Mater Bagian C
Mater Bagian C
1. Plasenta previa
Plasenta previa merupakan kondisi kelainan letak plasenta yang ditandai dengan plasenta yang
melekat di bagian bawah Rahim. Kondisi ini dapat menutupi jalan lahir.
Plasenta merupakan organ yang terbentuk selama masa kehamilan. Organ ini terhubung dengan
janin melalui tali pusat dan bertugas untuk memberi nutrisi pada janin. Dalam keadaan normal,
seharusnya plasenta terletak di rahim bagian depan atau atas.
Plasenta previa komplit/ totalis, yaitu letak plasenta yang menutupi seluruh jalan lahir
Plasenta previa parsial, yaitu letak plasenta yang menutupi sebagian jalan lahir
Plasenta previa marginalis, yaitu letak plasenta yang berada di tepi jalan lahir
Plasenta previa biasanya sudah dapat dilihat pada usia kehamilan 20 minggu. Umumnya, kondisi
ini dapat teratasi dengan sendirinya tanpa penanganan khusus. Meski demikian, terdapat
beberapa kasus di mana plasenta previa tetap bertahan selama masa kehamilan.
Plasenta previa yang tetap bertahan selama masa kehamilan dapat menyebabkan perdarahan
pada ibu hamil yang mengalaminya. Oleh karena itu, jika kondisi plasenta previa tetap bertahan
hingga waktu persalinan, ibu hamil yang mengalaminya disarankan untuk menjalani operasi
Caesar
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui hingga saat ini. Namun terdapat beberapa kondisi
yang menyebabkan ibu hamil yang rentan mengalami plasenta previa, seperti:
Kondisi plasenta previa dapat diketahui melalui pemeriksaan USG pada kehamilan trimester kedua
atau trimester ketiga. Untuk itu, ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin.
Sebagian kasus plasenta previa tidak menimbulkan gejala apa pun. Sementara itu, banyak kasus
plasenta previa ditandai dengan adanya perdarahan yang keluar dari vagina.
Perdarahan akibat plasenta previa terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu. Darah yang
keluar adalah darah segar, dan tidak disertai dengan rasa nyeri maupun kram di perut. Sebagian
besar kasus perdarahan vagina pada ibu hamil trimester ketiga disebabkan karena plasenta
previa.
Umumnya perdarahan yang timbul karena plasenta previa tidak membahayakan ibu dan janin.
Namun bila perdarahan sangat banyak, plasenta previa bisa mengancam nyawa ibu dan janin.
Pengobatan plasenta previa bertujuan untuk mencegah perdarahan. Penanganan yang akan
diberikan oleh dokter tergantung kepada kondisi kesehatan ibu dan janin, usia kandungan, posisi
ari-ari, dan tingkat keparahan perdarahan.
Pada ibu hamil yang tidak mengalami perdarahan atau hanya mengalami perdarahan ringan,
biasanya dokter akan memperbolehkan ibu hamil melakukan perawatan secara mandiri di rumah,
yang berupa:
Banyak berbaring
Menghindari olahraga
Menghindari hubungan intim
Meskipun tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, pasien tetap harus waspada dan segera
mencari pertolongan medis apabila perdarahan memburuk atau tidak berhenti.
Bila ibu hamil mengalami perdarahan hebat apalagi berulang, dokter kandungan akan
menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar. Namun jika usia
kandungannya kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan suntikan
obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin. Bila perlu, ibu
hamil juga akan diberikan transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang.
Ibu hamil yang mengalami plasenta previa sebenarnya masih dapat melahirkan normal, asalkan
letak plasenta tidak menutupi jalan lahir atau hanya menutupi sebagian. Tetapi jika plasenta
menutupi seluruh jalan lahir, dokter akan menyarankan operasi caesar.
Plasenta previa bisa berbahaya, baik bagi ibu maupun janin. Pada ibu, plasenta previa dapat
menyebabkan komplikasi berupa:
Syok
Syok terjadi akibat perdarahan berat ketika proses persalinan.
Penggumpalan darah
Komplikasi ini terjadi akibat perawatan di rumah sakit yang membuat ibu terlalu lama
berbaring, sehingga darah lebih mudah
Sedangkan pada janin, komplikasi yang dapat terjadi akibat plasenta previa adalah:
Kelahiran prematur
Bila perdarahan terus berlangsung, bayi harus segera dilahirkan dengan operasi caesar,
meskipun belum cukup bulan.
Asfiksia janin
Kondisi ini terjadi ketika janin tidak mendapat cukup oksigen saat di dalam kandungan.
Pada kondisi yang jarang terjadi, plasenta previa dapat menyebabkan jaringan plasenta tumbuh
terlalu dalam, sehingga sulit untuk dikeluarkan (retensi plasenta). Kondisi ini akan memperburuk
perdarahan.
2. Soluaio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari dinding rahim yang
terjadi sebelum janin lahir. Hal ini berbahaya, sebab plasenta berfungsi sabagai media pemberian
nutrisi dan oksigen pada janin.
Kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan hebat –baik pada sang ibu maupun janin dalam
kandungan. Biasanya terjadi pada kehamilan trimester dua dan tiga (di atas kehamilan 20
minggu).
Solusio plasenta bisa menimbulkan komplikasi berupa syok hipovolemik, gagal ginjal dan kelainan
pembekuan darah. Sedangkan pada janin, komplikasi yang dapat terjadi antara lain fetal distress,
gangguan pertumbuhan/ perkembangan, hipoksia, anemia, dan kematian.
Gejala yang ditimbulkan solusio plasenta bergantung pada luasnya plasenta yang terlepas. Berikut
beberapa gejala yang umum terjadi akibat terlepasnya selaput plasenta atau solusio plasenta:
Nyeri punggung
Kontraksi berlangsung cepat
Pendarahan pada vagina
Rahim terasa sakit
Nyeri perut
Kurangnya pergerakan janin atau gerakan tidak seperti biasanya
Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti solusio plasenta. Namun ada beberapa hal yang
diduga dapat meningkatkan faktor risiko kondisi ini, yaitu:
Diagnosis terhadap solusio plasenta dapat dilakukan lewat pemeriksaan fisik. Lewat
pemeriksaan ini, dokter akan memastikan tekanan rahim, apakah lunak atau keras. Namun
itu bukanlah satu-satunya pemeriksaan yang bisa dilakukan. Pemeriksaan lainnya adalah
dengan dengan tes darah dan pemeriksaan ultrasound.
Melalui tes darah dan pemeriksaan ultrasound, dapat diketahui penyebab terjadinya
perdarahan. Penggunaan ultrasound dengan frekuensi tinggi biasanya diperlukan untuk
mengetahui kondisi rahim. Meski demikian, pemeriksaan ini tidak selalu dapat memastikan
solusio plasenta.
Perlu diketahui sejak awal bahwa plasenta yang sudah terlepas tidak dapat disatukan kembali.
Untuk itu, penanganan solusio plasenta akan ditentukan bergantung pada usia kehamilan dan
kondisi janin dalam kandungan.
Dokter akan menunggu persalinan spontan hanya pada kondisi tertentu. Milsanya: bila usia
kehamilan kurang dari 36 minggu, perdarahan telah berhenti, perut tidak terasa sakit, dan janin
dalam kondisi hidup.
Namun lain halnya jika kondisi Anda terus memburuk (perdarahan terus berlangsung dan semakin
luasnya bagian plasenta yang terlepas berdasarkan pemantauan USG). Untuk kasus seperti ini,
kehamilan harus segera diakhiri.
Abruptio plasenta atau solusio plasenta dapat menimbulkan komplikasi serius, baik pada ibu
maupun bayi. Komplikasi tersebut dapat berupa:
Perdarahan yang parah dapat menyebabkan ibu hamil harus menjalani operasi pengangkatan
rahim (histerektomi). Kondisi ini juga bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu hamil.
Solusio plasenta atau abruptio plasenta tidak dapat dicegah. Kendati demikian, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko dan mengantisipasi lepasnya plasenta. Upaya
tersebut antara lain: