Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
i
THE EFFECT OF SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM
TECHNIQUE (SEFT) ON THE CHANGE OF DEPRESSION SCORE IN
PEOPLE WITH HIV-AIDS IN PSYCHIATRIC HOSPITAL OF
SEI. BANGKONG
ABSTRACT
1
pada umur 25-49 tahun adalah umur lapisan masyarakat tanpa
paling tertinggi terjadinya HIV- membedakan status sosial, ekonomi
AIDS. Distribusi kasus berdasarkan dan pendidikan. Indonesia menduduki
jenis kelamin, laki-laki berjumlah peringkat ke-empat di dunia, dengan
3.713 yang mengalami HIV+ dan perkiraan sebanyak 350 juta orang
1.911 yang mengalami AIDS dari segala usia dan 16,20% dari
sedangkan pada perempuan sebanyak populasi orang dewasa (Chatwin,
2.195 terjadi pada HIV+ dan 973 Stapleton, Porter, Devine & Sheldon,
terjadi pada AIDS. Studi pendahuluan 2016). Sekitar 20% juga terjadi pada
yang dilakukan peneliti di Rumah wanita dan 12% pada pria (Keliat,
Sakit Jiwa (RSJ) Sungai Bangkong Wiyono & Susanti, 2011).
juga didapatkan jumlah keseluruhan Berdasarkan rentang usia depresi,
Orang deng HIV-AIDS (ODHA) dari 50% terjadi pada rentang usia 20-50
tahun 2005 sampai bulan Januari tahun dengan usia awitan rata-rata 40
2017 sebanyak 525 orang. tahun (Setiawan, Sadeli & Sapiie,
Mencermati data distribusi 2013).
tersebut, jelas sekali banyaknya ODHA yang mengalami depresi
penyebaran HIV-AIDS di kota dapat terjadi karena masalah fisik dan
Pontianak, namun penyebaran berdampak langsung pada fungsi
penyakit HIV-AIDS di masyarakat kekebalan tubuh yang ditandai
layaknya fenomena gunung es. dengan penurunan jumlah sel darah
Permasalahan yang cenderung terjadi putih atau CD4+ dan kepatuhan
pada ODHA menurut Wahyu. Taufik terhadap pengobatan ARV (Hinkle &
& AsmidirIlyas (2012) yaitu masalah Cheever, 2014; Lombardi, Mizuno &
fisik maupun masalah psikologis. Thornberry, 2010).
Penyebab tekanan psikologis inilah Berbagai masalah yang dialami
yang dapat meningkatkan depresi ODHA tersebut maka peneliti
pada ODHA (Brandt, Gonzalez, melakukan studi pendahuluan
Grover & Zvolensky, 2013). terhadap 7 orang ODHA yang
Depresi adalah masalah yang menjalani rawat jalan di RSJ Sungai
serius dan dapat mengenai seluruh
Bangkong, hasilnya ditemukan 7 secara resmi terkait masalah
orang tersebut menunjukkan memiliki psikologis pada ODHA sehingga
tanda dan gejala depresi, selain untuk mendapatkan data status
ODHA peneliti juga mewawancarai ODHA yang mengalami depresi tidak
perawat di Care Support Treatment ditemukan secara pasti karena tidak
(CST) RSJ Sungai Bangkong, dicantumkan dalam rekam medik.
perawat mengatakan bahwa biasanya Perawat di CST hanya
ODHA datang dengan berbagai mencantumkan keluhan yang dialami
keluhan dan tindakan yang pertama dan mencatat pengambilan obat serta
dilakukan adalah pemeriksaan mencatat jumlah kunjungan pasien.
tekanan darah, timbang berat badan ODHA perlu diberikan perhatian
dan pengambilan obat namun ketika secara holistik termasuk gejala-gejala
diwawancari terkait dengan yang dialami, salah satu gejala
kolaborasi dengan psikiater untuk depresi menurut Beck Depression
menangani masalah psikologis, Inventory (1967) dalam Safitri dan
ODHA tidak pernah dilakukan Sadif (2013) yaitu gejala emosional
pemeriksaan psikologis kepada dan gejala kognitif dan gejala lainnya
psikiater dan untuk melakukan (Digiulio, Jackson & Keogh, 2014),
pemeriksaan ke dokter tidak hal ini juga sependapat dengan
dilakukan secara rutin, dokter hanya Wahyu, Taufik & AsmidirIlyas
menangani masalah infeksi (2012) yang mengatakan bahwa
oportunistik. depresi timbul akibat dari efek emosi
Berdasarkan hasil studi seseorang dimana jika efek tersebut
pendahuluan tersebut, peneliti tidak diatasi akan mengakibatkan
menyimpulkan bahwa kurangnya tekanan emosional (energi negatif)
kolaborasi dengan psikiater dan dalam tubuh. Energi negatif dalam
dokter dalam menangani ODHA tubuh dapat diatasi dengan
sehingga tidak diketahui secara pasti merangsang titik-titik kunci di
masalah psikologis seperti resiko sepanjang 12 jalur energi (energi
tinggi depresi pada ODHA dan tidak meridian). Teknik yang digunakan
pernah dilakukan uji skrining depresi
untuk merangsang energi meridian melakukan penelitian tentang
tersebut dikenal dengan terapi SEFT. pengaruh terapi SEFT terhadap
Terapi SEFT merupakan salah perubahan skor depresi pada ODHA.
satu terapi komplementer, dalam
psikologi SEFT diartikan sebagai METODE
suatu metode untuk mengelola Jenis penelitian ini adalah
potensi yang sistematis sehingga kuantitatif. Metode penelitian
dapat digunakan untuk beberapa eksperimen semu (quasi eksperiment
tujuan dalam meningkatkan design) dengan rancangantime series.
kesejahteraan jiwa (Putra, 2015; Lokasi penelitian di Rumah Sakit
Safitri & Sadif, 2013). Efektifnya Jiwa Sungai Bangkong, Pontianak
terapi SEFT tergantung dari spiritual Kalimantan Barat pada 03-31 Juli
power dan energy psychology (Putra, 2017. Populasi dalam penelitian ini
2015). adalah ODHA yang berjumlah 525
Teknik SEFT dibagi menjadi orang. Pengambilan sampel ini
versi lengkap dan versi inti, dimana dengan menggunakan purposive
teknik ini merangsang titik-titik kunci sampling. Sampel pada penelitian ini
disepanjang 12 jalur energi (enegi berjumlah 22 orang.
meridian) tubuh. Menstimulasi titik- Jenis data dalam penelitian ini berupa
titik meridian tubuh dengan intensitas data kuantitatif yang berupa skor
ketukan yang sama selama 10-15 dimana diperoleh dari perhitungan
menit dapat membantu mengurangi skor kuesioner yaitu skor depresi.
kecemasan dan membuat perasaan Teknik pengumpulan data primer
menjadi lebih tenang, nyaman dan dalam penelitian ini diperoleh dengan
menstimulasi pengeluaran hormon melaksanakan pre test yaitu tes
endorfin yang berfungsi sebagai sebelum terapi SEFT dan post test,
hormon kebahagiaan (Zakiyah, 2013; yaitu tes sesudah terapi SEFT.
Rofacky & Aini, 2016).
Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti berkeinginan untuk
HASIL
1.1. Karakteristik Responden
Tabel 1.1. Karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan jumlah CD4
Responden.
Karakteristik Responden 20Kategori
- 24 tahun Frekuensi Persentase (%)
Usia Responden 8 36
25 - 49 tahun 14 64
Laki - laki
Jenis Kelamin Responden 20 91
Perempuan 2 9
SD
SMP 2 9
Pendidikan Responden 4 18
SMA 12 55
Perguruan Tinggi 4 18
IbuTidak
RumahBekerja
Tangga 2 9
Pekerjaan Responden 1 4,5
PNS 1 4,5
Wiraswasta 18 82
< 200 sel/ mm3 5 23
Jumlah CD4
> 200 sel/ mm3 17 77
Sumber : Data primer, 2017
Diagram 1.2.Karakteritik Skor Depresi Sebelum dan Sesudah Terapi SEFT Responden
20.00
15.00 17.32
10.00 13.41
5.00 9.05
0.00 6.32
N Mean SD p Value
Pre test 22 17,32 4,213
0,000
Post test 22 6,32 5,195
Sumber : Data primer, 2017
PEMBAHASAN
1.1. Analisa Univariat
Karakteristik usia responden
Berdasarkan hasil penelitian mengalami kerentanan pada
didapatkan bahwa usia responden kesehatan seksual dan
terbanyak berusia 25-49 tahun reproduksinya akibat ancaman
yaitu sebanyak 14 orang (64%). dari HIV-AIDS, hal ini menjadi
Usia tersebut sesuai dengan data sangat berbahaya bagi generasi
laporan situasi perkembangan muda kedepannya mengingat
HIV-AIDS & PMS di Indonesia, responden pada penelitian ini
Dirjen P2P, Kemenkes RI, dimana banyak tinggal di kos/ kontrakan
jumlah kasus HIV terbanyak dengan keterbatasan pengawasan
terjadi pada usia produktif yaitu dari orangtua.
usia 25-49 tahun (InfoDATIN, Kasus depresi di Indonesia
2016). menduduki peringkat keempat di
Menurut Tiniap (2012) usia dunia, dengan perkiraan sebanyak
produktif umumnya memiliki 50% terjadi pada rentang usia 20-
kebiasaan kesehatan yang lebih 50 tahun dengan usia awitan rata-
baik namun pada penelitian ini rata 40 tahun (Chatwin, Stapleton,
menunjukkan bahwa usia Porter, Devine & Sheldon, 2016;
produktif (25-49 tahun) Setiawan, Sadeli & Sapiie, 2013).
Rentang usia depresi tersebut, dengan jumlah 3.713 dan 1.911
berpengaruh pada kasus depresi pada AIDS sedangkan perempuan
pada seseorang dimana dapat sebanyak 2.195 mengalami HIV
disebabkan karena adanya dan 973 orang mengalami AIDS.
perbedaan hormonal dan Distribusi kasus HIV yang
perbedaan stressor psikososial terjadi pada laki-laki menurut
(Yaunin, Afriant & Hidayat, Tiniap (2012) disebabkan oleh
2014). Pengaruh psikososial pada karena laki-laki lebih bebas dan
penelitian ini sangat berpengaruh lebih permisif (bersifat terbuka)
pada ODHA dimana ketika termasuk dalam seks (budaya
terinfeksi HIV sebagian besar patriarki) walaupun secara biologis
ODHA menunjukkan perubahan perempuan lebih rentan untuk
karakter psikososial seperti stres, tertular secara seksual seperti hasil
tidak membuka status HIV pada wawancara pada perawat di CST
orang lain, mengalami tekanan didapatkan bahwa ODHA yang
emosional dan dihadapkan dengan terdiagnosa HIV dan penularan
stigma atau cap buruk dari HIV dikarenakan melakukan seks
masyarakat terhadap dirinya. anal dan onani bersama.
Kasus depresi pada ODHA
Karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa berdasarkan
responden jenis kelamin perempuan lebih
Berdasarkan hasil penelitian tinggi terkena depresi
didapatkan bahwa laki-laki dibandingkan dengan laki-laki
memiliki jumlah terbanyak dimana yaitu sekitar 20% depresi terjadi
terdapat 20 orang (91%), data pada wanita dan 12% pada pria
tersebut sesuai dengan Pusat Data (Abdullah & Shukla, 2014; Keliat,
dan Informasi Kementrian Wiyono & Susanti, 2011).
Kesehatan RI (InfoDATIN) tahun Depresi terjadi pada
2016, dimana distribusi kasus perempuan disebabkan karena
berdasarkan jenis kelamin, laki- perempuan mempunyai sikap
laki lebih banyak mengalami HIV emosionalitas, sensivitas,
8
kehangatan, sikap hati-hati dan responden (55%) seperti dalam
konformitas yang lebih tinggi hasil penelitian yang dilakukan
daripada laki-laki yang lebih oleh Tiniap tahun 2012 yang
memiliki stabilitas emosi, menunjukkan bahwa pendidikan
dominasi dan impulsivitas SMP/ SMA beresiko 0,97 kali
(Yaunin, Afriant & Hidayat, lebih besar dibandingkan
2014). pendidikan SD atau tidak sekolah
Depresi yang dialami pada yang terinfeksi HIV. Banyaknya
responden dalam penelitian ini kejadian HIV-AIDS pada
juga disebabkan karena adanya pendidikan SMA dalam penelitian
kecemasan pada perjalanan ini dipengaruhi oleh proses
penyakit HIV dan efek samping bimbingan belajar yang diberikan
pengobatan ARV serta kebanyakan oleh responden kurang tepat
responden yang memiliki perilaku terhadap perkembangan
beresiko dimana melakukan seks kognitifnya sehingga tingkat
dengan sesama jenis pengetahuan dan informasi yang
(homoseksual) namun jika didapat mengenai HIV-AIDS
dikaitkan dengan depresi yang kurang.
dialami oleh ODHA dalam Kasus depresi pada penelitian
penelitian ini lebih didominasi oleh ini menunjukkan bahwa
laki-laki dikarenakan jumlah pendidikan SMA lebih banyak
populasi penelitian terbanyak pada mengalami depresi dibandingkan
jenis kelamin laki-laki. pendidikan SD, SMP dan
perguruan tinggi, hal ini
Karakteristik pendidikan disebabkan oleh kecenderungan
responden dalam pergaulan yang bebas saat
Berdasarkan hasil penelitian menjalani masa SMA hingga saat
didapatkan bahwa pendidikan ini, seperti halnya yang dialami
terbanyak pada ODHA yaitu responden yang memiliki
jenjang SMA sebanyak 12 orang pendidikan SD dan SMP
namun depresi yang terjadi pada adanya gejolak seksual yang tinggi
pendidikan tinggi lebih dikaitkan dan jika tidak dimbangi dengan
dengan masalah perkuliahan dan keimanan dan pengetahuan yang
pekerjaan yang sedang dijalani cukup akan berpotensi untuk
namun hal ini bertolakbelakang melakukan seks bebas, melakukan
pada penelitian Kurniasari (2014) seks tanpa kondom dan
yang menjelaskan bahwa tingkat menggunakan narkoba suntik
pendidikan rendah lebih banyak secara bergantian.
dari pada pendidikan menengah Pekerjaan beresiko yang
dan pendidikan tinggi. berkaitan dengan penularan HIV
pada penelitian ini juga lebih
Karakteristik banyak yang bekerja di cafe,
pekerjaan responden bekerja di salon, dan tenaga kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang bekerja di luar negeri
didapatkan bahwa sebanyak 18 kemudian kembali lagi ke
orang (82%) memiliki pekerjaan Indonesia serta memiliki pasangan
wiraswasta. Pekerjaan merupakan yang bekerja sebagai anak buah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh kapal dan sopir jarak jauh. Kasus
suatu individu untuk memenuhi depresi yang terjadi pada ODHA
kebutuhan sehari-hari, namun jika dikaitkan dengan pekerjaan
seseorang yang bekerja tidak disebabkan oleh karena tuntutan
menutup kemungkinan memiliki untuk mampu memenuhi
sikap dan perilaku yang beresiko kebutuhan keluarga dan memenuhi
seperti penelitian yang dilakukan kesejahteraan masa depan anak-
oleh Damalita (2014) yang anak, selain itu disebabkan oleh
menunjukkan bahwa seseorang penurunan fisik dan kesehatan
yang memiliki pekerjaan atau (Abdullah & Shukla, 2014).
memiliki penghasilan sendiri dan Depresi pada ODHA dalam
belum menikah terdapat penelitian ini juga mengalami hal
kecenderungan untuk melakukan yang sama dimana mereka
perilaku beresiko oleh karena khawatir untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dan beberapa HIV di lingkungan kerja akibat
responden juga memiliki masalah stigma yang masih tinggi di
kesulitan didalam pekerjaannya lingkungan kerjanya.
karena ODHA menutupi status
Kesimpulan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang 1. Bagi ODHA
telah dilakukan maka dapat ODHA dapat melakukan terapi
disimpulkan sebagai berikut : SEFT secara mandiri di rumah
1. Karakteristik responden atau saat waktu luang dan sebagai
berdasarkan usia paling banyak salah satu terapi alternatif dalam
adalah berusia 25-49 tahun yaitu menurunkan masalah depresi.
14 orang (64%), jenis kelamin 2. Bagi Perawat di Ruang CST
paling banyak berjenis kelamin Sungai Bangkong
laki-laki yaitu 20 orang (91%), Diharapkan bagi perawat agar
pendidikan terbanyak adalah SMA mendapatkan pelatihan terapi
yaitu 12 orang (55%), pekerjaan SEFT sebagai terapi komplementer
terbanyak wiraswasta yaitu 18 dalam menjalankan praktik
orang (82%), jumlah CD4 keperawatan sehingga dapat
terbanyak adalah responden meningkatkan pelayanan
dengan jumlah CD4 > 200 sel/ kesehatan.
3
mm yaitu 17 orang (77%). 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
2. Skor depresi responden sebelum Sebagai data dasar dan
diberikan terapi SEFT terbanyak pembanding untuk penelitian
mengalami depresi ringan (skor selanjutnya dalam melaksanakan
penelitian dan diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat
melakukan tindak lanjut dalam
menimbulkan depresi atau
observasi pada mekanisme koping
gangguan psikologis pada ODHA.
serta faktor-faktor lain yang
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. & Shukla, A. (2014). Relation Between Emotional
Depression, anxiety and stress Dysregulation and Anxiety and
among people living with Depressive Symptoms, Pain-
HIV/AIDs. Indian Journal of Related Anxiety and HIV-
Health and Wellbeing, Vol.5, p. Symptom Distress Among Adults
437-442.Diakses pada Jumat, 24 with HIV-AIDS. J Psychopathol
Februari 2017 Pukul 21.47 wib. Behav Assess, Vol. 35, p. 197-204.
Anwar, Z. & Niagara, S. T. (2011). Diakses pada Jumat, 24 Februari
Model Terapi SEFT (Spritual 2017 Pukul 21.54 wib.
Emotional Freedom Technique) Chatwin, H., Stapleton, P., Porter, B.,
untuk Mengatasi Gangguan Fobia Devine, S. & Sheldon, T. (2016).
Spesifik. Malang : Universitas The Effective of Cognitive
Muhammadiyah. Naskah Publikasi. Behaviour Therapy and Emotional
Diakses pada Jumat, 23 September Freedom Technique in Reducing
2016 Pukul 10.21 wib. and Anxiety Among Adults : A
Arriza, B. K., Dewi, E. K & Kaloeti, D. Pilot Study. Integrity Medicine,
V. (2011). Memahami Vol. 15, p. 27-34.
Rekonstruksi Kebahagiaan pada Darmalita, A. F. (2014). Analisa
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Karakteristik dan Faktor-faktor
Jurnal Rekonstruksi Undip, Vol. yang mempengaruhi Stigma
10, p. 153-161. Diakses pada Rabu, Pengidap HIV (ODHA) di Kota
05 Oktober 2016 Pukul 05.03 wib. Yohyakarta. Naskah Publikasi.
Brandt, C. P., Gonzalez, A., Grover, K. Yogyakarta : STIK ‘ Aisyiyah
W. & Zvonlensky, M. J (2013). The
Digiulio, M. Jackson, D., & Keogh, J. Naskah Publikasi. Yogyakarta :
(2014). Medical-Surgical Nursing Universitas Muhamadiyah.
Second Edition. McGraw-Hill Lombardi, D., Mizuno, L. T. &
Education : United State. Thornberry, A. (2010). The Use of
Hinkle, J. L. & Cheever, K. H. (2014). the Zung Self-Rating Depression
Brunner & Suddarth's Textbook of Scale to Assist in the Case
Medical-Surgical Nursing 13 th Management of Patients Living
Edition Volume 2. China : Wolters With HIV/ AIDS. Care
Kluwer Health. Management Journals, Vol. 11, p.
InfoDATIn, P. D. (2016). Situasi 210-218.
Penyakit HIV AIDS di Indonesia. Mardjan. (2016). EFT (Emotional
Jakarta Selatan : Kementerian Freedom Techniques) untuk
Kesehatan RI. diakses pada Selasa, Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil.
7 Februari 2017 Pukul 18.12 wib. (Abrori, Penyunt.) : PT. Mujahid,
Iskandar, E. (2010). The Miracle of Bandung Indonesia.
Touch. Bandung : Qanita. Potter & Perry. (2010). Buku Ajar
Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi Fundamental Keperawatan :
HIV-AIDS. Bogor : In Media. Konsep, Proses dan Praktik Edisi 7.
Katona, C., Crooper, C & Roberson, Jakarta : EGC
M. (2008). At a Glance Psikiatri Prabowo, E. (2014). Konsep &
Edisi ke empat. Jakarta : Erlangga. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Keliat, B. A., Wiyono, A. P. & Susanti, Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
H. (2011). Manajemen Kasus Putra, A. A. (2015). Pengaruh Terapi
Gangguan Jiwa SMHN Spritual Emotional Freedom
(Intermedite Course). Jakarta : Technique (SEFT) terhadap
EGC. Penurunan Tingkat Depresi pada
Kurniasari, N. D. (2014). Faktor-faktor Pasien Hemodialisa di Rumah Sakit
yang Berhubungan dengan Depresi Umum Daerah Ungaran. Artikel
pada Lansia di Dusun Ilmiah. Ungaran : Sekolah Tinggi
Kamimanjung Ambarketawang Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Gamping Sleman Yogyakarta. Ungaran.
Rofacky, H. F. & Aini, F. (2016). Tiniap, A. (2012). Hubungan antara
Pengaruh Terapi Spiritual Usia Pertama Kali berhubungan
Emotional Freedom Technique Seks dengan Resiko Terinfeksi HIV
(SEFT) terhadap Tekanan Darah pada Klien Klinik VCT RSUD
Penderita Hipertensi. Jurnal Kabupaten Manokwari Provinsi
Keperawatan Soedirman (The Papua Barat. . Tesis. Depok :
Soedirman Journal of Nursing), Universitas Indonesia.
Vol. 10, p. 41-52. Vangsapalo, D. (2010). Emotional
Reuwpassa, J. O. (2012). Faktor-faktor Freedom Technique (EFT) Terapi
yang berhubungan dengan Keadaan Modern yang Mengubah Hidup.
Status Gizi Pasien HIV/AIDS Tangerang : Quantum Success.
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Wahyu, S., Taufik & AsmidirIlyas.
di Rumah Sakit Umum Pusat (2012). Konsep Diri dan Masalah
Nasional Cipto Mangunkusumo. yang dialami Orang Terinfeksi
Skripsi. Depok : Universitas HIV/AIDS. Jurnal Ilmiah
Indonesia. Konseling, Vol. 1, p. 1-12.
Safitri, R. P. & Sadif, R. S. (2013). Widayati, N & Murtaqib. (2016).
Spiritual Emotional Freedom Indentifikasi Status Psikologi
Technique (SEFT) to Reduce sebagai Upaya Pengembangan
Depression for Chronic Renal Model Rehabilitasi Kline
Failure Patients are in Cilacap HIV/AIDS Berbasis Komunitas.
Hospital to Undergo Hemodialysis. NurseLine Journal. Vol. 1. No. 1. p.
International Journal of Social 90-99.
Science and Humanity, Vol. 3, p. Yaunin, Y., Afriant, R. & Hidayat, N.
300-303. M. (2014). Kejadian Gangguan
Setiawan, C. J., Sadeli, H. A. & Sapiie, Depresi pada Penderita HIV/AIDS
T. W. (2013). Hubungan antara yang Mengunjungi Poli VCT RSUP
Gejala Gangguan Depresi dan Dr. M. Djamil Padang Periode
Tension-Type Headache (TTH) : Januari - September 2013. Artikel
Studi Eksploratif. MKB, Vol. 45, p. Ilmiah. Jurnal Kesehatan Andalas,
28-34. Vol. 3, p. 244-247.
Zainuddin, A. F. (2011). Spiritual Zakiyyah, M. (2013). Pengaruh
Emotional Freedom Technique Terapi Spiritual Emosional
(SEFT) Cara Tercepat dan Freedom Technique (SEFT)
Termudah Mengatasi Masalah terhadap Penanganan Nyeri
Fisik dan Emosi. Jakarta : PT. Dismenorea. Jurnal Sain Med,
Arga Publishing Vol. 5, p. 66-71.