Anda di halaman 1dari 31

PENGERTIAN ETOS KERJA

Secara etimologis :
1. Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“tempat hidup”/adat istiadat atau kebiasaan.
2. Ethikos yang berarti “teori kehidupan”, yang
kemudian menjadi “etika”.
3. Bahasa Inggris, etos : starting point, to appear,
disposition hingga disimpulkan sebagai character.
4. Bahasa Indonesia : ’sifat dasar’, ’pemunculan’
atau ’disposisi/watak
Menurut Aristoteles:
➢ Mode persuasi: Ethos, logos
dan pathos
➢’kompetensi moral’,
➢’keahlian’ dan ’pengetahuan’
❑Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai; guiding
beliefs of a person, group or institution; etos adalah
keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu
institusi. A. S. Hornby (1995);

❑The New Oxford Advances Learner’s Dictionary


mendefinisikan etos sebagai; the characteristic spirit, moral
values, ideas or beliefs of a group, community or culture;
karakteristik rohani, nilai-nilai moral, ide atau keyakinan
suatu kelompok,komunitas, atau budaya.
ETOS:
Seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai
yang secara mendasar mempengaruhi kehidupan, menjadi
prinsip-prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang khas
pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan
yang sama.

Menurut Anoraga (1992) Etos kerja merupakan suatu


pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja

Webster's Online Dictionary, etos kerja diartikan sebagai


earnestness or fervor in working, morale with regard to the
tasks at hand; kesungguhan atau semangat dalam bekerja,
suatu pandangan moral pada pekerjaan yang dilakoni
Menurut Jansen Sinamo (2005), Etos Kerja adalah
seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan
fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma
kerja yang integral

Kesimpulan:
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis
maupun praktis dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja
merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja
sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas
kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.
Sinamo (2005): Empat pilar teori utama
dikonstruksikan dalam Catur Dharma Mahardika
(bahasa Sanskerta) yang berarti Empat Darma
Keberhasilan Utama, yaitu:
1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior.
2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan
visioner.
3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.
4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.
Delapan aspek etos kerja menurut Sinamo
(1995):
1. Kerja adalah rahmat.
2. Kerja adalah amanah.
3. Kerja adalah panggilan.
4. Kerja adalah aktualisasi.
5. Kerja adalah ibadah.
6. Kerja adalah seni.
7. Kerja adalah kehormatan.
8. Kerja adalah Pelayanan.
Anoraga (1992) menyatakan sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada
kerja:
1. Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2. Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan.
3. Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang
halal dan tidak amoral
4. Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk
mengembangkan diri dan berbakti
5. Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan
perwujudan kasih.
5 (lima) indikator Etos Kerja yang tinggi menurut
Akhmad Kusnan (2004):
Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap
hasil kerja manusia,
1. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai
suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia,
2. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang
bermakna bagi kehidupan manusia,
3. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang
membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang
penting dalam mewujudkan cita-cita,
4. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
5 (lima) indikator etos kerja yang rendah menurut (Kusnan,
2004), yaitu;
1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
2. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja
manusia,
3. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam
memperoleh kesenangan,
4. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
5. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Etika (Etos) Kerja
etika (etos) kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Agama
Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern,
yaitu rasionalitas (rationality) menurut Max Weber
(1958) lahir dari etika Protestan
(The Protestant ethic and the spirit of Capitalism).

Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai


Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau
menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir,
bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh
ajaran agama yang dianutnya.
❑ Hasil studi tentang Etos Kerja berbasis agama secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah
sistem kepercayaan tertentu dan kemajuan ekonomi,
kemakmuran, dan modernitas (Sinamo, 2005).
❑ Menurut Rosmiani (1996), etos kerja terkait dengan sikap
mental, tekad, disiplin dan semangat kerja. Sikap ini dibentuk
oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaan/paham
teologi tradisional.
2. Budaya
❑ Usman Pelly (dalam Rahimah, 1995) mengatakan bahwa
sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat
juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional,
etos budaya ini juga disebut sebagai etos kerja.
❑ Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai
budaya masyarakat yang bersangkutan.
❑ Hasil studi tentang Etos Kerja berbasis agama secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah
sistem kepercayaan tertentu dan kemajuan ekonomi,
kemakmuran, dan modernitas (Sinamo, 2005).
❑ Menurut Rosmiani (1996), etos kerja terkait dengan sikap
mental, tekad, disiplin dan semangat kerja. Sikap ini dibentuk
oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaan/paham
teologi tradisional.
2. Budaya
❑ Usman Pelly (dalam Rahimah, 1995) mengatakan bahwa
sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat
juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional,
etos budaya ini juga disebut sebagai etos kerja.
❑ Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai
budaya masyarakat yang bersangkutan.
❑ Studi yang dilakukan Suryawati, Dharmika, Namiartha, Putri
dan Weda (1997) yang menyimpulkan bahwa semangat
kerja/Etos Kerja sangat ditentukan oleh nilai-nilai budaya
yang ada dan tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan.

3. Sosial Politik
Soewarso, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo (1995) menemukan
bahwa tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat
menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
KH. Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa etos kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung
jawab kepada masa depan bangsa dan negara.
4.Kondisi Lingkungan/Geografis
Suryawati, Dharmika, Namiartha, Putri dan Weda (1997)
juga menemukan adanya indikasi bahwa etos kerja dapat
muncul dikarenakan faktor kondisi geografis.
5. Pendidikan
Peningkatan sumber daya manusia akan membuat
seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya
kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan
yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan
dan perluasan pendidikan, keahlian dan keterampilan,
sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan
produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi
(Rahimah, Fauziah, Suri dan Nasution, 1995).
6. Struktur Ekonomi

Study Soewarso, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo


(1995) disimpulkan juga bahwa tinggi rendahnya
Etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada
atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu
memberikan insentif bagi anggota masyarakat
untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja
keras mereka dengan penuh.
❑ Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki
etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi.
❑ Menurut Herzberg (dalam Siagian, 1995):

▪ motivasi (intrinsik), meliputi pencapaian sukses/achievement,


pengakuan/recognition, kemungkinan untuk meningkat dalam
jabatan (karier)/advancement, tanggung jawab/responsibility,
kemungkinan berkembang/growth possibilities, dan pekerjaan
itu sendiri/the work itself.
▪ Hygiene(ekstrinsik) (gaji, status, keamanan kerja, kondisi kerja,
kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan kerja, dan
supervisi.)
ETIKA KERJA VS ETIKA PROFESI

Etika Kerja vs Etika Profesi


❑ Etika profesi atau etika profesional (professional ethics)
merupakan suatu bidang etika (social) terapan.
❑ Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang
menduduki posisi yang disebut profesional.
❑ Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para professional
dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan
mempertahankan jasa kepada masyarakat yang berstandar
tinggi.
❑ etika profesi meliputi norma-norma yang mentransformasikan
nilai-nilai atau cita-cita (luhur) kedalam praktik sehari-hari para
profesional dalam menjalankan profesi mereka.
❑ Norma-norma ini biasanya dikodifikasikan secara formal ke
dalam bentuk kode etik (code of ethics) atau kode (aturan)
perilaku (code of conducts) profesi yang bersangkutan.
❑ Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja (work ethics
atau occupational etchics) yang mengatur praktik, hak dan
kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak
disebut profesi (non-profesional).
❑ Non-profesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan
dianggap kurang memiliki otonom dan kekuasaan atau
kemampuan profesional.
❑ Sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan
moral untuk mengeluarkan etika kerja dari kajian etika
profesional karena keduanya tidak terlalu berbeda jenisnya
kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari
pekerjaan mereka.
❑ Pertimbangan utamanya adalah bahwa orang pada umunya
tidak terlampau mengkhawatirkan terjadinya “perampasan”
atau “pengambilalihan” pekerjaan, melainkan
mengkhawatirkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan,
kekuasaan atau keahlian. gan mereka sendiri
Pembedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya
dilakukan:
❑aktivitas para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan,
adalah berbeda dengan pekerja lain pada umumnya.
❑Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi pendidikan
atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan
klien, yang membedakannya dari pekerja non-profesional.
❑Tuntutan akan standar profesionalisme dan etika terhadap
profesional adalah jauh lebih tinggi dibandingkan terhadap non-
profesional.
❑Meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja, kerangka dan
prinsip-prinsip yang dicakup etika profesi tetap dapat diberlakukan
sebagai etika kerja, karena etika profesi mencakup prinsip-prinsip
umum etika yang berlaku pada kehidupan profesi, dapat diterapkan
pada bidang pekerjaan atau kehidupan yang lain.
PP 53/2010 TENTANG
17 KEWAJIBAN PNS
NO KEWAJIBAN

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS


2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945, Negara Kesatuan R.I Dan Pemerintah

4. Menaati segala ketentuan peraturan Perundang-Undangan

5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS


dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab
lanjutan
6. Menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan
martabat PNS
7. Mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau
menurut perintah harus dirahasiakan
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat
untuk kepentingan Negara.
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau
merugikan Negara atau Pemerintah terutama di bidang
kemanan, keuangan, dan materiil.
lanjutan
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dan


sebaik-baiknya

14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat

15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan


karier;dan

17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang


berwenang
15 LARANGAN PNS
NO LARANGAN

1. Menyalahgunakan kan wewenang


2. Menjadi peranata untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan
orang lain
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk
Negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau
lembaga swadaya masyarakat asing
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan,
atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak
bergerak, dokumen atau surat berharga milik Negara secara
tidak sah
lanjutan

6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,


bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan,
atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan Negara
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada
siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan
dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun
juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya
10. Melakukan suatu tindakan atau melakukan suatu tindakan yang
dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan

12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil


Presiden, DPR, DPD atau DPRD dengan cara: a. ikut serta
sebagai pelaksana kampanye, b.menjadi peserta
kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut PNS, c.sebagai peserta kampanye degan
mengerahkan PNS lain dan atau sebagai peserta
kampanye dengan menggunakan fasilitas Negara.
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil
Presiden dengan a.membuat keputusan dan/atau tindakan
yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye dan atau
b.mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD
atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
dengan cara memberikan surat dukungan disertai
foto copi kartu tanda penduduk atau surat
keterangan tanda penduduk sesuai peraturan
perundang-undangan dan
15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:a.terlibat
dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, b.menggunakan
fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye, c.membuat keputusan dan/atau tindakan
yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye dan/atau
d.mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan
NILAI-NILAI DASAR YANG HARUS DIJUNJUNG
TINGGI OLEH PNS

1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;


2. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD
1945;
3. Semangat nasionalisme
4. Mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan;
5. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan;
6. Penghormatan terhadap hak asasi manusia;
7. Tidak diskriminatif;
8. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi;
9. Semangat jiwa korps.
28
(MACAM2 ETIKA (ETOS KERJA)
• Etos kerja Pancasila:
Pemikiran, nilai2nya dikaitkan dengan nilai-nilai
Pancasila.
1. Spesialisasi
2. Rasionalitas
3. Sistematis
4. Efisiensi
5. Konsistensi
6. Kerajinan
7. Kerja keras
8. Ketekunan
9. Pengharapan
10. Cinta Kasih
(MACAM2 ETIKA (ETOS KERJA)
• Etos kerja Muslim:
Cara Pandang yang diyakini seorang muslim bahwa
bekerja bukan saja memuliakan dirinya, menampakkan
kemanusiannya tetapi juga manivestasi amal sholeh dan
bernilai ibadah.
Ciri-ciri:
1. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership)
2. Selalu berhitung
3. Menghargai waktu
4. Hemat dan efisien
5. Keinginan untuk mandiri

Anda mungkin juga menyukai