Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM

NASIONAL

Disusun oleh

Aris Fadhillah

NIM: 1703101010164

Jurusan: Ilmu Hukum

Mata Kuliah : Hukum Internasional

Kelas: C

Ruang: 01. 10

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


A.    Pengertian Hukum Internasional
Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian
besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-
negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu
dengan lainnya, serta yang juga mencakup : (a) organisasi internasional, hubungan antara
organisasi internasional satu dengan lainnya, hubungan peraturan-peraturan hukum yang
berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara
atau negara-negara ; dan hubungan antara organisasi internasional dengan individu atau
individu-individu ; (b) peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-
individu dan subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban individu dan subyek hukum bukan negara tersebut bersangkut paut
dengan masalah masyarakat internasional” (Phartiana, 2003; 4)
Sejalan dengan definisi yang dikeluarkan Hyde, Mochtar Kusumaatmadja mengartikan
’’hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara negara dengan
negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara
satu sama lain’’. (Kusumaatmadja, 1999; 2)
Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, secara sepintas sudah diperoleh gambaran
umum tentang ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional, yang di dalamnya
terkandung unsur subyek atau pelaku, hubungan-hubungan hukum antar subyek atau pelaku,
serta hal-hal atau obyek yang tercakup dalam pengaturannya, serta prinsip-prinsip dan kaidah
atau peraturan-peraturan hukumnya.
Sedangkan mengenai subyek hukumnya, tampak bahwa negara tidak lagi menjadi satu-
satunya subyek hukum internasional, sebagaimana pernah jadi pandangan yang berlaku
umum di kalangan para sarjana sebelumnya.

B.    Pengertian Hukum Nasional


Hukum nasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-
prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dalam suatu negara, dan
oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan
lainnya.
Hukum Nasional di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa,
hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun
pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah
masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda
(Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang
perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum
Adat, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-
budaya yang ada di wilayah Nusantara.

C.    Hubungan Hukum Nasional dan Hukum Internasional


Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua
sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum nasional
merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai hubungan superioritas
atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam lingkungan hukum nasional
memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya,
maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu negara.
Sedangkan menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling
berkaitan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan
dari hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini,
hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum
nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional. (Burhan Tsani, 1990; 26)
Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan seperti
politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum yang diharap
bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar negara. Hukum
Internasional ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur hubungan antara person
hukum internasional (Negara dan Organisasi Internasional), menentukan hak dan kewajiban
badan tersebut serta membatasi hubungan yang terjadi antara person hukum tersebut dengan
masyarakat sipil.
Oleh karena itu hukum internasional adalah hukum masyarakat internasional yang
mengatur segala hubungan yang terjalin dari person hukum internasional serta hubungannya
dengan masyarakat sipil. Hukum internasional mempunyai beberapa segi penting seperti
prinsip kesepakatan bersama (principle of mutual consent), prinsip timbal balik (priniple of
reciprocity), prinsip komunikasi bebas (principle of free communication), princip tidak
diganggu gugat (principle of inciolability), prinsip layak dan umum (principle of reasonable
and normal), prinsip eksteritorial (principle of exterritoriality), dan prinsip-prinsip lain yang
penting bagi hubungan diplomatik antarnegara.
Maka hukum internasional memberikan implikasi hukum bagi para pelangarnya, yang
dimaksud implikasi disini ialah tanggung jawab secara internasional yang disebabkan oleh
tindakan-tindakan yang dilakukan sesuatu negara atau organisasi internasional dalam
melakukan segala tugas-tugasnya sebagai person hukum internasional. Dari pengertian diatas
dapat kita simpulkan unsur-unsur terpenting dari hukum internasional; (a) Objek dari hukum
internasional ialah badan hukum internasional yaitu negara dan organisasi internasional, (b)
Hubungan yang terjalin antara badan hukum internasional adalah hubungan internasional
dalam artian bukan dalam scope wilayah tertentu, ia merupakan hubungan luar negeri yang
melewati batas teritorial atau geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang hanya
mengatur hubungan dalam negeri dan (c) kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib,
seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan antara hukum internasional
dengan kaedah internasional yang berlaku dinegara tanpa memiliki sifat wajib seperti life
service dan adat kebiasaan internasional.
Jika hukum nasional ialah hukum yang terapkan dalam teritorial sesuatu negara dalam
mengatur segala urusan dalam negeri dan juga dalam menghadapi penduduk yang berdomisili
didalamnya, maka hukum internasional ialah hukum yang mengatur aspek negara dalam
hubungannya dengan negara lain.
Hukum Internasional ada untuk mengatur segala hubungan internasional demi
berlangsungnya kehidupan internasional yang terlepas dari segala bentuk tindakan yang
merugikan negara lain. Oleh sebab itu negara yang melakukan tindakan yang dapat
merugikan negara lain atau dalam artian melanggar kesepakatan bersama akan dikenai
implikasi hukum, jadi sebuah negara harus bertanggung jawab atas segala tindakan yang
telah dilakukannya.
Pengertian tanggung jawab internasional itu sendiri itu adalah peraturan hukum dimana
hukum internasional mewajibkan kepada person hukum internasional pelaku tindakan yang
melanggar kewajiban-kewajiban internasional yang menyebabkan kerugian pada person
hukum internasional lainnya untuk melakukan kompensasi.

KESIMPULAN

Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua
sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum nasional
merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai hubungan superioritas
atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam lingkungan hukum nasional
memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya,
maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu negara.
Sedangkan menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling
berkaitan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan
dari hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini,
hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum
nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional. (Burhan Tsani, 1990; 26)
Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan seperti
politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum yang diharap
bisa menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar negara. Hukum
Internasional ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur hubungan antara person
hukum internasional (Negara dan Organisasi Internasional), menentukan hak dan kewajiban
badan tersebut serta membatasi hubungan yang terjadi antara person hukum tersebut dengan
masyarakat sipil.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiwisastra Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional, Bunga Rampai, Alumni, Bandung.

Burhantsani, Muhammad, 1990; Hukum dan Hubungan Internasional, Yogyakarta : Penerbit


Liberty.

Disarikan dari paparan ilmiah Abdul Hakim Garuda Nusantara, dalam Dialog Interaktif, “Arti
Pengesahan Dua Kovenan HAM bagi Penegakan Hukum,” di Hotel Acacia, Jakarta, pada 9
Maret 2006, yang diselenggarakan oleh Komisi Hukum Nasional RI.

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara (terj), (Bandung: Nuansa, 2006), hal. 512-
513.

J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Buku 2 (terj), (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), hal. 98.
Lihat juga Boer Mauna, Hukum Internasional, (Bandung: Alumni, 2000), hal. 12-13. Lebih
lanjut mengenai pandangan Kelsen ini dapat di lihat dalam beberapa tulisan Kelsen, Teori
Hukum Murni: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, hal. 353. Teori Umum Tentang Hukum
dan Negara, hal. 511. Ibid, hal. 97.

Kusamaatmadja Mochtar, 1999, Pengantar Hukum Internasional, Cetakan ke-9, Putra Abardin.

Mauna Boer, 2003, Hukum Internasional; Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Cetakan ke-4, PT. Alumni, Bandung.

Phartiana I Wayan, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Penerbit Mandar maju, Bandung.

Situni F. A. Whisnu, 1989, Identifikasi dan Reformulasi Sumber-Sumber Hukum Internasional,


Penerbit Mandar Maju, Bandung
Suryokusumo, Sumaryo,.(1995) Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, Bandung: Alumni.

Soekanto, Soerjono,.(1993) Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Bandung: Citra
Aditya.1

1
[1] Jg. Starke. Pengantar Hukum Internasional. ( Jakarta : Sinar Grafika, 1999). Hal. 96
[2] Mochtar Kusumaatmadja. Pengantar Hukum Internasional. (Bandung : Rosda Offset,
1976). Hal. 54
[3] Mochtar Kusumaatmadja. Ibid. Hal. 54-55
[4] Mochtar Kusumaatmadja. Ibid. Hal. 55
[5] Mochtar Kusumaatmadja. Ibid. Hal. 55-56
[6] Mochtar Kusumaatmadja. Ibid. Hal. 56
[7] Mochtar Kusumaatmadja. Ibid. Hal. 56
[8] Mochtar Kusumaatmadja. Ibid. Hal. 56-57

Anda mungkin juga menyukai