Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru progresif

kronis, yang berarti penyakit ini dapat bertahan seumur hidup dan memburuk

seiring waktu. Dalam perjalanan penyakit, ada periode eksaserbasi akut.

Banyak faktor yang berperan dalam perjalanan penyakit, diantaranya faktor

risiko, yaitu faktor penyebab atau memperberat penyakit seperti merokok,

polusi udara, pencemaran lingkungan, infeksi, genetika, dan perubahan cuaca.

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah istilah yang sering digunakan

untuk sekelompok penyakit paru-paru yang sudah berlangsung lama, yang

ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai ciri

patofisiologis utamanya. Tiga penyakit yang membentuk PPOK adalah:

bronkitis kronis, emfisema, dan asma bronkial. [ CITATION Sme11 \l 1057 ].

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut, angka kematian PPOK

tahun 2010 menduduki peringkat ke- 4 apalagi dekade mendatang jadi

peringkat ke- 3. Terus menjadi banyak batang rokok yang dihisap serta terus

menjadi lama waktu jadi perokok, hingga terus menjadi besar efek bisa hadapi

PPOK. Mengamati informasi tersebut tanpa disadari angka kematian yang

diakibatkan PPOK terus hadapi kenaikan [ CITATION Hul13 \l 1057 ].


enyakit Paru Obstruktif Kronik ialah penyakit progresif serta mengecam

jiwa yang diperkirakan pengaruhi lebih dari 251 juta orang di segala dunia.

Sebaliknya prevalensi di Indonesia bagi Riskesdas 2013 merupakan 3, 7%

ataupun dekat 9, 2 juta penduduk. Dikala ini jadi pemicu utama keempat

kematian di dunia, menimbulkan lebih dari 3 juta kematian tiap tahunnya.

PPOK diperkirakan hendak jadi pemicu utama ketiga kematian di dunia pada

tahun 2020[CITATION Kem13 \l 1057 ].

Di indonesia belum terdapat informasi yang akurat tentang kekerapan

PPOK pada survey kesehatan rumah tangga( SKRT) Depkes RI membuktikan

angka kematian karna asma, bronkitis kronik serta emfisema menduduki

peringkat ke 6 dari 10 pemicu tersering kematian di indonesia( PDPI, 2014).

Informasi pada tahun 2016 di indonesia membuktikan kalau PPOK serta asma

menimpa 10. 230. 00 jiwa pada laki- laki serta 5. 240. 000 jiwa pada

perempuan[ CITATION WHO16 \l 1057 ].

Permasalahan PPOK di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2012 sebesar 11,

62 per 1. 000 penduduk, hadapi kenaikan dibandingkan tahun 2013 dimana

jumlah PPOK sebesar 10, 92 per 1. 000 penduduk. Prevelensi permasalahan

PPOK di Provinsi Sulawesi Utara hadapi kenaikan ialah 0, 08% pada tahun

2016 jadi 0, 09% pada tahun 2017 [CITATION Din17 \l 1057 ].

Ciri serta indikasi penderita dengan PPOK antara lain kelemahan tubuh,

sesak nafas, sesak nafas dikala beraktifitas serta nafas berbunyi, mengi ataupun

wheeze, ekspirasi yang memanjang, wujud dada tong( Barrel Chest) pada

penyakit lanjut, pengunaan otot bantu respirasi, suara nafas melemah,

2
kadangkala ditemui respirasi paradoksal serta edema kaki, asites serta jari

badan, ciri serta indikasi yang lain ialah batuk kronis umumnya ialah indikasi

awal yang timbul. Dikala batuk berlangsung sepanjang lebih dari 3 bulan

setahun dalam lebih dari 2 tahun, dikombinasikan dengan penciptaan sputum

yang kelewatan serta tidak terdapat uraian lain, hingga itu dapat didefinisikan

selaku bronkitis kronis. Keadaan ini bisa terjalin saat sebelum PPOK tumbuh

penuh. Jumlah sputum yang dihasilkan bisa berganti dalam sebagian jam

ataupun hari. Dalam sebagian permasalahan, batuk bisa jadi tidak timbul

ataupun cuma terjalin sesekali serta dapat saja tidak produktif. Sebagian

pengidap PPOK mengira tanda- tanda ini selaku" batuk perokok". Sputum bisa

ditelan ataupun dibuang, umumnya bergantung aspek sosial serta budaya.

Batuk- batuk hebat bisa menimbulkan retak tulang iga ataupun kehabisan

pemahaman secara pendek. Mereka yang mengidap PPOK kerap hadapi" batuk

pilek biasa" yang berlangsung lama[ CITATION Ves13 \l 1057 ].

Penyembuhan pada penyakit PPOK secara farmakologi antara lain

adrenergik(β2- agonis): venoterol, salbutamol, terbutaline, fermoterol,

salmoterol, Antikolinergik: iprstropium bromid, oksitroprium bromid,

Metilxantin: teofilin lepas lelet, apabila campuran b- 2 serta steroit belum

memuaskan. Pengobatan penyembuhan pada penyakit PPOK secara non

farmakologi salah satunya merupakan batuk efisien (Global Initiative For

Chronic Obstructive Lung Disiase (GOLD), 2014).

Batuk efisien yang baik serta benar hendak bisa memesatkan pengeluaran

dahak pada penderita dengan kendala saluran respirasi dengan penyakit PPOK(

3
Nugroho& Kristiani, 2012). Batuk efisien berarti buat melenyapkan

kendala respirasi serta melindungi paru- paru supaya senantiasa bersih. Batuk

efisien bisa diberikan pada penderita dengan metode membagikan posisi yang

cocok supaya pengeluaran dahak bisa mudah.

Batuk efisien ialah batuk yang dicoba dengan terencana. Tetapi,

dibanding dengan batuk biasa yang bertabiat refleks badan terhadap masuknya

barang asing dalam saluran respirasi. Batuk efisien dicoba lewat gerakan yang

terencana ataupun dilatihkan terlebih dulu. Dengan batuk efisien, hingga

bermacam penghalang yang membatasi ataupun menutup saluran respirasi bisa

dihilangkan. Batuk efisien merupakan sesuatu tata cara batuk dengan benar,

dimana klien bisa mengirit tenaga sehingga tidak gampang letih menghasilkan

dahak secara optimal. Gerakan ini pula yang setelah itu dimanfaatkan golongan

kedokteran selaku pengobatan buat melenyapkan lendir yang menutup saluran

respirasi akibat beberapa penyakit [ CITATION Apr13 \l 1057 ].

Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan di Puskesmas

Bailang pada tanggal 31 Januari 2020, pasien belum mengetahui tentang tehnik

latihan batuk efektif serta terdapat keluhan sesak napas dan nyeri dada saat

batuk karena produksi sputum yang berlebihan.Jumlah keseluruhan pasien

PPOK selama tiga bulan terakhir sebanyak 17 pasien di wilayah kerja

Puskesmas Bailang. Bulan Oktober terdapat 7 pasien, bulan November terdapat

6 pasien dan bulan Desember terdapat 4 pasien.

B. Rumusan Masalah

4
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian sebagai berikut “Apakah ada pengaruh latihan batuk efektif terhadap

pengeluaran sputum pada pasien PPOK di Wilayah Kerja Puskesmas Bailang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum

pada pasien PPOK di Wilayah Kerja Puskesmas Bailang.

2. Tujuan khusus

a. Diidentifikasi pengeluaran sputum sebelum diberikan batuk efektif

pada pasien PPOK di Wilayah Kerja Puskesmas Bailang.

b. Diidentifikasi pengeluaran sputum sesudah diberikan batuk efektif

pada pasien PPOK di Wilayah Kerja Puskesmas Bailang .

c. Dianalisa pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum

pada pasien PPOK di Wilayah Kerja Puskesmas Bailang.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi perawat

Sebagai media informasi dalam memahami adanya latihan batuk efektif

terhadap pengeluaran sputum pada pasien PPOK.

2. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang latihan batuk efektif

terhadap pengeluaran sputum pada pasien PPOK.

3. Bagi institusi pendidikan

5
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan latihan

batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien PPOK.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

1. Pengertian PPOK

Penyakit paru obstruksi kronis( PPOK) merupakan sesuatu

penyakit yang dikarakteristik dengan keterbatasan aliran hawa yang

menetap, yang biasa bertabiat progresif serta terpaut dengan terdapatnya

reaksi inflamasi kronis saluran napas serta paru– paru terhadap gas

ataupun partikel beresiko[ CITATION Ika16 \l 1057 ].

Penyakit paru obstruksi kronis( PPOK) merupakan sesuatu

keadaan yang diisyarati dengan obstruksi jalur napas yang menghalangi

aliran hawa, membatasi ventilasi yang terjalin kala 2 penyakit paru

terjalin pada waktu bertepatan: bronchitis kronis serta emfisema.

Bronchitis kronis terjalin kala kala bronkus hadapi inflamasi serta iritasi

kronis. Pembengkakan serta penciptaan lendir yang kental menciptakan

obstruksi jalur napas besar serta kecil. Emfisema menimbulkan paru

kehabisan elastisitasnya, jadi kaku serta tidak lentur dengan merangkap

hawa serta menimbulkan distensi kronis pada alveoli[ CITATION Hur16 \l

1057 ].

2. Etiologi

Ada sebagian aspek resiko yang pengaruhi munculnya penyakit

PPOK, yang bisa dibedakan jadi aspek paparan area.

Aspek paparan area antara lain :


a. Rokok

Menurut [ CITATION Dan13 \l 1057 ] Merokok merupakan salah satu

pemicu utama terjadainya PPOK. Komponen dari asap rokok bisa

menimbulkan iritasi pada jalur napas. Secara patologis rokok

berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus..

b. Infeksi

Eksasebasi bronchitis disangka sangat kerap dimulai dengan

peradangan virus yang setelah itu menimbulkan peradangan sekunder

kuman. Kuman yang diisolasi sangat banyak merupakan Haemophilius

influenza serta Streptococcus pneumonia.

c. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya selaku aspek pemicu

bersihan jalur napas tidak efetif pada PPOK, namun apabila ditambah

merokok resiko hendak lebih besar. Zat– zat kimia pula bisa

menimbulkan PPOK merupakan zat– zat pereduksi O2, zat– zat

pengoksidasi semacam N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

d. Pekerjaan

Pekerjaan yang mempunyai resiko besar terpaut dengan

terbentuknya PPOK merupakan para pekerja tambang emas, pekerja

yang terpapar debu silica ialah pekerja industry gelas serta keramik

dan pekerja asbes.

8
Aspek resiko yang berasal dari host/ penderita antara lain:

a. Usia

Umur terus menjadi meningkat terus menjadi besar resiko

mengidap PPOK. Penderita yang divonis PPOK saat sebelum umur 40

tahun, mungkin besar terjalin kendala genetic berbentuk difisiensiα1-

antitripsin. Tetapi peristiwa ini cuma dirasakan< 1% penderita PPOK.

b. Jenis kelamin

Laki– laki lebih berisiko terserang PPOK dibanding dengan

perempuan terpaut dengan kerutinan merokok pada laki– laki. Tetapi ada

kecendrungan kenaikan prevalensi PPOK pada perempuan sebab

meningkatnya jumlah perokok perempua.

c. Adanya gangguan fungsi paru yang sudah terjadi

Terdapatnya kendala guna paru– paru ialah aspek resiko

terbentuknya PPOK, salah satunya merupakan difisiensi peradangan pada

masa kanak– kanak semacam tuberculosis serta bronkiektasis. Orang

dengan kendala guna paru mempunyai resiko lebih besar daripada yang

mempunyai guna paru wajar. Tidak hanya itu orang yang perkembangan

parunya tidak wajar sebab lahir dengan berat tubuh rendah, pula berisiko

lebih besar terserang PPOK..

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien PPOK

a. Pengertian

Bersihan jalur napas tidak efisien ialah sesuatu keadaan

terbentuknya ketidakmampuan mensterilkan sekret ataupun obstruksi

9
jalur napas buat mempertahankan jalur napas senantiasa paten.

Bersihan jalur napas tidak efisien merupakan keadaan kala orang

hadapi ancaman pada status pernafasannya sehubungan dengan

ketidakmampuan buat batuk secara efisien [ CITATION Tim17 \l 1057 ].

b. Etiologi

Terbentuknya hiperplasia di bilik bronkusakan menstimulus pergantian

pada sel– sel penghasil mukus bronkus ialah sel– sel goblet dan silia,

dimana sel– sel goblet ini hendak meningkat jumlahnya serta silia yang

menyelimuti bronkus hadapi kelumpuhan ataupun disfungsional dan

metaplasia. Mukus dihasilkan oleh sel– sel goblet pada epitel serta

submukosa. Faktor utamanya merupakan glikoprotein kaya

karbohidrat yang diucap musin yang membagikan watak semacam gel

pada mukus. Pergantian pada sel penghasil mukus serta sel silia ini

mengusik system escalator mukosiliaris serta menimbulkan

penumpukan mukus kental yang berbentuk sputm dalam jumlah besar

yang susah dikeluarkan dari saluran napas. Penimbunan sputum di

saluran napas ini hendak menimbulkan permasalahan bersihan jalur

napas tidak efisien. Sputum yang kental serta berlebih akibat penyakit

peradangan, imobilisasi, statis sekresi dan batuk tidak efisien bisa

menimbulkan obstruksi jalur napas[ CITATION Bra14 \l 1057 ].

c. Patofisiologi

Terjadinya hiperplasia di dinding bronkusakan menstimulus

perubahan pada sel – sel penghasil mukus bronkus yaitu sel – sel

10
goblet serta silia, dimana sel – sel goblet ini akan bertambah

jumlahnya dan silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan

atau disfungsional serta metaplasia. Mukus dihasilkan oleh sel – sel

goblet pada epitel dan submukosa. Unsur utamanya adalah

glikoprotein kaya karbohidrat yang disebut musin yang memberikan

sifat seperti gel pada mukus. Perubahan pada sel penghasil mukus dan

sel silia ini mengganggu system escalator mukosiliaris dan

menyebabkan akumulasi mukus kental yang berupa sputm dalam

jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Penumpukan

sputum di saluran nafas ini akan menyebabkan masalah bersihan jalan

nafas tidak efektif. Sputum yang kental dan berlebih akibat penyakit

infeksi, imobilisasi, statis sekresi serta batuk tidak efektif dapat

menyebabkan obstruksi jalan nafas [ CITATION Bus13 \l 1057 ].

d. Manifestasiklinis

Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu :

1) Batuk tidak efektif

Batuk ialah sesuatu reflek proteksif yang mencuat akibat

iritasi percabangan trakeobronkhial. Batuk yang tidak efisien

hendak bisa menimbulkan dampak yang merugikan pada klien

dengan penyakit paru kronik berat, semacam kolaps saluran napas,

rupture bilik alveoli, serta pneumotorak [ CITATION Soe13 \l

1057 ].

2) Sputum berlebih

11
Penciptaan mukus berlebih yang berbentuk sputum terjalin akibat

pergantian patologis( hipertrofi serta hyperplasia) sel– sel penghasil

mukus di bronkus. Tidak hanya itu, silia yang menyelimuti bronkus

hadapi kelumpuhan ataupun disfungsional dan metaplasia.

Pergantian pada sel penghasil mukus serta sel silia ini mengusik

system escalator mukosiliaris serta menimbulkan penumpukan

mukus kental dalam jumlah besar yang susah dikeluarkan dari

saluran napas[ CITATION Eli14 \l 1057 ].

3) Mengi, Wheezing dan / atau ronkhi kering

Mengi( wheezing) ialah suara yang terdengar kontinu,

nadanya lebih besar dibanding suara napas bonus yang lain,

sifatnya musical, diakibatkan sebab terdapatnya penyempitan

saluran napas kecil( bronkus perifer serta bronkiolus). Sebab hawa

melewati sesuatu penyempitan, mengi bisa terjalin, baik pada

dikala 12 inspirasi ataupun dikala ekspirasi. Penyempitan jalur

napas bisa diakibatkan oleh sekresi berlebih. Sebaliknya ronkhi

kering ialah suara yang terdengar diskontinu( terputus– putus),

ditimbulkan sebab terdapatnya cairan di dalam saluran napas serta

kolapsnya saluran hawa bagian distal serta alveoli [ CITATION

Djo12 \l 1057 ].

e. Penatalaksanaan

12
Dalam penatalaksanaan buat permasalahan bersihan jalur napas tidak

efisien bisa dicoba dengan 2 metode, ialah: pengobatan farmakologi

serta pengobatan non farmakologi [ CITATION Soe13 \l 1057 ].

1) Terapi farkamologi

a. Antibiotik

Umumnya Ampicillin serta Tetracycline bisa digunakan buat

menyembuhkan peradangan saluran pernafasan akibat virus.

b. Mukolitik

Menolong mengencerkan sekresi pulmonal supaya bisa

diekspetorasikan. Obat ini diberikan kepada klien dengan

sekresi mukus yang abnormal serta kental.

Acetilcystein( Mucomyst) berupa aerosol bisa digunakan buat

kurangi kekentalan dari sekresi. Oleh sebab Acetilcystein ini

menimbulkan bronkospasme, hingga penggunanaannya wajib

bersama– sama dengan bronkodilator aerosol.

2) Terapi non farmakologis

a. Batuk efektif

Batuk efisien merupakan aksi yang dibutuhkan buat

membersihakan secret, serta pula buat melatih penderita yang

tidak mempunyai keahlian buat batuk secara efisien.

Bagi( Potter, 2010). Pemberian batuk efisien ialah sesuatu

upaya buat menghasilkan sputum yang menumpuk dijalan

napas supaya jalur napas senantiasa paten.

13
B. Batuk Efektif

1. Pengertian

Batuk efektif merupakan tehnik mengendalikan batuk yang bisa

digunakan pada klien mengidap penyakit paru- paru semacam TB Paru,

PPOK serta pnemonia. Batuk disebabkan oleh iritasi membran mukosa

dimana saja dalam saluran respirasi. Stimulasi yang menciptakan batuk bisa

mencuat dari sesuatu proses peradangan ataupun dari sesuatu iritan yang

dibawa oleh hawa semacam asap, kabut, debu, ataupun gas. Batuk merupakan

perlindungan utama penderita terhadap penumpukan sekresi dalam bronki

serta bronkiolus [ CITATION Soe13 \l 1057 ].

a. Tujuan Batuk Efektif

Batuk efektif ialah metode batuk yang menekankan inspirasi optimal

yang diawali dari ekspirasi, yang bertujuan:

a) Memicu terbukanya sistem kolateral

b) Sistem kolateral merupakan sesuatu jalan aliran darah baru buat

mengaliri sesuatu jaringan ataupun organ yang sama. Saluran kolateral

tercipta apabila terjalin penyumbat yang menutup aliran darah utama

badan kita. Semacam apabila terjalin penyumbat pada arteri koronaria

yang mengaliri jantung kita, hingga arteri koroner yang lebih kecil

hendak meningkatkan jalan pembuluh darah baru di dekat penyumbat

dengan tujuan supaya jantung senantiasa menemukan suplai darah serta

oksigen.

14
c) Tingkatkan distribusi ventilasi

d) Tingkatkan volume paru

e) Memfasilitasi serta tingkatkan pembersihan saluran napas

f) Menghindari infeksi

g) Mengendalikan frekuensi serta pola nafas sehingga kurangi air trapping

Retensi abnormal paru- paru dimana susah buat menghembuskan nafas

seluruhnya.

h) Membetulkan guna diafragma

i) Membetulkan mobilitas sangkar toraks

j) Tingkatkan rasa aman klien

k) Menghasilkan sekresi dari jalur nafas bagian atas serta dasar. Jalur nafas

atas ialah sesuatu saluran terbuka yang membolehkan hawa suasana

masuk lewat hidung, mulut, serta bronkus sampai ke alveoli. Jalur nafas

atas terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, laring, trakea. Jalur nafas

dasar terdiri dari bronkus serta percabangannya dan paru- paru

b. Mekanisme Batuk Efisien dalam Menghasilkan Dahak

Prosedur latihan batuk efisien merupakan selaku berikut:

a. Peralatan

1) Kertas tissue

2) Bengkok

3) Perlak/alas

4) Sputum pot berisi desinfektan

5) Air minum hangat

15
b. Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap PraInteraksi

a) Mengecek program terapi

b) Mencuci tangan

c) Menyiapkan alat

2. Tahap Orientasi

a. Membagikan salam serta sapa nama pasien

b. Menarangkan tujuan serta prosedur pelaksanaan

c. Menanyakan persetujuan/ kesiapan pasien

3. Tahap Kerja

a. Melindungi privaci pasien

b. Mempersiapkan pasien

c. Memohon penderita meletakkan satu tangan di dada serta satu

tangan di abdomen

d. Melatih penderita melaksanakan napas perut( menarik napas

dalam lewat hidung sampai 3 hitungan, jaga mulut senantiasa

tertutup)

e. Memohon penderita merasakan mengembangnya

abdomen( tangkal lengkung pada punggung)

f. Memohon penderita menahan napas sampai 3 hitungan

g. Memohon menghembuskan napas lama- lama dalam 3 hitungan(

melalui mulut, bibir semacam meniup)

16
h. Memohon penderita merasakan mengempisnya abdomen serta

kontraksi dari otot

i. Memasang perlak/ alas serta bengkok( di pangkuan penderita

apabila duduk ataupun di dekat mulut apabila tidur miring)

j. Memohon penderita buat melaksanakan napas dalam 2 kali,

yang ke 3 inspirasi, tahan napas serta batukkan dengan kuat

k. Menampung dahak dalam sputum pot

4. Tahap Terminasi

a) Melaksanakan penilaian tindakan

b) Berpamitan dengan klien

c) Cuci tangan

d) Mencatat aktivitas dalam lembar catatan keperawata

e) Standar Operasional Prosedur( SOP) Batuk efektif

a) Tahap pra-interaksi

a. Cek catatan perawatan serta catatan kedokteran pasien

b. Kaji kebutuhan pasien

c. Siapkan peralatan

d. Kaji inspirasi serta validasi dan eksplorasi perasaan pasien

b) Tahap orientasi

a. Beri salam serta panggil penderita dengan nama yang dia sukai

b. Tanya keluhan serta kaji indikasi khusus yang terdapat pada

penderita.

17
c. Jelaskan kepada penderita menimpa prosedur serta tujuan aksi

yang hendak dicoba. Bagikan peluang kepada penderita serta keluarga

buat bertanya saat sebelum aksi diawali.

d. Mintalah persetujuan penderita saat sebelum mengawali tindakan

c) Tahap kerja

a. Mencuci tanggan

b. Atur posisi penderita semi fowler ditempat tidur ataupun duduk di

kursi

c. Pasang perlak/ handuk kecil didada pasien

d. Bagikan penderita minum air hangat

e. Anjurkan penderita bernapas pelan 2- 3 kali lewat hidung serta

menghasilkan lewat mulut( melalui mulut bibir semacam meniup)

f. Instuksikan penderita menarik nafas dalam serta ditahan sepanjang

1- 3 detik setelah itu batukkan dengan kokoh dengan memakai otot

abnominal serta otot- otot asesoris respirasi lainnya

g. Siapkan pot sputum, anjurkan penderita buat membuang sputum

kedalam dalam pot sputum

h. Bersikan mulut penderita dengan tissue

i. Anjurkan penderita rehat sebentar

j. Anjurkan penderita buat melaksanakan prosedur(± 3 kali)

k. Dokumentasi hari, bertepatan pada, jam serta reaksi klien

d) Tahap terminasi

a. Atur peralatan

18
b. Observasi reaksi penderita sehabis tindakan

c. Mencuci tangan

d. Dokumentasi hasil serta aksi yang dilakuka

C. Sputum

1. Pengertian Sputum

Sputum merupakan lendir serta modul yang lain yang dibawa dari paru-

paru, bronkus, serta trakea yang bisa jadi dibatukkan serta dimuntahkan

ataupun ditelan. Kata“ sputum” yang dipinjam langsung dari bahasa Latin“

meludah.” Diucap pula dahak. Orang berusia wajar membentuk sputum± 100

ml/ hari. Bila penciptaan kelewatan, proses pembersihan bisa jadi tidak

efisien lagi sehingga sputum hendak tertimbun. Butuh dipelajari sumber

sputum, warna, volume, serta kosistensi sputum [ CITATION Mut14 \l 1057 ].

Sputum( dahak) merupakan bahan yang dikeluarkan dari paru serta

trakea lewat mulut. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang sebaiknya bisa

dievaluasi sumber, warna, volume serta konsistensinya sebab keadaan sputum

umumnya memperlihatkan secara khusus proses peristiwa patologik pada

pembuatan sputum itu sendiri. Pengecekan sputum berarti dicoba buat

mendiagnosis etiologi bermacam penyakit pernafasan. Pengecekan

mikroskopisdapat menarangkan organisme pemicu pada bermacam

pneumonia bacterial, tuberculosis, dan bermacam tipe peradangan jamur.

Waktu terbaik buat pengumpulan sputum merupakan sehabis bangun tidur,

sebab sekresi abnormal bronkus cenderung buat berkumpul pada waktu tidur.

2. Proses Terbentuknya Sputum

19
Orang berusia wajar dapat memproduksi mucussejumlah 100 ml dalam

saluran nafas tiap hari. Mucusini digiring ke faringdengan mekanisme

pembersihan silia dari epitel yang menyelimuti saluran respirasi. Kondisi

abnormalproduksi mucusyang kelewatan( sebab kendala raga, kimiawi

ataupun peradangan yang terjalin pada membran mukosa), menimbulkan

proses pembersihan tidak berjalan secara wajar sehingga mucusini banyak

tertimbun. Apabila perihal ini terjalin membran mukosa hendak terangsang

serta mukus hendak dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal serta intra

abdominal yang besar, dibatukkan hawa keluar dengan akselerasi yg kilat

beserta bawa sekret mucusyang tertimbun tadi. Mucustersebut hendak keluar

selaku sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seseorang penderita sebaiknya

bisa dievaluasi sumber, warna, volume serta konsistensinya, keadaan sputum

umumnya memperlihatkan secara khusus proses peristiwa patologicpada

pembuatan sputum itu sendiri [ CITATION Syl15 \l 1057 ].

3. Klasifikasi Sputum

Klasifikasi sputum serta mungkin penyebabnya bagi [ CITATION Syl15 \l 1057 ]:

a. Sputum yang dihasilkan sewaktu mensterilkan kerongkongan

mungkin berasal dari sinus ataupun saluran hidung bukan berasal

dari saluran nafas bagian dasar.

b. Sputum banyak sekali serta purulen mungkin proses supuratif.

c. Sputum yg tercipta lama- lama serta terus bertambah mungkin ciri

bronchitis/ bronkhiektasis.

d. Sputum kekuning- kuningan kemungkinanproses infeksi

20
e. Sputum hijau mungkin proses penumpukan nanah, warna hijau ini

disebabkan terdapatnya verdoperoksidase, sputum hijau ini kerap

ditemui pada pengidap bronkhiektasis sebab penumpukan sputum

dalam bronkus yang melebar serta terinfeksi.

f. Sputum merah muda serta berbusa mungkin ciri edema paru

kronis.

g. Sputum berdahak, lekat, abu- abu/ putih mungkin ciri

bronchitiskronik

h. Sputum berbau busuk mungkin ciri abses paru/ bronkhiektasis.

i. Berdarah ataupun hemoptisis kerap ditemui pada Tuberculosis.

j. Berwarna- biasanya diakibatkan oleh pneumokokus kuman( dalam

pneumonia).

k. Bernanah memiliki nanah, warna bisa membagikan petunjuk buat

penyembuhan yang efisien pada penderita bronkitis kronis.

l. Warna( mukopurulen) bercorak kuning- kehijauan menampilkan

kalau penyembuhan dengan antibiotik bisa kurangi indikasi.

m. Warna hijau diakibatkan oleh Neutrofil myeloperoxidase

n. Berdahak putih susu ataupun buram kerap berarti kalau

antibiotictidak hendak efisien dalam menyembuhkan indikasi. Data

ini bisa berhubungan dengan terdapatnya peradangan kuman

ataupun virus walaupun riset dikala ini tidak menunjang

generalisasi itu

o. Berbusa putih- mungkin berasal dari obstruksiatau apalagi edem.

21
4. Kualitas Pengeluaran Sputum

Orang yang sehat tidak menghasilkan sputum bila terdapat jumlahnya

cuma sedikit sekali sehingga tidak bisa diukur. Volume sputum yang

dikeluarkan dipengaruhi oleh penyakit yang dialami pula stadium

penyakitnya. Jumlah yang besar ialah lebih dari 100 ml/ 24 jam, melebihi 500

ml ditemui pada edema pulmonum, abses paru- paru bronchiectasi,

tuberculosis pulmonum yang lanjut serta pada abses yang rusak menembus

paru- paru. Kuantitas sputum merupakan jumlah sputum yang dihasilkan

dengan diukur bersumber pada volume sputum( dalam ml) pada masing-

masing pengambilan. Kuantitas sputum bagi( Depkes, 2013), baik bila

volume

3–5ml masing- masing pengambilan, tidak baik bila volume masing-

masing pengambilan 3 ml..

Kala menerima spesimen sputum didapatkan 5 kriteria keadaan sputum ialah:

a. Purulen ialah keadaan sputum dalam kondisi kental serta lengket

b. Mukopurulen ialah keadaan sputum dalam kondisi kental, kuning

kehijauan

c. Mukoid ialah keadaan sputum dalam kondisi berdahak serta kental

d. Hemoptisis ialah keadaan sputum dalam kondisi bercampur darah

e. Saliva ialah Air liur

Metode mengukur mutu sputum yang baik ialah ciri sputum dilihat dari

warna, kekentalan serta jumlah sputum, dikategorikan baik serta tidak baik

22
Dimana sputum bercorak kuning kehijauan/ mukopurulen, kental ataupun

mukoid dan berjumlah 3- 5ml.

5. Pemeriksaan Sputum

a. Gejala pemeriksaanIndikasi pengecekan sputum merupakan buat

mengenali terdapatnya peradangan penyakit tertentu semacam

pneumonia serta Tuberculosis Paru.

b. Khasiat Pengecekan Sputum Pengecekan sputum bertabiat

mikroskopik serta berarti buat penaksiran etiologi bermacam

penyakit respirasi. Pengecekan mikroskopik bisa menarangkan

organisme pemicu penyakit pada bermacam pneumonia bacterial,

tuberkulosa dan bermacam tipe peradangan jamur. Pengecekan

sitologi pada sputum bisa menolong penaksiran karsinoma paru.

Sputum dikumpulkan buat pengecekan dalam mengenali organisme

patogenik serta memastikan apakah ada sel- sel maligna ataupun

tidak. Kegiatan ini pula digunakan buat mengkajisensitivitas( di

mana ada kenaikan eosinofil)

6. Macam-macam Pemeriksaan Sputum

1) Pewarnaan gram, ialah pemeriksaaan dengan pewarnaan gr yang

bisa membagikan data tentang tipe mikroorganisme buat

menegakkan penaksiran presumatif.

2) Kultur Sputum, ialah pengecekan kultur sputum dicoba buat

mengenali organisme khusus guna menegakkan penaksiran definitif.

23
3) Sensitivitas, berperan selaku pedoman pengobatan antibiotik dengan

mengenali antibiotik yang menghindari perkembangan organisme

yang ada dalam sputum.

4) Basil Tahan Asam( BTA), buat memastikan terdapatnya

Mycobacterium tuberculosa yang sehabis dicoba pewarnaan kuman

ini tidak hadapi pergantian warna oleh alkohol asam.

5) Sitologi, buat mengenali terdapatnya keganasan( karsinoma) pada

paru. Sputum memiliki runtuhan sel dari percabangan

trakheobronkhial sehingga bisa jadi saja ada sel- sel malignan. Sel-

sel malignan menampilkan terdapatnya karsinoma tidak adanya sel

ini bukan berarti tidak terdapatnya tumor ataupun tumor yang

terdapattidak meruntuhkan sel.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengeluaran Sputum

Kerongkongan senantiasa berlendir bukannya terjalin tanpa karena. Pada

dasarnya, dahak ataupun lendir memanglah senantiasa diperlukan di bagian

tenggorkan kita buat melindungi keadaan kerongkongan supaya senantiasa

dalam kondisi lembab serta menolong sistem respirasi. Lendir di

kerongkongan kita mempunyai sebagian guna, di antara lain buat melindungi

keadaan kerongkongan supaya senantiasa lembab serta menyaring barang

asing maupun kuman yang masuk ke dalam badan lewat kerongkongan. Jadi,

keberadaan dahak/ lendir di kerongkongan kita senantiasa diperlukan. Hendak

namun, terkadang penciptaan dahak/ lendir di kerongkongan kita bertambah.

24
Keadaan tersebut malah memunculkan banyak kendala serta rasa tidak aman

di bagian kerongkongan. Dahak/ lendir dibuat oleh selaput mukosa. Bila

penciptaan dahak sangat banyak, dahak tersebut hendak melekat di bagian

kerongkongan sehingga kerongkongan senantiasa berlendir sementara itu

keadaan badan tidak dalam kondisi flu. Ada pula sebagian aspek yang bisa

merangsang kenaikan penciptaan sputum merupakan:

a. Peradangan di saluran respirasi ataupun wilayah sekitarnya. Secara

universal, keadaan kerap terdapat dahak di kerongkongan mencuat

sebab terdapatnya peradangan di saluran respirasi kita ataupun di

wilayah dekat saluran respirasi. Dahak dapat jadi ialah kumpulan

zat dari cairan mukosa, sel- sel yang sudah mati, serta pula

cairanyang berasal dari peradangan ataupun yang diucap eksudat

serta transudat. Jadi dengan kata lain, penciptaan dahak bertambah

sebab saluran respirasi hadapi peradangan.

b. Kerongkongan terserang peradangan ataupun alergi terhadap zat

asing. Bila kerongkongan terasa senantiasa berlendir di pagi hari

ataupun terasa tidak aman dikala menghisap hal- hal tertentu

semacam debu, asap, parfum, ataupun lain sebagainya, hingga dapat

jadi faktor meningkatnya dahak di kerongkongan yakni sebab badan

kita hadapi alergi ataupun sebab kerongkongan terserang

peradangan kuman ataupun organisme asing yang lain. Dapat jadi

dahak tersebut pula diakibatkan sebab kita alergi terhadap keadaan

25
tertentu, misalnya cuaca yang sangat dingin sehingga tiap pagi

ataupun dikala cuaca dingin kerongkongan hendak berlendir.

c. Terdapatnya kendala pada lambung. Perih lambung yang

diakibatkan oleh permasalahan pada lambung umumnya terpaut

dengan indikasi asam lambung pula bisa merangsang kenaikan

dahak di kerongkongan. Penciptaan asam lambung yang berlebih

sampai menimbulkan karakteristik asam lambung serta obatnya

naik ke kerongkongan( refluks esofageal) dapat jadi merangsang

kenaikan penciptaan dahak.

d. Radang sinusitis. Radang indikasi sinusitis terjalin sebab

terdapatnya kendala( radang) di zona rongga tengkorak. Peradangan

tersebut dapat diakibatkan oleh peradangan kuman tertentu atu virus

tertentu. Keadaan tersebut nyatanya pula bisa merangsang

penciptaan dahak di kerongkongan. Indikasi semacam itu umumnya

pula hendak diiringi dengan keadaan hidung yang meler.

e. Badan kekurangan cairan. Kerongkongan yang senantiasa berlendir

dapat jadi merupakan reaksi badan sebab kekurangan cairan.

Kerongkongan wajib terletak dalam keadaan lembab tiap dikala.

Bila badan kekurangan cairan, penciptaan dahak hendak

ditingkatkan supaya kerongkongan senantiasa lembab.

8. Cara Mengeluarkan Sputum

a. Napas dalam ialah wujud latihan napas yang terdiri atas pernafasan

abdominal( diafragma) serta purs lips breathing. Tujuan pernafasan

26
abdominal membolehkan napas dalam secara penuh dengan sedikit

usaha, Pursed lips breathing menolong klien mengendalikan pernafasan

yang kelewatan. Prosedurnya ialah: atur posisi yang aman, fleksikan

lutut penderita buat merileksasikan otot abdominal, letakkan 1 ataupun 2

tangan pada abdomen pas dibawah tulang iga, tarik napas dalam lewat

hidung, jaga mulut senantiasa tertutup hitung hingga 3 sepanjang

inspirasi, hembuskan hawa melalui bibir semacam meniup( purs lips

breathing) secara lama- lama.

b. Batuk merupakan respon refleks yang terjalin akibat stimulasi saraf-

saraf di susunan dalam saluran respirasi. Batuk efisien ialah latihan

mengeluarka secret yang terakumulasi serta mengusik di saluran napas

dengan metode dibatukkan.

c. Postural Drainage merupakan sesuatu intervensi buat membebaskan

sekresi dari bermacam segmen paru–paru dengan memakai pengaruh

style grafitasi. Prosedurnya ialah: mencuci tangan, seleksi zona yang

tersumbat yang hendak di drainage, bersumber pada seluruh zona paru

baringkan penderita dalam posisi buat mendrainage zona yang

tersumbat, memohon penderita mempertahankan posisi tersebut

sepanjang 10–15 menit, jalani posisi serta vibrasi dada di atas zona yang

di drainage sehabis drainage pada posisi awal memohon penderita duduk

serta batuk apabila tidak batuk memohon penderita rehat sebentar

apabila butuh, anjurkan penderita minum sedikit air, ulangi langkah–

27
langkah diatas hingga seluruh zona sudah di drainage, ulangi pengkajian

dada pada seluruh bidang paru, mencuci tangan serta dokumentasi.

d. Fisiotherapi Dada bertujuan secara mekanik bisa membebaskan secret

yang menempel pada bilik bronkus sehingga tingkatkan efisiensi pola

pernafasan. Prosedurnya ialah: tutup zona yang hendak diperkusi dengan

handuk ataupun baju buat kurangi sakit, anjurkan tarik napas dalam serta

lembut buat menigkatkan relaksasi perkusi pada tiap segmen paru

sepanjang 1- 2 menit, perkusi tidak boleh dicoba pada wilayah dengan

struktur yang gampang terjalin cidera semacam mammae, sterum serta

ginjal.

e. Vibrasi merupakan getaran kokoh secara serial yang dihasilkan oleh

tangan perawat yang diletakkan datar pada bilik dada penderita. Vibrasi

digunakan sehabis perkusi buat tingkatkan turbelensi hawa ekspirasi

serta membebaskan mucus yang kental. Prosedurnya ialah: letakkan

telapak tangan menghadap ke dasar di zona dada yang hendak di

drainage, satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari–jari melekat

bersama serta ekstensi metode lain tangan dapat diletakkan berdekatan,

anjurkan penderita menarik napas dalam lewat hidung serta

menghembuskan napas secara lamban melalui mulut ataupun purs lips,

sepanjang masa ekspresi tegangkan segala otot tangan serta lengan serta

pakai nyaris seluruh tungkak tangan, getarkan tangan, gerakan tangan

kearah kebawah hentikan gerakan bila penderita melaksanakan inspirasi

28
masing- masing kali vibrasi, anjurkan penderita batuk serta keluarkan

secret ke tempat sputum, apabila sputum pula tidak dapat didahakkan.

9. Cara Pengumpulan Sputum

Persiapan perlengkapan pot dahak bersih serta kering, diameter mulut

pot≥ 3, 5 Centimeter, transparan, bisa menutup dengan erat, bertutup ulir

minimun 3 ulir, pot kokoh serta tidak gampang bocor, pot dahak wajib telah

diberi bukti diri cocok penderita. Waktu pengambilan dahak yang baik ialah

dahak Sewaktu( S) Awal, dahak dikumpulkan dikala tiba awal ke sarana

pelayanan kesehatan, dahak Pagi( P) dikumpulkan pagi hari lekas sehabis

bangun tidur pada hari ke- 2, dahak Sewaktu( S) kedua dikumpulkan pada

hari ke- 2 sehabis menyerahkan dahak pagi [CITATION Kem16 \l 1057 ]

Kebijakan terkini World Health Organization merekomendasikan

Pengecekan GenXpert buat temuan Mycobacterium Tuberculosis( MTB)

serta temuan permasalahan Multi Drug ResistenTB( MDR TB)[ CITATION

Mon15 \l 1057 ].

Pemeriksaanya ialah dengan menampung sputum penderita pada pot

sputum serta menyerahkannya pada petugas buat ditilik di laboratoriumdan

cuma satu kali pengecekan. Buat menjauhi efek penularan, pengambilan

sputum dicoba ditempat terbuka dengan cahaya matahari langsung danjauh

dari orang lain, bila kondisi tidak membolehkan pakai kamar terpisah yang

memiliki ventilasi yang baik tetapi jangan dikamar mandi [ CITATION

Kem16 \l 1057 ].

29
D. Penelitian Terkait

Bersumber pada hasil riset tadinya Ns Marwansyah Maswansyah

S. Kep serta Ns Mulyani Yeni S. Kep( 2017). Dengan judul Pengaruh

pemberian tehnik batuk efisien terhadap pengeluaran dahak pada penderita

COPD di RSUD Wilaya banjarbaru, Kalimantan Selatan. Hasil uji statistik

Pair t test menunjukkan nilai signifikan 0, 009( p<0,05) dengan demikian

sehingga Ho ditolak serta Ha diterima maksudnya ada perbandingan

volume sputum yang bermakna antara saat sebelum pemberian tehnik

batuk efisien dengan setelah pemberian tehnik batuk efisien penderita

COPD serta bisa disimpulkan terdapat pengaruh latihan batuk efisien

dalam upaya kenaikan pengeluaran sputum penderita COPD.

Bersumber pada hasil riset terpaut tadinya Ns. Linda widiawati,

Meter. Kep. serta Ns. Yusnaini Siagian, Meter. Kep( 2019). Dengan judul

pengaruh batuk efisien terhadap pengeluaran sputum pada penderita PPOK

dipuskesmas kampung bugis tanjungpinang dicoba dengan mengunakan

Wilcoxon dengan memakai batasan signifikan 0, 05. Nilai signifikan yang

didapatkan ialah 0, 021 lebih kecil dari 0, 05, perihal ini berarti Ho ditolak

dan Ha diterima, yaituada pengaruh batuk efisien terhadap pengeluaran

sputum pada penderita PPOK dengan Interpretasi cukup.

30
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep riset merupakan kerangka ikatan antara konsep–konsep

yang hendak diukur ataupun diamati lewat riset yang hendak dicoba. Diagram

dalam kerangka konsep menampilkan ikatan antara variabel- variabel yang

hendak diteliti [ CITATION Mas181 \l 1033 ].

Penelitian ini digambarkan dengan kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


Latihan Batuk Pengeluaran
efektif sputum

Ket : Variabel yang di teliti

Pengaruh

B. Variabel Penelitian

Variabel penilitian merupakan seluruh suatu yang berupa watak

ataupun nilai dari orang, objek ataupun aktivitas yang memiliki alterasi

tertentu yang diresmikan oleh periset buat dipelajari serta setelah itu

ditarik akhirnya[ CITATION Sug17 \l 1057 ].

Penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu:

1. Variabel independen (bebas)

Latihan Batuk efektif

2. Variabel dependen(terikat)

pengeluaran sputum
C. Hipotesis Penelitian

Ha = Ada pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada

pasien PPOK.

D. Definisi operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang di amati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena [ CITATION Hid15 \l

1057 ].

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor


Oprasional
Independen Latihan batuk
efektif adalah -Pengertian - -
tehnik mengontrol Batuk efekif
batuk dengan cara -Tujuan batuk
menginstuksikan
kepada pasien -Langka-langka Observasi
menarik napas terhnik batuk -Gelas ukur
dalam sebanyak 3x
lalu batukkan
dengan keras
Dependen Pengeluaran
Sputum adalah Volume Lembar 1. Kurang baik
Pengeluaran Jumlah sputum observasi jika volume
yang keluar Setelah
Diberikan Tehnik
batuk Efektif pada jika
Pasien PPOK >3 ml

31
32
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan wujud rancangan

“one-group Pre-Post test design” yang bertujuan untuk melihat pengaruh

latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien PPOK di

wilayah kerja Puskesmas Bailang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Bailang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 9-14 Maret 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 17 populasi, bulan Oktober

terdapat 7 pasien, bulan November terdapat 6 pasien dan bulan Desember

terdapat 4 pasien.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini mengunakan teknik total sampling,Jumlah

sampel yang diambil adalah seluruh populasi dari pasien PPOK di wilayah

kerja Puskesmas Bailang.


D. Kriteria Sampel

Penentuan kriteri sampel sangat menolong penelitian buat kurangi bias

hasil riset, spesialnya bila ada variable- variable control nyatanya memiliki

pengaruh terhadap variable yang diteliti. Kriteria inklusi merupakan ciri

universal subjek riset dari sesuatu populasi sasaran yang terjangkau serta

hendak diteliti.

1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang terdiagnosis PPOK

b. Pasien PPOK yang berusia >40 tahun

c. Pasien yang berobat di Puskesmas Bailang

d. Pasien yang telah menderita PPOK >1 tahun

e. Pasien yang memiliki ronki

2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang berumur dibawah 40 tahun

b. Pasien PPOK yang tidak mau berpartisipasi dalam penelitian

E. Instument Penelitian

Instrument riset merupakan sesuatu perlengkapan pengumpul informasi

yang digunakan buat fenomena alam ataupun social yang diamati. Instrument

yang digunakan dalam riset ini dimaksudkan buat menciptakan informasi

akurat ialah dengan memakai skala Guttman.

Skala Guttman dicoba apabila memperoleh jawaban yang tegas terhadap

sesuatu kasus yang ditanyakan. Skala pengukuran jenis ini ialah ya- tidak,

benar- salah, pernah- tidak sempat, serta lain- lain [ CITATION Sug17 \l 1057 ].

33
Perlengkapan pengumpulan informasi ataupun instrument yang hendak

digunakan buat pengumpulan informasi dalam riset ini berbentuk :

1. Pengumpulan data : Demografi responden berupa : Nama, Umur, Jenis

Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan.

2. Variable Independen menggunakan alat ukur : SOP ( Standar Operasional

Prosedur), gelas ukur, Lembar Observasi

3. Variable Dependen menggunakan alat ukur : Lembar Observasi yang

terdiri dari 1 pernyataan dengan menggunakan skor sebagai berikut :

a. Baik : 2 b. Tidak baik : 1

Setelah pemberian skor, maka untuk melihat banyaknya sputum yang

krluar ditentukan dengan nilai median pernyataan tentang pengeluaran

sputum sebanyak 1 item sehingga nilai mediannya dapat ditentukan

dengaan cara, skor terendah x jumlah pernyataan, 1 x 1 = 1. Dan skor

tertinggi x jumlah pernyataan, 2 x 1 = 2. Jadi, nilai mediannya adalah

(1 + 2) : 2 = 1,5

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat

tampilan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variable yang

terdiri dari Umur, jenis kelamin, lama menderita dan pengeluaran sputum

sebelum dan sesudah diberikan latihan batuk efektif.

34
2. Analisa Bivariat

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Mc.Nemar

pada tingkat kesalahan 5%.

G. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak pasien

harus dilindungi [ CITATION Mas181 \l 1057 ]. Lembar disebarkan kepada

subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah-masalah etika :

a. Informed concent (informasi untuk responden)

Lembar persetujuan diedarkan saat sebelum riset dilaksanakan supaya

responden mengenali iktikad serta tujuan riset, dan akibat yang hendak

terjalin sepanjang dalam pengumpulan informasi. Bila responden bersedia

diteliti mereka wajib menandatangani lembar persetujuan tersebut, bila

tidak periset wajib menghormati hak- hak responden.

b. Anonimity (tanpa nama)

Buat melindungi kerahasiaan responden dalam riset, hingga periset tidak

mencantumkan namanya pada lembar serta kuesioner informasi, lumayan

no kode pada tiap- tiap lembar yang cuma dikenal oleh periset.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerasahiaan responden dipastikan oleh periset. Cuma kelompok informasi

tertentu saja yang disajikan ataupun dilaporkan selaku hasil riset.

35
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Peneltian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan warga serta upaya kesehatan perseorangan tingkatan awal,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif serta preventif, buat

menggapai derajat kesehatan warga yang setinggi- tinginya di daerah

kerjanya. Puskesmas memiliki tugas melakukan kebijakan kesehatan buat

menggapai tujuan pembangunan kesehatan di daerah kerjanya dalam rangka

menunjang terwujudnya kecamatan sehat.

a. Keadaan geografi dan demografi

Puskesmas Bailang merupakan satu– satunya puskesmas yang berada di

kecamatan Bunaken Darat Kota Manado yang dibantu dengan dua

puskesmas pembantu (pustu) yaitu Pustu Bailang dan Pustu Molas.

dengan keadaan demografi Puskesmas Bailang Kota Manado berjumlah

14.798 jiwa.

b. Jumlah ketenagaan

Jumlah ketenagaan Puskesmas Bailang Kota Manado adalah Dokter

umum berjumlah 5 orang, ners 4 orang, bidan 9 orang, perawat 8 orang,

pelaksana 1 orang, apoteker 1 orang, asisten apoteker 1, gizi 1 orang,

sanitarian 1 dan perawat gigi 2 orang. Jumlah sarana prasarana ialah

Puskesmas Pembantu 2.
2. Karakteristik responden

a. Distribusi responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 distribusi menurut umur responden di puskesmas Bailang

tahun 2020

Banyaknya Responden
Umur
Frequency(f) Percent (%)
40-49 tahun 4 23,5
50-59 tahun 1 5,9
60-69 tahun 8 47,1
70-79 tahun 4 23,5
Total 17 100
Sumber Data Primer Tahun 2020

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil presentasi umur responden


yang terbanyak ialah 60-69 sebanyak 8 responden (47,1%) dan yang
terrendah ialah umur 50-59 tahun sebanyak 1 (5,9).

b. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 distribusi menurut jenis kelamin responden di puskesmas

Bailang tahun 2020

Jenis Banyaknya Responden


kelamin Frequency(f) Percent (%)
Laki –laki 12 70,6
Perempuan 5 29,4

Total 17 100
Sumber Data Primer. Tahun 2020

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil presentasi jenis kelamin

responden Sebagian besar ialah laki-laki sebanyak 12 responden (70,6%)

sedangkan perempuan sebanyak 5 responden (29,4%).

c. Distribusi responden berdasarkan Pendidikan

38
Tabel 5.3 distribusi menurut pendidikan responden di puskesmas

Bailang tahun 2020

Banyaknya Responden
Pendidikan Frequency(f) Percent (%)
SD 5 29,4
SMP 8 47,1

SMA 4 23,5

Total 17 100
Sumber Data Primer. Tahun 2020

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil presentasi Pendidikan

responden yang terbanyak adalah SMP sebanyak 8 responde (47,1%)

dan yang paling sedikit adalah SMA sebanyak 4 responden (23,4%).

d. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 distribusi menurut pekerjaan responden di puskesmas Bailang

tahun 2020

Pekerjaan Banyaknya Responden


responden Frequency(f) Percent (%)
Bekerja 9 52,9
Tidak bekerja 8 47,1

Total 17 100
Sumber Data Primer. Tahun 2020

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil presentasi pekerjaan responden

ialah bekerja sebanyak 9 responden (52,9%) dan yang tidak bekerja

sebanyak 8 responden (47,1%).

3. Analisa univariate

39
a. Analisa data berdasarkan pengeluaran sputum sebelum diberikan latihan

batuk efektif

Tabel 5.5 distribusi pengeluaran sputum sebelum diberikan latihan batuk

efektif di puskesmas Bailang tahun 2020

Sebelum Banyaknya Responden


latihan
Frequency(f) Percent (%)
batuk efektif
baik 5 29,4
Kurang baik 12 70,6
Total 17 100
Sumber Data Primer. Tahun 2020

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil presentas responden dengan

pengeluaran sputum baik sebanyak 5 (29,4 %) dan pengeluaran sputum

tidak baik sebanyak 12 responden (70,6%).

b. Analisa data berdasarkan pengeluaran sputum setelah diberikan latihan

batuk efektif

Tabel 5.6 distribusi pengeluaran sputum setelah latihan batuk efektif di

puskesmas Bailang tahun 2020

Setelah latihan Banyaknya Responden


batuk efektif Frequency(f) Percent (%)
Baik 17 100
Tidak baik 0 0
Total 17 100
Berdasarkan data diatas didapatkan hasil presentasi terbesar responden

dengan pengeluaran sputum baik sebanyak 17 (100 %).

40
4. Analisa bivariat

Tabel 5.7 tabulasi silang pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran

sputum pada pasien PPOK di Puskesmas Bailang tahun 2020

Pengeluaran Sputum Pre Pengeluaran Sputum Post P


Baik Kurang baik
5 0 0.000
Kurang baik 12 0
Mcnemart Test α=0.05

Berdasarkan hasil Tabel 5.7 tabulasi silang antara pengeluaran sputum

sebelum dan sesudah diberikan latihan batuk efektif pada pasien PPOK di

puskesmas Bailang diperoleh dari 17 responden didapatkan hasil bahwa

responden yang mengeluarkan sputum baik sebelum diberikan latihan batuk

efektif dan tetap baik setelah diberikan latihan batuk efektif terdapat 5

responden. Pengeluaran sputum kurang baik setelah diberikan latihan batuk

efektif dan menjadi baik setelah diberikan latihan batuk efektif terdapat 12

responden, dan di dapatkan nilai p : 0.000 dimana nilai p ≤ α 0,05 artinya ada

pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien

PPOK.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti yang dilakukan kepada 17

responden di puskesmas Bailang diperoleh hampir setengah umur responden

60-69 sebanyak 8 responden. Menurut jenis kelamin Sebagian besar

responden ialah laki-laki sebanyak 12 responden. Menurut Pendidikan hampir

setengah responden memiliki Pendidikan rendah yaitu SMP sebanyak 8

41
responden. Menurut pekerjaan lebih dari setengah reponden yang bekerja.

Sedangkan pada analisa univariat frekuensi pengeluaran sputum sebelum

diberikan latihan batuk efektif Sebagian besar berkategori tidak baik, setelah

diberikan Latihan batuk efektif semua responden berkategori baik

42
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengeluaran sputum sebelum dan sesudah

diberikan latihan batuk efektif diperoleh dari 17 responden rata-rata frekuensi

pengeluaran sputum sebelum diberikan batuk efektif 1,29 sedangkan sesudah

latihan batuk efektif diberikan 2.00 dari hasil ini menunjukan perbedaan rata-rata

antara frekuensi pengeluaran sputum sebelum dan sesudah diberikan latihan batuk

efektif dengan nilai p= 0.000 yang menunjukan nilai p ini lebih kecil dari nilai a

0.05 yang artinya terdapat pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran

sputum pada pasien PPOK di wilayah kerja Puskesmas Bailang.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Sitorus dkk, (2018) dan mendapatkan hasil bahwa adanya peningkatan

pengeluaran secret pada pasien dengan PPOK yang mendapat terapi batuk

efektif dan fisioterapi dada di RSUD Koja Jakarta Utara. Didukung dengan

penelitian sebelumnya oleh Pranowo (2014). Menunjukkan adanya efektifitas

batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan bta pasien PPOK

diruang rawat inap rs mardi rahayu kudus.

Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Budiharjo & Purjanto (2016)

orang dewasa normal membentuk sputum kurang lebih 100 ml/hari, jika

produksi berlebihan proses pembersihan tidak efektif lagi sehingga sputum

akan tertimbun, perlu dipelajari sumber sputum, warna, volume dan

konsistensi sputum.

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan dalam penyeledikikan-

penyelidikan epidemiologi. Karakteristik responden berdasarkan umur

terhadap 17 responden yang ditelitih diperoleh usia terponden terendah adalah

38
umur 40 dan umur tertinggi 79 tahun. Bertambanya umur seseorang akan

menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek fisik dan psikologis (Supradi,

2017).

Hasil yang didapatkan dari riset yang dicoba di Wilaya kerja Puskesmas Bailang

terhadap 17 responden diperoleh rata- rata usia penderita dengan PPOK merupakan

60- 69 tahun sebanyak 8 responden. Perihal ini sejalan dengan riset Aditama( 2015)

yang melaporkan kalau di negeri tumbuh kebanyakan pengidap PPOK merupakan

umur dibawa 70 tahun, sebaliknya di negeri maju prevalensi PPOK sangat rendah

pada mereka yang umurnya dibawa 70 tahun tetapi masih besar pada kalangan umur

lebih tua.

Hasil Riset di Daerah Kerja Puskesmas Bailang ditemui banyak responden

yang mempunyai Pembelajaran rendah ialah SMP sebanyak 8 responden.

Pembelajaran membuktikan mutu pemberdaya manusia yang hendak sangat

mempengaruhi terhadap produktifitas manusia itu sendiri. Dalam penafsiran

yang simpel serta universal arti Pembelajaran selaku usaha manusia buat

meningkatkan serta meningkatkan potensi- potensi pembawahan baik jasmani

ataupun rohani sesusai dengan nilai- nilai yang terdapat di warga (ichsan,

2016).

Riset terpaut yang dicoba oleh Prihadi( 2015) di Temangung dengan hasil

tingkatan Pembelajaran mempunyai ikatan bermakna terhadap sikap

penangkalan PPOK. Hasil riset ini cocok dengan teori yang dikemukakan oleh

Zuliana( 2016) kalau tingkatan Pembelajaran seorang hendak pengaruhi

pengetahuan seorang, antara lain menimpa Kesehatan..

39
Prevelensi PPOK lebih besar pada pria dibanding wanita perihal ini

seragam dengan riset Nainggolan dimana pria lebih banyak mederita PPOK

dibanding wanita. Kemenkes RI( 2013) memberi tahu pria lebih banyak

mederita PPOK dibanding wanita sebab wanita sedikit yang mempunyai

kabiasaan merokok. Merokok bisa menimbulkan funsi sila disaluran respirasi

tersendat sehinga kenaikan efek peradangan PPOK.

C. Keterbatasan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan oleh

peneliti, sehingga masih banyak kekurangan dan keterbatasan di dalam

penelitian ini adalah keterbatasan peneliti khususnya dalam hal waktu dan

biaya apabila latihan batuk efektif lebih banyak dilakukan maka akan

mendapatkan hasil yang lebih baik.

40
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dari penelitian ini sebagai

berikut :

a. Pengeluaran sputum sebelum diberikan latihan batuk efektif terbanyak

yaitu berada pada kategorik kurang baik

b. Pengeluaran sputum sesudah diberikan latihan batuk efektif semuanya

berada dikategori baik.

c. Ada pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada

pasien PPOK di wilayah kerja Puskesmas Bailang.

B. Saran

a. Bagi peneliti sebagai pengalaman yang berguna di kemudian hari untuk

mengaplikasikan latihan batuk efektif dan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan.

b. Bagi profesi keperawatan Sebagai masukan dan bahan dorongan untuk

mengeksistensikan profesi keperawatan kedepan dengan lebih konsentrasi

dalam Standar Operasional Prosedur batuk efektif.

c. Bagi Puskesmas Bailang sebagai bahan masukan agar dapat

mengupayakan peningkatan Standar Operasional Prosedur demi

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.


d. Bagi Institusi Pendidikan hasil penelitian ini agar dapat membantu dalam

proses belajar mengajar dan dapat dijadikan informasi untuk melakukan

penelitian dimasa yang akan datang yang berhubungan dengan latihan

batuk efektif terhadap produksi sputum berlebihan pada pasien penyakit

paru obstruktif kronik.

39

Anda mungkin juga menyukai