TESIS
Oleh
CITRA GANDHINI PUTRI
147009021/LNG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
ABSTRAK
ABSTRACT
Semesta Alam, hanya kepada-Nya lah semua akan kembali. Salawat dan salam
teruntuk pelita sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun
umat dengan cahaya yang benderang. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih
kepada orang tua peneliti Ayahanda Ir. H. Abdul Murad Msc dan Ibunda Dra. Hj.
Anita Syamsinar Lubis yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, dan
motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang
Saadawi. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
2. Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
3. Prof. T. Silvana Sinar, M.A. Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister
kesempatan dan bantuan serta saran, kritik, dan masukan yang diberikan
7. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si, yang telah banyak memberi kritik, saran, dan
8. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A yang telah banyak memberi kritik, saran dan
motivasi kepada penulis dan senantiasa hadir selama proses seminar tesis.
12. Bang Bayu Amirullah Ilham beserta istri Harliyati, Adek Tria Ratu
13. Taufiq Munandar Lubis terima kasih atas doa, dukungan dan motivasi
14. Pudin, Nurul, Oza, Walimah, Siti, Aghni, Tia, dan semua teman
penulis namun penulis berterima kasih kepada abang dan kakak pengusaha
printer, satpam, penjual makanan, supir angkot, dan lain-lain yang secara
jauh dari sempurna. Namun, harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat
kepada seluruh pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita
semua. Amin.
Penulis,
147009021
I. DATA PRIBADI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ x
PENDAHULUAN
kerangka sosial historis. Dengan demikian, karya sastra dapat berfungsi sebagai
dokumen sosial seperti dinyatakan oleh Wellek dan Warren (dalam Budianta,
1990: 20) bahwa karya sastra dapat menjadi dokumen sosial yang
mengungkapkan sejarah dan peradaban suatu masyarakat pada waktu tertentu dan
Dalam karya sastra Arab terdapat fenomena sosial yang tergambar pada
Ia adalah seorang sastrawan feminis dari Kairo, Mesir. Ia lahir di Kafr Tahla, 27
Oktober 1931 dan banyak menulis tentang perempuan. Saadawi lulus dari jurusan
kedokteran Universitas Kairo pada tahun 1955. Melalui praktik medisnya, dia
Perempuan mengalami posisi yang sangat sulit di negara Arab. Pada tahun
kurangnya kebebasan politik, dan pendidikan yang buruk. Namun, embusan masa
memberi ruang lebih besar bagi perempuan untuk berpartisipasi secara politik.
dalam dunia kerja. Ketika itu hanya 5% atau 20.000 orang jumlah tenaga kerja
wanita dari seluruh jumlah tenaga kerja. Para gadis dari keluarga miskin mencari
pekerjaan di sejumlah pabrik dan penggilingan gandum. Jam kerja mereka adalah
14 jam kerja per hari dengan gaji tiga piastre, namun bayaran tersebut lebih baik
sudah tidak mampu mengerjakan pekerjaan itu maka pemilik pabrik akan
mengeluarkannya.
Pada tahun 1962, Mesir mempunyai seorang menteri kabinet wanita dan
enam orang wanita di kabinet. Namun, sebagian besar kaum wanita Mesir masih
hidup dalam kemiskinan, kebodohan, bahkan buta huruf. Mereka hidup dalam
kehidupan yang memprihatinkan. Bahkan wanita yang hidup dari kelas menengah
untuk menerima beban kerja tambahan yang dikerjakan hampir sepanjang waktu.
Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya wanita tidak berada dalam
posisi yang setara dengan pria. Diskriminasi terhadap wanita masih kerap terjadi
dan hal ini tentunya bertentangan dengan esensi demokratisasi yang sebelumnya
diharapkan oleh kaum wanita. Para perempuan Mesir saat ini terus hidup dalam
situasi ekonomi yang buruk, kerawanan pangan, kebutuhan pokok yang tidak
dalam penelitian ini yaitu Memoar Seorang Dokter Perempuan dan Perempuan di
Titik Nol. Kedua novel ini dianggap dapat mewakili isu ketidakadilan gender yang
pengantar yang ditulisnya dalam novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-
perjuangan persamaan kedudukan dan hak antara perempuan dan lelaki yang telah
tercapai.
oleh Nawal El Saadawi pada tahun 1957. Saadawi menulis novel ini pada saat
demokrasi yang ia angkat untuk menjalankan pemerintahan Mesir. Pada masa itu,
politik tunggal, kekuasaan parlemen lebih rendah dari kekuasaan presiden, dan
dalam kehidupan politik Mesir belum seimbang. Kemudian baru pada tahun 1956,
peserta pemilu yang berhak memberikan suara. Oleh karenanya, jumlah suara
pada dekade terakhir ini mencapai 40%. Berkat Revolusi pada 23 Juli 1952 pula,
pengistimewaan jenis kelamin, hak-hak sosial politik pun, secara utuh dapat
di antara dua nilai tersebut menghabiskan banyak waktu. Dalam dua dekade
terakhir ini, konflik tersebut menjadi lebih sensitif, terutama karena situasi politik
hal yang sama dirasakan oleh para kaum perempuan. Saadawi dilahirkan sebagai
anak tertua dari sembilan bersaudara pada 27 Oktober 1931. Sejak kecil Saadawi
perasaan dan pengalamannya dalam sebuah novel dengan judul Memoar Seorang
Dokter Perempuan. Hal ini diungkapkan Saadawi dalam catatan penulis di lembar
novel tersebut.
Mesir. Saadawi yang juga berprofesi sebagai dokter, melihat realitas yang amat
Perempuan dan Masalah Seks. Tulisan tersebut terkait dengan feminisme, gender,
perempuan dan seksualitas, dan juga subyek sensitif, patriarkhi budaya, politik
struktural yang sama peliknya dengan masalah negara. Dalam bukunya tersebut,
Saadawi memberikan potret sosial bangsa Arab yang lusuh dan cara pandang
negatif kaum lelakinya tentang perempuan dan sex. Publikasi ini membangkitkan
kemarahan otoritas politik dan teologis saat itu, dan Departemen Kesehatan
Mesir.
Setelah keluar dari pekerjaannya pada tahun 1973 sampai 1976, Saadawi
penjara dan rumah sakit. Penelitian ini memberinya inspirasi untuk menulis novel
Perempuan di Titik Nol, yang didasarkan pada perempuan terpidana mati yang
diskriminasi gender yang sangat menyedihkan. Dalam banyak hal, mereka harus
mengutamakan kaum lelaki, bahkan dalam soal makan pun mereka harus
pelecehan seksual kaum lelaki, dan mereka tidak dapat berbuat banyak selain
yang mereka anggap sebagai suatu keharusan, untuk membedakan laki-laki dan
keindahan rumah tangga, atau urusan domestik, seperti memasak, mencuci dan
merawat anak selalu dianggap kodrat wanita. Padahal peran gender seperti itu
homogen lagi. Oleh karena itu, terjadilah struktur sosial tertentu yang membuat
manusia semakin bersifat melembaga. Sifat ini yang menyebabkan struktur sosial
menjadi terkunci mati, seolah tak tergoyahkan. Inilah yang membuat sengsara
Situasi seperti ini merupakan hasil belajar manusia dari budaya patriarkhi.
Dalam budaya ini, berbagai ketidakadilan muncul di berbagai bidang dan bentuk.
wilayah Negara, masyarakat, organisasi, atau tempat bekerja, keluarga, dan diri
untuk mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Tokoh perempuan dalam
perempuan. Secara umum novel ini bertema feminisme, menurut Mochtar Lubis
dalam kata pengantar yang ditulisnya dalam novel tersebut menunjukkan bahwa
perjuangan perempuan Mesir untuk merebut kedudukan dan hak-hak yang sama,
dan lebih penting lagi untuk mendapat perubahan nilai dan sikap kaum lelaki
Kedua novel karya Nawal El Saadawi yang disebutkan di atas perlu untuk
tokoh utama dalam novel dan pengalamannya sendiri dalam keluarganya dan saat
balik lembaga perkawinan yang tidak harmonis. Pilihan tokoh “Aku” dalam novel
Perempuan di Titik Nol yang sama-sama memilih jalan hidup untuk menikah
perempuan dalam novel tersebut tentu berkaitan erat dengan latar belakang sosial
budayanya. Permasalahan sosial dan budaya yang kompleks dalam kedua novel
dengan konteks sosial tokoh “Aku” dalam novel Memoar Seorang Dokter
Perempuan dan tokoh “Firdaus” dalam novel Perempuan di Titik Nol sebagai
dengan masyarakat. Peneliti menilai bahwa hal tersebut akan bermanfaat apabila
dikaji dan dianalisis secara mendalam dengan teori feminisme dan pendekatan
sosiologi sastra.
untuk tidak bersuara karena hal ini dianggap tabu mengungkapkan aib keluarga.
citra perempuan tokoh tersebut. Konsep citra perempuan diartikan sebagai kesan
mental, bayangan visual atau yang mewakili sesuatu yang tidak tampak, atau
gambaran mengenai perempuan yang dijadikan tokoh dalam cerita novel. Hal ini
berpadanan dengan konsep citra perempuan Effendi dkk (1995: 25) yang
mengatakan bahwa citra perempuan merupakan gambaran angan atau imaji yang
timbul dalam proses pembacaan. Citra perempuan adalah gambaran yang dimiliki
Citra perempuan yang terlihat dari novel Memoar Seorang Dokter Perempuan
sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Ganelli, dkk (2010: 5)
terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
segala rangsangan, baik datang dari luar dirinya atau lingkungannya maupun dalam
dirinya sendiri, sehingga tingkah laku individu adalah menifestasi dan kepribadian yang
Dari latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, masalah
untuk mengubah cara pandang dan sikap agar tercapai hubungan yang
TINJAUAN PUSTAKA
terhadap satu karya Nawal El Saadawi saja atau dengan pendekatan yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang citra perempuan dalam
perspektif sosial budaya dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan dan
Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-Saadawi. Penelitian yang relavan dan
Dalam jurnal online Universitas Negeri Malang terdapat jurnal dengan judul
Pencitraan Wanita Dalam Novel “Imro’ah Inda Nuqthah Ash-Shifr” Karya Nawal El-
Sa’dawi (Kritik Sastra Feminis). Penelitian tersebut dilakukan oleh Esti Rohana dkk
(2012). Tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan citra wanita dalam novel
menggunakan teori kritik sastra feminis. Dalam penelitian ini citra wanita terdiri dari
citra wanita mesir dalam segi fisik, psikis, dan sosial dalam pandangan feminisme.
Ada beberapa perbedaan dan persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini.
Salah satunya adalah teori yang dipakai. Penelitian tersebut menggunakan teori kritik
sastra feminis. Sedangkan penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra dan
feminisme. Salah satu novel yang dijadikan objek penelitian dalam penelitian tersebut
sama dengan novel yang digunakan sebagai objek penelitian yang sekarang ini. Dalam
pada tokoh perempuan dalam novel untuk dapat menunjukkan citra perempuan dalam
tokoh “Aku” dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawal El-
Saadawi. Judul jurnal tersebut adalah Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan :
yang muncul dalam novel tersebut antara lain kekecewaan, kemarahan, kebencian,
Dengan adanya penelitian tersebut yang mangkaji psikologi tokoh maka dapat
membantu penelitian ini untuk melihat bagaimana tokoh tersebut dalam aspek
Karya Nawal El-Saadawi ini menunjukkan adanya konflik fisik dan konflik batin
yang dialami oleh tokoh perempuan dalam novel PDTN. Penelitian tersebut
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang ini karena pada
yang dialami tokoh perempuan dalam novel. Perbedaannya yaitu pada penelitian
ini melakukan analisis pragmatik yang dititik beratkan pada ketidakadilan gender
Perempuan Di titik Nol Karya Nawal El-Sadawi dan Novel Istri Untuk Putraku
karya Ali GhalemDavid Setiadi. Penelitian ini membahas peran perempuan dalam
sebuah sistem kebudayaan yang didominasi oleh kaum laki-laki. Dari gambaran
tersebut terlihat bahwa peran perempuan dalam kebudayaan Arab secara umum
Titik Nol Karya Nawal El-Saadawi. Penelitian dalam jurnal Universitas Jember
dengan metode pemahaman teks hermeneutic Gadamer. Tujuan dari penelitian ini
ini yaitu metode yang dipakai untuk menganalisis. Namun penelitian tersebut
wanita Mesir sehingga dapat bermanfaat bagi peneliti dalam penelitian ini untuk
Teori terdiri atas konsep utama dan konsep-konsep lain sebagai pelengkap.
Dalam penelitian ini tentu dibutuhkan landasan teori yang berguna untuk
merupakan kerangka dasar dalam penelitian. Teori yang relavan dengan objek
kekerasan, dan beban kerja terhadap perempuan dan rumusan masalah kedua yaitu
citra perempuan dalam perspektif sosial budaya dalam novel Memoar Seorang
Dokter Perempuan dan Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Saadawi adalah
teori dan politik yang plural, dengan perspektif dan rumusan aksi yang saling
sebagai sumbu organisasi sosial yang fundamental dan tidak bisa direduksi yang
demikian, perhatian utama feminisme adalah pada jenis kelamin sebagai prinsip
pengaturan sosial yang sarat dengan relasi kekuasaan.Para feminis melihat bahwa
subordinasi perempuan terjadi di berbagai lembaga dan praktik, atau, dengan kata
bahwa perbedaan antara dua kelompok pemikiran ini lebih merupakan masalah
pemikir abad 20, seperti Louis Althusser dan Jurgen Habermas. Lebih dari itu,
Feminis ini muncul karena keprihatinan para pencetusnya (Karl Marx dan
dengan kaum proletar pada masyarakat kapitalis Barat. Teori feminisme marxisme
pribadi. Karl Marx dan Friedrich Engels memandang bahwa gejala ini merupakan
kelas-kelas. Untuk mencapai tujuan masyarakat sosialis, ini harus dimulai juga
dirinya sendiri, bukan milik suaminya. Kalau sistem egaliter dalam keluarga dapat
Karena jika lingkungan berubah, maka individu akan berubah. Teori Marxis
berburu yang berpindah-pindah (hunting and gathering) pola relasi sosial adalah
egaliter. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kepemilikan pribadi. Harta milik
dapat menjadi beban, karena mereka harus berburu dan berpindah-pindah. Para
bahwa kapitalisme adalah suatu sistem hubungan kekuasaan dan juga hubungan
kapitalisme juga digambarkan sebagai suatu masyarakat komoditi atau pasar yang
harga, dan semua transaksi pada dasarnya merupakan transaksi pertukaran. Jika
Tong (1998: 148), mengatakan bahwa feminis ini juga menawarkan suatu
terhadap feminis ini ditujukan untuk membuat cetak biru agar membimbing
sebagian besar bebas untuk melakukan apa yang ingin dilakukan di dalam batasan
sistem, tetapi mereka tidak dapat banyak bersuara dalam penentuan batasan-
batasan itu, yang membuat mereka bertingkah laku seperti seorang egois yang
ditentukan oleh hubungan kelas yang cukup jelas. Sebaliknya, bagi orang-orang
adalah bebas, bukan saja untuk melakukan, tetapi juga untuk menjadi apa yang
membentuk mereka.
tempatkan untuk para suami. Sektor publik selalu memberikan nilai materi (uang),
posisi yang lebih kuat, lalu istri dan anak-anaknya menjadi pihak yang lemah
telah memberi peluang bagi para suami untuk merasa memiliki materi yang
menjadi tidak bernilai dibandingkan materi yang dikumpulkan suami. Hal seperti
ini menurut Engels yang menjadi awal mula timbulnya struktur patriarkhi di
dalam keluarga.
Karl Marx (dalam Nugroho, 2008: 72-73), membuat teori yang disebut
dari atau mempunyai basis material atau ekonomi. Ia mengatakan bahwa basis
kehidupan masyarakat berdasarkan pola relasi material dan ekonomi yang selalu
Pekerjaan domestik yang dilakukan oleh wanita memang tidak menghasilkan uang
atau materi. Oleh karena itu, wanita dianggap inferior, sebagai budak yang tidak
pada suami yang dijadikan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.
masuk ke sektor publik. Partisipasi wanita dalam sektor publik dapat membuat
domestik perempuan tidak ada lagi. Disini terlihat bahwa standar yang dipakai
sebagai hal yang berharga dan produktif, adalah standar materi, yang analoginya
sama dengan keberhasilan standar maskulin seperti yang beberapa kali disebutkan
tempat pengasuh anak. Dengan cara ini wanita dapat bebas berkiprah di sektor
publik yang dapat meningkatkan kepemilikan materi dan kekuasaan para wanita.
kesetaraan gender adalah salah satu syarat penting untuk terciptanya masyarakat
tanpa kelas, egaliter, atau tanpa hierarki horizontal. Dalam kiprahnya, feminisme
penyadaran pada kelompok tertindas, agar para wanita sadar bahwa mereka
merupakan kelas yang tidak diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah usaha
untuk membangkitkan rasa emosi (emotional arousal) pada para wanita agar
wanita adalah kaum tertindas, akan membuat para wanita bangkit emosinya, dan
kelompok dominan (pria). Semakin tinggi tingkat konflik antara kelas wanita dan
sosialis terlihat agak berbeda konteks dan cara pandang kedua kelompok tersebut
kepada kapitalisme dan patriarkhi. Namun, feminis marxis dan sosialis percaya
bahwa opresi terhadap perempuan merupakan hasil dari produk struktur politik,
sosial, dan ekonomi tempat individu itu hidup. Hal tersebut bukanlah hasil
masyarakatnya. Dengan demikian, meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal
yang berbeda namun dapat saling melengkapi. Dalam kaitan ini, sastra merupakan
sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika
Novel dan karya sastra lainnya berasal dari gejala sosial dan sangat terikat
dengan waktu tertentu dalam sejarah sosial. The form and content of the novel
derive more closely from social phenomena and often seem bound up with
particular moments in the history of society, (Zeraffa dalam Elizabeth, 1973: 35).
memberinya bentuk dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Sastra lahir dari
hasil observasi rasional dan merupakan pengalaman dari realitas yang dirancang
dengan baik.
yang asli adalah seni yang dengan berani mengekspresikan kedalaman jiwa dan
keseluruhan realitas sisial, dapat merupakan ekspresi dari individu dan juga
kind of portable mirror which can be conveyed everywhere and which is most
convenient for reflecting all aspects of nature and life”. Novel itu seperti cermin
kecil yang dapat dibawa ke mana-mana dan merefleksikan dengan jelas apa pun
mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan
ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian, sastra
tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini, tentu
sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan
tersebut bukan jiplakan yang kasar, melainkan sebuah refleksi halus dan estetis.
Pengarang berusaha mengungkapkan kekacauan yang terjadi pada orang per orang
atau sekelompok orang dengan demikian sastra tidak hanya “To make sense of our
lives but also to make nonsense of our lives” (Zeraffa dalam Elizabeth, 1973: 31).
Persamaan dunia fiktif dengan dunia nyata membuat karya sastra seperti asli dan
bermakna yang membuat kita memahami dunia nyata dengan lebih baik.
peraturan, konflik, dan tegangan konflik antar kelompok dan kelas sosial. Sebagai
sebuah dokumen murni, satu hal yang dapat dilihat bahwa novel banyak memiliki
dokumen dalam sastra lebih dari itu; sebagai sebuah karya seni, sastra tidak
melihat fenomena sosial dalam karya satra. Pertama, perspektif yang paling
cermin zaman. Perspektif ini memfokuskan perhatian pada teks sastra sebagai
objek kajian dengan asumsi dasarnya adalah bahwa karya merupakan cermin
zaman.
dengan memberikan penekanan pada bagian produksi dan lebih khusus pada
situasi sosial penulis. Pada perspektif kedua ini, fokus perhatian penelitian
diarahkan pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Perspektif kedua ini
bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra merupakan cermin situasi sosial
penulis.
masyarakat tertentu dan pada suatu momen sejarah tertentu. Perspektif ketiga ini
dengan momen sejarah. Asumsi dasarnya adalah karya sastra sebagai refleksi
peristiwa sejarah.
Pada kutipan di bawah dapat dilihat bahwa novel adalah karya sastra yang
dapat mewakili manusia secara eksplisit dari perspektif sejarah dan sosial.
dan juga tidak ada sejarah tanpa masyarakat. Dengan adanya novel, masyarakat
Implicit in the text of the novel are the propositions that man have
lives by himself and above all, that he has a past, a present and a
future. The novels emergence as an art form affirms, essentially, that
there was no society without history, nor history without society. With
the novel, society enters history and history enters into society (Zeraffa
dalam Elizabeth, 1973: 39).
Selanjutnya Goldmann (dalam Elizabeth, 1973: 109) menegaskan bahwa
tidak ada penelitian sosial yang realistis jika tidak bersifat historis dan tidak ada
penelitian historis yang bersifat ilmiah dan realistis jika tidak mengandung unsur-
dan realitas konkretnya diperlukan metode yang sekaligus sosiologis dan historis.
mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial. Mereka tidak sekedar
menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi berhadapan dengan norma dan
nilai. Dalam sastra, juga dicerminkan nilai dan norma yang secara sadar
juga melukiskan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia. Oleh karena itu,
kemungkinan sastra tersebut bisa merupakan salah satu ukuran sosiologis yang
menghubungkan karakter tokoh-tokoh dan situasi yang ada dalam cerita dengan
dan gaya dalam karya sastra yang sifatnya pribadi menjadi bersifat sosial.
Setiap zaman mengenal pertentangan kelas dan hasil sastra mengarah pada suara
kelas tertentu sehingga ia merupakan alat perjuangan kelas. Keadaan sosial selalu
kelasnya. Kesan pertentangan kelas ini akan ditemui dalam karya sastra sehingga
figure) yang mewakili kelas sosial tertentu. Karya sastra adalah suatu wadah yang
sebagai makhluk individu, manusia adalah makhluk sosial, maka dinamika sosial
budaya akan sangat sarat termuat dalam karya sastra. Sinkronisasi antara fakta
imajiner dengan fakta realitas sebagai bukti bahwa sastra adalah refleksi sosial.
Menurut Ratna (2004: 339) sosiologi sastra adalah analisis karya sastra
dalam kaitannya dengan masyarakat maka model analisis yang paling tepat adalah
berbagai faktor oleh pemakai bahasa tersebut. Menurut Chaer (2009: 130-139),
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata antara lain
1. Meluas
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau
leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian
Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat,
tetapi dapat terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Namun, yang perlu
diingat adalah bahwa makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan iu
masih berada dalam lingkup poliseminya. Jadi, makna-makna itu masih ada
2. Menyempit
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang
pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi
terbatas hanya pada sebuah makna saja. Misalnya kata sarjana yang pada
„orang yang lulus dari perguruan tinggi‟, seperti tampak pada sarjana sastra,
Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari
makna aslinya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih
ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini tampaknya
sudah jauh sekali. Misalkan, kata ceramah yang dulunya berarti 'cerewet', tetapi
4. Penghalusan (Eufemia)
memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan dari kata atau ujaran
sebelumnya. Misalnya pada kata babu diganti dengan pembantu rumah tangga
5. Pengasaran (Disfemia)
untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata
yang maknanya kasar. Usaha-usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan
orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan.
Misalnya kata atau ungkapan masuk kotak dipakai untuk menggantikan kata kalah
proses berikutnya melahirkan peran gender (gender role) dan dianggap tidak
menimbulkan masalah, makanya tak pernah digugat. Akan tetapi yang menjadi
masalah dan perlu digugat oleh meraka adalah struktur ketidakadilan yang
ditimbulkan oleh peran gender dan perbedaan gender tersebut. Berdasarkan studi
terhadap salah satu jenis kelamin, umumnya kaum perempuan. Ketiga, adalah
pelabelan negatif (streotipe) terhadap jenis kelamin tertentu, dan strotipe itu
tersebut diungkapkan pula oleh Handayani dan Sugiarti (2008: 15-16). Guna
bentuk pemiskinan yang berakibat hanya pada jenis kelamin tertentu (perempuan)
yang disebabkan oleh keyakinan gender. Ada berbagai macam dan bentuk, serta
atau tafsiran keagamaan, tradisi atau kebiasaan, bahkan asumsi ilmu pengetahuan.
2.5.1.2 Subordinasi
atau emosional, sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, dan berakibat
diderita oleh kaum perempuan pada sektor, pekerjaan misalnya presentase jumlah
dan menjadi subordinasi dari pekerjaan produksi yang dikuasai kaum laki-laki.
hanya terjadi di rumah tangga, juga terproyeksi di tingkat masyarakat dan tempat
pekerjaan (pabrik).
2.5.1.3 Streotipe
laki-laki adalah manusia yang kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sedangkan
Dengan adanya pelabelan tersebut tentu saja akan muncul banyak streotip
perbedaan laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu perempuan identik dengan
rumah sangat terbatas, bahkan ada juga perempuan yang berpendidikan tidak
merupakan kodrat.
2.5.1.4 Kekerasan
sumbernya macam-macam, namun ada salah satu jenis kekerasan yang bersumber
yang dapat dikategorikan kekerasan gender ini, baik dilakukan di tingkat rumah
rajin dan tidak akan menjadi kepala rumah tangga, maka akibatnya semua
pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Oleh karena itu
masih harus bekerja membantu mencari nafkah. Bagi golongan kelas kaya, beban
workers). Mereka inilah yang sesungguhnya menjadi korban dari bias gender di
serta masalahnya belum bisa secara transparan dilihat oleh masyarakat luas.
Kata citra dalam penelitian ini mengacu pada makna setiap gambaran
pikiran. Menurut Sugihastuti (2007: 45), citra artinya rupa, gambaran; dapat
berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, atau kesan mental
(bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat, dan
merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi.
laku individu yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan, baik datang dari luar dirinya atau
adalah sebagai gambaran dari efek tentang perempuan, gambaran angan dalam
dan pembacanya, kecemburuan dan rasa tidak puas serta gambaran perempuan
1. Njai Dasima
dalam novel Tjerita Njai Dasima (1813) karya G. Francis adalah sosok
nyai atas keinginannya sendiri, dan majikan mereka sangat ramah dan
2. Nji Paina
Nji Paina dalam novel Tjerita Nji Paina (1900) karya H. Kommer
Briot. Ia harus melayani dan menyerahkan diri kepada lelaki yang tidak
tahu adat, kasar dan pemabuk. Nji Paina menerima situasi ini untuk
Ketiga perempuan ini merupakan istri para Residen, namun tak ada
Van Welven dalam novel De Familie Van Den Resident karya A. Teixeira
de Mattos, Leonie Van Oudijk dalam novel De Stille Kracht karya Louis
mereka.
Keterkaitan antara citra perempuan dengan karya sastra terlihat, ketika isi
dari karya sastra tersebut mengisahkan tentang seorang perempuan. Pencitraan itu
termasuk kedalam unsur cerita dan selalu melekat pada tokoh tersebut. Perempuan
dapat dicitrakan sebagai makhluk individu, yang beraspek fisis dan psikis, dan
sebagai makhluk sosial yang beraspek keluarga dan masyarakat. Aspek-aspek ini
Akan tetapi secara psikis dan sosial, kodrat fisik itu dapat dikembangkannya
sehingga perempuan dapat martabat yang sesuai. Diskriminasi fisik seperti ini
perempuan dalam masyarakat, seperti nanti dapat dilihat dalam aspek citra sosial
perempuan.
Perempuan mempunyai pikiran dan perasaan yang berlainan tentang apa yang
penting dan tidak penting baginya. Hanya perempuan, menurut alasan tertentu
ovulasi, menstruasi, dan bersalin. Maka dari itu hanya perempuan yang dapat
tanda jasmani antara lain dengan dialaminya haid, tumbuhnya bulu di bagian
badan tertentu, perubahan suara, dan lain sebagainya. Menurut Sadli (dalam
Sugihastuti 2000: 85), anak perempuan pada usia tertentu juga membuat berbagai
keputusan karena karakteristik sekundernya sebagai ciri fisik. Tergantung dari apa
yang akan dilakukan karena ia mengalami siklus haid, atau karena buah dadanya
perempuan dewasa ini mempengaruhi pula perilaku yang dianggap pantas baginya
keinginannya sebagai perempuan dewasa dan dianggap pantas baginya. Selain itu,
Dalam karya sastra citra fisis perempuan dapat dilihat dari pembaca
menempatkan informasi sebagai suatu hal yang umum sebagai representasi yang
menyimpulkan bahwa citra fisis perempuan dapat dilihat dari dua arah, dari
menimbulkan perbedaan karena realitas yang dihadapi bahwa fisik perempuan itu
lemah daripada laki-laki, tidak berdaya dan menempati posisi yang tidak
perempuan itu dapat berangkat dari denotasi dan konotasi kata yang digunakan
penanda dan unit budaya yang dibentuk oleh kode dan konotasi merupakan satuan
budaya yang ditimbulkan oleh denotasi itu. Dengan demikian citra fisis
perempuan dalam batas denotasi dan konotasi kata-kata yang dipilih oleh
pengarang ini terbentuk dalam novel yang dapat menerima satu atau lebih makna
Sebaliknya karena adanya interaksi kompleks antara aspek fisis dan ketentuan
disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Aspek fisis tidak terlepas dari aspek
bahwa perempuan sebagai sosok manusia dibangun atas aspek fisis dan psikisnya.
Maka dari itu sedikit banyak berpengaruh terhadap citra psikisnya. Misalnya, ada
beberapa di antara ciri-ciri citra fisis perempuan yang berpengaruh terhadap citra
sosialnya. Jadi, antar aspek perempuan itu sebenarnya saling berkaitan dalam
Citra perempuan yang ditinjau dari segi psikis atau kejiwaan, yaitu
mentalitas, ukuran moral, dapat membedakan yang baik dan tidak baik, dan antara
yang benar dan salah, temperamen, keinginan, dan perasaan pribadi, sikap dan
yang berpikir, berperasaan, dan beraspirasi. Dengan mengingat aspek fisis dan
psikis itu, keduanya ikut mempengaruhi dan menentukan citra perilakunya. Aspek
psikis perempuan tidak dapat dipisahkan juga dari apa yang disebut sebagai
feminitas. Prinsip feminitas ini dijelaskan oleh Yung (dalam Sugihastuti, 2000:
95), sebagai sesuatu yang merupakan kecenderungan yang ada dalam diri
erat kaitannya dengan citra psikis, bahwa perempuan itu lebih banyak mengarah
luar, untuk menarik perhatian pihak lain, terutama seks lain. Langer (dalam
Sugihastuti 2000: 97) berpendapat bahwa pengaruh timbal balik antara aspek fisis
bahwa perempuan itu merupakan makhluk yang aktif. Aspek fisis yang sudah
tercirikan oleh wanita itu dengan sendirinya pula mempengaruhi aspek psikisnya,
yang juga merupakan aspek psikis sebagai citra perempuan. Dalam aspek fisis
memang terjadi perbedaan dasar yang tidak dapat dielakkan, namun secara citra
terwujud pada sesama perempuan, pada interaksi dengan laki-laki sebagai lawan
jenisnya, atau interaksi dalam keluarga dan masyarakat secara luas. Interaksi
terbentuk dan relatif stabil sifatnya juga stabil, misalnya perkawinan, pilihan
sikap, pilihan pekerjaan, dan sebagainya. Perempuan secara psikis bersifat lebih
praktis, lebih langsung, dan meminati segi-segi kehidupan yang kongkret dan
berlangsung di sekitarnya.
Menurut Sugihastuti (2000: 106), citra psikis terjadi bukan saja karena
pengaruh aspek fisis, melainkan juga karena pengaruh aspek sosial. Hampir
perempuan, ia pun merasa bersalah melanggar norma susila yang ada. Sugihastuti
insan yang bersifat sosial, artinya ia menonjolkan sifat kesosialannya. Oleh karena
itu, psikis perempuan tercitrakan sebagai psikis orang yang terbuka bagi orang
lain sehingga ia cepat membuka diri bagi orang lain pula, baik sesama perempuan
sekundaritas tidak terletak di bidang intelek, akan tetapi pada perasaan. Ciri ini
yang menandai citra psikisnya. Dari uraian tersebut, Sugihastuti (2000: 108),
karena dirasakannya. Dilihat dari aspek psikis pun, terbukti bahwa ada ideologi
rendah daripada pria. Seperti dikatakan Ruthven (dalam Sugihastuti 2000: 109)
bahwa nilai rendah dan rendah dan penentuan batas perempuan tidak ada
kaitannya dengan sifat biologis alami, akan tetapi dengan proses sosialisasi.
Hurlock (dalam Sugihastuti 2000: 109) mengatakan citra psikis wanita tidak saja
langsung berkaitan dengan fisis, namun juga dengan misalnya caranya berpakaian.
mempunyai efek yang penting terhadap suasana hati dan tingkah laku seseorang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa citra psikis perempuan terbentuk
dalam aspek sosial disederhanakan dalam dua peran, yaitu peran perempuan
dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat. Peran ialah bagian yang
dimainkan seseorang pada setiap keadaan, dengan cara bertingkah laku untuk
menyelaraskan diri dengan keadaan. Menurut Sugihastuti (2000: 121), peran dapat
tujuh peranan yang dapat dimainkan wanita, sebagian lebih berorientasi pada
keluarga dan sebagian lebih beriorentasi pada keluarga dan sebagian lebih
1981: 1). Peran-peran itu menyangkut peran perempuan sebagai makhluk individu
dan sekaligus sebagai makhluk sosial.Pemisahan secara tegas setiap peran tidak
Dalam berbagai peran itu, terdapat pola-pola tingkah laku dan harapan-
berbagai peran dapat semakin rumit, namun masih bisa disederhanakan dalam
klasifikasi peran secara global, yaitu dalam keluarga dan dalam masyarakat
sebagai berikut.
Dari aspek fisis dan psikis terlihat bahwa perempuan berbeda dengan laki-
laki, perbedaan ini mempengaruhi pula citranya dalam keluarga. Terdapat banyak
alasan untuk memilih dan memainkan peran perempuan dalam keluarga. Ada
perempuan yang menerima peran domestik secara rela, namun ada pula yang tidak
rela menerimanya.
Dalam aspek fisis dan psikis perempuan dan laki-laki berbeda. Perbedaan
ini juga yang mempengaruhi citranya dalam keluarga. Seorang perempuan sudah
seorang ibu dan pendidik anak-anaknya merupakan tugas yang diberikan alam
kepada mereka. Karena itu, citra perempuan dalam keluarga dianggap sebagai
citra sosial yang alamiah. Perempuan dalam keluarga tercitrakan sebagai insan
pasar dan nilai tukar uang. Sehingga perempuan seolah-olah tergantung kepada
laki-laki. Dalam menanggapi citra seperti ini, laki-laki dan perempuan sudah
seks yang patriarkal. Sebuah syarat untuk untuk mengubah ideologi ini adalah
perempuan dan laki-laki, yang itu semua termasuk ke dalam politik; politik
pribadi adalah politik dan politik seksual adalah ungkapan yang banyak didengar
di dalam feminisme.
mengukungnya, tidak adanya cinta di dalamnya, maka ia lari ke luar mencari cinta
yang lain. Citra perempuan yang tergambarkan dalam perannya sebagai istri,
sebagai ibu dari anak-anaknya, dan sebagai anggota keluarga. Sebagai seorang
istri dan kekasih suaminya, perempuan bersikap sesuai dengan aspek fisis dan
psikis yang dimilikinya, kedua aspek itu secara biologis membedakannya dengan
laki-laki. Akan tetapi, ada kalanya pria yang dikasihi itu berpretensi,
pekerjaan rumah tangga, yang dianggap sebagai tetek bengek, menjadi tanggung
itu, perempuan terhalang untuk berkembang secara sosial, namun dalam peran
seperti itu perempuan tetap berfungsi sesuai dengan aspek fisis dan psikisnya.
keluarga, citra perempuan dalam masyarakat juga tercakup pada citra perempuan
manusia lain itu dapat bersifat khusus maupun umum tergantung pada bentuk
sifat hubungan itu. Hubungan manusia dalam masyarakat dimulai dari hubungan
yang mempengaruhi sikap sosial seseorang, antara lain dari pengalaman pribadi,
kebudayaan, media massa, orang lain yang dianggap penting, institusi atau
lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor-faktor emosi dalam diri
individu.
tangapan perempuan atas sikap perempuan atas sikap sosial sesama manusia
pendorong sikap sosialnya. Perempuan perlu merasa perlu menuntut atas sikap
terbatas dalam lingkungan rumah tangga, mengurusi anak dan rumah tangga,
mengurusi hal-hal sepele, mencuci dan sebagainya. Tugas perempuan seperti itu
sebagian dari mereka dapat diterima, menurutnya itu merupakan tugas yang
diberikan oleh alam kepadanya. Pembagian kerja yang didasarkan atas perbedaan
seks, yang diatur oleh alam, untuk menciptakan kehidupan manusia yang beradab
diterimanya, karena hal yang demikian dianggap sebagai hal yang wajar dan
alamiah.
laki, ada kekuasaan laki-laki atas perempuan. Dalam posisi demikian ini,
perempuan sadar atau tidak sadar menerima dan menyetujuinya sebagai sesuatu
kekuasaan itu.
Begitu lama dan begitu universalnya nilai-nilai patriarkal ini sehingga kekuatan
fisik yang kasar hampir tidak diperlukan walaupun sekali-kali terlihat pula dalam
kekerasan fisik.
atau karena masyarakat. Menurut Miller dan Giligan (dalam Sugihastuti, 2000:
140), ada nilai-nilai tersendiri pada sifat-sifat khas kaum wanita. Nilai-nilai itu
berkaitan dengan sifat-sifat fisis dan psikis bawaannya, dan bukan pada proses
termasuk terhadap lawan jenisnya. Tanggapan itu menjadi salah satu terbentuknya
Pembicaraan tentang citra tidak dapat dilepaskan dari aspek budaya, karena
segala tingkah laku tokoh dalam masyarakat ditentukan adanya budaya yang
dimiliki oleh masyarakat itu. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah masyarakat ciptaan pengarang. Keseluruhan cara hidup manusia sebagai bagian
diungkapkan bahwa keseluruhan cara hidup manusia, yaitu warisan sosial yang
diperoleh seseorang dan kelompoknya (1959: 69). Dan hal tersebut dapat diketahui
bahwa kebudayaan dapat dianggap sebagai bagian dari lingkungan yang diciptakan
pemikiran bahwa tokoh dalam novel adalah manusia ciptaan pengarang yang mencoba
untuk memahami diri sendiri, serta memahami tingkah laku diri sendiri. Itu
yang dimiliki oleh semua kebuyaan, antara lain: kebudayaan merupakan milik
bersama dari suatu masyarakat yang berdiam pada suatu wilayah tertentu yang
sekumpulan individu, sehingga jika tidak ada masyarakat, manusia yang tidak
saat ini, masih ada beberapa negara yang masih membatasi peran perempuan
diruang publik dunia kerja, bidang politik dan lain-lain. Namun ada juga beberapa
negara yang telah membuka ruang seluas-luasnya agar perempuan dapat berperan
Konsep patriarkhi dapat dipakai untuk menjelaskan asal mula dan kondisi
merendahkan kaum wanita, baik dalam lingkungan rumah tangga maupun dalam
masyarakat (Bhasin dan Khan, 1995: 26). Kramarae dalam ”The Condition of
konsep tersebut merupakan hasil pemikiran Gerda Lerner, Joanna Liddle, Rama
Oleh karena itu perempuan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua
menjadi korban tes keperawanan oleh militer, dan tidak diberi banyak
kesempatan untuk terlibat dalam politik. Misalnya, para aktivis hak perempuan
perempuan bisa secara hukum memegang posisi seperti hakim atau jabatan tinggi
politik, tekanan sosial sering kali membuat perempuan tak bisa memperolehnya.
dalam hal penerapan hak asasi perempuan di negara-negara Arab menurut suatu
survei. Di Negeri Firaun ini, banyak dijumpai pelecehan seksual dan praktek sunat
lebih dari 330 ahli gender di 21 negara Liga Arab, termasuk Suriah, selama tiga
tahun sejak Arab Spring pada 2011. Hasilnya, penerapan terbaik ada di Kepulauan
pada kursi menteri--menempati urutan pertama terbaik diikuti oleh Oman, Kuwait,
Yordania, dan Qatar. Adapun posisi kedua terburuk setelah Mesir diduduki oleh
Irak, disusul Arab Saudi, Suriah, dan Yaman. Jajak pendapat itu dilakukan dengan
cara bertanya kepada para ahli untuk mengetahui tentang kekerasan terhadap
kendala bagi pertisipasi wanita sebagai tenaga kerja. Masyarakat dengan gigihnya
kelangsungan eksploitasi tenaga wanita untuk merawat rumah, suami dan anak-
anak; usaha yang juga berkelanjutan tanpa bayaran. Masyarakat juga menghargai
dinding dan pagar-pagar sosial yang menghalangi wanita menjadi bagian tenaga
bawah telapak kaki ibu”, dan bahwa kepatuhan kepada suami adalah adalah
kualitas tertinggi wanita sekaligus menjadi tanda ketaatan kepada Allah. Sebagai
seorang wanita Mesir, Saadawi mengatakan bahwa sampai hari ini, seorang
wanita Mesir yang bekerja dan berkarir, bahkan seorang menteri sekalipun masih
mengeluh atas beban pekerjaan rumah tangga yang teramat banyak, atau tidak
mampu memberikan perawatan bagi suami dan anak-anak yang dituntut darinya,
para peneliti dan pencari kebenaran. Saadawi mengatakan “Aku telah melihat
dengan sangat jelas bahwa agama paling sering digunakan sekarang sebagai alat
yang dikuasainya”.
segala bentuk eksploitasi baik secara ekonomi, politik, sosial dan kultural. Tidak
penting dari seluruh tujuan emansipasi, tapi tetap harus dibarengi dengan
mencegah mereka berada pada jalan yang benar yaitu dengan keterbelakangan
keilmuan dan budaya. Salah satu senjata utama yang digunakan untuk menahan
pemberontakan kaum wanita dan para pemuda terhadap sistem dan nilai-nilai
diragukan lagi bahwa gelombang fanatisme yang telah menyapu sejumlah negara
Arab di tahun-tahun belakangan ini adalah salah satu cara yang digunakan oleh
kemajuan.
ganda yang melintasi setiap aspek kehidupan. Namun selalu banyak orang yang
dikuasai oleh orang lain ketimbang mereka yang berkuasa, kaum perempuan
ketimbang laki-laki, kelas pekerja ketimbang kelas atas, yang ditimpa akibat-
pertanian dan sumber minyaknya, secara ekonomi dianggap kaya, hanya saja
kekayaan itu tidak dimiliki rakyatnya karena kekayaan itu lebih banyak dikuasai
kapitalis atau semi feudal. Itulah sebabnya mengapa sebagian besar masyarakat
kebajikan. Wanita meski moralnya bobrok dapat melindungi wanita yang dicerai
agar tidak kehilangan rumah, menjadi pengemis atau pelacur legal maupun illegal.
yang tidak diinginkannya di klinik seorang dokter, kendati abosrsi masih dianggap
mendapatkan hukuman lebih keras untuk kesalahan yang tidak ia buat namun
dijatuhkan kepadanya.
komersial kapitalisme dan nilai-nilai keagamaan yang diwarisi dari masa lalu.
komersial, bekerja tanpa upah di rumah dan di ladang, pekerja bayaran di luar
rumah dan dilanjutkan dengan bekerja gratis di dalam rumah, dimanfaatkan untuk
obyek seksual yang dipakai untuk memuaskan keinginan dan nafsu laki-laki.
penguasa, bukan dari sudut pandang rakyat yang dikuasai. Hal ini merupakan
salah satu penyimpangan paling besar dari sejarah penderitaan umat manusia.
Pemisahan yang tegas antara jenis kelamin oleh kelas-kelas sosial tertentu
kalangan menengah dan atas. Salah satu dari panggilan pekerjaan tersebut adalah
menjadi perawat, di mana para pekerja dari profesi ini kebanyakan berasal dari
kalangan miskin, karena seorang perempuan atau gadis yang bekerja di luar
rumah dianggap memalukan dan tidak terhormat oleh keluarga yang merasa
Sebagian besar pekerja wanita di Mesir adalah petani yang bekerja untuk
suami dan keluarga mereka tanpa menerima bayaran apapun, atau ibu-ibu rumah
tangga yang sebenarnya adalah pembantu rumah tangga yang tidak digaji.
Walaupun sampai saat ini belum ada satu undang-undang yang membedakan jenis
terlihat dari tidak adanya pengangkatan hakim untuk perempuan. Sistem peradilan
menganggap bahwa wanita diciptakan untuk memainkan peran sebagai ibu dan
istri, yang memiliki fungsi dalam kehidupan untuk melayani rumah tangga dan
(2001: 384), bahwa kendala serius yang menentang wanita-wanita Arab sepanjang
perkawinan dan hak sipil. Undang-undang ini masih member kaum laki-laki hak
perkawinan dan hukum adat memberi suami hak tak terbantah untuk menolak
memperoleh keuntungan bila istri bekerja diluar rumah, mereka akan berdiri
antara kaum wanita dan pekerjaan, atau mendorong bahkan memaksa untuk
yang jelas yang harus dicapai. Oleh karena itu, untuk mempermudah tercapainya
tujuan tersebut, dalam melihat dan memberi makna terhadap novel Memoar
kerangka pemikiran dengan berdasar pada hasil penelitian yang relevan dan
beratkan pada penampilan tokoh Utama perempuan dalam novel Memoar Seorang
Temuan
subordinasi, streotipe, kekerasan, dan beban kerja serta citra perempuan yang
ditinjau dari aspek fisis, psikis, sosial dan budaya dalam novel Memoar Seorang
Dokter Perempuan dan Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Saadawi dalam
perempuan yang terdapat dalam novel, pendekatan sosiologi sastra untuk melihat
keadaan yang terjadi pada novel dengan keadaan perempuan dalam masyarakat
Mesir yang diambil dari media online. Serta dilihat karakteristik analisis wacana
METODOLOGI PENELITIAN
memahami sebuah karya sastra secara mendasar dan mendalam dengan prinsip
pengarang dengan melihat aspek dalam dan luar dari suatu karya sastra untuk
Ratna (2004: 46) menyatakan, bahwa metode kualitatif pada dasarnya sama
masyarakat, sedangkan dalam ilmu sastra, sumber datanya adalah teks-teks dan
wacana yang terdapat dalam naskah karya sastra. Dalam ruang lingkup
interpretasi atau penafsiran, peneliti tidak akan mengerti atau menangkap jiwa
masyarakat, sedangkan dalam ilmu sastra, sumber datanya adalah teks-teks dan
budaya antara lain data yang diperoleh biasanya tidak terstuktur dan relatif
Perubahan ini tentu saja sulit diukur dan dihitung dengan metode kuantitatif.
mengikuti asumsi kultural dan mengikuti data. Peneliti lebih fleksibel dan
dirancang secara matang. Jadi, peneliti tidak fleksibel, imajinatif, dan reflektif.
penelitian perspektif gender adalah suatu kajian yang secara jelas berusaha
sentral yang perlu mendapat perhatian (Handayani dan Sugiarti, 2002: 47).
masalah gender harus tinggi sehingga metodologi penelitian tidak bias laki-laki
tidak memandang bahwa perempuan sebagai zat biologis yang berharkat dan
Jenis data meliputi data primer dan data sekunder. Sumber data primer
adalah teks karya sastra itu sendiri, yaitu novel Memoar Seorang Dokter
bab dan 110 halaman dan Perempuan di Titik Nol yang diterjemahkan oleh Amir
Sutaarga yang berjumlah 3 bab dan 156 halaman karya Nawal El Saadawi.
Adapun sumber sekunder adalah seluruh literatur yang membahas tentang konsep
sosial dan budaya, serta yang berkaitan dengan teori sastra. Penelitian ini juga
Data primer penelitian ini yaitu teks novel yang berupa ungkapan-
citra perempuan yang beraspek fisis, psikis, sosial, dan budaya dari tokoh utama
ditulis oleh Nawal El Saadawi. Serta permasalahannya yang ditulis oleh penulis
Data primer akan dijadikan sumber data utama sedangkan data sekunder dijadikan
pendukung pelegitimasian hasil kajian terhadap sumber data utama. Sumber data
Sumber Data
Penelitian
pengumpulan data berdasarkan teks novel MSDP dan PDTN karya Nawal El
Saadawi dan teks berita-berita yang telah dimuat di media internet tentang
keseluruhan isi novel, (2) melakukan pengkodean terhadap unit- unit teks yang
pertama dan kedua. Untuk rumusan masalah pertama yaitu ketidakadilan gender
dan rumusan masalah kedua yaitu citra perempuan yang terdiri dari aspek fisis,
Menurut Miles dan Huberman (2014: 12) analisis data dilakukan melalui tiga
tahap model interaktif, yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Ketiga
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Analisis teks sastra dilakukan
rumusan masalah.
abstracting, and transforming the data that appear in written-up field notes or
catatan lapangan maupun transkrip dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
a. Selecting
streotipe, kekerasan, serta beban kerja untuk menjawab rumusan masalah pertama
rumusan masalah kedua yang sudah dikumpulkan diseleksi kembali atas dasar
b. Focusing
kekerasan, dan beban kerja dengan teori feminisme marxisme sosialis dan
perempuan Arab khususnya perempuan Mesir yang telah diliput di media massa.
dalam perspektif sosial budaya, fokus data yang berupa data yang menunjukkan
citra perempuan dalam aspek fisis, psikis, sosial dan budaya dianalisis
berdasarkan teori sosiologi feminisme marxisme sosialis. Sementara itu, data yang
c. Abstracting
Dalam tahap ini peneliti membuat rangkuman yang inti, proses, dan
gender dan citra perempuan. Jika peneliti merasa jumlah data sudah cukup, data
dalam berbagai cara, yakni melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau
uraian singkat, menggolongkan data dalam satu pola yang lebih luas, dan
subordinasi, streotipe, kekerasan, dan beban kerja serta citra perempuan dalam
aspek fisis, psiskis, sosial dan budaya. Data dari hasil berita-berita yang telah
dimuat di media massa diringkas dalam bentuk uraian dan dipilih data yang
Data yang diperoleh dari hasil selecting, focusing, abstracting, dan simplifying
and Transforming dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat dan
citra perempuan yang terdiri dari aspek fisis, psikis, sosial, dan budaya. Data yang
sudah disajikan dalam bentuk uraian singkat dan tabel diberi kode data untuk
mudah. Masing-masing data yang sudah diberi kode dianalisis dalam bentuk
subordinasi, streotipe, kekerasan, dan beban kerja serta citra perempuan yang
terdiri dari aspek fisis, psikis, sosial dan budaya. Setelah disimpulkan, analisis
Adapun teknik penyajian hasil penelitian adalah Bab I berisi latar belakang,
konsep, landasan teori. Bab III di dalamnya mencakup metode dan teknik
kekerasan, dan beban kerjadalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan dan
perempuan yang beraspek fisis, psikis, social, dan budaya dalam novel Memoar
Seorang Dokter Perempuan dan Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Saadawi.
4.1 Pendahuluan
gender, peneliti mengamati hubungan antara perempuan dan pria yang dalam hal
hingga pada tingkat negara yang bersifat global. Semua manifetasi ketidakadilan
gender ini saling mempengaruhi dan saling terkait. Kaum laki-laki dan perempuan
menjadi terbiasa dan akhirnya meyakini bahwa peran gender yang dibeda-bedakan
itu seolah-oleh merupakan kodrat. Sistem ketidakadilan gender ini lambat laun
diterima dan mulai tercipta dan dirasakan merupakan sesuatu yang benar.
adalah kodrat perempuan. Nilai-nilai moral dan sosial yang dianut itu sudah tentu
bersifat male bias. Sistem kekuasaan yang ada memiliki ciri laki-laki memiliki
bidang, baik politik dan ekonomi, maupun agama dan sosial. Situasi ini
melahirkan pembagian peran dan posisi yang sangat diskriminatif antara laki-laki
dan perempuan.
atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau
melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan
lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender (Fakih, 2008:
13).
sosiologis dan kultural yang disebut dengan gender. Kemudian laki-laki dan
perempuan diberi label (stereotipe). Perempuan itu bersifat emosional, pasif dan
di ranah publik. Pada titik inilah terjadi persoalan ketidakadilan gender termasuk
perempuan.
berbagai kejadian, antara lain penggusuran, bencana alam atau proses eksploitasi.
Bentuk marginalisasi terhadap kaum perempuan dapat terjadi di ranah publik dan
pekerja, buruh kasar di pabrik, dan seterusnya. Lebih parah lagi dengan
posisi yang tidak penting. Hal ini yang menyebabkan terjadinya subordinasi
dalam segala bentuk yang dapat berubah dari tempat ke tempat dan waktu ke
waktu. Dalam masyarakat Arab anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu
kepada siapapun yang memberikan mahar tinggi. Sedangkan istri harus menuruti
semua perintah suami karena semua harta adalah milik suami, dan apabila istri
masih dinafkahi oleh suami dia tidak boleh melanggar aturan suami.
Pelabelan seperti inilah yang disebut dengan streotipe. Streotipe selalu merugikan
ditemukan pada tokoh perempuan dalam novel Memoar Seorang Dokter dan
Perempuan Di Titik Nol yang dianalisis pada penelitian ini. Penyebab utamanya
sadar akan hak-haknya untuk mendapatkan kesetaraan gender, tetapi lebih banyak
lagi yang belum mengetahui bahwa posisi perempuan selama ini dikonstruksi
publik.
kekerasan verbal, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual, dan beban kerja. Untuk
tokoh utama dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan dan Perempuan Di
4.2.1 Marginalisasi
dapat mengembangkan potensi diri, menjadi warga negara kelas dua dan inferior.
dalam kutipan di atas secara tegas menyatakan bahwa tidak ada kehidupan untuk
perempuan. Lelaki didukung oleh seluruh dunia, dan dialah yang memegang
kemarin, hari ini dan hari esok. Kehormatan, respek dan moralitas, semua adalah
kaum perempuan. Dia memiliki kekuasaan spiritual dan material yang ada di
dunia. Dari kutipan ini dapat dilihat bahwa seorang perempuan tidaklah
memiliki apapun. Semua yang ada di dunia adalah milik laki-laki. Kata bibit
Kata bibit dalam hal ini tidak berhubungan lagi dengan pertanian. Kata bibit
dalam kalimat tersebut artinya anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan.
memberi pengakuan kebapakannya, ia juga diberi hak yang sama untuk menolak asal-
usul dari seorang anak bahkan bila hal itu hanya sebatas keraguan. Seorang laki-laki
yang yakin bahwa ia bukanlah ayah dari seorang anak, menurut hukum agama ditutunt
untuk menyangkal asal-usulnya. Juga terlarang baginya mengklaim sebagai ayah dari
seorang anak yang secara pasti ia ketahui lahir dari ayah lain.
Dukungan yang diberikan dunia kepada laki-laki secara tidak terasa akan
sekolah menengah, terjadi tawar menawar antara Paman dan Istri. Karena istri
pamannya tidak menginginkan Firdaus untuk tetap tinggal di rumah mereka, dia
pun berniat menjodohkan Firdaus dengan Syekh Mahmoud yang sudah tua. “Ke
universitas? Ke suatu tempat di mana dia akan duduk bersebelahan dengan lelaki?
Dari kutipan ini dapat dilihat bahwa isteri Paman Firdaus menolak untuk
tinggi. Sejak dini banyak perempuan mendapat perlakuan yang tidak sama dengan
yang miskin selalu mendahulukan kepentingan anak laki-laki. Ada lagi yang
yang khusus seperti menjahit, memasak, menjadi perawat, mengasuh anak dan
keterampilan lain yang bernilai ekonomi rendah. Yang dialami Firdaus di dalam
Firdaus dan berniat menikahkan Firdaus meskipun usianya belum cukup untuk
Dari kutipan saya bermaksud untuk minta mas kawin yang besar
oleh istri pamannya. Istri pamannya berniat menikahkan Firdaus dengan Syekh
Mahmoud. Syekh Mahmoud adalah saudara dari istri paman Firdaus yang sudah
tua. Istri pamannya memandang wajah Firdaus yang jelek dan berhidung besar,
sehingga Firdaus tidak mempunyai alasan untuk menolaknya. Firdaus masih muda
hak Firdaus untuk dapat memilih sendiri pasangannya. Dari ide ini, istri
pamannya berharap mendapat uang dari Syekh Mahmoud untuk keperluan dirinya
Dalam sebuah artikel online yang dimuat di situs bbc.com menuliskan hasil
yang ditulis oleh Joe Miller ini memuat hasil wawancara dengan seorang
dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos. Dia merupakan salah seorang dari
delegasi perempuan yang berjumlah 18%, dan sangat jarang yang berusia dibawah
dari orang-orang pertama yang mendapat manfaat dari program beasiswa Raja
Abdullah, yang diluncurkan pada 2005 untuk membantu warga Saudi yang
14) hal ini dikarenakan tidak diberinya kesempatan kepada pihak yang
karena susahnya mendapatkan izin dari orang tua untuk membebaskan pilihan
4.2.2 Subordinasi
manusia nomor dua, dia berada di bawah dominasi laki-laki, dan haknya untuk
perempuan usaha kecil terhadap akses dan kontrolnya dalam keluarga, sangat
majikan terhadap usahanya sendiri. Namun sistem patriakhi dan cara pandang
dimana laki-laki sebagai suami justru bertindak sebagai majikan dan pengelola
memposisikan perempuan sebagai isteri, yang dapat diatur menurut kehendak nya.
atas kebebasan untuk menguasai dan mengatur hidup sendiri sesuai dengan yang
diinginkan. Perempuan harus memiliki hak otonomi atas jiwa dan raganya.
Menurut Aku, walaupun suami isteri sudah membuat perjanjian sebelum menikah
bahwa semua yang dimiliki oleh suami adalah milik istri. Dengan kata lain, hak
dan kewajiban dibagi sama rata, tetapi sering kali akhirnya hanya lelakilah yang
Namaku, kata pertama yang kukenal dan di dalam ataupun di luar bawah
dan tak berlaku lagi. Lelaki itu melengketkan namanya pada diriku secara lahiriah.
baru. Aku suka memandang kepadanya dan kepada diriku sendiri dengan terpana,
sehingga Aku tidak lagi memiliki kebebasan dan kekuatan untuk mengendalikan
hidupnya sendiri.
bahwa aku telah menyerahkan diri seutuhnya untuk suaminya. Begitupun dengan
kata meninggal dunia yang digunakan oleh pengarang bermakna bahwa aku
sebagai tokoh utama dalam novel MSDP kehilangan jati dirinya. Aku bukan lagi
seperti dirinya yang dulu. Aku menjadi orang baru yang perannya ditentukan oleh
suaminya. Nama baru yang disandang aku bukan bermakna aku mengganti
namanya. Namun, kini aku dipanggil dengan nama suaminya. Kedua kata tersebut
yang merasa bahwa perempuan kurang mampu dan lebih rendah dari nya.
pribadi yang utuh. Mereka selalu merasa khawatir apabila satu pekerjaan yang
utuh atau berat ditangani oleh perempuan. Laki-laki menganggap perempuan tidak
Selama tiga tahun bekerja pada perusahaan itu, saya menyadari, bahwa
sebagai pelacur saya telah dipandang dengan lebih hormat, dan
dihargai lebih tinggi daripada semua karyawan perempuan, termasuk
saya. Pada masa itu saya tinggal di sebuah rumah dengan kamar mandi
pribadi. (PDTN, hal 109)
disamakan dengan kaum buruh, jadi termasuk kelompok tertindas (Ratna, 2009:
dalam posisinya yang lebih rendah. Pekerjaan perempuan selalu dikaitkan dengan
Perbedaan fisik yang diterima sejak lahir kemudian diperkuat dengan hegemoni
2009: 191).
Kalimat pada masa itu saya tinggal di sebuah rumah dengan kamar mandi
sosial.
Salah satu jenis sterotipe bersumber dari pandangan gender, misalnya, penandaan
memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau
kedokteran seperti yang dilakukan oleh tokoh Aku. Masyarakat yang masih kolot
mengambil keputusannya.
dunia bahwa ia bisa mengatasi keterbatasan fisik yang terbungkus oleh sosok
keputusannya ini. Ia bahkan sempat tidak percaya diri karena perlakukan yang
dialaminya tersebut. Kalimat Aku hampir tak melihat kembali kepada mereka.
Buat apa aku harus mengalihkan pandangan bila mereka memandang kepadaku,
dan penuh percaya diri? Aku toh sama dengan mereka, bahkan lebih baik, lebih
dirinya sendiri. Kesadaran dan kesiapan itu dibutuhkan untuk perubahan yang
tindakan memilih untuk maju. Tokoh aku berfikir bahwa akankah seorang
perempuan bisa menjadi sosok yang berharga dalam keluarga walaupun tokoh
laki-laki masih berperan dalam keluarga tersebut. Dalam novel PDTN Firdaus
konstruksi sosial. Oleh karena itu, yang mereka perangi adalah konstruksi visi dan
untuk kaum pria saja ini terlihat bahwa Firdaus mendapatkan sambutan yang
dalam keluarga yang berkewajiban untuk mencari nafkah, jadi bagi mereka
(perempuan) pendidikan bukanlah hal yang utama yang harus mereka dapatkan.
salah satunya adalah pelabelan negatif yang diberikan oleh masyarakat maupun
4.2.4 Kekerasan
manusia pada dasarnya berasal dari berbagai sumber, namun salah satu kekerasan
terhadap satu jenis kelamin tertentu yang disebabkan oleh anggapan gender
(Fakih, 2008: 17). Banyak macam dan bentuk yang dikategorikan sebagai
dan menyenggol tanpa ada izin darinya dilakukan oleh penjaga pintu di usianya
Kekerasan yang dialami Firdaus terjadi karena tidak adanya kekuatan untuk
Suatu hari dia memukul saya dengan tongkatnya yang berat sampai
darah keluar dari hidung dan telinga saya. Lalu saya pergi, tetapi kali
ini saya tidak pergi ke rumah Paman. Saya berjalan-jalan di jalan raya
dengan mata yang bengkak, muka memar, tetapi tak seorang pun
yang memperhatikan saya. (PDTN, hal 64-65)
oleh suaminya sendiri. Pernyataan pada kalimat suatu hari dia memukul saya
dengan tongkatnya yang berat sampai darah keluar dari hidung dan telinga saya
sudah dapat dikatakan sebagai kekerasan dalam rumah tangga. Sikap superior
seperti ini dipicu oleh kekuatan uang yang membiayai keperluan keluarga. Ia
kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki. Kekerasan fisik, dan pelecehan seksual
yang dilakukan oleh tokoh laki-laki menjadikan tokoh perempuan sebagai pihak
yang tertidas.
rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa
semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tangga menjadi tanggung jawab
kaum perempuan (Fakih, 2008: 22). Beban kerja yang terdapat dalam novel
sudah membantu ibunya untuk bekerja di dapur sehingga ia tau bahwa jika ia
sudah menjadi seorang istri akan melakukan hal yang sama seperti ibunya. Dalam
menunjukkan bahwa sebelumnya ibu aku juga mendapat perlakuan yang sama
dari ibunya (nenek aku) menjadi perempuan yang berperan sebagai istri,
rumah sudah harus dikerjakan seperti memasak untuk suami, dan membersihkan
rumah.
Pemikiran aku yang ingin membuktikan kepada ibu dan neneknya bahwa
menanggung beban kerja ganda yaitu dalam sektor domestik dan dalam sektor
publik.
laki dan perempuan dibagi dengan sangat jelas. Urusan rumah tangga diserahkan
semuanya kepada sang istri, apakah itu pekerjaan berat atau ringan, suami tidak
mau tahu. Setelah memberikan biaya untuk rumah tangga para suami merasa
hukum adat memberi suami hak tak terbantah untuk menolak keizinan istrinya untuk
meninggalkan rumah, pergi bekerja dan bepergian. Namun, Saadawi (2001: 387),
menambahkan bahwa bila seorang suami memperoleh keuntungan bila istri bekerja
diluar rumah, mereka akan berdiri antara kaum wanita dan pekerjaan, atau mendorong
Kata menegakkan kepala dahulu hanya berarti kepala yang merupakan anggota
tubuh dalam posisi tegak atau vertikal. Namun kata menegakkan kepala pada kutipan di
memiliki makna yang halus atau biasa dengan kata yang maknanya kasar. Kata
Setelah tokoh aku memutuskan untuk menikah dengan satu-satunya lelaki yang
ia kenal, ternyata apa yang menjadi ketakutannya benar terjadi. Suaminya melarang aku
untuk bekerja dan menyuruhnya melakukan pekerjaan rumah saja. Padahal sebelum
ketika memasuki kehidupan rumah tangga apa yang terjadi tak sesuai dengan keinginan
mereka masing-masing. Sang suami menganggap bahwa aku akan bersifat sombong
jika ia mempunyai penghasilan sendiri dan tidak bergantung padanya agar ia bisa
menguasai aku.
4.3 Diskusi
didapatkan. Dalam diskusi ini, hal-hal penting yang peneliti uraikan yaitu hasil
penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab rumusan masalah pertama dalam
dua novel karya Nawal El Saadawi yang berjudul Memoar Seorang Dokter
perlakukan aneh jika ia memilih mengambil keputusannya sendiri yang selalu lebih
sering menentang adat istiadat mereka. Sedangkan tokoh Firdaus dalam novel PDTN
sering mengalami kekerasan baik fisik, maupun psikis. Dalam budaya patriarkhi, sisi
makhluk kelas dua. Akibat budaya patriarkhi ini sejak kecil Firdaus sering kali
patriarkhi, ayah mempunyai peranan dominan dalam keluarga. Tak jarang Firdaus
pandangan manusia tentang peran jenis dalam masyarakat. Peran jenis (sex role)
adalah satu kelompok perilaku, kesenangan, dan sifat serta sikap yang dipunyai
oleh satu jenis tertentu, dan tidak dimiliki oleh jenis lain. dengan adanya peran
Kedua, tanpa memberi kesempatan untuk “keluar” dari ciri yang telah ditetapkan
sebaliknya.
Sebuah sistem yang sarat dengan stereotipe yang dikonstruksi secara sosial
dan kultural. Lelaki memiliki code of conduct atau tata perilaku yang harus diikuti
jika ingin menjadi bagian dari manhood seperti, penguasa di ranah publik,
dari semua itu, mereka adalah ”ratu” rumah tangga dan objek seks saja, maka ia
harus ditampilkan dengan citra menarik, seksi, dan dilekatkan dengan sifat
sebagai tenaga kerja tambahan yang dapat digaji dengan murah, tanpa jaminan
sosial dan hak-hak kerja lainnya. Begitu juga dalam bidang politik, budaya
laki. Budaya patriarkis menciptakan suatu mitos bahwa ruang perempuan adalah
dianggap sebagai ruang bagi laki-laki. Tidak heran jika sampai saat ini jumlah
dan mudah didominasi. Mitos yang diciptakan tentang perempuan dalam budaya
Minggu, 26 Sep 2016 | 14:59 ini menceritakan tentang seorang perempuan yang
nekat menjadi supir. Didorong oleh kondisi ekonomi untuk mencari nafkah, dia
pergi menyusuri jalan yang sangat sedikit perempuan lain di dunia Arab mampu
melakukan hal ini dan itu akan membuat wanita Arab merenungkan keadaan
wanita Mesir ini. Biasanya pekerjaan jenis ini didominasi oleh laki-laki tetapi
diskriminasi pekerjaan yang ia alami sepanjang masa itu dan kian membuatnya
bawang dan masak kubis,” kata mereka. Ini hanya membuat saya lebih bertekad.
“Komentar mereka dan cara mereka memandang saya memotivasi saya bahkan
Liputan6.com juga telah meliput berita politik dari negeri Arab. Berita
yang diliput pada tahun 2015 tersebut melansir dari CNN, Senin (30/11/2015),
menjadi kesempatan pertama bagi perempuan Saudi untuk memilih. Namun kritik
terhadap perubahan itu pun bermunculan, para kritikus menilai aturan sederhana
itu menjadi ngawur. Wanita dinilai hanya boleh berpartisipasi dalam pemilihan di
kandidat calon kepala daerah mengatakan nama mereka telah dicoret dari daftar
kandidat akhir.
Mesir masih menganggap bahwa wanita diciptakan untuk memainkan peran sebagai ibu
dan istri, yang memiliki fungsi dalam kehidupan untuk melayani rumah tangga dan
mendidik anak-anak. Wanita hanya boleh mencari pekerjaan untuk merespon kebutuhan
pekerjaan mereka adalah undang-undang yang berkenaan dengan perkawinan dan hak
sipil. Undang-undang ini masih memberi kaum laki-laki hak mutlak untuk melarang
istrinya mendapat pekerjaan, bepergian ke luar negeri, atau bahkan keluar rumah kapan
menganggap perempuan hanya sebagai objek seks atau dikontrol tubunya lewat
seksualitasnya. Hal tersebut dialami oleh Firdaus dalam novel PDTN. Pelecehan
seksual sering kali didapatkan oleh Firdaus dari pamannya sejak kecil. Perlakuan
berperangai kasar dan kikir. Firdaus ditukar dengan mahar yang sangat mahal.
Dalam rumah tangganya tidak jarang Firdaus mendapatkan perlakuan kasar dari
makhluk kelas dua membuat Firdaus pasrah menerima perlakuan kekerasan dari
ketika seorang suami memukul istri. Bahkan pamannya berkata bahwa ia juga
sering memukul istrinya. Kewajiban seorang istri ialah kepatuhan yang sempurna.
Pengalaman demi pengalaman yang dialami oleh Firdaus sejak kecil memberikan
dan siksaan dari laki-laki. Dalam kondisinya yang miskin Firdaus lebih memilih
kerja. Tidak jarang pula kita sering disuguhi dengan berita diskriminasi lainnya,
Artikel yang ditulis oleh Ichsan Emrald Alamsyah telah dimuat pada situs
Dalam survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga, para pakar diminta untuk
Selain itu pelecehan seksual dan praktik sunat perempuan, ada beberapa
praktik lain di Mesir yang dinilai membahayakan kaum wanita, yaitu kawin paksa
Radwan, aktivis LSM Global Fund for Women, ada desa-desa di luar Kairo yang
faktor utama. Sebuah laporan PBB pada April menyebut, 99,3 persen perempuan
dan anak perempuan di Mesir menjadi korban pelecehan seksual. Jajak pendapat
ini melibatkan 330 pakar kesetaraan gender di 21 negara Liga Arab, termasuk
Suriah. Dalam survei ini, Irak menempati posisi kedua terburuk setelah Mesir,
disusul Arab Saudi, Suriah, dan Yaman. Dibandingkan dengan masa kekuasaan
Saddam Hussein, Irak kini menjadi negara yang lebih berbahaya bagi perempuan.
dalam novel MSDP dan Firdaus dalam novel PDTN yang mendapatkan perlakuan
tidak wajar dan layak pada perempuan merupakan sarana ampuh untuk memberi
5.1 Pendahuluan
di kehidupan nyata. Akan tetapi, dapat terjadi citra perempuan dalam karya sastra
Memoar Seorang Dokter Perempuan dan Perempuan di Titik Nol karya Nawal El-
digambarkan dengan kehidupan yang begitu pelik tetapi memiliki kekuatan dan
kemandirian.
Dalam bab ini dianalisis citra perempuan dalam dua novel karya Nawal El
Saadawi yang diteliti. Saadawi lulus dari jurusan kedokteran Universitas Kairo
pada tahun 1955. Melalui praktik medisnya, dia melakukan penelitian tentang
masalah kedua yang penulis telah rumuskan sebelumnya pada bab pertama.
Terlepas dari masalah tersebut, ada beberapa tokoh perempuan dalam novel ini
namun penulis hanya mengarahkan fokus penelitian pada tokoh utama yaitu Aku
dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan dan Firdaus dalam novel
keberadaan tokoh itu melalui pengindraanya terhadap tokoh tersebut. Dengan kata
lain, citra tokoh itu diketahui dari proses melihat, mendengar, ataupun membaca
keberadaan tokoh itu. Jadi gambaran, cerminan, bayangan, atau citra mengenai
tokoh itu diketahui dari proses pengindraan atau kesadaran yang ada pada diri
seseorang. Tidak akan diketahui gambaran atau citra mengenai tokoh itu jika
seseorang tidak mengetahui keberadaan fisik, dan aktifitas yang dilakukan oleh
tokoh tersebut. Citra perempuan merupakan wujud gambaran mental spiritual dan
aspeknya yaitu aspek fisis dan psikis sebagai citra diri perempuan serta aspek
tingkah laku keseharian yang terekspresi oleh tokoh Aku dalam novel Memoar
Seorang Dokter Perempuan dan tokoh Firdaus dalam novel Perempuan di Titik
Nol menunjukkan wajah dan ciri khas perempuan. Citra perempuan dapat dilihat
melalui peran yang dimainkan perempuan dalam kehidupan sehari-hari dan juga
yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah citra perempuan dalam aspek fisis,
psikis, sosial, dan budaya dengan terori feminism marxisme dan sosialis lalu
Citra perempuan dari segi fisis akan dilihat bagaimana fisik dari Aku
sebagai tokoh utama dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan dan fisik
dari Firdaus sebagai tokoh Utama dalam novel Perempuan Di Titik Nol, baik itu
haid dan perubahan fisik lainnya. Tanda-tanda fisik yang akan mengantarkan
seorang anak perempuan menjadi dewasa ini dapat mempengaruhi pula perilaku-
perilaku yang dianggap pantas baginya sebagai perempuan dewasa. Secara fisis
dari bayi perempuan, yang dalam perjalanan usianya mencapai taraf dewasa.
Dalam aspek fisis ini perempuan mengalami hal-hal yang khas yang tidak dialami
oleh laki-laki, misalnya hanya perempuanlah yang dapat hamil, melahirkan dan
menyusui anak-anaknya.
kehidupan yaitu sebagai makhluk yang dapat menciptakan makhluk baru dalam
arti melahirkan seorang anak. Dalam hal ini sosok perempuan yang utuh adalah
anaknya, karena seorang anak akan menjadi individu yang berakhlak atau tidak
pada dasarnya mempunyai perasaan dan pikiran tentang apa yang penting dan
tidak penting baginya, hanya menurut alasan tertentu perempuan dapat mengalami
pengalaman hidup yang khusus bagi perempuan, seperti mengalami haid, ovulasi
dan bersalin.
Hal inilah yang tidak disadari oleh Aku sebagai tokoh utama dalam novel Memoar
bahkan ketika ada wanita yang tidak mengalami menstruasi dapat diduga wanita
Aku sungguh tak dapat memahami ini semua. Kusangka aku telah
dihinggapi oleh suatu penyakit yang mengerikan. Dengan diliputi rasa
takut yang amat sangat sambil gemetaran, kutemui ibuku untuk
bertanya. Pada saat itulah tiba-tiba wajah ibuku berseri-seri penuh
kebahagiaan. Betapa heran aku bahwa ibu menanggapi keadaan yang
mengerikan ini dengan senyuman lebar! Lalu, melihat kekagetan dan
kebingunganku, ibu memegang tanganku dan dibimbingnya aku ke
kamarku. Di sinilah ia menceritakan tentang kondisi pendarahan
bulanan bagi kaum wanita. (MSDP, hal 4)
beranjak dewasa Aku mengalami datangnya haid dan perubahan fisik lainnya.
Dalam analisis hal ini membuat Aku menjadi sosok yang penyendiri. Ia merasa
perhatian lelaki. Oleh karena itu Aku tak pernah lagi keluar rumah walaupun
hanya sekedar untuk bermain. Sebagai anak perempuan yang beranjak dewasa,
Tak pernah lagi aku keluar untuk berlari-lari dan bermain. Kedua
gundukan daging di dadaku bertumbuh makin besar saja. Payudaraku
ini bergoyang perlahan-lahan jika aku bergerak dan berjalan. Aku
sungguh sedih dengan tubuhku yang tumbuh semakin tinggi dan
langsing, karena itu aku suka bersedekap, merentangkan lengan di atas
dadaku untuk menyembunyikan dadaku, dengan hati pilu kupandangi
saudara lelakiku beserta teman-temannya apabila mereka bermain-
main. (MSDP, hal 5)
karena payudara merupakan daging dari manusia yang berbentuk seperti sebuah
gundukan.
Dalam aspek fisis, citra yang tergambar dalam tokoh Firdaus dalam novel
wanita cantik dalam novel ini adalah fisik yang indah, dipuji para lelaki, dan
menarik bagi lelaki. Apa-apa yang tampak pada dirinya indah, banyak para lelaki
Sharifa seorang perempuan yang membawa dirinya pada kehidupan pelacuran dan
dan melihat segi-segi yang tak tampak pada tubuhnya. Sharifa secara terang-
terangan mengatakan bahwa Firdaus cantik. Tidak hanya cantik, Sharifa juga
yang mengatakan bahwa kulit putih dan mulus itu cantik, namun ada juga yang
mengatakan bahwa cantik itu tergantung dari sifat perempuan. Semua itu berdasar
pada penilaian objektif orang lain karena yang menilai cantik tidaknya seseorang
usia tertentu juga membuat berbagai keputusan mengenai wanita, maka ia harus
memutuskan apa yang akan dilakukan karena ia mengalami siklus haid, atau
anak perempuan menjadi wanita dewasa ini mempengaruhi pula perilaku yang
sekunder itu, wanita juga harus mengambil keputusan yang tidak terlepas dari
Untuk pertama kali dalam hidupku, suatu ketika kutinggalkan flat tanpa
meminta izin pada ibuku. Jantungku berdebar keras ketika aku
melangkah di jalan, meskipun perbuatanku yang melanggar peraturan
itu telah memberiku sebuah kekuatan tertentu. Ketika aku sedang
berjalan, tiba-tiba suatu tulisan pada papan menarik pandanganku,
“Salon Rambut untuk Wanita.‟ Hanya sedetik aku merasa ragu sebelum
aku melangkah masuk. (MSDP, hal 11)
Untuk pertama kali dalam hidupku, suatu ketika kutinggalkan flat tanpa
meminta izin pada ibuku. Kutipan ini menunjukkan bahwa Aku mengambil
keputusan yang sama sekali tidak diizinkan oleh ibunya. Aku memotong pendek
rambutnya seperti laki-laki. Tapi ini justru membuat dirinya puas dan bahagia,
Aku merasa kali ini dia telah mengalahkan ibunya. Rasa takutnya selama ini
kepada ibunya pun hilang karena Aku telah merasa berhasil mengambil keputusan
pemberani.
Dari kutipan tangan ibuku menampar wajahku dengan keras, dan setiap kali
batu granit saja dapat dilihat bahwa aku dapat menguasai ibunya. Aku memiliki
keinginannya sendiri. Cara aku menyikapi ibunya yang berulang kali menampar
wajahnya tidak mempengaruhi mental aku. Aku semakin berani dan merasa
selaras dengan apa yang diungkapkan oleh para feminis, dimana nilai-nilai
penyebab utama inferioritas atau kedudukan dan derajat rendah kaum wanita.
Sehingga seorang perempuan tidak sanggup menjadi pribadi mandiri yang bangga
Aspek fisis ini tidak terlepas dari aspek psikis sebagai komponen kesatuan
fisis dan psikis sedikit banyak berpengaruh juga terhadap citra psikisnya.
martabat hidupnya.
menjadi seorang yang kritis. Akibat dari perlakuan ibunya yang membedakan Aku
dengan saudara laki-lakinya menjadikan Aku sebagai sosok yang keras dan
kepada ibunya karena pada saat itu Aku seorang gadis yang harus menuruti segala
perkataan ibunya. Pemberontakkan itu pun hanya terjadi di dalam batinnya yang
dewa. Menurutnya ketidakadilan ini merupakan kerugian yang besar karena apa
perempuan.
Pengarang mengganti kata yang maknanya halus atau biasa dengan kata yang
maknanya kasar. Makna disfemia sering digunakan dalam situasi tidak ramah,
kejengkelan atau penegasan. Dalam kalimat ini makna tajam berarti sangat jelas.
gambaran pribadi perempuan dewasa itu secara karakteristik dan normatif sudah
Dengan kestabilan ini dimungkinkan baginya untuk memilih relasi sosial yang
sifatnya juga stabil, misalnya perkawinan, pilihan sikap, pilihan pekerjaan dan
sekitarnya.
superioritas kaum pria terlihat pada sikapnya yang memutuskan untuk berpisah
heran kepadanya dan bersikap sinis. Dia tidak ingin membiarkan dirinya terus
dikuasai kekuatan dari luar. Dengan keyakinan bahwa dia mampu hidup mandiri.
tersebut. Aku berprofesi sebagai seorang dokter sehingga ia bisa menilai para
pasien yang datang kepadanya untuk tidak mencapuri urusan pribadinya. Karena
selama ini dialah yang menjadi penasihat bagi mereka semua. Perempuan
potensi diri sendiri sebagai makhluk individu. Hal ini juga dirasakan oleh Firdaus
dirinya agar lebih terhormat. Sejak kecil ia menginginkan suatu pekerjaan dimana
Firdaus dianggap remeh dan tidak layak dihormati. Inilah realita kehidupan yang
ditampilkan pada novel ini, kehidupan perempuan yang berada di kelas bawah.
seorang perempuan tetap saja melekat anggapan bahwa perempuan dinilai lebih
rendah dari laki-laki. Gambaran tersebut terlihat dari kutipan di bawah ini.
sebagai tenaga kerja tambahan yang dapat digaji dengan murah, tanpa jaminan
Setelah kerja seharian itu selesai, saya akan mengambil tas kecil saya
dan pulang ke rumah. Apa yang saya sebut rumah bukanlah rumah,
atau sebuah flat, tetapi hanyalah sebuah bilik kecil tanpa kamar mandi.
Saya menyewanya dari seorang perempuan tua yang biasa bangun
pagi-pagi untuk shalat, kemudian mengetuk pintu saya. Pekerjaan saya
baru dimulai pukul delapan pagi, tetapi saya selalu bangun pukul lima,
sehingga masih ada waktu untuk mengambil handuk, dan turun ke
bawah lalu turut berbaris dengan laki-laki dan perempuan yang berdiri
di depan kamar mandi. Karena dengan gaji saya yang amat kecil itu
saya tak dapat tinggal di tempat lain kecuali rumah ini, yang terletak di
sebuah gang yang dipenuhi barisan warung-warung tempat tukang
kayu dan pandai besi melakukan usaha dagangannya. (PDTN, hal 106-
107)
harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa
senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan
rasa cinta. Pada kutipan Karena dengan gaji saya yang amat kecil itu saya tak
dapat tinggal di tempat lain kecuali rumah ini, yang terletak di sebuah gang yang
dipenuhi barisan warung-warung tempat tukang kayu dan pandai besi melakukan
terletak di pinggir kota, tidak dipenuhi oleh tukang kayu dan pandai besi yang
dalam pekerjaannya mengeluarkan suara yang ribut dan tidak nyaman di dengar.
Tetapi, karena gaji Firdaus tidak mencukupi untuk tinggal di sebuah rumah
manusia terdapat sesuatu yang tidak ada di dalam makhluk hidup lainnya yang
Suatu perasaan rindu yang amat dahsyat menguasai diriku, jiwa maupun
ragaku, kerinduan suatu jiwa yang yang haus akan cinta yang baru saja
dibebaskan dari pertimbangan akal sehat, dan kegairahan tubuh yang
masih perawan yang baru saja dilepaskan dari balik terali besi. Aku
ingin tahu, bagaimana kiranya, jika seorang lelaki dan perempuan
bertemu dalam cinta. Kemudian malam hari terasa semakin panjang
karena berbagai khayalan dan ilusi seperti berkumpul di sekitar tempat
tidurku lengan yang panjang dan kuat yang memeluk pinggangku.
Wajah lelaki yang begitu dekat dengan wajahku. Matanya seperti mata
ayahku, tetapi mulutnya seperti mulut saudara sepupuku, tetap ia
bukanlah kedua-duanya. Siapakah gerangan dia? Obrolan anak-anak
perempuan di masa sekolah dulu tiba-tiba muncul dalam ingatanku. Aku
menarik napas panjang merintih dan berkhayal seperti seorang gadis
Namun pada akhirnya Aku merasakan suatu kekurangan dalam dirinya. Sebagai
seorang perempuan Aku tidak pernah merasakan cinta. Sejak seseorang beranjak
usia remaja, munculnya perasaan rindu dan hasrat untuk hidup bersama dengan
lawan jenisnya semakin mendesak dan menjadi pemikiran serta sumber kegiatan
didukung oleh pengetahuan yang cukup, berkeinginan untuk terus belajar dan
bekerja keras serta disiplin yang tinggi. Mandiri dapat diartikan sebagai
hidupnya, mereka masih harus bergulat dengan kejamnya dunia (Gusti, 1992:54).
Firdaus meminta surat permohonan kepada Presiden dan meminta maaf atas
kejahatan yang telah ia lakukan. Tapi Firdaus menolak meminta grasi, karena
struktur kekuasaan. Gambaran yang dikisahkan ini sudah barang tentu kemudian
menimbulkan kesadaran bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam sistem sosial
di dalam masyarakat Arab. Ada harapan kamu dibebaskan jika kamu mengirim
surat permohonan kepada Presiden dan meminta maaf atas kejahatan yang kau
lakukan. Tetapi saya tidak mau dibebaskan, kata saya, dan saya tidak mau
meminta pengampunan atas kejahatan saya. Apa yang disebut kejahatan bukanlah
kaum lelaki.
lahir dikarenakan sistem kekuasaan yang ada memiliki ciri laki-laki memiliki
bidang, baik politik, ekonomi, agama maupun sosial. Relasi antara laki-laki dan
perempuan masih didominasi oleh sistem patriarkhi. Hal ini sejalan dengan
terhadap perempuan merupakan suatu produk dari struktur politik, sosial, dan
jenis kelamin dan tingkatan umur, tua atau muda, dengan membentuk sikap patuh
dan taat pada perintah serta rasa hormat pada keluarga (Kenneth, 1988:11).
anak yang mematuhi peraturan yang diterapkan oleh ibunya walaupun di dalam
batinnya ada rasa iri karena perbedaan perlakuan Aku dengan perlakuan saudara
lelakinya. Bagi Aku semua yang dilakukan nya merupakan keinginan dari ibunya
Saudara lelakiku bangun pada pagi hari dan boleh meninggalkan tempat
tidurnya kusut sebagaimana adanya, sedangkan aku diharuskan
membersihkan dan membereskan tempat tidurku dan sekaligus tempat
tidurnya. (MSDP, hal 2)
ketika muda, suami mereka ketika kelak menikah dan anak laki-laki mereka
ketika hidup menjanda. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari Mikiso Hane yang
mengatakan bahwa perkawinan di atur oleh orang tua, dan anak tidak bisa bicara
dengan keputusan ini. Suami dapat dengan mudah menceraikan istri, tetapi istri
harus bertahan dengan sikap tabah dan mengorbankan diri terhadap segala bentuk
211).
dalam novel Perempuan Di Titik Nol yang rela dinikahkan dengan Syekh Mahmoud
yang umurnya sudah 60 tahun sementara Firdaus belum lagi 19 tahun. Pernikahan
ini melahirkan penderitaan yang amat menyiksa. KDRT yang dialami Firdaus terjadi
Dari aspek fisis dan psikis terlihat bahwa perempuan dengan laki-laki
hidup di lingkungan rumah tangga, peran perempuan sebagai seorang ibu dan
itu citra perempuan dalam keluarga dianggap sebagai citra sosial yang alamiah,
masyarakat juga terpancar dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan dan
Perempuan Di Titik Nol, dalam citra sosial terlihat pula sikap sosial perempuan.
Sikap sosial adalah konsisten individu dalam memberikan respon terhadap laki-
ditunjukkan bukan oleh individu saja melainkan oleh sejumlah anggota dari suatu
kelompok atau masyarkat (Campbell dalam Sugihastuti, 2000: 131). Sikap sosial
objek sosial baik yang bersifat material dan non mental (Gerungan, 1983:151
berdasarkan proses evaluatif dalam diri individu, sikap sosial memberikan tekanan
sosial individu melalui kata-kata atau perilakunya. Jadi sikap sosial merupakan
skema penting dalam kehidupan manusia (Sherif dan Sherif dalam Sugihastuti,
2000:132).
lain demikian juga bagi perempuan hubungannya dengan manusia itu dapat
bersifat khusus maupun umum tergantung pada bentuk dan sifat hubungannya itu,
bisa jadi hubungan itu hanya sebatas seorang teman atau mungkin bisa juga
perorang.
lingkungan tempat tinggal Aku. Hubungan antara Aku dengan orang perorang di
hingga akhirnya Aku bertemu dengan seorang lelaki yang membuatnya merasa
kuat sebagai seorang wanita dan akhirnya mereka menikah tanpa keyakinan yang
kuat dari Aku apakah itu atas dasar cinta atau karena Aku merasa lelaki ini lebih
lemah. Rumah tangga mereka tidak bertahan lama dikarenakan prinsip keduanya
yang berbeda. Keinginan Aku yang terus menjalankannya profesi nya sebagai
seorang dokter tidak disetujui oleh suaminya yang menginginkan Aku terus
merasa tidak menikmati hari-harinya karena terikat dengan sosok suami. Akhirnya
perceraian terjadi dan Aku merasakan kembali kebebasan seperti saat sebelum
dokter.
orang dari penyakit yang dideritanya. Orang yang tak kukenal tiba-tiba
ibarat lalat dan serangan mereka berubah menjadi pembelaan atas posisiku dan
permintaan.
perempuan bukan hasil tindakan individu melainkan produk dari struktur politik,
sosial dan ekonomi tempat seorang individu hidup. Solusi yang ditawarkan ialah
Sebagai makhluk sosial, apa yang dirasakan oleh perempuan seperti itu
adalah wajar bahwa manusia itu tidak dapat hidup dan berdiri sendiri tanpa orang
kepadanya. Kutipan ini menggambarkan bahwa aku juga memerlukan orang lain
untuk meneruskan hidupnya. Dalam novel Perempuan Di Titik Nol, juga terlihat
bahwa Firdaus memerlukan orang lain untuk menolongnya setelah pergi dari
rumah suaminya.
Dia berkata, bahwa dia tinggal di dua kamar dan bahwa saya dapat
tinggal di sebuah kamar sampai saya memperoleh pekerjaan . (PDTN,
hal 67)
ia akan mencarikan pekerjaan yang layak baginya, sesuai dengan ijazah yang
dimiliki oleh Firdaus, yaitu ijazah sekolah menengah. Bahkan iapun lebih memilih
tidur di lantai, dari pada harus berdua dengan Firdaus di atas tempat tidurnya
yang kecil. Firdaus menolak tidur di tempat tidur Bayoumi, ia mengusulkan agar ia
saja yang tidur di lantai. Bayoumi pun tidak membiarkan itu terjadi, ia langsung
pun menidurinya.
kekerasan terhadap Firdaus dan menidurinya setiap malam secara kasar. Suatu
digerayangi seperti biasanya, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda yang ia
seksual terhadap Firdaus, tetapi juga mengejek Firdaus sambil menghina ibunya
dan mengatakan bahwa Firdaus adalah perempuan jalang. Sejak itu Firdaus
melarikan diri dari Bayoumi lalu bertemu dengan Sharifa. Sharifalah yang
Saya tak pernah meninggalkan rumah itu. Sebenarnya, saya pun tak
pernah meninggalkan ruangan tidur. Siang dan malam saya terbaring di
tempat tidur, tersalib, dan setiap jam seorang lelaki akan memasukinya.
Begitu banyaknya mereka itu. Saya tidak mengerti dari mana saja
mereka itu datangnya. Karena mereka semua sudah kawin, semuanya
berpendidikan, semuanya membawa tas yang membengkak, dan dompet
kulit yang tebal di dalam kantung bagian dalam baju mereka. (PDTN,
hal 82)
atas realisasinya dengan orang perorang termasuk dengan laki-laki yang berada
dalam lingkup keluarga dan sosial adalah posisi subordinat. Posisi ini tak dapat
tergantikan, karena budaya dan agama (dengan pemahaman tafsir qur`an dan
hal ini Firdaus tidak menyerah begitu saja. Ia malah merasa harus bangkit dan
makhluk Tuhan, perempuan juga punya hak untuk dikasihi, dihargai dan
dimuliakan. Seperti yang telah diungkapkan dalam citra psikis Firdaus yaitu
memperoleh rasa bangga dari kematian itu. Rasa bangga karena telah berhasil
adalah sebuah kenyataan, sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat diubah. Akan
alamiah ini lalu kemudian menimbulkan pemahaman yang beragam pada tiap
dengan konsep gender, yaitu beberapa sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki
atau lebih sabar. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, perkasa dan
sebagainya. Stereotipe seperti ini dapat dipertukarkan dan bisa jadi berbeda pada
dibangun.
lebih besar, mengkoreksi pekerjaan untuk bekerja yang lebih keras. Perempuan
tidak memiliki kekuatan yang selalu dianggap sebagai binatang, yang tidak
mempuanyai perasaan dan hati ataupun keinginan lebih) dan hubungan pertukaran
Dari pernyataan semua perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain
bentuk. Karena saya orang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang
pelacur yang bebas daripada menjadi seorang isteri yang diperbudak. Terlihat
dilakukan oleh perempuan. Seorang yang sudah percaya diri akan pekerjaan yang
masyarakat. Para aktivis feminis banyak yang berpendapat demikian, lebih baik
mendapat bayaran atas layanan yang diberikan kepada laki-laki daripada hanya
hanya dijadikan budak oleh suaminya. Kondisi ini terkait dengan masih kuatnya
Saya tahu perempuan tidak bisa menjadi kepala negara, tetapi saya
merasa bahwa saya tidak seperti perempuan lainnya juga anak-anak lain
di sekitar saya yang tetap saja bicara tentang cinta, atau tentang laki-
laki. (PDTN, hal 36)
Pemikiran yang terdapat pada kutipan saya tahu perempuan tidak bisa
bahkan keluarga pun mendukung diskriminasi ini. Status sebagai suami tidak
lebih dari bahasa sosial yang menjadikan institusi perkawinan sebagai legitimasi
Kini saya sadari bahwa yang paling sedikit diperdayakan dari semua
perempuan adalah pelacur. Pekawinan adalah lembaga yang dibangun
atas penderitaan yang paling kejam untuk kaum wanita. (PDTN, hal
126)
para istri. Suami sebagai pendamping tidak lagi menarik bagi istri karena hatinya
penuh dengan kesedihan dan kemarahan. Lembaga perkawinan yang sering kali
bukan menjadi tempat yang aman untuk berlindung bagi perempuan, malahan
Mereka tidak lebih dari pelayan yang tidak digaji, mungkin para pelacur lebih
mereka.
perempuan masih menjadi isu yang paling kuat di wilayah negara Arab yang
sangat patriarkhi. Akita dalam Hegemony, Patriarchy and Human Rights: The
literal patriarkhi didefinisikan sebagai „kekuasaan oleh ayah‟. Lebih lanjut, Akita
yang dominan dalam berbagai posisi dan ranah seperti dalam ranah politik,
ekonomi, hukum, agama, pendidikan, militer, serta ruang publik lain yang
Dalam artikel yang ditulis oleh Randa El Tahawy pada 06 Juli 2012 silam
perlu dicapai lebih dulu. Namun, untuk menciptakan Mesir yang benar-benar
penting. Masalah intinya bukan saja tentang kesetaraan perempuan dengan laki-
dan tidak diberi banyak kesempatan untuk terlibat dalam politik. Misalnya, para
hakim atau jabatan tinggi politik, tekanan sosial sering kali membuat perempuan
Menurut Hellwig (1997: 14), bukan hanya para suami, anak laki- laki pun
mendapat tempat yang penting dalam keluarga. Mereka lebih dihargai daripada
cinta kasih yang berlebihan,serta pendidikan, makanan dan perawatan yang lebih
baik. Kebebasan yang mereka terima bukan hanya kebebasan jasmani, tetapi juga
kebebasan, baik untuk mengungkapkan diri maupun untuk memilih. (Bhasin dan
saja dengan anak lelaki, atau mengapa lelaki tak mau mengakui perempuan
sebagai orang sederajat dan sebagai mitra? mengapa masyarakat tak mengakui
hak seorang perempuan untuk hidup normal dengan menggunakan baik otak
dilakukan oleh orang tua antara anak laki-laki dan anak perempuan mereka.
tentang peran, tugas dan fungsi sosial laki-laki dan perempuan. Berangkat dari sini
lahir anggapan bahwa yang pantas mencari nafkah adalah laki-laki. Seiring
Akibatnya, laki-laki semakin eksis dalam dunia sosial, bisnis, industri, dan juga
keluarga.
“Aku tak mau kamu pergi keluar setiap hari,” katanya lagi.
“Aku pergi toh bukan untuk bersenang-senang. Aku kerja.”
“Aku tak mau kamu memeriksa tubuh-tubuh lelaki dan melepaskan
bajunya.” (MSDP, hal 65)
Kutipan “Aku tak mau kamu pergi keluar setiap hari,” katanya lagi di atas
merupakan sikap dari suami aku yang dipengaruhi oleh sistem patriarkhi yang
menindas kaum wanita, baik dalam lingkungan rumah tangga maupun dalam
masyarakat. Suami yang menganut budaya patriarkhi selalu ingin mengatur hidup
kekuasaannya dalam rumah tangga. Dalam sistem ini, suami berkuasa atas istrinya
sehingga suami berhak berbuat apa saja terhadap istrinya. Suami aku menganggap
bahwa dirinya adalah kepala keluarga sehingga dia berhak berbuat apa saja yang
tidak.
Sebagai seorang wanita Mesir, Saadawi mengatakan bahwa sampai hari ini,
seorang wanita Mesir yang bekerja dan berkarir, bahkan seorang menteri sekalipun
masih diatur oleh undang-undang kepatuhan yang ditasbihkan di dalam Kitab Undang-
atas beban pekerjaan rumah tangga yang teramat banyak, atau tidak mampu
memberikan perawatan bagi suami dan anak-anak yang dituntut darinya, ia akan
mengabaikan anak-anak dan tidak memenuhi keinginan dan kebutuhan suami, berarti ia
Tokoh Aku dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan ini seolah-olah
menjadi gambaran dan bukti bahwa telah terjadi pergeseran moral dalam
Hal ini juga terjadi pada tokoh Firdaus dalam novel Perempuan Di Titik
Nol yang selalu berada di bawah kekuasaan laki-laki. Sebagai seorang pelacur
disenanginya. Suatu hari ada seorang tokoh yang amat penting dari suatu Negara
saya bahwa menolak seorang Kepala Negara dapat dipandang sebagai suatu
penghinaan pada tokoh yang penting dan dapat menjurus pada ketegangan
hubungan antara dua negara Nawal El Saadawi sang pengarang novel seolah ingin
perempuan dijadikan alat untuk sistem ekonomi dan politik sebuah negara.
laki, atau ketika mereka harus mengalami pelecehan seksual, yaitu tak ada
jaminan hukum yang kuat untuk melindungi mereka. Salah satu media online
merajalela? Mungkin ada sejumlah alasan, tetapi banyak titik untuk mengabaikan
hak asasi manusia.“Mesir lebih tertarik pada keamanan politik, dari keamanan
publik,”. Dia mengatakan bahwa sering berarti pejabat lebih fokus pada mencegah
dihukum tanpa proses pembuktian, karena dalam proses tersebut tidak dibuktikan
novel tersebut, Firdaus melakukan perlawan karena telah diserang oleh seorang
laki-laki germo.
yang diprakarsai dan terus dipelihara oleh laki-laki serta secara prinsip memberi
tradisional bahwa laki-laki adalah kepala keluarga dan posisi istri ada di bawah
laki-laki. Selain itu, hal ini juga diperkuat oleh klaim masyarakat tradisional
bahwa perempuan tidak bisa eksis dengan diri mereka sendiri tanpa berhubungan
sektor seperti hukum, ekonomi, militer, pendidikan, dan institusi agama sementara
perempuan tidak. Selain itu, laki-laki secara umum dianggap lebih kuat dan lebih
Kutipan mereka menghukum saya sampai mati bukan karena saya telah
membunuh seorang lelaki. Beribu-ribu orang yang dibunuh tiap hari, tetapi karena
mereka takut untuk membiarkan saya hidup. Mereka tahu bahwa selama saya
masih hidup mereka tidak akan aman, bahwa saya akan membunuh mereka.
mati, dan tidak ada pembelaan yang bisa dilakukan oleh Firdaus.
perempuan dan keluarga mereka agar mengakui kejahatan palsu yang tidak
gadis dinyatakan masih hilang setelah tindakan ancaman dan paksaan dijalankan,
dilansir oleh Middle East Monitor. Situs yang mempunyai motto “Suara
Ortner (dalam Moore, 1998:30) disebabkan oleh sebuah sistem nilai yang
pemahaman antara budaya dan alam yang kemudian dibandingkan dengan posisi
akan mengubah sejarah, hukum dan tradisi. Kehidupan pun akan menemukan cara
yang bersih dan indah bagi para gadis kecil untuk menjadi dewasa dan matang.
Tubuh manusia akan tumbuh, menjadi lebih ringan dan dapat terbang yang
kehidupan masyarakat. Begitupun yang dirasakan oleh Aku dalam novel Memoar
Seorang Dokter Perempuan dan Firdaus dalam novel Perempuan Di Titik Nol.
karenanya merupakan suatu hal yang alami jika perempuan berada pada posisi
kesempatan”. Namun jangan hal ini menjadi kelesuan semangat kita dalam upaya
keadilan gender diberbagai wilayah peran dengan proses sharing power sehingga
tidak ada satu jenis kelamin yang mendominasi atau tertindas jenis kelamin
lainnya.
Namun, para aktivis hak perempuan tidak berdiam diri di tengah berbagai
rintangan seperti ini. Ambil contoh Bothaina Kamel, yang mencoba menggunakan
haknya untuk maju menjadi calon presiden, dan merupakan kandidat presiden
tanda tangan untuk bisa masuk daftar calon yang dipilih, ia memperlihatkan
5.3 Diskusi
Dalam diskusi ini, hal-hal penting yang peneliti uraikan yaitu hasil
penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab rumusan masalah kedua dalam
dua novel karya Nawal El Saadawi yang berjudul Memoar Seorang Dokter
dalam aspek budaya. Segala tingkah laku tokoh dalam masyarakat ditentukan
adanya budaya yang dimiliki oleh masyarakat itu. Sedangkan Citra perempuan
dalam novel PDTN banyak menampilkan citra perempuan dalam aspek sosial.
perempuan dalam hidupnya hanya untuk laki-laki. Sejak kecil, perempuan dididik
memuaskan laki-laki.
mandiri, sehingga perempuan yang seperti itu akan mendapat cemoohan dari
masyarakat.
menguasai dan mengontrol perempuan. Pada kondisi ini perempuan berada pada
kelengkapan bagi orang lain. Sebelum menikah perempuan lebih banyak diatur
oleh orang tuanya dan ketika menikah diserahkan orang tuanya pada suaminya.
Perempuan lalu menjadi milik suaminya, mengurusi suami, rumah tangganya, dan
kepentingan orang lain, menjadi bagian dari orang lain, sehingga ia kehilangan jati
dirinya.
seorang laki-laki demi menghidupi keluarganya. Wanita yang bernama Sisa Abu
Daooh ini bekerja sebagai pengangkat batu bata dan kantong semen serta
membersihkan sepatu di jalan-jalan untuk mencari nafkah untuk diri sendiri dan
melindungi diri dari laki-laki dan menjadi target dari mereka, Sisa memutuskan
desa-desa lain dimana tidak ada yang mengenal Sisa. Selama 43 tahun Sisa selalu
menyamar menjadi pria dan mengenakan jubah longgar tradisional dengan lengan
laki dalam suatu pekerjaan, perempuan selalu mendapatkan perlakuan yang tidak
tersebut. Kalaupun ada perempuan yang memegang jabatan tertinggi, hal itu tidak
harkat dan martabat yang tidak sama dengan laki laki. Secara jenis kelamin
memang berbeda, tetapi hak dan kewajiban sebagai makhluk sosial tidak ada
bedanya. Kaum perempuan harus diberikan peluang yang sama dengan laki-laki
juga dapat menjadi pemimpin. Hal itu sejalan dengan pendapat Saptandari
sebagai objek, tetapi juga sebagai pelaku aktif, sebagai orang yang ikut
sebagai seorang wanita. Karena itu, di dalam dua novel ini menampilkan
perempuan seakan menjadi alur yang tidak berkesudahan. Harkat dan martabat
6.1 Simpulan
berikut.
perempuan. Hal ini tergambar dari tokoh aku dalam novel MSDP yang
dalam novel PDTN tergambar dari tokoh Firdaus yang tidak diberikan
,sedangkan dalam novel PDTN perempuan tidak perlu sekolah dan cukup
yang terjadi pada perempuan. Dalam hal ini kekerasan yang sering terjadi
terhadap perempuan. Beban kerja yang rus diterima oleh perempuan dalam
marah.
2. Citra perempuan yang tergambar dalam novel MSDP dan PDTN terdiri
dari 4 aspek yaitu, 1) Aspek fisis. Dalam aspek fisis tokoh aku dalam
novel MSDP tergambar citra perempuan yang cantik, dan dewasa. Begitu
pula yang tergambar pada tokoh Firdaus dalam novel PDTN. Firdaus
Dalam aspek psikis tokoh aku dalam novel MSDP mampu mencitrakan
sosok yang pintar dan pemberani. 3) Aspek sosial. Citra perempuan dalam
keluarga, sikap rela berkorban, mandiri, dan memiliki harga diri. Dalam
aspek sosial citra perempuan yang tergambar dalam aspek sosial tokoh aku
dalam novel MSDP adalah seorang anak, seorang istri, dan seorang dokter.
Sedangkan citra perempuan dalam aspek sosial yang tergambar dari tokoh
dalam bidang pendidikan, dalam bidang publik, dan dalam bidang hukum.
6.2 Saran
diketahui dengan lebih jelas bagaimana penerapan budaya Arab dalam kehidupan
sikap terhadap perempuan yang selama ini dianggap menjadi manusia yang
infreoritas.
Peneliti selanjutnya dapat mencoba konsep yang sesuai untuk sastra Arab dan
dan negatifnya agar dapat dipahami dan diterima sesuai dengan keperluannya.
Barker, Chris. 2000. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Trans dan Ed. Tim
Kunci Cultural Studies Center. Yogyakarta : Bentang.
Bhasin dan Khan. 1995. Feminisme Dan Relevansinya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Bungin. Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Ganelli. Aries Eva, dkk. 2010. Kepribadian Perempuan Aceh yang Tangguh
Kemarin-Sekarang dan Esok. Medan: USU Press.
Hellwig, Tineke. 2003. In The Shadow of Change: Citra Perempuan dalam Sastra
Indonesia. Trans. Farikha dan Rika Iffanti. Jakarta: Pesantara.
Miles, Matthew B.A, dan Michael Huberman, Saldana. 2014. Analisis Data
Kualitatif. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
Murniati, Nunuk P. 2004. Getar Gender. Buku Pertama dan Buku Kedua.
Magelang: Indonesiatera.
Narwoko, J. Dwi dan Suyanto Bagong. 2004. Sosiologi : Teks Pengantar Dan
Terapan. Jakarta: Kencana.
Patel, Ismail Adam. 2005. Perempuan Feminisme dan Islam.Trans. Abu Faiz.
Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies : Representasi Fiksi dan
Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saadawi, Nawal El. 1989. Perempuan Di Titik Nol. Trans. Amir Sutarga. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. Terjemahan dari: Women at Point Zero.
Seldan, Raman. 1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Trans.
Rachmat Djoko Pradopo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugihastuti dan Soeharto. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1956. Theory of Literature. New York:
Harcourt, Brace, dan World.
Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra
Darwati.
Astuti, Tri Marhaeni Pudji. 2011. Citra Perempuan dalam Politik. Jurnal Gender
danAnak.http://pensa-sb.info/wp-content/uploads/2011/02/CitraPerempuan.pdf
. [Diunduh tanggal 9 Agustus 2016]
Bolatito, A.L. 2003. Feminism in the postmodernist age. The Journal of Social,
Political and Economic Studies.
Kasmiati, Elmustian dan Hadi Rumadi. Citra Perempuan Dalam Novel Habibie
Dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie. FKIP Universitas Riau
Latif, Muh Nur.2006. Analisis Kritik Sastra Arab Karya Nawal El-Sa’dawi.
Bahasa dan Seni.1: 44-55. unhas.ac.id. [Diunduh tanggal 20 okt 2015].
Qudsiah, Esti Rohana, dkk. 2012. Pencitraan Wanita dalam Novel Imro’ah Inda
Nuqhtah Ash-Shifr Karya Nawal El-Saadawi (Kritik Sastra Feminis). jurnal-
online.um.ac.id. [Diunduh tanggal 20 Oktober 2015].
Rohana, Esti dkk. 2012. Pencitraan Wanita Dalam Novel “Imro’ah Inda
Nuqthah Ash-Shifr” Karya Nawal El-Sa’dawi (Kritik Sastra Feminis. Jurnal
UNM. [diunduh tanggal 13 Oktober 2016]
Ummah, Miyatul. 2009. “Kritik Sastra Feminis dalam Novel Imra‟ah Indha
Nuqhtah Al-Shifr Karya Nawal El-Saadawi.” Tesis. Jakarta: Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Negeri Syarif Hidayatullah. repository.uinjkt.ac.id.
[Diunduh tanggal 19 Okt 2015].
Marsinahfm. 2012. Perempuan pelita edisi 19: nawal el saadawi, setia pada jalan
perjuangan pembebasan perempuan. 9 /11/01/perempuan-pelita-edisi-19-nawal-
el-saadawi-setia-pada-jalan perjuangan-pembebasan-perempuan/ [Diakses
tanggal 9 agustus 2016]
Miller, Joe. 2016. Seorang Perempuan Yang Berupaya Mengubah arab Saudi.
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2011/06/110620_egyptwomen.shtml
[Diakses tanggal 29 September 2016]
Sativa, Lillahi Rahma. 2012. Setiap Hari Wanita Mesir Mengalami Pelecehan
Seksual. http://health.detik.com/read/2012/09/05/122509/2008525/763/setiap-
hari-wanita-mesir-mengalami-pelecehan-seksual [Diakses Tanggal 29
September 2016]
Yulianingsih. 2015. Pertama Kali, 900 Wanita Saudi Berebut Kursi Pemerintahan.
http://global.liputan6.com/read/2378488/pertama-kali-900-wanita-saudi-
berebut-kursi-pemerintahan. [Diakses tanggal 29 September 2016]
Sinopsis
Sejak kecil aku tumbuh dalam sebuah keluarga yang selalu menjejalinya
selalu diatur oleh sebuah tradisi turun temurun yang ada dalam masyarakat
tempatnya tinggal. Sebuah tradisi yang mengatur bahwa hidup seorang wanita
adalah untuk mengabdikan diri di dapur dan memuaskan lelaki diatas ranjang.
sebaliknya dengan lelaki, lelaki selalu dianggap benar dan mulia ibarat nabi.
Lelaki yaitu seorang makhluk yang keinginannya harus selalu terpenuhi, yang
melawan tradisi dari keluarga maupun masyarakat. Setelah lulus dari sekolah, dia
dirinya. Dia semakin menyadari bahwa kaum lelaki bukanlah nabi seperti yang
beberapa hal yang tak mampu dijelaskan oleh ilmu pengetahuan dan salah satunya
adalah kematian. Menyadari akan hal ini, ia mengalami dilema. Dia menyadari
sebelumnya. Dia menyadari bahwa yang selama ini dia lakukan hanyalah
kodratnya sendiri yang seharusnya dapat ia terima sebagai anugerah dari Tuhan.
hakikat kemanusiaan. Tidak hanya sisi kemanusiaan dirinya namun juga pada
orang lain yang menderita dan tidak memiliki apa-apa. Hal inilah yang kemudian
Pelajaran demi pelajaran hidup terus diteguknya, aku yang kini telah
tumbuh menjadi wanita dewasa itu mulai menjalani kehidupannya semula. Ia telah
menjadi manusia yang telah berubah mendasar, dari seorang dokter yang ahli
dalam profesi dengan status dan peran menjadi seorang anak dan saudara yang
kembali dapat menghayati kasih serta kehangatan keluarga. Ia meneguk cinta dan
kasih lingkungan, namun ada yang masih dicari olehnya yaitu cinta dari seorang
lemah. Lelaki yang kehilangan ibunya, dan mengharapkan suatu keibuan yang
dapat dimiliknya secara sempurna. Ia masuk dalam perangkap melalui akad nikah.
Bahkan praktekanya pun harus dihentikan, tak ada penghargaan sebagai pribadi
pada pengabdian dan pemilikan. Lelaki ini merasa unggul ditopang pemilikan dan
pengabdian seorang perempuan. Lelaki yang lemah itu tiba-tiba mau berkuasa.
tangga hal ini tergambar dari gambaran pengarang, "sosok tubuh kokoh dan kekar
yang menempati lebih separuh tempat tidurku. Dan sebuah mulut besar yang tidak
pernah berhenti makan. Dua kaki yang membuat kotor kaus kaki serta tempat
tidur. Dan satu hidung besar yang membuatku tak bisa tidur sepanjang malam
karena suara mendengkur dan mendesis". Ia sudah mencapai tahap kritis dan
Selepas bercerai dari suaminya, aku hidup sendiri sebagai seorang wanita yang
Dalam masyarakat tempatnya tinggal tidaklah lazim jika seorang wanita hidup
sendirian. Lazimnya seorang wanita itu hidup bersama laki-laki, hidup dibawah
naungan ketiak laki-laki. Melihat kondisi yang seperti itu, ia kembali mendalami
seorang dokter, ia bertemu dengan seorang rekan seprofesi yang mungkin bisa
itu tak seperti harapannya. Lelaki itu takut pada pemikiran perempuan.
kesunyian yang amat sangat, dan kesendirian yang begitu kejam. Iapun kembali
yang jujur dan terbuka. Pertemuan mereka adalah pertemuan dua pribadi yang
Firdaus adalah anak dari seorang petani, hidupnya sangatlah rumit dan
penuh konflik. Sejak kecil Firdaus sudah menjalani penganiayaan dari segi fisik
maupun mental oleh seorang lelaki yang dikenalnya sebagai ayah. Sesungguhnya
tak cuma Firdaus yang mendapat perlakuan dari sosok ayahnya itu, tapi ibunya
pun tidak pernah mempunyai nasib yang lebih baik dari Firdaus.
Ketika ayah dan ibu Firdaus meninggal, Firdaus di asuh oleh pamannya.
Meski pamannya itu bersikap lebih baik dan lemah lembut daripada ayahnya, tapi
sosok paman yang lemah lembut itu sama seperti lelaki lain. Pamannya pun tidak
Disitulah ia dapat merasakan bergaul dengan sebayanya, namun ketika itu juga ia
hampir mengenal cinta tetapi tidak dari lawan jenis, melainkan dari seorang guru
perempuan. Lulus dari sekolah menengah dengan nilai terbaik, lalu pamannya
menikah dengan seorang gadis anak dari guru sewaktu ia sekolah di Al Ezhar.
Waktu pun terus belalu, lama-kelamaan sang bibi tersebut kurang suka
Firdaus pada seorang laki-laki yang bernama Syekh Mahmoud, orang tua yang
berumur 60 tahun yang kaya raya dan sangat pelit disertai dengan adanya bisul
disekitar wajahnya.
Untuk membalas budi sang paman, Firdaus pun menerima pinangan dari
Syekh Mahmoud tersebut dan umurnya waktu itu adalah 18 tahun. Apa boleh buat
Firdaus pun harus melayani lelaki dengan wajahnya yang penuh bisul itu walau
dengan setengah hati. Namun lama-kelamaan Firdaus pun tak tahan dan kemudian
melarikan diri. Hal itu disebabkan Firdaus seringkali mendapatkan perlakuan yang
menyakiti fisiknya. Ia pun terus berlari, dan saking kencangnya ia berlari akhirnya
tibalah pada suatu keindahan pemandangan sungai Nil. Di situlah awal mulanya
Firdaus beremu dengan lelaki yang bernama Bayoumi. Awalnya ia mengira lelaki
yang bernama Bayoumi adalah seorang laki-laki yang baik, namun ternyata tidak
demikian. Bayoumi lalu mengajak Firdaus untuk tinggal satu rumah. Bayoumi
pun tidak ketinggalan untuk merasakan nikmatnya tubuh Firdaus bersama teman-
pelacur. Karena tidak tahan dengan perlakuan Bayoumi Firdaus melarikan diri.
Sharifa yang ternyata tak lebih dari seorang germo. Namun, berkat perempuan itu
Firdaus lebih mengenal lagi tentang dunia pelacuran dan mengetahui bahwa ia
memiliki tubuh dengan harga diri yang tinggi, disitu Firdaus merasakan
kenikmatan dunia. Karena adanya konflik antara Firdaus dan Fawzi (pacar
Sharifa) yang ingin memperistri Sharifa. Maka atas sikap Sharifa Firdaus yang
penuh rasa hormat kepada siapapun yang di temuinya, Firdaus pun kembali
melarikan diri. Di jalan ia di ajak oleh seseorang untuk masuk kedalam mobil dan
pon.
berharga. Ia bisa membeli apapun yang ia inginkan, ia bisa berdandan cantik, dan
yang paling penting ia bisa memilih dengan siapa ia akan tidur. Akan tetapi nasib
baik belum juga bersahabat dengannya. Ketika itu Firdaus sedang merasakan
frustasi karena ia tidak merasa nyaman dan tenang saat ia menekuni sebagai
seorang pelacur. Lalu ia sempat beralih profesi menjadi pegawai kantoran. Disana
dia bertemu dan bisa merasakan rasanya jatuh cinta pada teman kerjanya, tetapi
tetap saja lelaki itu hanya menyukai dan menginginkan kenikmatan tubuh
perempuan. Bahkan perempuan adalah pelacur dalam hidup seorang lelaki, karena
setelah menjadi istri pun wanita masih menjadi pelacur. Hal yang
membedakannya adalah ketika sudah berumah tangga wanita merasa pasrah, tidak
dari pengalamannya selama ini, Firdaus pun sadar dan menjadi perempuan yang
tak mau lagi di injak-injak harga dirinya oleh kaum pria. Namun karena sang
germo memaksa dan mengancamnya, Firdaus pun memegang sebilah pisau dan
Setelah peristiwa itu, ia segera menyerahkan diri kepada polisi dan akhirnya
masuk penjara.
Firdaus pun di vonis hukuman mati. Firdaus menolak menerima grasi yang
dirinya, termasuk kepasifan menerima hukuman mati. Menurut Firdaus, vonis itu
memilih mati karena kejahatan yang dilakukannya daripada mati karena kejahatan
Lampiran 2
sosiolog, dokter dan penulis militan yang konsisten berbicara dalam isu-isu
masalah wanita Arab atau kita lebih mengenalnya dengan sebutan feminis. Beliau
seorang penulis produktif terkenal di dunia dan sudah banyak tulisan beliau yang
bahasa Arab dan tinggal di Mesir. lebih dari empat puluh buku fiksi dan non fiksi
telah ia tulis. Ia merupakan salah satu penulis yang karyanya paling banyak
diterjemahkan kedalam dua belas bahasa dunia. Novel dan buku-bukunya tentang
secara berturut-turut baik perempuan muda dan laki-laki selama lima dekade
terakhir.
Nawal El Saadawi lahir pada 27 0ktober 1931 di Kafr Tahla, sebuah desa
kecil di luar Kairo. El Sa‟adawi dibesarkan dalam keluarga besar dengan delapan
dalam kondisi negara yang berada dalam tekanan kolonial. Saat umurnya
menginjak usia enam tahun ia "disunat", namun agak progresif dan menolak.
saudara lelakinya harus memiliki pendidikan lebih tinggi dari padanya. pada tahun
Minufia di daerah Delta, wilayah yang terletak disebelah utara Kota Kairo.
dalam sejarah hidupnya." Ibunya meninggal ketika ia berumur 25 tahun, dan tak
lama setelah itu Ayahnya menyusul ibunya, keduanya tidak dapat menyaksikan
prestasi yang luar biasa putri mereka sebagai pahlawan perempuan Arab.
Kairo, sebuah Fakultas yang hanya diambil oleh kaum lelaki tetapi justru itu yang
arab dan penguasa kolonial pada perempuan pedesaan, El Saadawi masih bisa
menempuh studi di Universitas Kairo dan lulus pada tahun 1955 dengan gelar
pada negara dan akhirnya naik menjadi Direktur Kesehatan Masyarakat Mesir. El
bersama-sama. Mereka menikah pada tahun 1964 dan memiliki seorang putra dan
Saadawi beberapa kali mengadakan kegiatan ilmiah, antara lain; penelitiaan dan
Ia mulai menulis lebih dari 25 tahun yang lalu saat ia melakukan praktek
imperialis , karya buku El Saadawi ini (27 di semua) telah berkonsentrasi pada
dan Masalah Seks sebagai judulnya. Semua karyanya saat itu terkait dengan
subjek yang sangat tabu; yakni tentang feminisme, gender, perempuan dan
seksualitas, dan juga subyek sensitif, patriarki budaya, politik dan agama. Nawal
sama peliknya dengan masalah negara. Dalam buku al-Mar‟ah wa al-Jins tadi
(Perempuan dan Masalah Sex), El Saadawi memberikan potret sosial bangsa Arab
yang lusuh dan cara pandang negatif kaum lelakinya tentang perempuan dan sex.
Publikasi ini membangkitkan kemarahan otoritas politik dan teologis saat itu, dan
di Mesir.
Dari tahun 1973 sampai 1976 ia menjadi sorang peneliti perempuan dan
dipublikasikan Perempuan dan Neurosis di Mesir Pada tahun 1976 dengan judul
Penelitian ini juga memberinya inspirasi untuk menulis novelnya yang terkenal
terpidana mati yang dihukum karena membunuh suaminya bahwa dia bertemu
Pada tahun 1977, ia menerbitkan karya yang paling terkenal, The Hidden
Face Hawa, yang meliputi sejumlah topik relatif terhadap wanita Arab seperti
Kemudian pada tahun 1980, sebagai puncak dari perang lama ia berjuang
untuk kemerdekaan perempuan Mesir dalam segala aspek, terutama dalam aspek
karena tempatnya hanya dirumah untuk menjadi ibu rumah tangga, perempuaan
Saadawi menyatakan "Saya ditangkap karena saya percaya Sadat Dia mengatakan
anggota lokal dan lebih dari 2.000 anggota secara internasional. Asosiasi ini
pedesaan. Para AWSA dilarang pada tahun 1991 setelah mengkritik keterlibatan
AS dalam Perang Teluk. El Saadawi merasa konflik irak dan libanon (perang
penjara, menggunakan "pensil alis pendek hitam" dan "gulungan kecil kertas toilet
tua dan compang-camping." Dia dirilis bebas pada tahun 1982, dan pada tahun
penerbitan dalam kondisi otoriter seperti itu dan tekadnya untuk terus menulis
kebenaran.
selama beberapa tahun sampai dia meninggalkan negara untuk menjadi profesor
Asia dan Afrika Departemen Bahasa Duke University dari 1993-1996. Dia juga
Berikut ini adalah daftar lengkap karya-karyanya ditulis. Semua asli di Arsip.
Lampiran 3
3.2 Ketidakadilan Gender Dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya Nawal
El Saadawi
1. Jika salah satu anak perempuannya mati, Ayah akan menyantap makan
malamnya, Ibu akan membasuh kakinya dan kemudian dia kan pergi
tidur, seperti ia lakukan setiap malam. Apabila yang mati itu seorang anak
laki-laki, ia akan memukul ibu, kemudian makan malam dan merebahkan
diri untuk tidur. (PDTN, hal 26)
2. “Dia dapat tinggal bersama kita sampai saya mendapatkan pekerjaan
baginya.”
“itu dapat makan waktu bertahun-tahun. Rumah ini kecil dan kehidupan
mahal. Dia makan dua kali sebanyak anak-anak kita.”
“dia membantumu dan anak-anak di rumah.”
“kita punya gadis pembantu, dan saya masak sendiri. Kita tidak
memerlukannya.” (PDTN, hal 51)
3. “Apa yang akan kita perbuat dengannya?”
“Kita bisa bebas dari dia dengan mengirimkannya ke universitas. Di sana
dia dapat tinggal di asrama puteri”.
“Ke universitas? Ke suatu tempat di mana dia akan duduk bersebelahan
dengan lelaki? Seorang syekh dan laki-laki yang saleh macam aku ini
akan mengirimkan kemenakan untuk berbaur dengan kumpulan orang
laki-laki? (PDTN, hal 52)
4. Saya bermaksud untuk minta mas kawin yang besar darinya.
“Berapa banyaknya?”
“Seratus pon, atau barangkali malahan dua ratus jika ia punya uang.”
“Jika ia membayar seratus pon, maka Allah benar-benar telah bermurah
hati kepada kita, dan saya tidak berlaku serakah untuk meminta yang
lebih banyak.”
“Aku akan mulai dengan dua ratus. Anda tahu dia adalah seorang lelaki
yang dapat bertengkar berjam-jam mengenai lima kelip, dan akan bunuh
iri demi uang satu piaster.” (PDTN, hal 53)
5. “Saya tak dapat terus tinggal dirumahmu, “kata saya dengan gagap. “Saya
perempuan, dan kau laki-laki, dan orang membicarakan kita. Di samping
itu, kau telah berjanji akan mencarikan pekerjaan bagi saya.”
Dengan marah dia menjawab pedas, “Apa yang dapat kuperbuat, minta
bantuan pada langit?” (PDTN, hal 109)
6. “Kau seorang pelacur, dan menjadi tugasku untuk menangkap kamu dan
lain-lain yang sejenis denganmu. Untuk membersihkan negeri ini, dan
melindungi kaum keluarga yang terhormat dari jenis kalian. Tetapi saya
1. Saya tak tahu harus menjawab apa. Sebelum pembantu mulai meletakkan
makan siang di atas meja, Paman telah mengantarkan saya kembali ke
rumah suami saya. (PDTN, hal 63)
2. “Pamanku, Syekh Mahmoud adalah seseorang yang terhormat. Dia punya
pensiun yang besar dan tak punya anak-anak, dan ia masih hidup
sendirian sejak isterinya meninggal tahun yang lalu. Bila ia menikah
dengan Firdaus, Firdaus akan memperoleh kehidupan yang baik
bersamanya, dan ia akan mendapatkan pada diri Firdaus seorang isteri
yang penurut, yang akan melayaninya dan akan meringankan
kesunyiannya. Firdaus telah bertambah besar yang mulia, dan harus
dikawinkan. Terlalu banyak risikonya bagi Firdaus bila terus-terusan tak
bersuami. Dia adalah seorang gadis yang baik, tetapi dunia ini sudah
penuh dengan bergajul. (PDTN, hal 52)
3. Selama tiga tahun bekerja pada perusahaan itu, saya menyadari bahwa
sebagai pelacur saya telah dipandang dengan lebih hormat, dan dihargai
lebih tinggi daripada semua karyawan perempuan, termasuk saya. Pada
masa itu saya tinggal di sebuah rumah dengan kamar mandi pribadi.
(PDTN, hal 109)
No. Streotipe Dalam Novel Perempuan di Titik Nol
1. Di atas kepala, saya menjunjung sebuah kendi tembikar yang berat penuh
berisi air. Karena beratnya, kadang-kadang leher saya tersentak ke
belakang, ke kiri atau ke kanan. Saya harus mengerahkan tenaga saya
untuk tetap menjaga keseimbangan di tas kepala saya, dan menjaga agar
jangan jatuh. (PDTN, hal 18)
Lampiran 4
4.1 Citra Perempuan dalam Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan
Karya Nawal El Saadawi
No. Citra Perempuan dalam Aspek Fisis
4.2 Citra Perempuan dalam Novel Perempuan Di Titik Nol Karya Nawal El
Saadawi
No. Citra Perempuan dalam Aspek Fisis
1. Saya tahu perempuan tidak bisa menjadi kepala negara, tetapi saya
merasa bahwa saya tidak seperti perempuan lainnya juga anak-anak lain
di sekitar saya yang tetap saja bicara tentang cinta, atau tentang laki-laki.
(PDTN, hal 36)
2. Kini saya sadari bahwa yang paling sedikit diperdayakan dari semua
perempuan adalah pelacur. Pekawinan adalah lembaga yang dibangun
atas penderitaan yang paling kejam untuk kaum wanita. (PDTN, hal 126)
3. Pada kesempatan yang ketiga kalinya, ia menjelaskan kepada saya bahwa
menolak seorang Kepala Negara dapat dipandang sebagai suatu
penghinaan pada tokoh yang penting dan dapat menjurus pada ketegangan
hubungan antara dua negara. Ditambahkannya, bahwa jika saya benar-
benar mencintai negara saya, jika saya seorang patriot, saya akan pergi