Anda di halaman 1dari 8

Peran Birokrasi Pemerintah sebagai Penyelenggara Pelayanan

Publik

Disusun Oleh:
1. Zahra Restu Devina
2. Tesalonika Patricia Darsono
3. Nurul Fadilah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada dasarnya menuntut keterlibatan segala
komponen pemangku kepentingan, baik birokrasi di area pemerintah, swasta selaku
perpanjangan tangan pemerintah serta warga. Penyelenggaraan pemerintah yang baik merupakan
pemerintah yang dekat serta mengayomi warga serta dalam membagikan pelayanan wajib cocok
dengan kebutuhan warga. Esensi pemerintah yang baik (good governance) bisa dilihat dengan
terlaksananya pelayanan publik yang baik.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mendefinisikan pelayanan publik
sebagai berikut: “Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik”. Salah satu tugas pokok utama pemerintah merupakan
membagikan pelayanan publik kepada warga. Pelayanan publik ialah pemberian jasa oleh
pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah, maupun pihak swasta kepada warga, dengan
pembiayaan ataupun gratis guna penuhi kebutuhan ataupun kepentingan warga.
Birokrasi pemerintahan didefinisikan selaku lembaga pemerintahan yang gunanya
membagikan layanan publik tertentu sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan dengan
memikirkan bermacam opsi yang terdapat di lingkungannya. Ikatan birokrasi serta warga
merupakan birokrasi yang berkaitan dengan guna dasar pemerintahan serta keamanan, hukum
serta kedisiplinan, perpajakan, serta intelijen. Tiap birokrasi tentu mempunyai mentalitas serta
sikap yang mencerminkan keunggulan budi pekerti, kemurahan hati, serta prinsip moral. Dia
mempunyai kewajiban buat meningkatkan dirinya supaya betul- betul menguasai, menghayati
serta memakai bermacam prinsip moral yang berakar pada kebajikan moral, paling utama dalam
pekerjaannya buat menampilkan rasa keadilan.
Berkenaan dengan upaya pelayanan serta mewujudkan kesejahteraan rakyat, birokrasi
mempunyai jatah yang relatif besar. Segala sesuatu yang terletak dalam lingkup penyelenggaraan
negara tidak lepas dari ruang lingkup pelayanan publik serta urusan publik. Barang serta jasa
publik sebaiknya bisa dikelola secara efisien. Pada saat yang sama, konsekuensi pengelolaan ini
jadi tanggung jawab birokrasi.
Peranan pemerintah yang strategis, akan banyak ditopang oleh bagaimana birokrasi publik
mampu melaksanakan tugas serta fungsinya. Menurut Blau dan Meyer (1987:4), birokrasi justru
dibuat untuk menjalankan prinsip-prinsip organisasi yang diperuntukan untuk meningkatkan
efisiensi administratif, biarpun kadang dalam penerapannya birokratisasi seringkali kurang
efisiensi. Salah satu tantangan besar yang dialami birokrasi adalah bagaimana mereka sanggup
melakukan kegiatan secara efektif dan efisien, sebab selama ini birokrasi diidentikkan dengan
kinerja yang berbelit-belit.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran birokrasi di Indonesia?


2. Bagaimana hubungan antara peran birokrasi dengan pelayanan publik?
3. Apa kendala yang dihadapi oleh birokrasi dalam pelayanan publik?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam membuat paper dengan judul “Peran Birokrasi Pemerintah sebagai
Penyelenggara Pelayanan Publik” adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran birokrasi yang terjadi di Indonesia.
2. Mengetahui bagaimana hubungan antara peran birokrasi dengan pelayanan publik.
3. Mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh birokrasi dalam menyelenggarakan
pelayanan publik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Birokrasi di Indonesia


Birokrasi dibentuk oleh pemerintah untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam pelayanan publik. oleh sebab itu, birokrasi berkedudukan sebagai organisir administrasi
negara dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang memiliki salah satu tugas seperti
meningkatkan kesejahteraan. Pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah pada umumnya
dicerminkan oleh kinerja birokrasi pemerintah. Apabila di saat ini masih terdapat ekonomi biaya
tinggi dan segala bentuk inefisiensi di sektor pemerintah (red tape), hal ini berawal dari kinerja
birokrasi yang masih belum berjalan dengan baik dan memuaskan masyarakat.
Birokrasi pemerintah sekarang merupakan warisan pemerintah sebelumnya. Birokrasi di Indonesia
telah berperan besar dalam perjalanan hidup sejak sudah lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka.
Perkembangan birokrasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia tidak dapat dipisahkan dari faktor
historis (sejarah). Kinerja birokrasi sekarang merupakan perjalanan sejarah, meskipun sejarah tidak
pernah terulang kembali, namun dengan menggunakan secara seksama fakta sejarah akan diperoleh
perhatian yang lebih tepat mengenai fakta yang kini ada. Peran yang dilakukan pun meluas,
misalnya, dengan kontribusinya yang besar di dalam setiap pembuatan dan pelaksanaan kebijakan,
penggerak mesin administrasi pemerintahan, pengendali dan pelaksana program pembangunan
dengan memposisikan diri sebagai agen perubahan. Orientasi birokrasi sudah melekat di dalam
politik pemerintah, terlepas dari tindakan birokrasi bebas, seringkali sulit untuk membedakan antara
nuansa politik pemerintah atau semata-mata teknis administrasi dalam sisi profesionalisme di bidang
administrasi.
Birokrasi dianggap sebagai instrumen penting dalam negara karena birokrasi sebuah konsekuensi
logis dan diterimanya hipotesis bahwa negara memiliki misi untuk memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat yang mengharuskan birokrasi melakukannya secara profesional. Birokrasi
memiiki peran dalam penyelenggaraan negara yang tidak lepas dari pembahasan mengenai teori
negara sendiri. Hal ini dikarenakan birokrasi merupakan mesin utama penyelenggaraan negara yang
memiliki tugas dan peran untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Banyak penelitinian
yang mengatakan bahwa posisi birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan menunjukkan
birokrasi Indonesia selalu menjadi mesin politik kekuasaan. Artinya, bahwa birokrasi di Indonesia
dala implementasinya cenderung tidak netral/selalu berpihak pada penguasa yang berkuasa beserta
kelompoknya.
Birokrasi di Indonesia belum ditempatkan pada posisi, fungsi, maupun perannya sebagai institusi
yang netral mengurusi negara secara profesional dan tidak diskriminatif secara politis atau apolitis.
Kecenderungan implementasi birokrasi Indonesia tidak netral sudah terlihat sejak pemerintah
Indonesia terbentuk yaitu pada masa Orde Lama. Sejak tahun 1945, ketika maklumat X dari
Mohammad Hatta dikumandangkan pada tanggal 16 Oktober 1945, berdirilah banyak partai politik
yang dimana dalam perkembangannya mulailah terisi elit-elit dari partai tersebut di dalam suatu
kabinet. Sehingga, secara nyata bahwa politisasi birokrasi sudah ada sejak elit partai politik menjadi
menteri dan memimpin kementerian dalam susunan kabinet.
Politisasi birokrasi sudah tumbuh subur dalam birokrasi pemerintahan yang bahkan hal ini tidak
hanya terjadi di tingkat pemerintahan pusat saja, namun juga terjadi di beberapa daerah yang
menjadikan birokrasi sebagai rebutan oleh partai politik. implikasinya, hingga tingkat daerah posisi
jabatan dipegang juga oleh partai politik yang berkuasa di pemerintah pusat.

2.2 Hubungan antara Peran Birokrasi dengan Pelayanan Publik


Birokrasi pemerintah dibuat menjadi organisasi publik dengan maksud buat melayani
serta melindungi kepentingan publik. Konsep kepentingan dan publik berkaitan dengan
kebutuhan yang dapat berupa barang atau jasa. Konsep pelayanan artinya cara melayani atau
usaha melayani kebutuhan orang lain. Pada pelayanan publik, orang lain yang dimaksud
merupakan warga negara menjadi konsumen, sedangkan pihak penyedia layanan bisa swasta
melalui mekanisme pasar, bisa negara melalui birokrasi pemerintah dan mampu pula rakyat
melalui lembaga swadaya rakyat dan organisasi profesi. Instansi atau birokrasi pemerintah
dimaknai menjadi satuan kerja atau satuan organisasi, departemen, lembaga pemerintah non
departemen, dan instansi pemerintah lainnya baik pusat juga daerah. Pemerintah menjadi
lembaga birokrasi memiliki fungsi buat memberikan pelayanan pada masyarakat. (Saefullah,
1999:1)

Peran Birokrasi Pemerintahan dalam Pelayanan Publik yakni berfungsi dalam


penyelenggaraan pelayanan publik di masyarakat dan aparatur negara. Sesuai dengan Undang-
Undang No.25 Tahun 2009 pasal 4, disebutkan sebagai berikut:

Pertama, terwujudnya batasan serta hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, serta wewenang seluruh pihak yg terkait penyelenggaraan pelayanan publik.
Kedua, terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yg layak sesuai dengan asas-asas
umum pemerintahan dan korporasi yg baik.
Ketiga, terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Keempat, terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Berdasarkan hal diatas bisa dikemukakan bahwa pelayanan publik ialah kewajiban pemerintah
buat dilaksanakan sebaik-baiknya, baik pada hal pelayanan administrasi juga pelayanan atas
barang jasa.
2.3 Kendala Birokrasi dalam Pelayanan Publik
Pada prinsipnya penyelenggaraan pelayanan publik ditujukan kepada manusia.
Wajar jika setiap orang membutuhkan pelayanan, bahkan dalam kasus yang ekstrim dapat
dikatakan pelayanan tidak lepas dari kehidupan manusia. Sejak lahirnya manusia sudah
membutuhkan pelayanan, sebagaimana dikemukakan Rusli (2004) bahwa selama hidupnya,
manusia selalu membutuhkan pelayanan. Ia percaya bahwa pelayanan sesuai dengan life cycle
theory of leadership, yaitu pada tahap awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan fisik sangat
tinggi, namun seiring bertambahnya usia maka pelayanan yang dibutuhkan akan semakin
berkurang. Masyarakat selalu meminta birokrasi untuk memberikan pelayanan publik yang
berkualitas, walaupun persyaratan tersebut biasanya tidak sesuai dengan harapan, karena dari
pengalaman, pelayanan publik yang muncul selama ini masih konvolusional, lamban, mahal,
melelahkan, dan tidak pasti. Hal ini terjadi karena masyarakat masih diposisikan sebagai pihak
yang “melayani” bukan yang dilayani.

Jika kita memperhatikan berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanan


publik di Indonesia, maka permasalahan utama pelayanan publik saat ini adalah terkait dengan
peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Menurut Albrecht dan Zemke (1990) kualitas
pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu sistem pelayanan, sumber
daya manusia pemberi pelayanan, strategi, dan pelanggan. Sementara Mohammad (2003)
menyebutkan bahwa pelayanan yang berkualitas sangat tergantung pada aspek-aspek seperti
bagaimana pola penyelenggaraannya, dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan yang
mengelola.

Dari segi model implementasinya, pelayanan publik Indonesia masih memiliki berbagai
kelemahan, antara lain: (1) respon yang lambat, (2) informasi yang kurang, (3) kurang
accessible, (4) koordinasi yang rendah, (5) Birokrasi, (6) Keengganan mendengar
keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan (7) Inefisiensi. Dari sisi sumber daya manusia,
kelemahan utamanya terkait dengan profesionalisme, kompetensi, empati dan etika. Pola kerja
yang digunakan oleh sebagian besar aparatur yang ada masih dipengaruhi oleh model birokrasi
klasik (yaitu metode kerja terstruktur/berlapis, legal formal dan sistem tertutup). Selain itu,
beberapa pendapat menilai lemahnya sumber daya manusia aparatur pemerintah dalam
memberikan pelayanan disebabkan oleh sistem kompensasi yang rendah dan tidak tepat.

Konsekuensi logis dari kondisi tersebut adalah birokrasi pemerintah kemudian menjadi
satu-satunya organisasi yang memiliki akses penguasaan atas seluruh sumber-sumber negara
(Katz, 1984:5). Hal ini dapat terjadi oleh karena birokrasi dianggap mampu untuk menangani
segala macam tugas-tugas pemerintah dan berbagai bentuk pelayanan publik (Etzioni, 1982:269).
Namun, ironinya studi-studi lain memperoleh kesimpulan bahwa organisasi birokratik ternyata
tidak mampu dan tidak cocok untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat (Effendi,
1987:18). Karena sebagus dan seefisien apa pun birokrasi selalu mengandung ciri-ciri dan
keterbatasan tertentu yang tidak selalu sesuai untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan.
Birokrasi telah menetapkan model kerja, dan tindakan yang diambil harus selalu mengikuti
kebijaksanaan umum, atau menunggu otoritas yang lebih tinggi untuk mengeluarkan instruksi
melalui jalur formal dan sistem hierarki jangka panjang. Aparat birokrasi tidak cukup punya
kegiatan untuk mengambil keputusan atau bertindak kurang cepat, kurang fleksibilitas untuk
menyesuaikan kondisi setempat, dan kurang punya kepekaan memperhatikan masalah khusus
dan kebutuhan khas kelompok masyarakat yang sering muncul silih berganti (Hadad, 1983:8).
Keadaan ini menyebabkan birokrasi tidak dapat menemukan masalah khusus dalam
masyarakat karena kemampuannya yang terbatas, seringkali terjerumus ke dalam gejala masalah
atau fenomena sosial yang muncul di permukaan, kemudian dianggap sebagai masalah yang
nyata. Sehingga kesalahan dalam mengidentifikasikan masalah ini akan berakibat juga salahnya
keputusan yang diambil (Dunn, 1981:91). Karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh
para pelaku dalam organisasi birokrasi tersebut mengakibatkan kecenderungan dalam
keputusannya kearah penyeragaman dan mengabaikan pluralitas. Oleh karena itu, berbagai
kebijakan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintahan tidak dapat
memenuhi harapan masyarakat luas. Sehingga kesulitan dalam mewujudkan kepentingan publik
dalam birokrasi pemerintahan terletak pada stabilitas dan sifat mekanik birokrasi pemerintahan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pelayanan publik artinya adalah pemberi jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas
nama pemerintah, ataupun pihak swasta kepada msyarakat dengan atau tanpa pembayaran guna
memenuhi kebutuhan atau kepentingan rakyatnya. Penyelenggaraan pelayanan publik di
Indonesia masih dihadapkan pada kondisi dan fakta yang belum sesuai dengan kebutuhan dan
harapan yang disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satu contohnya adalah kurangnya
kualitas dalam pelayanan itu sendiri seperti masih adanya KKN, masih kurang tanggap dalam
menerima keluhan/saran dari masyarakat, dan koordinasi yang rendah.

Saran
Daftar Pustaka

Ahmad, Badu. "Kondisi Birokrasi di Indonesia dalam Hubungannya dengan Pelayanan


Publik." Jurnal Administrasi Publik 4.1 (2008): 45-62.

Gedeona, H.T. 2013. Birokrasi Dalam Praktiknya Di Indonesia: Netralitas Atau Partisan.
Jurnal Ilmu Administrasi STIA LAN Bandung, Media Pengemban ilmu dan praktik
administrasi, 10(2), 232-245.

Kadir, Abdul. 2017. Studi Pemerintahan Daerah Dan Pelayanan Publik. Medan: CV
Dharma Persada

Mahsyar, A. (2011). Masalah pelayanan publik di Indonesia dalam perspektif


administrasi publik. Otoritas: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(2).

Pramuka, G. (2010). Masalah Birokrasi sebagai Pelayan Publik. Masyarakat Kebudayaan


& Politik, 20(1), 23-34.

Rahmadana, Muhammad Fitri, et al. Pelayanan Publik. Yayasan Kita Menulis, 2020.

Safira, Winda. 2020. Peran Birokrasi Pemerintah dalam Pelayanan Publik dalam
https://www.kompasiana.com/windasafira6734/5e1ce20dd541df2130713cc2/peran-
birokrasi-pemerintah-dalam-pelayanan-publik?page=all#:~:text=Peran%20Birokrasi
%20Pemerintahan%20dalam%20Pelayanan,di%20masyarakat%20dan%20aparatur
%20negara.&text=Pertama%2C%20terwujudnya%20batasan%20dan
%20hubungan,terkait%20dengan%20penyelenggaraan%20pelayanan%20publik.
Diunduh pada Minggu, 14 Maret 2020 jam 14.34

Anda mungkin juga menyukai