menunjukkan kandungan potensi
tata nama litostratigrafi yang umum hidrokarbon lebih sedikit.
digunakan untuk Cekungan Jawa Barat Batuan potensial reservoir disini berupa
Utara, yaitu Formasi Jatibarang, lapisan-lapisan batuan, baik batuan
Formasi Talangakar, Formasi Baturaja, karbonat maupun klastika. Akan tetapi
Formasi Cibulakan (juga dikenal sebagai yang dimaksud batuan reservoir disini
"Massive Sandstone", atau "Mid-Main adalah lapisan batuan yang menunjukan
Carbonate", atau "Pre-Parigi"), Formasi indikasi adanya hidrokarbon, baik
Parigi, dan Formasi Cisubuh. Gresko et sebagai lapisan produksi, adanya
al (1995) membagi lagi bagian sedimen hidrokarbon show atau jejak
pra-Miosen di Cekungan Jawa Barat hidrokarbon. Hampir setiap satuan
Utara menjadi tiga unit yang sangat batuan selalu dijumpai adanya batuan
berbeda: Paleosen Akhir–Oligosen reservoir.
Bawah Formasi Jatibarang (Syn-rift I), Secara fisik lapisan tudung terdapat di
Anggota Talangakar Bawah (Oligosen semua formasi, mulai dari serpih
Bawah, Syn-rift II) dan Anggota Formasi Talangakar, serpih Formasi
Talangakar Atas (Oligosen Atas, Post-rift Cibulakan, dan yang berfungsi sebagai
sag) dari Formasi Talangakar. Di batuan tudung regional adalan serpih
Cekungan Jawa Barat Utara, batas gampingan Formasi Cisubuh.
Oligosen–Miosen terjadi di bagian atas Pembentukan endapan serpih Cisubuh
Formasi Talangakar pada kontak dengan ini menandai maksimum transgresi pada
Formasi Baturaja pada bagian bawah. Cekungan Jawa Barat Utara.
Pada umumnya batuan yang berpotensi Oil generation sudah dimulai sejak
sebagai batuan sumber hidrokarbon Miosen Tengah, sedangkan oil migration
adalah batuan klastika berbutir halus. terjadi selama Miosen Akhir (tepatnya
Hingga saat ini yang dianggap sebagai 10 juta tahun yang lalu) hingga kini,
batuan sumber yang sudah matang dan Akumulasi hidrokarbon terakhir terjadi
menghasilkan hidrokarbon di Cekungan setelah terbentuknya perangkap oleh
Jawa Barat Utara adalah

100
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

kompresi Utara-Selatan atau inversi ANALISIS DATA WELL LOG


pada Plio–Pleistosen. Lapisan reservoir yang menjadi fokus
pada penelitian ini adalah lapisan XHa.
HASIL DAN ANALISIS Dengan menggunakan data well log
Low resistivity zone adalah suatu dapat diketahui penyebaran lapisan XHa
fenomena dalam hal ini lapisan secara vertikal dan lateral. Lapisan XHa
batupasir memiliki nilai deep resistivity terletak pada kedalaman antara 1580.7
yang rendah dan saturasi air yang tinggi mss sampai dengan 1630.3 mss atau
tetapi lapisan tersebut produktif, hal 1587.6 m sampai dengan 1816.22 m
tersebut dapat diakibatkan oleh (MD), dengan ketebalan lapisan antara
beberapa faktor diantaranya adalah 2.5–13 meter. Lapisan XHa merupakan
kehadiran mineral clay (montmorilonite, lapisan reservoir produktif dengan nilai
smectite, illite, kaolinite), kehadiran resistivity yang relatif rendah yaitu
mineral glauconite, mineral pyrite, dan berkisar 0.5–2.5 Ohm, tergolong rendah
traces fossil. Secara teori alasan low jika dibandingkan dengan lapisan
resistivity dapat dibagi ke dalam dua reservoir pada zona XL yang
grup. Yang pertama, saturasi air formasi mempunyai nilai lebih dari 10 Ohm.
tinggi tetapi hidrokarbon berproduksi, Memperlihatkan karakter log gammaray
hal ini disebabkan oleh kehadiran dan log resistivity pada lapisan reservoir
Microporosity. Yang kedua saturasi air XHa (Gambar 4).
hasil perhitungan lebih tinggi daripada
saturasi air formasi, hal ini disebabkan KORELASI SUMUR
oleh mineral konduktif seperti pyrite dan Korelasi dilakukan untuk mengetahui
mineral lempung di dalam lapisan kemenerusan lapisan XHa dengan
batupasir ( Hamada, 1996). karakter log resistivity yang berbeda
Daerah penelitian termasuk ke dalam signifikan, korelasi juga untuk
anggota Formasi Cibulakan atau lebih mengetahui batas atas (top) dan batas
tepatnya Formasi Cibulakan Atas yang bawah (bottom) lapisan. Korelasi
diendapkan selaras di atas Formasi dilakukan dengan menggunakan empat
Cibulakan Tengah dan ditutupi secara data well log, yaitu gammaray,
selaras oleh Formasi Parigi. Formasi resistivity, neutron dan density. Litologi
Cibulakan Atas dibagi menjadi anggota batupasir ditandai dengan nilai
Pra-Parigi, main members dan massive gammaray yang relatif rendah dan
members dalam lithostratigrafi informal density berkisar antara 2.65–2.71 gr/cc
(Reksalegora et al 1996). hal ini disebabkan karena di dalam
Lapisan batupasir pada lokasi penelitian batupasir memiliki kandungan radioaktif
masuk ke dalam Formasi Cibulakan. yang rendah dibandingkan dengan
Formasi ini memiliki umur akhir Miosen batulempung yang memiliki kandungan
Awal–awal Miosen Akhir yang terbentuk unsur radioaktif yang tinggi karena
pada Cekungan Jawa Barat Utara antara unsur radioaktif berasal dari mineral-
Sub Cekungan Cipunegara dan Sub mineral yang stabil yang banyak
Cekungan Jatibarang, diendapkan pada terdapat di dalam batulempung.
lingkungan shallow marine. Dari data Mengacu pada sumur CMB-19,
well log dapat diinterpretasikan bahwa dilakukan interpretasi dan korelasi
Formasi Cibulakan dicirikan dengan untuk mengetahui apakah pada lapisan
batuan Shaly sand dan batugamping. XHa di setiap sumur memiliki karakter
log gammaray dan log resistivity yang
PETA BAWAH PERMUKAAN sama, juga untuk mendapatkan pola
Setelah dilakukan interpretasi data penyebaran, ketebalan, kemenerusan
seismik yang menghasilkan peta lapisan.
struktur waktu, kemudian di konversi Lintasan 2 (CMB-06–CMB-01–CMB-25–
menjadi peta struktur kedalaman, CMB-18–CMB-12). Lintasan ini terdiri
sehingga dapat di analisis lokasi sumur dari korelasi dari sumur CMB-06, CMB-
yang terletak di puncak struktur 01, CMB-25, CMB-18, CMB-12. Arah
maupun yang ada pada sayap struktur penampang lintasan ini Barat–Timur
lapisan XHa (Gambar 3). dengan panjang lintasan 4267 meter,
jarak sumur CMB-06 dengan CMB-01

101
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

1310 m, CMB-01 dengan CMB-25 1749 CMB-18 dengan CMB-12 1097 m seperti
m, CMB-25 dengan CMB-18 111 m, terlihat pada (Gambar 5).

Gambar 4. Type log dan deep resistivity lapisan reservoir XHa

102
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Lintasan 2 CMB-06, CMB-01, CMB-25, CMB-18, CMB-12


Gambar 5.

103
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Lintasan ini terdiri dari korelasi dari nilai deep resistivity. Dalam hal ini nilai
sumur CMB-03, CMB-05, CMB-19, CMB- deep resistivity tertinggi 2.035 Ohm
11. Arah penampang lintasan ini Utara– adalah pada kedalaman batuan inti
Selatan dengan panjang lintasan 4112 1274 m, dan nilai deep resistivity yang
meter, jarak sumur CMB-03 dengan paling rendah 1.108 Ohm adalah pada
CMB-05 1514 m, CMB-05 dengan CMB- kedalaman batuan inti 1653 m dengan
19 1720 m, CMB-05 dengan CMB-19 kandungan kaolinite 4%, Chlorite 5%,
878 m (Gambar 6). calcite 19%, kuarsa 56% terkandung
Dapat diasumsikan juga batupasir ini juga pyrite 1% (Tabel 1).
merupakan endapan Bar yang Kemudian dari analisis data XRD
diendapakan pada lingkungan shallow dilakukan validasi dengan data produksi
marine hal ini disimpulkan berdasarkan pada sumur CMB-11 dan pada
elektrofasies dengan mengacu pada kedalaman 1653–1658 m (MD)
bentukan data log mengkasar ke atas merupakan zona batupasir yang
(funnel) menurut Kendall, 2003 yang produktif. Clay mineral merupakan
divalidasi dengan data deskripsi core faktor terpenting penyebab turunnya
pada interval yang sesuai dengan harga resistivitas pada lapisan batupasir
elektrofasiesnya. di sumur CMB-11 yang merupakan
sumur produksi.
ANALISIS DATA CORE Pada sumur CMB-19 posisi kedalaman
Analisis data core di laboratorium batuan inti adalah dari 1695–1701.71m
dilakukan oleh PT. Pertamina EP. Data (MD) yang mengcover ketebalan 6.41
core pada daerah penelitian terdapat di m. Dengan mengintegrasikan data
sumur CMB-11 dan CMB-19, pada conventional core dan XRD
sumur CMB-11 data core berada pada diinterpretasikan bahwa batuan pada
interval 1599.75–1657 m (MD). Hasil kedalamam 1695.2 m–1699 m
analisis sedimentologi dari data core berdasarkan klasifikasi Pettijohn (1975)
sumur CMB-11 yang bersumber pada adalah batupasir jenis subfeldspatic
conventional core milik Pertamina EP arenite, kemudian sampel pada
asset 3. Pada interval 1650m– kedalaman 1699.6 merupakan batupasir
1657.09m adalah batupasir dengan jenis sublithicarenite, sampel kedalaman
warna abu-abu sampai coklat dan 1700.3 merupakan batupasir jenis
memperlihatkan sekuen mengkasar ke sublithicarenite dengan semen kalsit,
atas yang tergolong ke dalam pada kedalaman 1701 tergolong ke
sublitharenite dengan authigenic dalam batupasir jenis subfeldspatic
mineral dan visible porosity, jika arenite, dan pada sampel kedalaman
menyesuaikan dengan klasifikasi 1701.6 tergolong ke dalam batupasir
Pettijhon (1975), dengan uraian jenis sublithicarenite dengan semen
batupasir jenis sublitharenite semen kalsit. Dengan korelasi antara XRD dan
kalsit pada kedalaman 1653m–1655m nilai resistivity maka dapat disimpulkan
karena dari data XRD menunjukan lapisan ini masih sama karakternya
jumlah kalsit 5%, glauconite (tr-6%), dengan lapisan XHa pada sumur CMB-
mica (1–4%), pyrite 1 %, authigenic 11(Tabel 2). Sumur CMB-19 bukan
kaolinite 9%, tr smectite, dan merupakan sumur yang memiliki
feldspathic litharenite pada kedalaman produksi tetapi sumur CMB-19
1655.60 m dimana kandungan merupakan sumur yang memiliki
kuarsanya 85%, feldspar 1% dan analisis batuan inti. Hasil analisis dari
plagioklas 6%. core dan data log resistivity
Dari data XRD sumur CMB-11 diintegrasikan untuk melihat karakter
(Pertamina, 1993) kemudian dari lapisan XHa pada sumur CMB-19.
dikorelasikan dengan nilai resistivity Interval core di sumur CMB-19
sesuai kedalaman sampel batuan inti. seluruhnya adalah batupasir yang
terlihat kehadiran mineral clay dan berkomposisi kuarsa, pirit, clay hingga
heavy mineral seperti Pyrite dan calcite.
glauconite mempengaruhi penurunan

104
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 6. Lintasan 1 Formasi Cibulakan Atas CMB-03, CMB-05, CMB-19, CMB-11

Tabel 1. Data XRD dan harga resistivity sumur CMB-11

Tabel 2. Posisi batuan inti dan harga deep resistivity sumur CMB-19

105
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Analisis Data Petrografi Kemudian pada foto SEM juga dapat


Analisis petrografi merupakan milik dilihat kaolinite dan chlorite (3). Dari
PT.Pertamina EP yang dilakukan oleh komposisi tersebut dapat disimpulkan
Lemigas. Data petrografi yang tersedia berdasarkan batupasir tergolong
yaitu pada sumur CMB-19 kedalaman kedalam Sublitharenite (Gambar 8).
1695.23 m (MD), 1696.60 m (MD),
1697.60 m (MD), 1698.30 m (MD), Analisis Data Biostratigrafi
1699 m (MD), 1699.60 m (MD), Data biostratigrafi dianalisis oleh
1700.30 m (MD), 1700.30 m (MD), dan Lemigas pada tahun 1974, pada
pada sumur CMB-11 kedalaman 1653 m penelitian ini data biostratigrafi hanya
(MD), 1655 m (MD), 1655.60 m (MD), tersedia pada sumur CMB-19 di interval
1657 m (MD) keseluruhan interval 1695m (MD)–1701.7m (MD) yang
petrografi baik pada sumur CMB-11 dan sesuai dengan kedalaman core dan
CMB-19 terdapat pada zona XHa yang petrografinya. Berikut kandungan fosil
merupakan zona penelitian. Data daerah penelitian berdasarkan interval
petrografi di sumur CMB-19 digunakan biostratigrafi. Pada interval
untuk mengetahui karakter lapisan 1695.00m–1696.40m (MD) sedikit
batupasir dan melihat kandungan mengandung Foraminifera dan
mineral-mineral konduktif yang ada nannoplankton. Foraminifera pada
pada zona XHa yang mungkin dapat interval ini hanya muncul Bentonic
menyebabkan low resistivity zone. Pada foraminifera yaitu Ammonia umbonata
interval 1695.23 m (MD) merupakan pada kedalaman sample 1695.8m (MD).
pasir halus dengan sortasi baik, memilki Selain itu juga terdapat Zonocostites
kontak antar butir concave–convex ramonae, Acrostichum aureum dan
menandakan bahwa zona ini pernah Florschuetzia trilobata pada kedalaman
terbebankan. Komposisi yang dapat sampel 1695.00m. Dari data tersebut
dilihat dari petrografi pada interval ini disimpulkan bahwa sedimen pada
adalah monocrystaline quartz (1) interval sampel 1695m–1696.40m (MD)
sejumlah 40 %, plagioclase 3.75 %, K- memiliki lingkungan pengendapan inner
feldspar 3%, shale sebagai butiran 2%, sublitoral.
heavy mineral dan mika masing-masing Pada interval 1696.40m–1699.76m
0.5%, dan alloghenic glauconite 4% (2) (MD) menunjukan Zonocostites
(Gambar 7). ramonae, Avicennia sp., Acrostichum
Pada sumur CMB-11 interval 1655 m aureum, Florschuetzia levipoli dan F.
(MD). Komposisi batuan yang dapat trilobata. Selain itu juga terdapat
dilihat pada interval ini adalah kuarsa Sapotaceoidaepollenites sp.1,
60 % (1), feldspar 4 %, fragmen batuan Sapotaceoidaepollenites sp.2,
6 %, dan allogenic glauconite 6% (2). Cephalomappa type, Callophyllum type,
Semen silika dan authigenic clay dan Dicolpopollis sp. Dari data
masing-masing 2 % dan 4 %. Juga bistratigrafi dan data core interval
terdapat Foram besar sekitar 1 %.

106
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 7. Petrografi sumur CMB-19 interval 1695.23 zona XHa

Gambar 8. Petrografi dan SEM sumur CMB-11 interval 1655 zona Xha

1696.40m–1699.76m (MD) merupakan zona batupasir XHa diendapkan pada


lingkungan littoral. Pada interval lingkungan shallow marine tepatnya
1699.76m–1701.71m (MD) merupakan inner littoral, dengan hadirnya Ammonia
penciri utama bahwa Formasi Cibulakan umbonata.

107
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Dikombinasikan dengan data core maka dalam Formasi. Cross plot penentuan
dapat disimpulkan bahwa interval parameter matriks, dry clay, dan wet
1695.00m–1696.40 m (MD) diendapkan clay pada zona XHa dan pada sumur
pada lingkungan inner sublittoral, CMB-19 (Gambar 11).
kemudian interval 1696.40m–1699.76m Zona XHa yang litologinya shaly sand
(MD) diendapkan pada lingkungan memiliki nilai matriks 2.65 gr/cc
littoral, dan interval 1699.76m– diasumsikan dari masa jenis Batupsir
1701.71m (MD) diendapkan pada dan dry shale 2.66 gr/cc. Dilihat dari
lingkungan inner littoral (Gambar 9). parameter di atas, zona XHa banyak
keterdapatan lapisan tipis batupasir
Determinasi Volume Clay diantara lapisan batulempung.
Estimasi nilai volume clay dihitung dari
log gammaray atau spontaneous Determinasi Resistivity Clay
potensial, dengan mendeterminasi nilai Estimasi Resistivity Clay menggunakan
clean sand dan shale baseline. Sebagai cross plot antara deep resistivity dengan
pertimbangan agar perhitungan volume volume wet clay, dengan metode
clay representatif maka digunakan tersebut dilihat harga deep resistivity
metode linear yang dapat dilihat pada pada saat harga volume wet clay = 1
persamaan (1). (VWCL = 1) (Gambar 12).
Pada sumur CMB-19 pada sumur CMB-
11 juga menunjukan bahwa resistivity
(1) clay zona XHa relatif rendah yaitu 1.22
Ohm jika dibandingkan dengan
Determinasi Rw
resistivity clay zona XL yaitu 2.16 Ohm
Pada daerah penelitian dilakukan
(Gambar 13).
analisis air, sehingga dapat diketahui
Determinasi Saturation Water
range total solid air untuk mendapatkan
Saturasi air merupakan parameter yang
nilai Rw. Hasilnya dicoba diintegrasikan
paling penting dalam menentukan zona
dengan sumur yang ada pada struktur
hidrokarbon, saturasi air bergantung
terdekat dengan range total solid
dari tingkat salinitas formasi, dan
18954–22512 ppm yang equivalent
parameter a, m, dan n. Dalam
dengan Rw = 0.217–0.301 Ohm. Nilai
penelitian ini dilakukan perhitungan
Rw tersebut juga divalidasi dengan
saturasi air dengan menggunakan
Picket plot pada sumur CMB-19
persamaan Archie 1942 dan persamaan
(Gambar 9).
Indonesia sebagai perbandingan.
Selain di sumur CMB-19 analisis Rw
Persamaan Archie (Persamaan 2)
juga dilakukan pada sumur CMB-11,
digunakan untuk me ngetahui saturasi
dengan range total solid 19063 ppm
air tanpa menggunakan parameter Vcl
dengan Rw = 0.283 yang divalidasi
karena dalam persamaan Archie satu-
dengan Picket Plot equivalent dengan
satunya parameter yang konduktif
salinitas 20541 ppm (Gambar 10)
adalah resistivity formasi (Rw),
sedangkan persamaan Indonesia
Determinasi Porositas
(Persamaan 6), resistivity formasi (Rw)
Tahapan awal sebelum melakukan
dan Volume Clay (Vcl) merupakan
perhitungan porositas adalah penetuan
parameter yang konduktif dan
parameter input yang terdiri dari nilai
merupakan hal penting dalam
RHOB (Density log) dan NPHI (Neutron
mendeterminasi saturasi air dengan
log) untuk mengetahui harga matriks
persamaan Indonesia (Persamaan 3) .
(MA) diasumsikan masa jenis kuarsa
2.648 gr/cc, shale (SH), dan dry shale.
Pada perhitungan porositas digunakan
juga Vcl untuk mengeliminasi molekul
air yang terikat (neutron wet clay) di

108
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

(2)

(3)

Gambar 9. Biostratigrafi sumur CMB-11 interval 1655 zona XHa

109
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 10. Picket Plot nilai Rw sumur CMB-19

Gambar 11. Picket Plot nilai Rw sumur CMB-11

110
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 12. Parameter matriks, clay, wet clay zona XHa sumur CMB-19

111
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 13. Resistivity clay zona XHa sumur CMB-19


Validasi data analisis log dan core Kemudian dilakukan juga validasi
Setelah didapatkan harga clay content, korelasi antara harga deep resistivity
kemudian dilakukan analisis dan validasi dan data minerologi pada sumur CMB-
antara harga Vcl dengan harga deep 19 yang bukan merupakan sumur
resistivity dan didapatkan korelasinya, produksi, untuk menunjukan bahwa
yang menunjukan korelasi Vcl dan deep faktor pengontrol low resistivity zone
resistivity pada zona XHa CMB-19 bukan pada Formasi Cibulakan Atas selain fluid
merupakan sumur produksi dan CMB-11 content adalah glauconite (Gambar 15)
yang merupakan sumur produksi (Tabel dan clay mineral (Gambar 16).
3). Selain sumur CMB-19 yang menunjukan
Hubungan estimasi porositas efektif log efek dari glauconite dan pyrit, pada
dan porositas efektif analisis core sumur CMB-11 yang merupakan sumur
dilakukan pada kedalaman yang sama produksi data XRD dan SEM
dan dengan metode perhitungan yang menunjukan efek dari mineral lempung
sama (Neutron-Density) (Gambar 14). yaitu kaolinite (Gambar 17) dan chlorite
(Gambar 18).

Tabel 3. Resistivity clay zona XHa sumur CMB-19

Gambar 14. Crossplot porositas efektif core dan porositas efektif log
sumur CMB-19

112
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 15. Korelasi glauconite dengan deep resistivity CMB-19

Gambar 16. Korelasi clay mineral dengan deep resistivity CMB-19

113
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Gambar 17. Korelasi kaolinite dengan deep resistivity CMB-19

Gambar 18. Korelasi chlorite dengan deep resistivity CMB-11


Maka untuk membuktikan faktor resistivitas, lingkungan pengendapan
pengontrol low resistivity zone pada Formasi Cibulakan Atas lapisan XHa
sumur CMB-11 dilakukan tabulasi deep adalah shallow marine yang erat
resistivity dan mineral lempung kaitannya dengan jejak fosil yang hadir
(Gambar 19 dan 20), juga dilakukan dan harga salinitas air>10000ppm, dan
korelasi atau crossplot antara deep pola penyebaran clay laminar dan
resistivity dan kaolinite serta deep struktural di dalam zona batupasir XHa.
resistivity dan chlorite. Pengontrol harga resitivity di dalam
Formasi Cibulakan zona XHa selain dari
Kesimpulan fluida yang ada di dalam lapisan
Karakteristik reservoir batupasir yang reservoir, yaitu kandungan shale atau
memiliki low resistivity dalam hal ini mineral-mineral lempung dan kehadiran
adalah dimensi ketebalan batupasir mineral glauconite. Berhubungan
terhadap batulempung yang kaitannya dengan hal itu maka suatu sistem
dengan resolusi alat perekam log pengendapan juga menjadi pengontrol

114
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

low resistivity zone. Mineral lempung dilakukan coring dan deskripsi petrografi
yang dimaksud adalah kaolinite, chlorite untuk memastikan pengontrol harga
dan illite yang memilki CEC (cation resistivity yang rendah tersebut selain
exchange capacity) atau kemampuan fluidanya sehingga dapat melakukan
lempung saling bertukar cation, interpretasi lebih yakin jenis fluida yang
semakin tinggi CEC semakin besar terkandung.
kemampuannya mengikat air kemudian 2. Dari hasil penelitian ini hanya
menurunkan harga resistivity yang dapat melihat karakteristik dan faktor
sebenarnya mengandung hidrokarbon. pengontrol low resistivity zone saja,
masalah yang cukup besar lagi adalah
Saran bagaimana cara mengkoreksi resistivitas
1. Ketika mendapatkan reservoir yang rendah pada kasus low resistivity
dengan harga resistivity yang relatif zone sehingga tidak terjadi kesalahan
rendah yaitu < 5 Ohm, hendaknya dalam menginterpretasi jenis fluidanya.

Gambar 19. Crossplot Vcl dan deep resistivity pada zona XHa sumur CMB-19

Gambar 20. Crossplot Vcl dan deep resistivity pada zona XHa sumur CMB-11)

115
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 97 – 116

Referensi Darwin V. Ellis & Julian M. Singer.,


2008. Well Logging for Earth
Satter, A., Thakur G.C., 1994. Scientists 2nd Ed. Ebook.
Integrated Petroleum Reservoir Glover, P., Hole M., Pous J., 2000. A
Management, PennWell Publishing modified Archie"s law for two
Company, Tulsa, Oklahoma. conducting phases, Earth and
Crain E.R., 1986. The Log Analysis Planetary Science Letters, 180,
Hand Book, Volume I : Quantitative pp.369-383.
Log Analysis Methods, Penn Well Satyana, A.H. dan Armandita C., 2004.
Publishing Company, Tulsa, Deepwater Plays of Java, Indonesia:
Oklahoma, USA. Regional Evaluation on Opportunities
Noble, R.A., Pramono Heru., and Charlie and Risks. Proceeding Deepwater And
Wu, C.H., 1997, Oil Kitchen and Frontier Exploration In Asia &
Petroleum Bearing Subbasin in Australasia Symposium, Indonesian
Northwest Java Area, IPA Petroleum Association, h.273-320.
Proceedings, 26**’ Annual Archie, G.E., 1942. The Electrical
Convention, Jakarta, hal 123-151. Resistivity Log as an Aid in
Pertamina., 2000. Unpublished Report, Determining Some Reservoir
Pertamina EP asset 3. Characteristics, Dallas Meeting.
Poupon. A, Puluggono. A, Weis. K., Moore, D., 1993. Productive Low
1973. Well Evaluation Conference Resistivity Well Logs of the Offshore
Indonesia, Second Edition, Gulf of Mexico. New Orleans
Schlumberger Indonesia. Geological Societies 1993.
Schlumberger., 1981. Log
Interpretation, Volume I – Principles
Document, Schlumberger Limited,
New York.
Schlumberger., 1981. Log
Interpretation, Volume II –
Applications Document,
Schlumberger Limited, New York.
Schlumberger., 1991. Log
Interpretation Charts, Schlumberger
Well Survive Indonesia.
Van Wagoner J.C., Mitchum R.M.,
Campion KM, Rahmanian. VD., 1990.
Siliclastic Sequence Stratigraphy in
Well Log, Core and Outcrops.
Bob Sneider. R., 1993. Low Resistivity,
low-Contrast Productive Sand, Robert
M Sneider Exploration, Houston,
Texas.
Asquith, G and Gibson, C., 1982. Basic
Well log Analysis For Geologist,
AAPG, Tulsa, Oklahoma.
Lemigas., 1974. Summaries of Lectures
in Micropaleontology. Report No. EP-
0185 (unpubl). Lemigas Dept. of
Geology. 36p.
Tipsword, H. L., F. M. Setzer & F. M.
Smith Jr., 1966. Interpretation of
Depositional Environment in Gulf
Coast Petroleum Exploration from
Paleoecology and Related
Stratigraphy. Trans. Gulf Coast Ass.
Geol. Soc. Vol. XVI, 119-130.

116

Anda mungkin juga menyukai