Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANDIRI

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I

Dosen Pembimbing :Ns. Mulyo Budi, S.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Devi Yuliyanti
NIM : S17118
Kelas : S17C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2020
1. Buat gambar berwarna penilaian luas luka bakar sesuai dengan tingkat usia!
Jawab :

Rule of nine
Uraiannya :
a. Kepala leher 9%=9%
b. Lengan 9%=18%
c. Badan depan =18%
d. Badan belakang =18%
e. Tungkai 18%=36%
f. Genitalia/perineum =1%
g. Jumlah/total 100%
2. Sebutkan jenis jenis cairan baik koloid dan kristaloid!
Jawab :
Infus merupakan metode pemberian cairan dan obat yang dilakukan langsung melalui
pembuluh darah. Cairan yang diberikan melalui infus dapat berfungsi sebagai cairan
pemeliharaan ataupun cairan resusitasi. Cairan infus akan diberikan ketika pasien
melakukan perawatan di rumah sakit.
Cairan infus (intravenous fluid) tersimpan di dalam sebuah kantong atau botol steril yang
akan dialirkan melalui selang menuju pembuluh darah. Jenis dan jumlah cairan yang
digunakan akan bergantung kondisi pasien, ketersediaan cairan, dan tujuan pemberian
cairan infus.
Jenis Cairan Infus dan Kegunaannya. Ada beragam cairan infus yang dapat digunakan
ketika pasien mendapatkan perawatan. Cairan infus yang umum digunakan dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Cairan kristaloid
Cairan kristaloid merupakan cairan infus yang memiliki kandungan natrium klorida,
natrium glukonat, natrium asetat, kalium klorida, magnesium klorida, dan glukosa.
Cairan ini digunakan pada pasien dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan
elektrolit, mengembalikan pH tubuh, menghindari dehidrasi dan dijadikan sebagai
cairan resusitasi. Beberapa cairan infus yang masuk ke dalam jenis cairan kristaloid
antara lain :
1) Cairan saline
Cairan saline NaCL 0.9 % merupakan cairan kristaloid yang sering ditemui. Cairan
ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
2) Ringer laktat
Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung kalsium, kalium,
laktat, natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat umumnya diberikan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang saat mengalami luka, cedera, atau menjalani
operasi yang menyebabkan kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang
banyak. Selain itu, cairan ini juga sering digunakan sebagai cairan pemeliharan
ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
3) Dextrose
Dextrose merupakan cairan infus yang mengandung gula sederhana. Cairan ini
sering digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, pada seseorang yang
mengalami hipoglikemia (gula darah rendah). Selain itu, cairan infus dextrose juga
dapat digunakan untuk kondisi hyperkalemia (kadar kalium yang tinggi).
b. Cairan koloid
Cairan koloid merupakan cairan yang memiliki kandungan molekul lebih banyak
dibanding dengan cairan infus lainya. Umumnya cairan ini diberikan pada pasien yang
menderita sakit krisis dan pasien yang telah melakukan operasi bedah. Cairan koloid
juga memiliki berbagai jenis, termasuk cairan Gelatin, Albumin dan Dextran. Cairan
infus yang termasuk ke dalam jenis cairan koloid adalah :
1) Gelatin
Gelatin merupakan salah satu cairan koloid yang mengandung protein hewani. Salah
satu kegunaan cairan ini adalah untuk mengatasi keadaan kurangnya volume darah
yang disebabkan oleh kehilangan darah.
2) Albumin
Pemberian cairan infus albumin biasanya dilakukan saat pasien memiliki kadar
albumin yang rendah, misalnya pasien yang menjalani operasi transplantasi hati,
menderita luka bakar akut, dan pasien sepsis.
3) Dekstran
Dekstran merupakan jenis cairan koloid yang mengandung polimer glukosa.
Dekstran dapat digunakan untuk memulihkan kondisi kehilangan darah. Selain itu,
dekstran juga digunakan untuk mencegah terjadinya tromboemboli setelah operasi.
Cairan infus tidak boleh digunakan secara sembarangan dan penggunaannya harus
berada di bawah pengawasan dokter. Hal ini karena risiko komplikasi akibat
pemberian infus bisa saja terjadi. Selain itu, pemilihan jenis cairan infus juga harus
disesuaikan dengan kondisi pasien dan pertimbangan dokter.
c. Cairan asering
Cairan asering merupakan cairan yang diberikan pada pasien yang mengalami dehidrasi
akibat shock hipovolemik dan asidosis, demam berdarah, trauma, luka bakar dan shock
hemarogik serta dehidrasi berat. Kandungan dalam cairan asering ini adalah Na 130
mEq, Cl 109 mEq, Ca 3 mEq, K 4 mEq dan Asetat/garam 28 mEq. Manfaat pemberian
cairan asering pada pasien ini agar dapat menjaga suhu badan sentral pada anestesi dan
insoflural terutama kandungan asetatnya yang sangat berguna bagi pasien yang telah
melakukan operasi bedah. Selain itu cairan asering dapat meningkatkan tonisitas dan
mengurangi risiko edema serebral.
d. Cairan manitol
Cairan manitol merupakan cairan infus yang memiliki kandungan karbo, hidrogen dan
oksigen (C6H14O6). Cairan ini memiliki banyak manfaat, yakni membantu menjaga
tekanan intrakranial pada kondisi normal, memberikan peningkatan diuresis pada
pasien yang mengalami gagal ginjal dan membuat eksresi senyawa toksis menjadi
meningkat. Selain itu pemberian cairan ini sangat dianjurkan pada pasien yang sedang
menjalani proses operasi prostat karena dapat melarutkan irigasi genitouriner sebelum
operasi dilakukan.
e. Cairan tutofusin ops
Cairan tutofusin ops merupakan cairan yang memiliki kandungan Natrium 100 mEq,
Kalium 18 mEq, Kalsium 4 mEq, Sorbitol 50 gram, Klorida 90 mEq dan Magnesium 6
mEq. Kandungan tersebut memiliki manfaat yang sangat banyak bagi tubuh pasien,
diantaranya memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit sebelum, sedang
dan setelah operasi bedah dilakukan. Cairan elektrolit tersebut dapat mencegah pasien
dari dehidrasi dan memenuhi kebutuhan pasien akan makanan yang mengandung
karbohidrat secara parsial. Itulah lima jenis cairan infus yang sering diberikan pada
pasien. Perlu diingat pemberian cairan infus ini tidak boleh sembarang karena dapat
menyebabkan komplikasi berbahaya dan semuanya harus dilakukan dengan
pengawasan dokter.
3. Sebutkan cara operasional penggunaan infuse pump dan syiring pump!
Jawab :
a. Infus pump adalah Memasang alat elektrik yang dapat mengatur tetesan infuse dengan
akurat.Tujuan Memenuhi kebutuhan cairan parenteral, dosis obat secaradrip sesuai
kebutuhan pasien dengan tepat. Prosedur Struktur/Input antara lain :
1) Perawat/bidan
2) Persiapan alat ;infus pump, standar infus,infuset mikro/makro, kabel penghubung
ke sumber listrik, cairan sesuai kebutuhan.
Proses operasional penggunaan infuse pump antara lain :
1) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bila pasien sadar
2) Membawa alat ke dekat pasien
3) Memasang alat infus pump ke standar infuse
4) Hubungkan kabel ke sumber listrik
5) Buka pintu infus pump
6) Pasang selang infus di sertai dengan cairan infus, pastikan selang infus terpasang
lurus,
tidak menekuk posisi klem manual diantara konektor dan infus pump posisi klem
dalam keadaan off setiap ganti cairan baru.
7) Tutup pintu infus pump
8) Hidupkan tombol
9) Set jumlah tetesan sesuai order
10) Infus tidak jalan bila tetesan tidak di set terlebuh dahulu
11) Buka klem infus set
12) Tekan tombol start
13) Pastikan alat terpasang baik dan benar sehingga tidak terjadi alarm
14) Segera cek bila alarm terjadi
b. Syringe Pump
Syringe Pump adalah Memasang alat elektrik yang dapat mengatur masuknya obat
dengan akurat. Tujuannya untuk Memenuhi kebutuhan masuknya obat dengan akurat.
Prosedur Struktur/Input antara lain :
1) Syringe Pump Dan Infus Syring pump
2) Kabel penghubung ke listrik
3) Spuit 3 cc, 5 cc,10 cc, 20 cc, 50 cc
4) Extension tube
5) Cairan /obat-obatan yang di butuhkan
6) Three way
7) Tiang infuse
8) Perawat terlatih
Proses operasional penggunaan Syringe Pump antara lain :
1) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2) Cuci tangan
3) Sambungkan syring pump dengan arus listrik
4) Pasang spuit 3 cc,5 cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc
5) Seting sesuai order
6) Kaji respon pasien
7) Rapikan alat
8) Cuci tangan
9) Dokumentasikan
4. Bagaimana cara merawat Luka Bakar ,sesuai dengan langkah langkahnya (Fase)
a. Orientasi
b. Prainteraksi
c. Kerja
d. Evaluasi
Jawab :
A. Tahap pra interaksi
1. Cek catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga.
C. Tahap kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Menjaga privasy pasien.
3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.
5. Membuka peralatan.
6. Memakai sarung tangan.
7. Basahi kasa dengan bethadin kemudian dengan menggunakan pinset bersihkan area
sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran. (gunakan teknik memutar
searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian dengan menggunakan pinset
bersihkan area luka bagian dalam. (gunakan teknik usapan dari atas ke bawah)
9. Keringkan daerah luka dan Pastikan area daerah luka bersih dari kotoran.
10. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.
11. Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
12. Fiksasi balutan menggunakan plester atau balautan verband sesuai kebutuhan.
13. Mengatur posisi pasien seperti semula.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Buka sarung tangan.
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Catat tindakan.
3. Berpamitan.
5. Pasien Perempuan berusia 45 tahun dibawa ke RS setelah mengalamiLuka Bakar
derajad IIB pada daerah wajah ,dada,perut dan kedua tangan akibat kena air panas
.pasien tampak meringis menahan nyeri,sesak nafas dan nadi meningkat.
Adapun masalah keperawatan prioritas pasien tersebut adalah :
a. Gangguan integritas Kulit
b. Resiko Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
c. Nyeri
d. Resiko Defisit Volume Cairan
Pertanyaannya :
a. Urutkan Skala prioritas keperawatan yang ada beserta dengan rasionalisasinya
dan keterangan dari masing - masing diagnose keperawatannya.
b. Hitung lah berapa jumlah cairan yang di butuhkan dalam 1x24 jam dan cara
pemberiannya.

Jawab :
a.

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidakefektif Tujuan: a. Pertahankan kepatenan a. Jalan nafas yang


an bersihan Pemeliharaan jalan napas melalui paten sangat
jalan napas saluran napas permberian posisi krusial untuk
berhubungan yang paten dan pasien yang tepat, fungsi respirasi
dengan bersihan saluran pembuangan sekresi b. Obstruksi jalan
terpajan napas adekuat. dan jalan nafas nafas/distress
asap/polutan Kriteria Hasil : artificial bila pernafasan dapat
ditandai Jalan napas paten diperlukan terjadi sangat
dengan pola frekuensi repirasi b. Auskultasi paru cepat atau
napas normal, tidak perhatikan stridor, lambat contoh
berubah mengalami mengi/gemericik, sampai 48 jam
(D.0001) dispnea. penurunan bunyi setelah terbakar
Data Objektif : nafas, batuk c. Kelembapan
a. Pasien c. Berikan oksigen yang akan
mengalami sudah dilembabkan mengencerkan
perubahan d. Awasi frekuensi, secret dan
pola napas irama kedalaman, mempermudah
Data Subjektif pernafasan, perhatikan ekspektorasi
: adanya sianosis, dan d. Takipnea,
sputum mengandung penggunaan otot
b. Pasien karbon bantu, sinosis
mengatakan e. Dorong pasien agar dan perubahan
sesak napas mau membalikan sputum
tubuh, batuk dan nafas menunjukan
dalam terjadi distress
pernafasan/edem
a paru dan
kebutuhan
intervensi medik
e. Aktivitas ini
meningkatkan
mobilisasi dan
pembuangan
sekresi
2 Resiko Tujuan : a. Amati tanda-tanda a. Resusitasi
ketidakseimb Pemulihan vital, haluaran urine berlebihan dapat
angan cairan keseimbangan b. Beri cairan intravena menyebabkan
berhubungan cairan dan dengan tepat kelebihan beban
dengan luka elektrolit yang c. Naikkan bagian cairan
bakar optimal dan kepala dan tinggikan b. Mempertahanka
(D.0036) perfusi organ- ekstremitas yang n keseimbangan
Data Objektif : organ vital terbakar cairan dan
a. Pasien Kriteria Hasil : elektrolit
mengalami Kadar elektrolit c. Meningkatkan
luka bakar normal, haluaran aliran balik vena
b. Nadi pasien urine 0,5 –
meningkat 1,0ml/kg/jam, TD
Data normal, nadi
Subjektif : normal, sensori
jernih
c. Pasien
mengatakan
kehilangan
cairan
3 Nyeri akut Tujuan : a. Gunakan skala nyeri a. Tingkat nyeri
berhubungan Pengendalian rasa untuk menilai tingkat memberikan
dengan agen nyeri rasa nyeri (skala 1-10) data dasar untuk
pencederan Kriteria Hasil : b. Kaji tanda nonverbal mengevaluasi
kimiawi Menyatakan nyeri efektifitas
ditandai tingkat nyeri c. Berikan instruksi dan tindakan
dengan menurun, tidak membantu pasien mengurangi
tampak ada petunjuk dalam melaksanakan nyeri
meringis (D. nonverbal tentang teknik distraksi, b. Data-data hasil
0077) nyeri relaksasi pengkajian
Data Objektif : d. Berikan preparat nyeri akan
a. Pasien analgetik opioit memberikan
terlihat menurut program informasi dasar
tampak medik untuk mengkaji
meringis e. Berikan dukungan respon nyeri
b. Pasien emosional dan c. Tindakan non
tampak menentramkan farmakologik
menahan kekhawatiran pasien untuk mengatasi
nyeri nyeri akan
Data memberikan
Subjektif : berbagai cara
intervensi yang
a. Pasien dapat
mengatakan mengurangi rasa
mengalami nyeri
nyeri d. Penyuntikan
preparat
analgetik
intravena
diperlukan
karena
terjadinya
perubahan
perfusi jaringan
akibat luka
bakar
e. Dukungan
emosional
sangat penting
untuk
mengurangi
ketakutan dan
ansietas akibat
luka bakar
4 Gangguan Tujuan: a. Kaji/catat ukuran, a. Memberikan
integritas Memperbaiki warna kedalaman luka, informasi dasar
kulit regenerasi perhatikan jaringan tentang
berhubungan jaringan nekrotik dan kondisi kebutuhan
dengan faktor Kriteria Hasil : sekitar luka penanaman kulit
mekanis Mencapai b. Lakukan perawatan dan
ditandai penyembuhan luka bakar yang tepat kemungkinan
dengan tepat waktu pada dan tindakan kontrol petunjuk tentang
kerusakan area luka bakar infeksi sirkulasi pada
lapisan kulit c. Pertahankan area graft
(D.0192) penutupan luka sesuai b. Menyiapkan
Data Objektif : indikasi jaringan untuk
a. Pasien d. Tinggikan area graft penanaman dan
mengalami bila mungkin/tepat. menurunkan
kerusakan Pertahankan posisi resiko
jaringan yang diinginkan dan infeksi/kegagala
atau lapisan imobilisasi area bila n kulit
kulit diindikasikan c. Kain
b. Pasien e. Pertahankan balutas nilon/membran
mengalami diatas area graft baru silikon
nyeri dana/atau sisi donor mengandung
sesuai indikasi kolagen porcine
f. Lakukan program yang melekat
kolaborasi : pada permukaan
siapkan/bantu prosedur luka sampai
bedah/balutan biologis lepasnya atau
mengelupas
secara spontan
kulit repitelisasi
d. Menurunkan
pembengkakan/
membatasi
resiko
pemisahan graft.
Gerakan jaringan
dibawag graft
dapat mengubah
posisi yang
mempengaruhi
penyembuhan
optimal
e. Area mungkin
ditutupi oleh
bahan dengan
permukaan
tembus pandang
tak reaktif
f. Graft kulit
diambil dari
kulit orang itu
sendiri atau
orang lain untuk
penutupan
sementara pada
luka bakar luas
sampai kulit
orang itu siap
ditanam

b. Jumlah cairan yang dibutuhkan :


Keterangan presentase luka bakar
Wajah : 4,5 %
Dada :9%
Perut :9%
Dua Tangan: 18 % +
Total : 40,5 % (presentase luka bakar)
BB : 45 Kg
Maka, jumlah cairan yang dibutuhkan /24 jam yaitu:
(Rumus Baxter)
Jumlah cairan (/24jam) = 4ml x BB (kg) x persentase (%)
= 4ml x 45 kg x 40,5%
= 7290 ml/24 jam
Cara pemberian : (sesuai dengan produksi urine)
8 jam pertama = ½ x 7290 ml = 3645/8 jam
16 jam berikutnya = ½ x 7290 ml = 3645/16 jam

Anda mungkin juga menyukai