Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AGAMA ISLAM

AQIDAH

TITIK AYUNINGSIH

1615011001

Dosen Pembina
Ruswanto, Drs., M.Ag

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
TH AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpakan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kita bisa menjalankan aktifitas
sebagai mana biasanya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurakan kepada
nabi Muhammad SAW. Sehingga saya dapat meyelesaikan Makalah dengan judul
“AQIDAH”. Makalah ini dibuat sebagai tugas pribadi yang akan dikumpulkan.

Yang kedua, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepadaa dosen mata
kuliah Pendidikan Agama yang memberikan arahan dan ajaran tentang mata
pejalaran agama Islam.

Adapun yang terakhir, saya menyadari makalah ini banyak kekurangan,


karena itu saya mengaharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi
perbaiakan dan sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai
pembelajaran.
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Islam adalah sebuah agama yang diturunkan Alloh kepada Nabi


Muhammad Salallohu Alaihi Wa Sallam sebagai nabi dan rosul paling akhir untuk
menjadi petunjuk atau pedoman hidup bagi seluruh manusia sampai akhir zaman.
Islam adalah agama yang sempurna dan diridhoi oleh Allah SWT. Hanya saja
kesempurnaan Islam ini hanya bisa kita rasakan dalam kehidupan jika kita pun
melaksanakannya secara sempurna.

Kita hanya akan bisa merasakan sebagian saja dari kesempurnaan itu. Dan
yang lebih penting, kita hanya akan bisa menjadi muslim yang seutuhnya jika kita
masuk kedalam Islam secara keseluruhan. Jika kita masuk kedalam Islam secara
setengah-setengah, kita pun akan menjadi muslim yang setengah-setengah. 

Nabi Muhammad SAW telah bersabda ‘Telah aku tinggalkan dua


perkara,selama kalian (umat islam) berpegang teguh, kalian tidak akan sesat, yaitu
Kitabulloh(Al-Qur’an dan Sunah Nabi (Al-Hadist).

II. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :


1. Apa yang dimaksut aqidah dalam agama Islam?
2. Apa sumber dan bagaimana fungsi aqidah dalam Islam?
3. Apa itu syirik dalam agama Islam?

III. TUJUAN
Tujuan saya meyelesaikan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dan ruanglingkup pembahasan aqidah.
2. Untuk mengerti sumber dan fungsi aqidah.
3. Untuk memahami Prinsip-Prinsip aqidah Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AQIDAH DAN RUANG LINGKUP AQIDAH

Aqidah secara bahasa berasal dari kata “aqdan” yang berarti ikatan, adalah
keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat  dan
mengandung perjanjian. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu.

Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam
Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada
istilah aqidah Islam, aqidah nasrani,ada aqidah yang benar atau lurus
dan ada aqidah yang sesat atau menyimpang.

Pengertian Akidah Secara Terminologis atau istilah.


Akidah adalah beberapa perkara yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati,
dapat mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak
tercampur dengan keraguan-keraguan.
Dalam ajaran agama Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah)
merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan
rukun iman, yaitu keyakinan kepadaAllah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, hari akhir,serta taqdir baik dan buruk.Ulama telah membagi ruang
lingkup pembahasan aqidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:

1.      Ilahiyyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan


dengan Allah.
2.      Nubuwat,  yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang
dibawa para Rasul ,mu’jizat rasul  dan lain sebagainya.
3.      Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam ghoib seperti jin, iblis, syaitan , roh ,malaikat dan lain sebagainya
4.      Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah
seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-
tanda kiamat, Surga-Neraka dsb

2. SUMBER DAN FUNGSI AQIDAH

Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan As-Sunah, artinya apa saja
yang disampaikan oleh Allah dan rasulnya wajib di imani dan diyakini atau
diamalkan. akal pikiran tidaklah jadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi
memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut. dan akal tidak
mampu juga menjangkau suatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. tetapi
akal hanya perlu membuktikan jujur atau bisakah kejujuran sipembawa berita
tersebut di buktikan secara ilmiah oleh akal dan pikiran itu aja.
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber Aqidah.
Firman Allah:
”...dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) sebagai penjelas atas
segala sesuatu petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri.” (An-Nahl,16:89)
Apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al Quran dan Oleh
Rasulullah dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).Akal
Pikiran tidak menjadi sumber aqidah, tapi hanya berfungsi memahami nash-nash
yang terdapat dalam kedua sumber tersebut. Akal tidak akan mampu menjangkau
hal-hal yang ghaib.

Aqidah memiliki beberapa fungsi,antara lain:

 Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.


 Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki
aqidah yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib,
memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat dengan baik.
 Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah
maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima.

3. PRINSIP-PRINSIP AQIDAH ISLAM

 Iman kepada Allah


Beriman kepada Allah adalah meyakini dengan penuh kesadaran bahwa
Allah-lah dzat yang paling berhak disembah, karena Dia menciptakan,
membina, mendidik dan menyediakan segala kebutuhan manusia

 Iman kepada malaikat


Beriman kepada malaikat adalah meyakini dengan penuh kesadaran bahwa
Allah menciptakan malaikat dari cahaya. Sifat-sifat malaikat di antaranya :
 Selalu patuh dan taat
 Sebagai penyampai wahyu
 Diciptakan dari cahaya
 Mempunyai kemampuan yang luar biasa
 Iman kepada kitab suci
Kitab-kitab yang berasal dari firman Allah seluruhnya ada empat :
 Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As
 Zabur diturunkan kepada Nabi Daud As
 Injil diturunkan kepada Nabi Isa As
 Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

 Iman kepada Nabi dan Rasul


Allah mengutus para Nabi dan Rasul untuk membawa kabar gembira
kepada umat manusia, memberi teladan akhlak mulia dan berpegang teguh
terhadap ajaran Allah. Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi dan Rasul Allah
adalah :
 Shiddiq artinya benar. Apa yang disabdakan Nabi adalah benar
karena Nabi tidak berkata-kata kecuali apa yang diwahyukan Allah
SWT.
 Amanah artinya dapat dipercaya. Segala urusan akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya
 Fathanah artinya bijaksana dan cerdas. Nabi mampu memahami
perintah-perintah Allah dan menghadapi penentangnya dengan
bijaksana.
 Tabligh artinya menyampaikan. Nabi menyampaikan kepada
umatnya apa yang diwahyukan Allah kepadanya

 Iman kepada hari akir


Beriman kepada hari akhir adalah meyakinibahwa manusia akan
mengalami kesudahan dan meminta pertanggung jawaban di kemudian
hari.Al-Qu’ran selalu menggugah hati dan pikiran manusia dengan
menggambarkan peristiwa-peristiwa hari kiamat, dengan nama-nama yang
unik, misalnya al-zalzalah, al-qari’ah, an-naba’ dan al-qiyamah. Istilah-
istilah tersebut mencerminkan peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi
manusia pada saat itu.

 Iman kepada qada’ dan qadar


Menurut bahasa, qada memiliki beberapa pengertian yaitu : hukum,
ketetapan, pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut
istilah adalah ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya
tantang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan qadar
adalah kejadian suatu ciptaanyang sesuai dengan penetapan.
Iman kepada qada dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh
hati bahwa Allah telah menentukan tentang segala sesuatu bagi
makhluknya.
Para ulama membagi takdir menjadi dua macam, yakni :
 takdir muallaq adalah takdir yang berkaitan dengan ikhtiar
(usaha) manusia.
misalnya : orang miskin berubah menjadi kaya atas kerja
kerasnya.
 takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada pada diri
manusia dan tidak dapat diubah-ubah.
misalnya : kematian, kelahiran dan jenis kelamin.

4. SYIRIK

Syirik adalah menyamakan antara selain Allah dengan Allah ta’ala dalam
perkara yang termasuk kategori kekhususan yang hanya dimiliki oleh Allah ta’ala.
Kekhususan Allah itu meliputi tiga hal utama:
Pertama, hak rububiah, seperti mencipta, mengatur alam, menguasainya,
mengabulkan doa dan lain-lain. Maka jika ada orang yang meyakini bahwa ada
makhluk yang mampu menciptakan dari tidak ada menjadi ada sebagaimana
Allah, berarti dia telah berbuat syirik dalam masalah rububiyah.
Kedua, hak uluhiah, seperti berhak untuk diibadahi, menjadi tujuan do’a,
permintaan tolong, permintaan perlindungan, tujuan dalam melaksanakan
persembahan atau sembelihan, menjadi tujuan harapan, rasa takut dan kecintaan
yang disertai dengan ketundukkan. Jika ada orang yang menyembelih untuk
kuburan, atau meminta perlindungan dari bencana alam kepada para wali, berarti
dia telah melakukan perbuatan syirik dalam uluhiyah.
Ketiga, hak kesempurnaan Nama-nama dan Sifat-sifat, seperti menyandang nama
Allah, Ar Rabb dan Ar Rahman, atau memiliki sifat mengetahui yang Gaib, Maha
Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, yang tidak ada sesuatupun yang
menyamai-Nya. Sehingga, jika ada orang yang meyakini bahwa kiyainya bisa
mendengar sesuatu yang jauh, atau melihat tempat yang jauh, atau mengetahui
masa depan, berarti dia telah menyekutukan Allah dalam sifat Allah.
Dengan  demikian, berarti kesyirikan bisa terjadi dalam hal rububiyah, uluhiyah
maupun nama dan sifat-Nya.
Macam-macam syirik
Syirik dibagi menjadi beberapa macam, berdasarkan pengelompokkan berikut (Al
Qaulul Mufid, 1/125):
Pertama, Syirik yang Terkait dengan Kekhususan Allah Ta’ala, ada tiga bentuk:
a. Syirik dalam Rububiah
Yaitu meyakini bahwa ada diantara makhluk Allah yang mampu
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, mengatur
cuaca, menghilangkan bencana, dan kemampuan lainnya yang hanya bisa
dialakukan Allah.
b. Syirik dalam uluhiah
Adalah melakukan salah satu bentuk ibadah dan ditujukan kepada selain
Allah, apa pun bentuk ibadahnya. Baik ibadah hati, seperti tawakkal,
pengagungan. Atau ibadah lisan, seperti nadzar, bersumpah dengan
menyebut selain Allah. Atau ibadah anggota badan, seperti bersujud
kepada selain Allah.
c. Syirik di dalam asma’ wa shifat (nama dan sifat)
Yaitu keyakinan  bahwa sebagian makhluk Allah memiliki sifat-sifat
khusus yang Allah ta’ala miliki, seperti mengetahui perkara gaib, dan
sifat-sifat lainnya yang merupakan kekhususan Rabb kita yang Mahasuci.

Kedua, syirik menurut tingkatannya, ada dua:


a. Syirik akbar (besar)
Adalah perbuatan syirik yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama islam,
alias murtad.
Syirik besar ada 4 macam:
1. Syirik dalam berdoa
Adalah merendahkan diri kepada selain Allah, dengan tujuan
untuk istighatsah dan isti’anah kepadanya (makhluk), atau
menggantungkan diri kepada makhluk.
2. Syirik dalam niat, kehendak dan maksud
Adalah menyekutukan Allah dalam tujuan beribadah, baik
memberikan ibadah tersebut kepada makhluk atau adanya
keinginan lain untuk selain Allah ketika beribadah.
3. Syirik dalam ketaatan
Meyakini bahwa ada sebagian makhluk yang memiliki hak dalam
menentukan syariat Allah  atau menjadikan sesuatu sebagai sekutu
bagi Allah dalam membuat syariat, atau mentaati makhluk secara
lahir batin dalam menghalalkan apa yang Allah haramkan dan
mengharamkan apa yang Allah halalkan.
4. Syirik dalam kecintaan
Adalah mencintai makhluk sebagaimana mencintai Allah.
Mengagungkannya, membenarkannya, memujanya, dengan gaya
yang hanya selayaknya diberikan kepada Allah.
b. Syirik ashghar (kecil)
Adalah perbuatan syirik yang TIDAK menyebabkan pelakunya keluar dari agama
islam.
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan syirik kecil:
Pendapat pertama, syirik kecil adalah setiap perbuatan yanng bisa mengantarkan
kepada syirik besar.
Pendapat kedua, syirik kecil adalah setiap perbuatan yang divonis sebagai
perbuatan syirik dalam dalil Alquran dan hadis, namun tidak sampai pada derajat
yang bisa mengeluarkan seseorang dari islam. Misalnya: riya’, sumpah dengan
menyebut selain Allah, menggunakan jimat, dan seterusnya.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa syirik kecil kualitas dosanya bertingkat-
tingkat, dan bisa menjadi syirik besar, tergantung kadarnya.
Kaidah penting dalam memahami syirik
Kaidah pertama
Sesungguhnya orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah mengakui Allah ta’ala sebagai pencipta dan pengatur
segala urusan. Sedangkan pengakuan mereka ini tidaklah membuat mereka
tergolong orang Islam. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala (yang artinya),
“Katakanlah, Siapakah yang memberikan rezeki kepada kalian dari langit dan
bumi. Atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan. Dan
siapakah yang mampu mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta
mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan siapakah yang mengatur segala
urusan, maka pasti mereka akan menjawab, ‘Allah’. Maka katakanlah, ‘Lantas
mengapa kalian tidak mau bertakwa?’.” (QS. Yunus: 31)
Kaidah kedua
Sesungguhnya orang-orang musyrik yang Allah sebutkan dalam Alquran, mereka
melakukan perbuatan kesyirikan karena dua alasan:
a. Agar mereka semakin dekat dengan Allah
Allah berfirman ta’ala (yang artinya): “Dan orang-orang yang mengangkat selain-
Nya sebagai penolong (sesembahan, pen) beralasan, ‘Kami tidaklah beribadah
kepada mereka kecuali karena bermaksud agar mereka bisa mendekatkan diri
kami kepada Allah sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah pasti akan
memberikan keputusan di antara mereka terhadap perkara yang mereka
perselisihkan itu. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada
orang yang gemar berdusta dan suka berbuat kekafiran.” (Q.s. Az Zumar: 3)
b. Agar mereka mendapatkan syafaat dan pertolongan dari makhluk yang mereka
kultuskan
Allah berfirman (yang artinya): “Dan mereka beribadah kepada selain Allah;
sesuatu yang sama sekali tidak mendatangkan bahaya untuk mereka dan tidak
pula menguasai manfaat bagi mereka. Orang-orang itu beralasan, ‘Mereka adalah
para pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah kelak.’” (QS. Yunus: 18)
Kaidah ketiga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul di tengah-tengah masyarakat yang
memiliki peribadatan yang beraneka ragam. Di antara mereka ada yang beribadah
kepada malaikat. Ada pula yang beribadah kepada para nabi dan orang-orang
saleh. Ada juga di antara mereka yang beribadah kepada pohon dan batu. Dan ada
pula yang beribadah kepada matahari dan bulan.
Mereka semua sama-sama diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tanpa sedikit pun membeda-bedakan di antara mereka. Dalil tentang hal ini adalah
firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan perangilah mereka semua hingga tidak
ada lagi fitnah (syirik) dan agama (amal) semuanya hanya diperuntukkan kepada
Allah.” (Q.s. Al Anfaal: 39)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada matahari dan bulan adalah
firman-Nya (yang artinya), “Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah malam
dan siang, matahari dan bulan, maka janganlah kamu sujud kepada matahari
ataupun bulan. Akan tetapi sujudlah kamu kepada Allah yang menciptakan itu
semua, jika kamu benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.” (QS. Fushshilat :
37)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para malaikat adalah firman
Allah ta’ala (yang artinya), “Dan Allah tidak menyuruh kamu untuk mengangkat
para malaikat dan nabi-nabi sebagai sesembahan.” (Q.s. Al ‘Imran: 80)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada para nabi adalah firman-Nya
yang artinya, “Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putera Maryam,
apakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua
sosok sesembahan selain Allah’? Maka Isa berkata, ‘Maha Suci Engkau ya Allah,
tidak pantas bagiku untuk berucap sesuatu yang bukan menjadi hakku. Apabila
aku mengucapkannya tentunya Engkau pasti mengetahuinya. Engkau mengetahui
apa yang ada dalam diriku, dan aku sama sekali tidak mengetahui apa yang ada di
dalam diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib.”
(Q.s. Al Maa’idah: 116)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada orang-orang salih adalah
firman-Nya Yang Maha Tinggi (yang artinya), “Sosok-sosok yang mereka seru
justru mencari wasilah kepada Rabb mereka; siapakah di antara mereka yang
lebih dekat, dan mereka juga sangat mengharapkan curahan rahmat-Nya dan
merasa takut dari azab-Nya.” (Q.s. Al Israa’: 57)
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada pohon dan batu adalah
firman-Nya Yang Maha Tinggi (yang artinya), “Kabarkanlah kepada-Ku tentang
Latta, ‘Uzza, dan juga Manat yaitu sesembahan lain yang ketiga.” (Q.s. An Najm
[53]: 19-20).
Demikian juga ditunjukkan oleh hadits Abu Waqid Al Laitsi radhiallahu ’anhu.
Beliau menuturkan, “Ketika kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menuju Hunain. Ketika itu kami masih dalam keadaan baru
keluar dari agama kekafiran. Orang-orang musyrik ketika itu memiliki sebatang
pohon yang mereka jadikan sebagai tempat i’tikaf dan tempat khusus untuk
menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon itu disebut Dzatu Anwath. Ketika
itu, kami melewati pohon tersebut. Lalu kami berkata, ‘Wahai Rasulullah,
buatkanlah untuk kami sebatang Dzatu Anwath seperti Dzatu Anwath yang
mereka miliki.’” (H.r. Tirmidzi no. 2181, Ahmad dalam Musnadnya, 5/218.
Tirmidzi mengatakan: hadits hasan sahih)
Kaidah keempat
Orang-orang musyrik pada masa kita justru lebih parah kesyirikannya daripada
orang-orang musyrik zaman dahulu. Sebab orang-orang terdahulu hanya berbuat
syirik di kala lapang dan beribadah (berdoa) dengan ikhlas di kala sempit. Adapun
orang-orang musyrik di masa kita melakukan syirik secara terus menerus, baik
ketika lapang ataupun ketika terjepit. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah
firman Allah ta’ala (yang artinya), “Apabila mereka sudah naik di atas kapal (dan
diterpa ombak yang hebat, pen) maka mereka pun menyeru (berdoa) kepada Allah
dengan penuh ikhlas mempersembahkan amalnya. Namun setelah Allah
selamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali berbuat kesyirikan.”
(Q.s. Al ‘Ankabuut: 65)
(Qawaid Al Arba’, hlm. 1 – 4)
Bahaya kesyirikan
Berikut ini beberapa dalil dari Alquran maupun As Sunnah yang hendaknya kita
perhatikan dengan seksama. Dalil-dalil itu akan menggambarkan kepada kita
sebuah gambaran mengerikan dan sangat menakutkan tentang dahsyatnya bahaya
kesyirikan. Semoga Allah menyelamatkan diri kita darinya.
1. Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
َ ‫إِ َّن هّللا َ الَ يَ ْغفِ ُر أَن يُ ْش َر‬
َ ِ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ َذل‬
‫ك لِ َمن يَ َشا ُء‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya, dan Dia
akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik bagi siapa saja
yang dikehndaki oleh-Nya.” (Q.s. An Nisaa’: 48 dan 116)
2. Allah mengharamkan surga dimasuki oleh orang yang berbuat syirik. Allah
ta’ala berfirman,
‫ار‬ َ َ‫إِنَّهُ َمن يُ ْش ِر ْك بِاهّلل ِ فَقَ ْد َح َّر َم هّللا ُ َعلَي ِه ْال َجنَّةَ َو َمأْ َواهُ النَّا ُر َو َما لِلظَّالِ ِمينَ ِم ْن أ‬
ٍ ‫نص‬
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya
Allah telah mengharamkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka,
dan tiada seorang penolongpun bagi orang-orang zhalim tersebut.” (Q.s. Al
Maa’idah: 72)
3. Seorang musyrik akan kekal berada di dalam siksa neraka. Allah ta’ala
berfirman,
َ ِ‫َار َجهَنَّ َم خَ الِ ِدينَ فِيهَا أُوْ لَئ‬
‫ك هُ ْم َشرُّ ْالبَ ِريَّ ِة‬ ِ ‫ب َو ْال ُم ْش ِر ِكينَ فِي ن‬
ِ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang
musyrik berada di dalam neraka Jahannam dan kekal di dalamnya, mereka itulah
sejelek-jelek ciptaan.” (Q.s. Al Bayyinah: 6)
4. Dosa kesyirikan akan menghapuskan semua pahala amal shalih, betapapun
banyak amal tersebut. Allah ta’ala berfirman,
ِ ‫ك َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْال َخ‬
َ‫اس ِرين‬ َ ‫َولَقَ ْد أُو ِح َي إِلَ ْي‬
َ ُ‫ك َوإِلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِكَ لَئِ ْن أَ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل‬
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada para Nabi sebelum
engkau, ‘Jika kamu berbuat syirik maka pastilah seluruh amalmu akan lenyap
terhapus dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.s.
Az Zumar: 65)
5. Syirik adalah kezhaliman yang paling besar. Allah ta’ala berfirman,
‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ إِ َّن ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
َّ َ‫َوإِ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬
“Sesungguhnya syirik itu adalah kezhaliman yang sangat besar.” (Q.s. Luqman:
13)
Allah ta’ala juga berfirman,
ِ ‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِس‬
‫ْط‬ َ ‫ت َوأَن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ ‫لَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
“Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan-keterangan,
dan Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia
menegakkan keadilan.” (Q.s. Al Hadiid: 25)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah memberitakan bahwa Dia
mengutus para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitabNya agar manusia menegakkan
yaitu keadilan. Salah satu di antara keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia
adalah pokok terbesar dan pilar penegak keadilan. Sedangkan syirik adalah
kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik merupakan kezaliman yang paling
zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil ….” (Ad Daa’ wad
Dawaa’, hlm. 145)
6. Syirik merupakan dosa terbesar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabatnya,
“Maukah kalian aku kabarkan tentang dosa-dosa yang paling besar?” (beliau
ulangi pertanyaan itu tiga kali) Maka para sahabat menjawab, “Mau ya
Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Berbuat syirik terhadap Allah dan durhaka
kepada kedua orang tua…” (H.r. Al Bukhari no. 5632 dan Muslim no. 144)
7. Orang yang berbuat syirik sehingga murtad maka menurut ketetapan syariat
Islam dia berhak dihukum bunuh.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak halal
menumpahkan darah seorang muslim kecuali dengan satu di antara tiga penyebab:
seorang yang sudah menikah tapi berzina, seorang muslim yang membunuh
saudaranya (seagama) atau orang yang meninggalkan agamanya sengaja
memisahkan diri dari jama’ah (murtad dari Islam).” (H.r. Bukhari no. 6484 dan
Muslim no. 1676).
Beliau juga bersabda, “Barang siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah
dia.” (H.r. Al Bukhari no. 2858)
8. Amal yang tercampur dengan syirik akan sia-sia dan sirna sebagaimana debu-
debu yang beterbangan disapu oleh angin. Allah ta’ala berfirman,
ً‫َوقَ ِد ْمنَا إِلَى َما َع ِملُوا ِم ْن َع َم ٍل فَ َج َع ْلنَاهُ هَبَاء َّمنثُورا‬
“Dan Kami akan hadapi semua amal yang pernah mereka amalkan (sewaktu di
dunia) kemudian Kami jadikan amal-amal itu sia-sia seperti debu-debu yang
beterbangan.” (Q.s. Al Furqan: 23)
9. Orang yang berbuat syirik dalam beramal maka dia akan ditelantarkan oleh
Allah.
Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, “Aku adalah Zat
yang Maha Kaya dan paling tidak membutuhkan sekutu, oleh sebab itu barang
siapa yang beramal dengan suatu amalan yang dia mempersekutukan sesuatu
dengan-Ku di dalam amalnya itu maka pasti Aku akan telantarkan dia bersama
kesyirikannya itu.” (H.r. Muslim no. 46)
10. Bahaya syirik lebih dikhawatirkan oleh Nabi daripada bahaya Dajjal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Maukah kalian
aku beritahukan tentang sesuatu yang paling aku khawatirkan mengancam kalian
dalam pandanganku dan lebih menakutkan daripada Al Masih Ad Dajjal?” Maka
para sahabat menjawab, “Mau (ya Rasulullah).” Beliau pun bersabda, “Yaitu
syirik yang samar. Apabila seseorang mendirikan shalat sambil membagus-
baguskan shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang memperhatikan
shalatnya.” (HR. Ahmad no. 11270)
11. Syirik kecil adalah dosa yang sangat dikhawatirkan terjadi pada generasi
terbaik yaitu para sahabat radhiallahu ‘anhum.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya, “Sesuatu yang
paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka beliau pun
ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab, “Yaitu riya’/ingin dilihat dan
dipuji orang.” (H.r. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 951
dan Shahihul Jami’ no. 1551)
12. Syirik adalah bahaya yang sangat dikhawatirkan oleh bapak para Nabi yaitu
Ibrahim ‘alaihis salam akan menimpa pada dirinya dan pada anak keturunannya.
Allah ta’ala mengisahkan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim di dalam ayat-
Nya,
ْ َ‫ َد األ‬££££££££££££££ُ‫ي أَن نَّ ْعب‬
‫نَا َم‬££££££££££££££‫ص‬ َّ ِ‫ا ً َواجْ نُ ْبنِي َوبَن‬££££££££££££££‫ َد آ ِمن‬££££££££££££££َ‫لْ هَـ َذا ْالبَل‬££££££££££££££‫َربِّ اجْ َع‬
“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca-arca.”
(QS. Ibrahim: 35)
Ibrahim At Taimi mengatakan, “Lalu siapakah orang selain Ibrahim yang bisa
merasa aman dari ancaman bencana (syirik)?!”
Syekh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, “Maka tidak ada lagi yang
merasa aman dari terjatuh dalam kesyirikan kecuali orang yang bodoh tentangnya
dan juga tidak memahami sebab-sebab yang bisa menyelamatkan diri darinya;
yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang ajaran Rasul-Nya yaitu mentauhidkan-Nya
serta larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.” (Fathul Majid, hlm. 72)
13. Orang yang mati dalam keadaan masih musyrik maka pasti masuk neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa
yang menjumpai Allah (mati) dalam keadaan mempersekutukan sesuatu dengan-
Nya maka pasti masuk neraka.” (H.r. Muslim)
14. Orang yang berbuat syirik maka amalnya tidak akan diterima. Allah ta’ala
berfirman,
ً‫صالِحا ً َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدا‬
َ ً‫فَ َمن َكانَ يَرْ جُو لِقَاء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬
“Maka barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah
dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan apapun dengan Allah dalam
beribadah kepada tuhannya itu.” (Q.s Al Kahfi: 110)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata sembari menukilkan ayat, “[Maka
barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya] artinya
barangsiapa yang menginginkan pahala dan balasan kebaikan dari-Nya, [maka
hendaklah dia beramal shalih], yaitu amal yang sesuai dengan syariat Allah. [dan
dia tidak mempersekutukan apapun dalam beribadah kepada kepada Tuhannya]
Artinya dia adalah orang yang hanya mengharapkan wajah Allah saja dan tidak
ada sekutu bagi-Nya. Inilah dua buah rukun diterimanya amalan. Suatu amal itu
harus ikhlas untuk Allah dan benar yaitu berada di atas tuntunan syariat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/154).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya, “Barang
siapa yang mendatangi paranormal kemudian menanyakan sesuatu kepadanya
maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
15. Seorang mujahid, da’i, atau ahli baca Quran serta dermawan yang terjangkiti
kesyirikan maka akan diadili pertama kali pada hari kiamat dan kemudian
dibongkar kedustaannya lalu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan
wajahnya tertelungkup dan diseret oleh Malaikat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya orang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah seseorang yang
mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan kemudian ditampakkan kepadanya
nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya maka dia pun mengakuinya. Allah
bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengannya?” Dia menjawab, “Aku berperang
untuk-Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya
engkau berperang karena ingin disebut sebagai pemberani. Dan itu sudah kau
dapatkan.”
Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup
di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian ada seseorang
yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia didatangkan dan
ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun
mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya?”
Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk menginfakkan
harta di jalan-Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk-Mu.” Allah berfirman,
“Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan julukan orang
yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah
memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga
dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan
mengajarkannya dan juga membaca Alquran. Dia didatangkan kemudian
ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun
mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?”
Maka dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca
Alquran karena-Mu.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau
menuntut ilmu supaya disebut orang alim. Engkau membaca Quran supaya
disebut sebagai Qari’.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk
menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam
neraka.” (H.r. Muslim no. 152)
16. Orang yang berbuat syirik akan merasa kecanduan dengan sesembahannya
dan ditelantarkan oleh Allah. Abdullah bin ‘Ukaim meriwayatkan secara marfu’
(sampai kepada Nabi) bahwasanya beliau bersabda, “Barang siapa yang
menggantungkan sesuatu (jimat dan semacamnya, red) maka dia akan dibuat
bersandar dan tergantung kepadanya.” (H.r. Ahmad dan Tirmidzi, dinilai hasan Al
Arna’uth dalam Takhrij Jami’ul Ushul, 7/575)
17. Orang yang menyembah selain Allah adalah orang paling sesat sejagad raya.
Allah ta’ala berfirman,
ِ ‫ ُل َوإِ َذا ح‬£ ِ‫وم ْالقِيَا َم ِة َوهُ ْم عَن ُدعَائِ ِه ْم غَاف‬
ُ‫ َر النَّاس‬£ ‫ُش‬ ِ َ‫ُون هَّللا ِ َمن اَّل يَ ْستَ ِجيبُ لَهُ إِلَى ي‬ َ َ‫َو َم ْن أ‬
ِ ‫ضلُّ ِم َّمن يَ ْدعُو ِمن د‬
َ‫َكانُوا لَهُ ْم أَ ْعدَاء َو َكانُوا بِ ِعبَا َدتِ ِه ْم َكافِ ِرين‬
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada
sesembahan-sesembahan selain Allah, sesuatu yang jelas-jelas tidak dapat
mengabulkan doa hingga hari kiamat, dan sesembahan itu juga lalai dari doa yang
mereka panjatkan. Dan apabila umat manusia nanti dikumupulkan (pada hari
kiamat) maka sesembahan-sesembahan itu justru akan menjadi musuh serta
mengingkari peribadatan yang dilakukan oleh para pemujanya.” (Q.s. Al Ahqaf:
5-6)
Kedelapan belas, orang yang berbuat syirik adalah sosok-sosok manusia yang
sangat dungu dan  tidak mau mengambil pelajaran.
Allah ta’ala berfirman,
‫ ُرهُ ْم اَل‬£َ‫لْ أَ ْكث‬£َ‫ ُد هَّلِل ِ ب‬£‫ ِل ْال َح ْم‬£ُ‫ولُ َّن هَّللا ُ ق‬£ُ‫ا لَيَق‬£َ‫د َموْ تِه‬£ِ £ْ‫ض ِمن بَع‬
َ ْ‫َولَئِن َسأ َ ْلتَهُم َّمن نَّ َّز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَأَحْ يَا بِ ِه اأْل َر‬
َ‫يَ ْعقِلُون‬
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka; Siapakah yang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah
matinya?” Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah’, Katakanlah, ‘Segala puji bagi
Allah.’ tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya.” (Q.s. Al ‘Ankabut: 63)
19. Orang yang berbuat syirik adalah orang yang berkepribadian rendah dan tidak
yakin dengan kemahakuasaan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Thiyarah
(menganggap sial karena melihat, mendengar atau mengetahui sesuatu) adalah
syirik. Thiyarah adalah syirik…” (H.r. Abu Dawud dan Tirmidzi, hadits hasan
sahih, lihat Al Jadid, hlm. 259)
20. Amalan orang yang berbuat syirik atau mengagungkan thaghut akan berubah
menjadi penyesalan abadi di akhirat kelak.
Allah ta’ala berfirman,
ً‫ َّرة‬£‫ا َك‬££َ‫وْ أَ َّن لَن‬££َ‫وا ل‬£
ْ £‫ال الَّ ِذينَ اتَّبَ ُع‬£
َ £َ‫بَابُ َوق‬£‫ت بِ ِه ُم األَ ْس‬ ْ ‫اب َوتَقَطَّ َع‬ َ ‫ َذ‬£‫ُوا َو َرأَ ُو ْا ْال َع‬
ْ ‫ُوا ِمنَ الَّ ِذينَ اتَّبَع‬ ْ ‫إِ ْذ تَبَرَّأَ الَّ ِذينَ اتُّبِع‬

ِ َّ‫ار ِجينَ ِمنَ الن‬


‫ار‬ ِ َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم َو َما هُم بِخ‬ ٍ ‫ُوا ِمنَّا َك َذلِكَ ي ُِري ِه ُم هّللا ُ أَ ْع َمالَهُ ْم َح َس َرا‬ْ ‫فَنَتَبَرَّأَ ِم ْنهُ ْم َك َما تَبَ َّرؤ‬
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika segala hubungan antara
mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti;
“Seandainya kami dapat kembali ke dunia, pasti kami akan berlepas diri dari
mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah
memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka;
dan sekali-kali mereka tidak akan keluardari api neraka.” (Q.s. Al Baqarah: 166-
167)
21. Orang yang berbuat syirik sehingga mencintai sesembahan atau pujaannya
sebagai sekutu dalam hal cinta ibadah maka dia TIDAK akan bisa merasakan
manisnya iman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Ada tiga
ciri, barang siapa yang memilikinya maka dia akan bisa merasakan manisnya
iman: (1) Apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya daripada segala
sesuatu selain keduanya. (2) Apabila dia bisa mencintai seseorang hanya karena
Allah saja. (3) Apabila dia merasa begitu benci untuk kembali dalam kekafiran
setelah Allah selamatkan dirinya darinya sebagaimana orang yang tidak mau
dilemparkan ke dalam kobaran api.” (H.r. Al Bukhari no. 16 dan Muslim no. 67)
22. Orang yang berbuat syirik maka tidak akan diberikan kecukupan oleh Allah.
Allah ta’ala berfirman,
ً‫َو َمن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَهُ َو َح ْسبُهُ إِ َّن هَّللا َ بَالِ ُغ أَ ْم ِر ِه قَ ْد َج َع َل هَّللا ُ لِ ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ْدرا‬
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah (bertauhid dan tidak
menyandarkan hatinya kepada selain Allah) maka Allah akan mencukupinya.
Sesungguhnya Allah akan menyelesaikan urusannya, dan Allah telah menentukan
takdir dan ketentuan waktu bagi segala sesuatu.” (Q.s. Ath Thalaq: 3)
23. Didoakan kecelakaan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Binasalah hamba
dinar, hamba dirham, hamba Khamishah, hamba Khamilah. Jika dia diberi maka
dia senang tapi kalau tidak diberi maka dia murka. Binasalah dan rugilah dia…”
(H.r. Al Bukhari no. 2730)
Khamishah adalah kain dari bahan sutera atau wol yang bercorak, sedangkan
Khamilah adalah kain beludru (lihat Al Jadid, hlm. 330 dan Fathul Majid, hlm.
365).
Syekh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Hadits itu
menunjukkan bahwasanya barang siapa yang menjadikan (kesenangan) dunia
sebagai tujuan akhir kehidupan serta puncak cita-citanya maka sesungguhnya dia
telah menyembahnya dan mengangkatnya sebagai sekutu selain Allah.” (Al Jadid,
hlm. 332).
24. Orang yang berbuat syirik pasti akan tertimpa bencana atau siksa yang sangat
pedih dan menyakitkan. Allah ta’ala berfirman,
‫ُصيبَهُ ْم َع َذابٌ أَلِي ٌم‬
ِ ‫صيبَهُ ْم فِ ْتنَةٌ أَوْ ي‬
ِ ُ‫فَ ْليَحْ َذ ِر الَّ ِذينَ يُخَ الِفُونَ ع َْن أَ ْم ِر ِه أَن ت‬
“Maka hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi urusan Rasul kalau-
kalau mereka itu akan tertimpa fitnah (bala/bencana) atau siksa yang sangat
pedih.” (Q.s. An Nur: 63)
Cara-cara untuk membentengi diri dari syirik :
1. Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ‘azza wa jalla dengan senantiasa
berupaya memurnikan tauhid.
2. Menuntut ilmu syar’i.
3. Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu akan
menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan amal
kebaikan.
4. Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh Allah.
5. Tidak berteman dengan orang-orang yang bodoh yang hanyut dalam berbagai
bentuk kesyirikan.
BAB II
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari bahasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa islam dan aqidah
harus berjalan seimbang, karena sangatlah erat kaitanya bagi kehidupan seorang
muslim, dengan aqidah yang benar maka seorang muslim juga akan meliki tiang
dan pondasi agama yang baik. Aqidah terhadap ke Esaan Allah SWT ini akan
melahirkan keyakinan mengakui adanya Allah, sifat-sifatNya, hukum-
hukumNya, dan kekuasaanNya. Pokok Aqidah ini dengan sendirinya akan
mencakup kepercayaan-kepercayaan yang lain, seperti malaikat-malaikatNya,
para rasulNya, kitab-kitabNya, hari kebangkitan dan ketentuan takdirNya.
REFERENSI

Drs. H. Sahilun A Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta:PT Raja


Grafindo Persada, 1996

Harun Nasution, Teologi Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986

Muhammad, Teungku Hasbi Ash Shiddieqy. Sejarah & Pengantar Ilmu


Tauhid/Kalam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2001.

Ahmad Hanafi MA. Teologi islam (ilmu kalam), Bulan Bintang, Jakarta,
1974

http://blogocatatan.blogspot.co.id/2014/10/pengertianruang-lingkup-
dan-sumber.html

https://www.scribd.com/doc/240673947/MAKALAH-AQIDAH-
DALAM-ISLAM

http://copyduty.blogspot.co.id/2011/04/makalah-aqidah.html

http://aqidahakhlak12.blogspot.co.id/2012/12/b.html

https://abinyaraafi.wordpress.com/2012/01/26/pengertian-dan-ruang-
lingkup-syirik/

http://ilmutauhid.wordpress.com/2009/04/12/sejarah-perkembangan-
ilmu-tauhid/

Anda mungkin juga menyukai