OLEH
MUHAMMAD ABDUL MUIS 1966390019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam masyarakat yang sudah maju dan sadar akan nilai kegunaan
lembaga asuransi atau pertanggungan sebagai lembaga pelimpahan risiko,
setiap kemungkinan terhadap bahaya menderita kerugian itu pasti
diasuransikan atau dipertanggungkan. Hampir setiap gerak dan aktivitas
baik pribadi atau badan-badan usaha itu selalu dilindungi oleh suatu
peganjian pertanggungan yang mereka adakan, atau dengan perkataan lain
setiap kemungkinan risiko itu selalu dipertanggungkan; jadi semakin orang
merasa makin tidak aman, semakin pula orang selalu berusaha
mengasuransikan segala kemungkinan risiko yang mungkin timbul makin
banyak yang merasa tidak aman makin banyak yang mengalihkan risiko
kepada pihak lain, berarti makin banyak peganjian asuransi ditutup.
Selanjutnya makin banyak pula dana yang diserap oleh perusahaan sebagai
pembayaran atas kesedianya mengambil alih risiko pihak tertanggung.
Polis merupakan bukti adanya perjanjian asuransi antara pihak
penanggung dan pihak tertanggung sebagai penutup asuransi. Karena polis
adalah surat yang bernilai uang, maka penggadaian sepucuk polis itu hanya
bisa terjadi dalam hubungan hukum, khususnya mengenai pinjaman uang,
yang dilakukan oleh tertanggung/penutup asuransi kepada penanggung.
Polis yang akan digadaikan itu harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
oleh pelaksanaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Asuransi Jiwasraya?
2. Apa penyebab terjadinya yang terjadi pada Asuransi Jiwasraya?
3. Bagaimana penanganan dan solusi dengan pengendalian internal pada
kasus Asuransi Jiwasraya?
4. Apa dasar teori dalam menangani kasus Asuransi Jiwasraya?
5. Bagaimana Implementasi GCG
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Asuransi Jiwasraya
2. Mengetahui permasalahan fraud yang terjadi pada Asuransi Jiwasraya
3. Mengetahui cara penanganan dan solusi pada kasus Asuransi Jiwasraya
4. Mengetahui dasar teori dalam menangani kasus Asuransi Jiwasraya
5. Mengetahui Implementasi GCG
BAB II
PEMBAHASAN
Pembahasan pada bagian ini ialah terkait dengan lingkungan pengendalian dalam PT
JIWASRAYA. Pembahasan pertama ialah terkait dengan adanya struktur organisasi
dalam lingkup perusahaan yang digambarkan sebagai berikut
Direktur utama
Audit
Internal
Divisi
penanggungj
awab
Divisi
Aktuaria
Dari bagan dalam struktur perusahaan tersebut muara bertanggung jawab kepada
direktur utama akan tetapi dalam pengawasan dilakukan oleh dewan komisaris dan OJK.
Jika dihubungkan dengan kasus saat ini menurut lama berita kolom.tempo.co.id bahwa
kejaksaan agung melihat indikasi lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh OJK.
Lemahnya pengawasan OJK ini dapat dilihat dari sekitar 95% investasi saham di
gelontorkan untuk invesatasi kepada junk stock yang mana kinerjanya sangat buruk dan
98% investasi reksadana di serahkan kepada lembaga manajemen investasi yang kualitas
kinerja rendah. Hal ini menyebabkan pengembalian investasi yang diharapkan dapat
menutup klaim jatuh tempo ternyata tidak bisa digunakan.
Dalam laman yang sama pula dijelaskan mengenai laporan yang diterima DPR mengenai
kinerja Jiwasraya tidak pernah dilampiri laporan audit internal. Hal ini menunjukkan
adanya kesalahan dalam sistem pengendalian internal perusahaan. Audit internal
perusahaan yang semestinya menjadi pengawas kegiatan dan operasional dari
perusahaan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
PT JIWASRAYA juga melakuakn sebuah tindakan skema pozi yang mana untuk menutupi
klaim yang akan dibayarkan, perusahaan menerbitkan produk dengan bunga yang tinggi
untuk menarik pendanaan. Dalam hal ini pengawasan terkait dengan tindakan yang
dilakukan pun sangat kurang. Untuk point pengawasan baik dari internal (audit internal)
dan eksternal (OJK) sama sama tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga
menimbulkan kerugian atas keuangan negara sebesar 17 triliun rupiah (CNBC)
Dengan adanya indikasi salah penempatan investasi baik saham maupun reksadana yang
telah dilakukan oleh PT JIWASRAYA maka dapat disimpulkan kurangnya kompetensi
direksi dalam menempatkan karyawan atau SDM untuk mengelola investasi. Selain itu
kurangnya Kompetensi dalam auditor internal pun juga terasa yakni dengan tidak
berfungsinya auditor internal dalam mengawasi perusahaan.
Dari segi akuntabilitas, mengutip pendapat dari IAPI dalam websitenya yakni mulai tahun
2017 PT JIWASRAYA tidak mempublish laporan keuanganya. Artinya tanggung jawab
kepada masyarakat dari perusahaan dan manajemen sangat kurang.
Dalam hal komitmen pun sangat kurang dalam PT Jiwasraya. Hal ini tercermin dari
adanya temuan korupsi oleh kejaksaan agung. Kantor Kejaksaan Agung pada Rabu
15 Januari menyebut lima orang sebagai tersangka korupsi, tiga di antaranya adalah
mantan Direktur Keuangan Jiwasraya untuk periode Januari 2013-2018, Direktur
Utama Jiwasraya untuk periode 2008-2018 dan mantan Kepala Investasi Jiwasraya
dan Divisi Keuangan.
Skandal fraud seperti yang terjadi pada Jiwasraya dapat terjadi di perusahaan di banyak
industri yang berbeda, baik dalam skala besar maupun kecil. Berita baiknya adalah bahwa
fraud dapat dicegah. Secara umum, kasus fraud seringkali merupakan masalah budaya,
yaitu transparansi
Bila dijelaskan secara detail tujuan dari audit eksternal adalah untuk
mengetahui apakah laporan keuangan tahunan perusahaan atau organisasi
menyajikan kondisi yang riil tentang keadaan finansial perusahaan atau
organisasi terkait. Selain itu apakah dana milik instansi tersebut telah benar-
benar dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati atau dimuat
dalam konstitusi. Sementara itu kita juga tidak dapat mencampuradukkan
tujuan dari auditing sebagaimana point-point berikut ini:
Alasan mengapa audit eksternal perlu untuk dilakukan adalah, agar masyarakat
dapat mengakses informasi tentang penanganan sumber daya ekonomi umum
karena masyarakat memang memiliki hal untuk itu. Karena tak semua orang,
terutama bagi para awam kesulitan memahami transaksi keuangan dalam
bentuk laporan yang rumit, sehingga dibutuhkan jasa seorang profesional untuk
memeriksa informasi sekaligus melakukan analisis dalam laporan keuangan
tersebut. Untuk memperkecil peluang terjadinya kesalahan di masa mendatang
sehingga manajemen perlu melakukan verifikasi akurasi laporan keuangan.
Auditor tidak memeriksa seluruh laporan keuangan satu demi satu secara
mendetail karena akan membutuhkan waktu yang sangat lama, sementara
mereka hanya memiliki waktu yang terbatas dalam menyelesaikan tugasnya.
Jadi auditor hanya menguji beberapa sample transaksi untuk mengetahui
validitasnya. Setelah proses auditing selesai akan dihasilkan suatu laporan
kepada anggota atau publik yang menggambarkan suatu opini audit tentang
akurasi dan kewajaran laporan keuangan tersebut, termasuk keadaan
perusahaan atau organisasi dan aktifitas-aktifitas selama jangka waktu yang
dimaksud.
Jadi jika auditor mendapatkan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi tidak baik, maka auditor berhak menyatakan hal tersebut dalam
laporan hasil auditing sesuai dengan opini mereka. Setelah itu auditor akan
memberikan konsultasi untuk melakukan perubahan atau penyesuaian pada
rancangan laporan keuangan yang akan disetujui oleh Dewan. Auditor juga
pada umumnya akan membuat Surat Manajemen yang diperuntukkan bagi
divisi manajemen yang memuat kelemahan atau kurang efektifnya sistem
kontrol intern.
Dalam surat tersebut juga tercantum solusi yang merupakan rekomendasi dari
auditor cara memperbaiki kondisi tersebut. Manajer kemudian akan melakukan
feed back dan menjabarkan langkah perbaikan yang kemudian akan dilakukan.
Sangat penting untuk menyatakan secara jelas ruang lingkup
pertanggungjawaban auditor setiap saat akan dilakukan proses auditing. Hal ini
meliputi periode waktu dan kesatuan ekonomi yang dimaksud.
Berikut ini pengawasan berlapis yang terdapat di industri asuransi jiwa, yakni:
Dalam hal ini kejagung setelah resmi menetapkan 5 orang yang terkait
dugaan korupsi pada PT Jiwasraya kritik 5 tersangka tersebut yaitu Benny
tjokrosaputro yang merupakan Dirut PT Hanson International Tbk, Heru Hidayat
selaku komisaris Utama PT Trada alam minera Tbk, Hari Prasetyo yang merupakan
direktur keuangan Jiwasraya periode 2013 sampai dengan 2018, hendrisman
rahim yaitu Direktur Utama Jiwasraya periode 2008 sampai dengan 2018 dan
Syah Mirwan mantan Kepala Divisi investasi dan keuangan Jiwasraya.
Saya sebagai mahasiswa akuntansi melakukan sebuah analisis Bagaimana
penerapan GCG dalam PT Jiwasraya Tbk ini. Penelitian ini ditekankan atas temuan
investigasi BPK terhadap Jiwasraya yang semakin menguak kejeblokan Jiwasraya
termasuk adanya kerangka kongkalikong di dalamnya. BPK menegaskan adanya
16 temuan terkait pengelolaan bisnis, investasi dan pendapatan Jiwasraya. Hasil
audit investigasi BPK memperlihatkan kasus asuransi gagal bayar bermula sejak
tahun 2006 pada saat itu menurut catatan BPK, PT Jiwasraya telah mengukuhkan
laba semu, pada tahun 2014 Jiwasraya malah menggelontorkan dana nya untuk
sponsor suporter bola Manchester City. Kemudian pada tahun 2015 Jiwasraya
meluncurkan produk JS saving plan dengan cost of fund di atas bunga deposito.
Kemudian pada tahun yang sama ma berikan kontribusi pendapatan tertinggi.
Selanjutnya pada tahun 2017 opini tidak wajar dalam laporan keuangan karena
kurang pencadangan sebesar 7, 7 triliun 2018 Jiwasraya bukukan kerugian
audited sebesar 15,3 triliun. Pada tahun 2019 pada bulan September Jiwasraya
mengalami kerugian yang menurun yaitu sebesar 13,7 triliun dan pada bulan
November 2019 mengalami negatif equity sebesar 27, 2 triliun.
Tidak hanya itu, berdasarkan situs resmi perseroan ini, bahwa catatan
terakhir laporan keuangan dilakukan untuk tahun buku 2017. Padahal, dalam
peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 55/POJK. 05 5/2 2017 tentang laporan
berkala perusahaan perasuransian di pasal 8 disebutkan bahwa perusahaan
perasuransian wajib menyampaikan laporan berkala kepada OJK dalam bentuk
laporan bulanan, triwulan, semesteran, dan laporan lain.
Dalam sebuah perusahaan, penerapan good corporate governance
diharapkan mampu membawa perusahaan ke kondisi yang terstruktur sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan profesional. Perlu diketahui, terdapat prinsip-
prinsip GCG yang di antara lain adalah lebih dikenal dengan istilah TARIF (
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independence, kesetaraan dan
kewajaran). Dan penerapan prinsip-prinsip ini dalam PT Jiwasraya Tbk adalah
sebagai berikut:
1. Transparansi.
Penerapan prinsip transparansi pada PT Jiwasraya Tbk belum
dijalankan dengan baik meskipun pada dasarnya PT Jiwasraya ini
sudah menerapkan GCG nya. Dalam hal ini perusahaan kurang tegas
atas prinsip-prinsip yang ada terutama prinsip transparansi. Informasi
seperti struktur perusahaan peraturan perusahaan, kebijakan
perusahaan, serta serta segala layanan yang ada ada sudah
tersampaikan dengan baik kepada umum. Dalam penyampaian
kebijakan juga telah dijalankan dengan baik titik perusahaan juga telah
menyediakan informasi untuk di akses oleh publik dengan
menggunakan https:// www.jiwasraya.co.id.
Namun dari hasil yang didapatkan oleh DPK, PT Jiwasraya Tbk masih
ada indikator transparansi yang belum dilaksanakan, yakni pada
indikator penyampaian informasi laporan keuangan, keterbukaan
perusahaan terhadap laporan keuangan tidak dipublikasi kepada publik
titik hal ini dibuktikan bahwa pada situs resmi menunjukkan catatan
terakhir laporan keuangan dilakukan untuk tahun buku 2017. Selain itu
PT Jiwasraya Tbk juga terbukti melampirkan laba semu pada tahun
2016 dan juga memanipulasi labanya.
Selain itu, adanya dugaan korupsi ataupun Kongkalikong antara dua
konglomerat swasta yaitu Benny tjokrosaputro dari pihak PT Hanson
International Tbk dan juga dari PT Trada alam minera Tbk dengan
oknum PT Jiwasraya membuktikan bahwa tidak adanya transparansi
dan tidak memadai pada usulan saham yang memadai. Hal tersebut
mengakibatkan kerugian yang cukup besar dan merugikan negara.
2. Akuntabilitas.
Akuntabilitas ini merupakan kejelasan fungsi, sistem, serta struktur
perusahaan. Akuntabilitas dalam perusahaan mampu membantu proses
pengelolaan perusahaan secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Hal ini dapat
menghasilkan kinerja perusahaan secara transparan dan wajar.
Struktur perusahaan pada PT Jiwasraya Tbk telah tersampaikan pada
situs resmi Jiwasraya. Namun dalam struktur organisasi ini belum
terdapat tugas-tugas dari setiap jabatan dan juga belum mencantumkan
jabatan dewan komisaris. Selain itu adanya dugaan korupsi yang
diungkap oleh BPK, menunjukkan bahwa petinggi atau oknum tersebut
kurang memegang tanggung jawab yang diemban dalam pengabdian di
perusahaan tersebut. Hal ini juga terbukti karena adanya pemalsuan
laporan keuangan yang berakhir merugikan berbagai pihak.
3. Responsibilitas.
Dari hasil analisa, perusahaan perlu menerapkan prinsip
responsibilitas. Ditinjau dari segi tanggung jawab perusahaan
perusahaan belum memenuhi tanggung jawab kepada masyarakat yaitu
Karena perusahaan tidak dapat membayarkan polis nasabah produk
saving plan yang jatuh tempo sebesar 802 miliar dan kemudian karena
banyaknya nasabah yang tidak ingin memperpanjang asuransinya
comma menyebabkan Jiwasraya harus menyediakan dana lebih besar
hingga saat ini terdeteksi bahwa kerugian mencapai 13,7 triliun.
4. Independensi.
Dari hasil penelitian, PT Jiwasraya Tbk dalam menerapkan prinsip
independensi bisa dilihat bahwa tidak adanya dominasi antara divisi di
mana tidak adanya salah satu divisi yang mengatur divisi lain sehingga
divisi lain memperoleh tekanan. Namun, di sini dilihat adanya
intervensi pihak tertentu dan juga adanya persengkongkolan antara
oknum pejabat PT Jiwasraya dengan Bayu tjokrosaputro selaku
petinggi PT Hanson International dan Heru Hidayat selaku petinggi PT
Trada alam minera Tbk yang pada saat ini telah menjadi tersangka
dugaan korupsi. Karena adanya persekongkolan tersebut maka negara
dirugikan sebesar 13,7 triliun.
B. Saran
Sebaiknya Asuransi Jiwasraya tidak terlalu memberi bunga yang terlalu
besar kepada nasabah. Dan juga tidak sembrono dalam berinvestasi,
penempatan investasi perseroan yang sembrono membuat Asuransi
Jiwasraya mengalami defisit. kebijakan investasi yang dilakukan Jiwasraya
juga harus dilakukan melalui rapat direksi hingga tingkat komisaris agar
tidak terjadi investasi yang sembrono.
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi & Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan
Cendekia.
Febriyanti, Diah. 2010. Good Corporate Governance Sebagai Pilar Implementasi Corporate
Social Responsibility (Studi Kasus pada PT.Bank X, Tbk). Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
http://www.jiwasraya.co.id
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan
Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi PadaPerusahaan
Publik di BEJ). Tesis Program Studi Magister Sains Akuntansi Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.
Nuryanah. 2004. Analisis Ketaatan Emiten terhadap Board Governance. Studi Kasus
Tahun 2002, Simposium Nasional Akuntansi VII, Desember, Hal 246-255.
Oktafia, Yufenti. 2010. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba.
(Online), (http://ejournal.uin- malang.ac.id), (diakses 25 Oktober 2013).
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Busines. Buku 1, edisi 4, Jakarta: Salemba
Empat.. 2006. Research Methods For Busines. Buku 2, edisi 4, Jakarta: Salemba
Empat.
Sundayani, Lilir. 2013. Pengaruh Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate
Governance (GCG). Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan Bandung.