Peran Peksos Efikasi
Peran Peksos Efikasi
SKRIPSI
Oleh
FATHUL AZIZ
NIM: 153.134.072
i
PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBENTUKAN EFIKASI DIRI
ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH) (Studi di PSMP
Paramita Mataram)
SKRIPSI
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
FATHUL AZIZ
NIM: 153.134.072
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO :
Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu,
dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf : 111)
vii
PERSEMBAHAN
viii
KATA PENGANTAR
Alahamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur khadirat allah SWT berkat
Pembentukan Efikasi Diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) (Studi di PSMP
Paramita Mataram), salawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam
nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, daan semua pengikutnya
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dengan ihklas baik materi maupun moril serta memberikan bimbingan,
4. Bapak dan Ibu dosen, staf dan karyawan dan seluruh civitas akademika UIN
skripsi ini.
ix
5. Kepada Bapak Kepala dan Staf PSMP Paramita Mataram yang telah bersedia
melayani peneliti dalam memberikan informasi dan data yang di perlukan oleh
untuk keberhasilanku.
Penulis menyadari bahwa sekripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu
saran dan kritik yang konstruktif dari berbgai pihak sangan penulis harapkan, sekian
dan terimakasih.
Mataram,……………2017
penulis
x
ABSTRAK
Dalam proses pembentukan efikasi diri ini diperlukan adanya dukungan dari
keluarga serta lingkungan. Maka guna berjalannya secara lebih aktif dan lancar anak
berhadapan dengan hukum (ABH) tersebut harus tinggal di dalam panti. Fokus
Penelitian 1) Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh anak yang
berhadapan dengan hukum, 2) Bagaimana peran pekerja sosial dalam pembentukan
efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum da, 3) Apa hambatan Pekerja Sosial
dalam pembentukan efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) di PSMP
Paramita Mataram? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendiskpsikan 1) bentuk-bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh anak yang berhadapan dengan hukum, 2) peran pekerja
sosial dalam pembentukan efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dan, 3)
hambatan Pekerja Sosial dalam pembentukan efikasi diri Anak Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di PSMP Paramita Mataram.
Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan memanfaatkan teori
yang dihubungkan dengan kenyataan dilapangan, pengumpullan data dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data mengunakan
model Huberman dan Miller dengan pola reduksi data, display data, menarik
kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk- bentuk pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh anak- anak di PSMP Paramita Mataram yaitu pencurian yang
cendrung disebabkan oleh faktor kebutuhan yang mendesak, pemerkosaan yang
disebabkan oleh adanya pola pergaulan yang tidak terjaga antara yang satu dengan
yang lain dan perkelahian yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan serta
seringnya saling mengolok olok, 2) Pekerja Sosial memiliki peran dalam pembentukan
efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) di PSMP Paramita Mataram. Hal ini
terbukti dari adanya berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka menumbuhkan efikasi
diri bagi anak berhadapan dengan hukum. Adapun peran tersebut dapat dilihat dari
terlaksananya a) program edukasi senter sebagai pusat pembinaan bagi anak berhadapan
dengan hukum, b) program perubahan berkala yang dimaksudkan untuk pembinaan lanjutan,
c) program pembentukan karakter diri, , 2) Hambatan Pekerja Sosial dalam pembentukan
efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) di PSMP Paramita Mataram,
yaitu a) terbatsanya jumlah pekerja sosial, b) berbedanya respons anak binaan yang
disebabkan oleh berbedanya latar belakang sosial dan latar belakang keluarga, c)
kurangnya media pelayanan dalam pelaksanaan pembentukan efikasi anak.
xi
DAFTAR ISI
xii
2. Kehadiran Peneliti .................................................................... 31
3. Lokasi Penelitian ...................................................................... 32
4. Penentuan Subyek Penelitian (Informan) ................................. 32
5. Sumber Data ............................................................................. 33
6. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................... 34
7. Analisis Data ............................................................................ 36
8. Keambsahan Data ..................................................................... 39
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 42
1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Lembaga PSMP
Paramita Mataram .................................................................. 42
2. Tugas Pokok PSMP Paramita Mataram ................................. 44
3. Sasaran Pelayanan PSMP Paramita Mataram ....................... 44
4. Kebijakan-kebijakan PSMP Paramita Mataram .................... 45
5. Tujuan Pelayanan PSMP Paramita Mataram ........................ 46
6. Program dan Kegiatan PSMP Paramita Mataram .................. 46
7. Sumber Daya Manusia ........................................................... 51
8. Gambaran Anak di PSMP Paramita Mataram ....................... 54
B. Paparan Data dan Temuan .......................................................... 60
1. Bentuk-bentuk Pelanggaran yang dilakukan Anak yang di
Bina pada Lembaga PSMP Paramita Mataram ...................... 60
a. Kasus Pencurian ........................................................... 61
b. Kasus Pemerkosaan ...................................................... 63
c. Kasus Perkelahian ........................................................ 64
2. Peran Pekerja Sosial memiliki peran dalam pembentukan
efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)
di PSMP Paramita Mataram ................................................... 66
3. Hambatan Pekerja Sosial dalam pembentukan
xiii
efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)
di PSMP Paramita Mataram ................................................... 72
BAB III PEMBAHASAN
A. Bentuk-bentuk Pelanggaran yang dilakukan
oleh Anak yang di Bina pada Lembaga PSMP Paramita
Mataram ..................................................................................... 78
B. Peran Pekerja Sosial memiliki peran dalam pembentukan
efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)
di PSMP Paramita Mataram ................................................... 83
C. Hambatan Pekerja Sosial dalam pembentukan
efikasi diri Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)
di PSMP Paramita Mataram ................................................... 86
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 90
B. Saran ........................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAK
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Salah satu tujuan Bangsa Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata secara materiil maupun spiritual. Disebutkan pula bahwa
sosial dilakukan bersama-sama oleh Pemerintah dan masyarakat yang brtujuan untuk
mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas ceria dan berakhlak mulia.1
dalam suatu lembaga sosial, misalnya mereka berada dalam Panti Asuhan ataupun
Lembaga Sosial yang dapat menjamin dan membantu mereka untuk meraih masa
depan yang lebih baik. Panti Sosial ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masa depan anak-anak tersebut. Negara, Pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang
1
UU. NO. 7 Tahun 2007 UU Kesejahteraan dan Perlindungan Anak ( Jakarta: Sinar Grafika,
2005), h. 50.
2
anak (Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2007 ). Jadi dari
sini jelas yang harus mengusahakan perlindungan terhadap anak adalah setiap
sosial juga ikut serta bertanggung jawab terhadap perlindungan anak yang
Dalam hal ini lembaga sosial PSMP (Panti Sosial Marsudi Putra) Paramita
Mataram melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi kepada Anak yang berstatus anak
yang berhadapan dengan hukum (ABH) yang berstatus offender/ pelanggar adalah
untuk diberikan rehabilitasi sosial serta keterampilan sebagai bekal dalam kehidupan
Operasional.2
meliputi pelaku, saksi maupun korban yang terlibat dalam tindakan pelanggaran
2
Profil Panti Sosial Marsudi Putra Paramita Mataram, Kementerian Sosial Republik
Indonesiah. 1.
3
rehabilitasi bagi anak yang pernah terlibat maupun menunjukkan indikasi keterlibatan
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah koordinasi langsung
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI. Tujuan program ini adalah
2002 tentang Kesejahteraan Anak pada bab I mengenai ketentuan umum pasal I yang
tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjadi pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Kedua,
anak, terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak (UU No. 23 tahun 2002). Pasal
tersebut mengandung makna bahwa kesejahteraan anak berarti tercapainya suatu tata
kehidupan (lingkungan) dan secara biologis, psikologis dan sosial yang terkandung
orang dewasa untuk mengawal dan mendampingi mereka melalui pelatihan dan
pendidikan, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
berguna bagi dirinya dan orang lain. Dalam ajaran Islam memelihara dan mendidik
3
Albert Aries,” Kesejahteraan Anak”, dalam http//www. Hukumonline. Net/ pusat data/ UU/
No.23 Tahun 2002, diambil pada tanggal 27 Desember 2017, pukul 01.55 WITA.
4
anak adalah sangat dianjurkan. Mengenai anak yang berhadapan dengan hukum dan
tersebut, sebagaimana yang tercantum dalam hadits Nabi di jelaskan sebagai berikut :
Artinya
Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan
suci, peranan orang tua sangat penting dalam membimbing dan mendidik anak-
anaknya supaya berakhlak mulia. Menurut beberapa ahli psikologi bahwa Pada
dasarnya tindakan anak yang melanggar hukum di sebabkan oleh 2 faktor yaitu: 5
2. Faktor lingkungan.
dipergunakan untuk membantu dirinya sendiri serta dapat membantu orang lain yang
membutuhkannya. 6
4
Ahmad Soenarto dkk, Terjemah Shahih Bukhori, (Semarang: CV As-Syifa, 1993), h 30
5
Kartini Kartono, Psikologi Anak ( Bandung: CV Mandar Maju, 2007), h. 224.
6
Soedharyo Soimin, Himpunan Dasar Pengangkatan Anak (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h.
32.
5
Adanya dua faktor di atas mendorong anak yang memiliki latar belakang
mendorong adanya kesalahan dalam bergaul sehingga anak terjebak pada pola
pergaulan yang salah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutaraka oleh
Penyebab utama anak terjebak dalam pergaulan yang kurang baik yaitu
lingkungan tersebut memiliki pergaulan yang baik. Tidak jarang anak yang
mengalami masalah dalam lingkungan keluarganya dikordinir oleh orang yang tidak
lingkungan pergaulannya tersebut anak terbiasa dengan perilaku yang keras yang
anak dalam suatu lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh
Secara umum anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang dibina di PSMP
terbawa oleh pola pikir yang ditanamkan oleh lingkungan bermainnya. Dalam
diri ini diperlukan adanya dukungan dari keluarga serta lingkungan. Maka guna
berjalannya secara lebih aktif dan lancar anak berhadapan dengan hukum (ABH)
diberikan pembinaan oleh para pekerja sosial. Pekerja sosial yang bekerja di PSMP
Paramita Mataram rata-rata merupakan alumni BK, dan hanya sebagian kecil yang
dalam bentuk main petak umpat. Bagi yang kalah diberikan tugas untuk membaca
ayat-ayat pendek.9
Guna melihat lebih jauh tentang hal tersebut maka perlu dilakukan kajian
serta penelitian terhadap permasalahan tersebut guna melihat secara lebih detail
Paramita Mataram).
8
Mukhlis, wawancara tanggal 2 April 2017, jam 14.00
9
Observasi tanggal 4 April 2017
7
B. Fokus Penelitian
1. Tujuan Penelitian
b. Untuk mengetahui peran Pekerja Sosial dalam pembentukan efikasi diri Anak
2. Manfaat Penelitian
yang positif dalam peran bimbingan konseling dalam pembinaan anak yang
sikap dan prilaku terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum dan
Ruang lingkup kajian pada penelitian ini adalah berkaitan pola pembentukan
efikasi diri pada anak yang berhadapan dengan hukum yang dilakukan oleh para
pekerja sosial. Pentingnya dilakukan kajian terkait hal tersebut disebabkan karena
penguatan mental dalam rangka mengembalikan rasa percaya diri anak untuk dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar tanpa adanya rasa deskriminasi. Sementara itu
yang menjadi setting ataupun lokasi penelitian ini dilakukan adalah Lembaga Sosial
PSMP Paramita Mataram yang beralamatkan di Jln. TGH. Saleh Hambali, Desa
Bengkel, Kec. Labuapi Kab. Lombok Barat, NTB. Lokasi ini dipilih karena pada
lembaga ini oleh pemerintah dijadikan sebagai sarana untuk menampung, membina
E. Telaah Pustaka
penelitian yang relevan dengan tema penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah :
9
1. Penelitian Jamiatun Hasanah dengan judul skripsi “Peranan Pekerja Sosial dalam
Menumbuhkan sikap sosial pada anak berhadapat dengan hukum di Panti Asuhan
Al-Amin Kediri.10
Pekerja Sosial dalam Menumbuhkan sikap sosial pada anak berhadapat dengan
dengan hukum di Panti Asuhan Al-Amin Kediri. Hal ini terbukti dari adanya
perubahan sikap sosial anak panti yang beru setelah dilakukan pembinaan secara
berkelanjutan oleh pihak pengurus panti Al-Amin yang yang merupakan orang
yang bertugas sebagai pekerja sosial yang mengarahkan dan membina anak yang
tinggal di Panti Asuhan Al-Amin Kediri. Perubahan tersebut dapat dilihat dari
kemampuan bergaul anak panti dengan masyarakat yang tinggal di sekitar panti
Al-Amin Kediri.
2. Penelitian yang ditulis oleh Samsul Hadi yang berjudul “Peran Panti Sosial
Peduli Anak Dalam Upaya Pemberdayaan Anak Melalui Pendidikan Non Formal
10
Jamiatun Hasanah , Peranan Pekerja Sosial dalam Menumbuhkan sikap sosial pada anak
berhadapat dengan hukum di Panti Asuhan Al-Amin Kediri ( Skripsi Fakultas Dakwah, IAIN
Mataram, 2012), h. 7.
11
Samsul Hadi, Peran Panti Sosial Peduli Anak Dalam Upaya Pemberdayaan Anak Melalui
Pendidikan Non Formal Di Desa Langko Kecamatan Lingsar Lombok Barat (Skripsi Fakultas
Dakwah, IAIN, Mataram 2013), h. 7.
10
upaya membangun kemampuan anak terlantar supaya mereka dapat mandiri dan
dapat menampilkan prilaku yang baik. Adapun hasil penelitian yang dilakukan
peneliti lebih terfokus pada kesejahteraan anak terlantar melalui pelayanan sosial,
Kualitatif Deskriptif.
3. Penelitian yang ditulis oleh Mukhlis berjudul “ Strategi Tokoh Agama Dalam
Pembinaan Kenakalan Remaja Di Dusun Tibu Baru Desa Batu Putih”. 12 Dalam
strategi tokoh agama dalam pembinaan kenakalan remaja di Dusun Tibu Baru
Desa Batu Putih. Adapun hasil penelitian tentang strategi tokoh agama dalam
hukum adalah sama-sama memberi pelatihan keterampilan bagi anak oleh panti
sosial dan strategi para pendidik/ Pembina. Sedangkan perbedaannya yaitu judul
yang peneliti angkat di sini adalah Pola Pembinaan Anak Yang Berhadapan
12
Mukhlis, Strategi Tokoh Agama Dalam Pembinaan Kenakalan Remaja Di Dusun Tibu Baru
Desa Batu Putih (Skripsi Fakultas Dakwah, IAIN, Mataram 2011), h. 58.
11
Dengan Hukum Yang Berlokasi Di PSMP Paramita Mataram, Jln. TGH. Saleh
mengangkat judul ini karena ingin mendapatkan informasi yang lebih mendalam
terkait dengan pola pembinaan anak yang berhadapan dengan hukum yang
F. Kerangka Teoritik
atau dapat dirujuk oleh setiap negara dalam menangani anak yang berhadapan
(kelembagaan).
conflict with the law), dimaknai sebagai: “Seseorang yang berusia di bawah 18
13
Anna Volz, “ Advocacy Strategies Trainining Manual,” dalam http: General Comment No.
10: Children’s Right in Juvenile Justice, Defence for Children Internatonal, 2009, diakses tanggal 05
mei 2014, Pukul 20.00 WITA.
12
dengan hukum adalah anak yang telah melakukan tindakan yang bertentangan
Dengan demikian, istilah sistem peradilan pidana anak merujuk pada legislasi,
norma dan standar, prosedur, mekanisme dan ketentuan, institusi dan badan yang
2. Pembinaan Anak
a. Pengertian Anak
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
diri, dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin
pertumbuhannya. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan
14
Bang Opick, “Perlindungan Anak yang Berhadapan Dengan Hukum,” dalam
http://bangopick.wordpress.com/2008/12/17, diakses tanggal 6 mei 2014, Pukul 09.00 WITA
13
seiring dengan pertambahan usia pada anak sehingga akan berdampak pada
Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan
negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-
cita bagi kemajuan suatu bangsa. Hak asasi anak dilindungi di dalam Pasal 28
(B)(2) UUD 1945 yang berbunyi setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
maka berkembang pula cara dan tujuan mendidik anak.15 Terdapat dua
pandangan mengenai konsep anak, yaitu pandangan jiwa lama yang lahir
sebelum tahun 1900, dan ilmu jiwa baru yang lahir setelah tahun 1900, yang
bisa juga disebut sebagai ilmu jiwa modern. Kedua ilmu ini sangat
tuntutan, serta sikap, terhadap anak sama seperti orang dewasa, hanya saja
15
Moh. Kasim, Ilmu Jiwa Perkembangan Bagian Ilmu Jiwa Anak (Surabaya : Usaha Nasional,
1983), h. 9.
16
Ibid., h. 10.
14
masih dalam bentuk yang lebih sederhana dan dalam taraf pertumbuhan.17
Berbeda dengan pandangan jiwa modern yang memandang anak bukan sebagai
bukan sebagai manusia dewasa dalam bentuk kecil. Akan tetapi memandang
merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta strukturnya berlainan pada setiap
fase-fase perkembangan.18
antara ras, bangsa dan tingkat sosial ekonominya. Menurut penelitian yang
Oceania, dan Amerika Selatan, sedangkan anak-anak dari Eropa Utara Dan
keluarga kurang mampu serta lingkungan kurang baik dan tidak sehat.19
17
Moh. Kasim, Ilmu…, h. 10.
18
Ibid., h. 11.
19
Mulyani Sumantri, Nana Syaodih, Perkembangan Peserta didik ( Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006), cet.12, h. 2.3 - 2.4.
15
berdasarkan biologis, salah satu tokoh yang memaparkan hal tersebut adalah
alam, dengan asas pokok, asas kebutuhan vital (masa peka) dan asas kebutuhan
b. Periode II; umur 7 s/d 12 tahun, yaitu periode abstrak, di mana anakmulai
menilai perbuatan manusia atas dasar baik dan buruk dan mulai timbulnya
insan kamil.
c. Periode III; umur 12 s/d 18 tahun, yaitu periode penemuan diri dan
pada cara reaksi bagian-bagian tubuh tertentu. Fase-fase tersebut antara lain :
20
Moh. Kasim, Ilmu…, h. 44.
16
1. Fase oral : umur 0 s/d 1 tahun. Pada usia ini, anak mendapatkan kepuasan
2. Fase anal : umur 1 s/d 3 tahun, pada usia ini, anak mendapatkan kepuasan
3. Fase fhalik : umur 3 s/d 5 tahun, pada usia ini, kepuasan seksual telah
Pada usia ini, anak tampak dalam keadaan tenang. Dorongan – dorongan
Pada fase ini, dorongan – dorongan mulai muncul kembali, dan bila
dorongan tersebut dapat disalurkan dengan baik, maka anak akan sampai
Pada fase ini, dorongan seksual yang pada fase latent dikatakan telah tertidur,
kini muncul kembali dan mulai sungguh- sunguh menyukai lawan jenis.21
berada pada usia antara 12 s/d 20 tahun. Pada rentangan usia inilah anak
21
Moh. Kasim, Ilmu…, h. 43.
17
Generasi muda Islam mesti tampil dengan citra ibadah yang kokoh serta
lembaga keluarga dan rumah tangga dengan memperkokoh peran orang tua
menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi luhur dan aqidah
yang benar kepada generasi muda. Orang tua dalam hal ini memliki tanggumg
Sehingga mereka dapat menjadi anak yang beriman dan bertanggung jawab
kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia. Hal ini berkaitan dengan sebuah
22
Muhammad Al Mighwar, Psikologi Remaja, ( Bandung : Pustaka Setia, 2006 ), h. 60.
23
Abidin Mas’oed, Akhlak Remaja Hari Ini dan Prospeknya di Masa Depan (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 75.
18
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap kesejahteraan mereka, oleh karena itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.25
detil bahwa membimbing dan mendidik anak sangatlah penting, karena anak
adalah penerus bangsa dan menjadi harapan dalam lingkungan keluarga. Para
psikolog menyebut keluarga sebagai sebuah benteng kokoh dan dasar utama dalam
24
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: YPPI, 2003), h. 87
25
Ibid, h. 143
26
Ali Qaimi” Kudakon e- Syahid” dalam MJ Bafaqih, Single Parent: Peran Ganda Ibu Dalam
Mendidik Anak (Bogor: Cahaya, 2003), h. 3.
19
3. Efikasi Diri
kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki
tertentu.28 Menurut Albert Bandura dalam Robert A. Baron & Donn Byrne,
efikasi diri adalah indikator positif dari core self evaluation untuk melakukan
27
Gufron, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Usaha Nasional, 2014), h 73
28
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan (Jakarta : ERLANGGA, 2008) h. 20
29
Robert A. Baron & Donn Byrne, Psikologi Sosial (Jakarta : ERLANGGA, 2003) h. 183
30
Ibid
20
evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri. Efikasi diri merupakan salah
satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang paling
kontiyu.31
kerangka konsep seseorang tentang jalan hidup yang akan ditempuh dengan
dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada di
sekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi diri yang rendah
31
Tohirin, Bimbingan dan Konseling Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 65
32
Nugroho Hadi, Perubahan Mental Anak, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2013), 53
21
1) Umur 0-5 tahun anak akan berusaha mengenal lingkungan yang paling
3) Umur 11-12 tahun anak akan berusaha mencari pengalaman baru dengan
menyesuaikan diri namun sudah terdapat rasa percaya diri yang cukup
4) Umur 13-15 tahun anak sudah mampu bergaul dengan orang lain baik
33
Gufron, Bimbingan Konseling….., h 75
34
Tohirin, Bimbingan dan Konseling ….., h. 65
22
Efikasi diri pada diri tiap individu akan berbeda antara satu individu
ini dimiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba
atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu
menyelesaikannya.
bertindak, dan lebih dekat pada kesuksesan daripada yang rendah self-
efficacy-nya.36
35
Ibid, h 67
36
Mulyati, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2007), 74
24
salah satu dari kombinasi dari empat sumber berikut: 1). Pengalaman-
dan emosi (physical and emotional states). Pada setiap metode, informasi
tidak setara dengan kita, pemodelan sosial hanya memberikan efek kecil
persuasi sosial. Efek-efek sumber ini agak terbatas namun, dalam kondisi
Aspek efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau
ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam
menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di
4. Pekerja Sosial
yang baru muncul pada awal abad ke-20, meskipun demikian, ia mempunyai
akar sejak timbulnya revolusi industri. Berbeda dengan profesi lain yang
37
Gufron, Bimbingan Konseling….., h 77
38
Tohirin, Bimbingan Konseling Sekolah, … h. 75
39
Gufron, Bimbingan Konseling….., h 45
26
sosial (social worker) adalah orang yang memiliki profesi yang mendorong
Pandangan ini mengacu pada konsep “fungsi sosial” yang terkait dengan
masyarakat.42
40
Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 11
41
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT.Refika
Aditama, 2009), h. 25
42
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV.Wacana Prima, 2006), h.75
27
prinsip hak azasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan
sosial.43
sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung, juga diarahkan untuk
sosialnya.
43
Mulyati, Psikologi Umum, (Jakarta: Usaha Nasional, 2006), h. 45
28
Pekerja sosial sebagai salah satu unit kerja yang ada dalam instansi
kompleks. Hal ini disebabkan karena setiap permasalahan yang dialami oleh
dilakukan secara kolektif. Pekerja sosial sebagai sebuah tim yang membidangi
di Kementrian Sosial.
dilakukan44
dianggap sebagai salah satu peranti untuk mencapai tujuan-tujuan dari disiplin
sosial maupun ekonomi. Kelompok rentan yang dimaksud seperti orang lanjut
usia , kaum perempuan, gay, lesbian, orang yang cacat fisik maupun mental,
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
45
Miftachul Huda, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial , (Yogyakarta :Pustaka
Pelajar, 2009), h. 28
30
dari kehadiran manusia dan interaksinya dengan lingkungan. Selain itu, kajian ini
hanya itu, alasan penulis memilih pendekatan kualitatif adalah karena kajian
kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata dan
gambar akan tetapi bukan angka . kalaupun ada angka sifatnya hanya sebagai
penunjang.48
utamanya. Sehingga dalam penelitian ini lebih banyak mendapatkan data dari
wawancara dan lapangan. Adapun data yang diperoleh dari wawancara melalui
informan kunci dan informan utama yaitu Kasi Resos, Kasi Pas( Program advokasi
sosial), dan Kasi Peksos. Sedangkan data yang di peroleh dari lapangan melalui
46
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2010), h.
248- 250.
47
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif ( Bandung:
Alfabeta, 2007), h. 399.
48
Muhammad Irwan Jayadi, Penelitian ” Pemenuhan Kebutuhan Bagi Anak Terlantar ( Skripsi
Fakultas Dakwah, 2011) h. 23.
31
2. Kehadiran Peneliti
partisipatif atau wawancara mendalam, maka data hasil penelitian yang diperoleh
oleh peneliti dalam situasi yang real. Tidak cukup hanya dengan cara meminta
bantuan atau sebatas mendengar penuturan secara jarak jauh. Akan tetapi
kehadiran peneliti tentunya diawali dengan proses perizinan. Hal ini dimaksudkan
agar peneliti terarah dalam menjalankan tugas untuk mengumpulkan data. Dalam
Adapun tahap awal yang dilakukan peneliti adalah melalui proses perizinan
49
Pedoman Penulisan Penelitian, ( IAIN Mataram, 2010) h. 13.
50
Sudarman Denim, Menjadi…, h. 151.
51
Ibid., h. 154
32
3. Lokasi Penelitian
Paramita Mataram, yang berlokasi di jln. TGH. Saleh Hambali, Desa Bengkel,
Kec. Labuapi Lobar NTB. Alasan peneliti tertarik memilih lokasi ini adalah karena
anak binaannya. Anak binaan yang berada di panti sosial ini tidak seperti yang ada
surat izin penelitian, hal ini dilakukan agar nantinya dalam melaksanakan
pegawai dan pengurus panti, sehingga penelitian ini diharapkan dapat berjalan
dengan lancar.
hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya
sampel dan populasi. Subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus
penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian ini menjadi informan yang
a. Informan Kunci: dan Informan Utama memliki kesamaan yaitu mereka yang
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah informan kunci yaitu
Mataram, informan utama yaitu staf dari lembaga rehabilitasi sosial di PSMP
5. Sumber Data
bidang yang akan diteliti, karena seorang informan bisa menentukan valid atau
tidaknya sebuah penelitian. Adapun sumber data tersebut antara lain dibagi
menjadi 2 yaitu :
52
Asrul Harahab, Penelitian “ Management Pengelolaan Dana Zakat Untuk Dana
Pengembangan Usaha Kecil Bina Keluarga Mandiri”. (Skripsi Fakultas Dakwah, 2011) h. 43.
34
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah berkaitan dengan fokus masalah penelitian. Mulai dari
sosial ini. Termasuk juga tentang anak-anak binaan yang tertera dalam arsip
lembaga PSMP Paramita. Adapun orang yang terlibat di sini adalah meliputi:
a. Wawancara
atau responden.53
53
Ibid, h. 82.
54
Arikunto Suhasimi, 1998, h. 145.
35
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman yang hanya merupakan garis
besar tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
b. Observasi
sisi lain dikatakan bahwa metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan
55
Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik (Bandung: Rineka Cipta.1999), h. 63.
56
Arikunto Suharsimi., h.136.
36
penelitian.57
Paramita Mataram.
c. Dokumentasi
dalam hal tekhnik ini antara lain : mengumpulkan data melalui sumber-
relevan dengan penelitian ini, termasuk juga data penting yang berasal dari
PSMP Paramita, baik berupa data sarana prasarana, data pendidikan, data
7. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mana yang penting dan yang akan dipelajari, sehingga mudah di pahami oleh diri
Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan memiliki hubungan yang erat antara
teori dan pola pembinaan anak yang dilakukan di lembaga PSMP Paramita
Mataram. Di mana menurut teori pembinaan bahwa pada proses pembinaan itu
memiliki konsep yang sama dengan pembinaan yang dilakukan oleh lembaga
PSMP Paramita Mataram. Dalam sebagian teori bahwa anak dianggap sebagai
manusia dewasa dengan ukuran kecil. Maka perlakuan yang diberikan, harapan,
tuntutan, serta sikap, terhadap anak sama seperti orang dewasa, hanya saja masih
dalam bentuk yang lebih sederhana dan dalam taraf pertumbuhan. Sedangkan pola
Dengan demikian, konsep antara teori dengan konsep yang ada di lembaga
pembinaan anak secara umum dan khususnya anak yang berhadapan dengan
hukum. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa antara teori dan
pola pembinaan anak yang berhadapan dengan hukum memiliki kesamaan dari
segi pembinaan.
pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, danmembuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupunorang lain. Sedangkan analisis
suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesa59. Kemudian definisi lain
menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data sebagai
usaha untuk memberikan bantuan pada tema.60 Untuk memperjelas penulisan ini
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah
isinya atau yang disebut analisis isi, karena data yang digunakan sifatnya non
induksi.61 Analisis deduksi yaitu penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum
atau penemuan yang khusus dari yang umum atau proses penalaran dari satu atau
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 206.
59
Subagyo, Metode Penelitian, h.106.
60
Moleong Lexy, Metode Penelitian, h.103.
61
Sugiyono, Metode Penelitian, h. 330.
39
tertentu. Metode deduksi akan membuktikan suatu kebenaran baru berasal dari
(berkesinambungan).62
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
8. Keabsahan Data
keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh
peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan. Untuk
memperoleh keabsahan data atau data yang valid diperlukan teknik pemeriksaan,
a. Ketekunan Pengamatan
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peritiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan
apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak, selain itu peneliti juga
62
Ibid., h. 33.
63
Ibid., h. 86.
40
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang
diamati.64
b. Triangulasi
informan atau sumber lain yang berbeda. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara :
lain.
dengan cara :
64
Moleong Lexy, Metode Penelitian, h. 103.
65
Ibid., h. 87.
41
c. Kecukupan Referensial
BAB II
membutuhkan program pelayanan dan rehabilitasi sosial adalah masalah anak dan
remaja nakal yang secara konseptual mereka disebut sebagai anak yang
Adapun yang dipengaruhi karena prilaku anak nakal adalah hasil dari proses
tua yang tidak mampu membina dan mendidik anaknya akibat faktor kemiskinan,
menurunnya kontrol sosial masyarakat akibat perubahan sosial yang begitu cepat,
66
Sukardi, Pedoman Pelaksanaan Program Pelayanan Rehbilitasi, (Mataram: PSMP Paramita
Mataram, 2012), h. 3.
43
hukum oleh anak dan remaja. Akibatnya adalah selain meresahkan dan
kualitas bangsa. Hal ini mengingat mereka adalah bagian dari generasi muda yang
dan rehabilitasi sosial berbasis kelembagaan melalui sistem panti. PSMP Paramita
Mataram merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertugas
UPT yang beralamat di Jl. Tgh. Saleh Hambali, Desa Bengkel kecamatan Labuapi
Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini berdiri tahun
1986 sudah mulai beroperasi dan disahkan melalui SK Mensos RI No. 06/HUK
orang.67
67
Ibid, h 9.
44
pelayanan dan rehabilitasi yang bersifat preventif, kuratif, mental sosial, dan
pelatihan keterampilan, resosialisasi, serta bimbingan lanjut bagi anak nakal agar
terlegalisir.
68
Ibid, h. 9.
45
tidak memiliki wewenang untuk membuat kebijakan di luar garis kebijakan yang
dibuat direktorat pelayanan sosial anak, ditjen pelayanan dan rehabilitasi sosial
Paramita sebaga UPT pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada anak yang
69
Suherman, Profil PSMP Paramita Mataram (Mataram: PSMP Paramita Mataram, 2012), h.
7.
46
layanan bagi anak-anak penyandang masalah sosial yang khusus sesuai amanat
UU perlindungan anak nomor 23 tahun 2002 serta SKB antara Dirjen PRS
Adapun tujuan pelayanan dari PSMP Paramita itu sendiri adalah untuk
dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi
sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas serta berakhlak
mulia.
lainnya melalui:
1) Penyediaan asrama
6) Pengembangan kepribadian
71
Ibid, h. 9
48
PSMP Paramita Mataram memiliki kegiatan prakter belajar kerja (PBK) yang
Tabel: 2
72
Ibid, h. 8.
73
Ibrahim Firdaus, Staf TU, Wawancara Tanggal 17 Maret 2017.
74
Dokumentasi di ambil tanggal 17 Maret 2017.
49
Tabel: 3
1. Perlengkapan Perkantoran
2. Perlengkapan Asrama
7. Perlengkapan Kesenian
75
Dokumentasi di ambil Tanggal 17 Maret 2017.
51
a. Pekerja Sosial
Jumlah pekerja sosial fungsional PSMP “Paramita” Mataram sebanyak
Tabel: 4
berikut:
76
Dokumentasi diambil tanggal 17 Maret 2017.
52
Tabel: 5
No Pendidikan Jumlah
Tabel: 6
NO Pendidikan Jumlah
77
Dokumentasi diambil tanggal 17 Maret 2017.
78
Dokumentasi diambil tanggal 17 Maret 2017.
53
Tabel: 7
No Pendidikan Jumlah
79
Dokumentasi di ambil tanggal 17 Maret 2017.
54
satpam/ penjaga malam, tukang kebun dan juru masak dengan latar
Tabel: 8
Pendidikan Jumlah
PSMP Paramita Mataram merupakan UPT yang ada di NTB yang bertugas
80
Dokumentasi di ambil tanggal 17 Maret 2017.
81
Fathurrahman, Seksi Kepegawaian, Wawancara Tanggal 17 Maret 2017.
55
anak nakal dan anak yang dengan hukum. Seperti KDRT, Narkoba, dll. Yang berasal
Tabel : 9
Bentuk
No Nama Lengkap Pelanggaran Asal
82
Dokumentasi di ambil tanggal 17 Maret 2017.
83
Data Pendaftaran Anak Tahun 2017.
56
hukum dalam bentuk pencurian, perkelahian dan hanya 2 orang yang mengalami
hukum yang paling banyak adalah pencurian dan perkelahian. Hal ini berarti bahwa
pembinaan terhadap mentalitas anak serta pola interaksi yang aktif sangat diperlukan
berhadapan dengan hukum yang di bina pada lembaga PSMP Paramita Mataram,
a. Kasus Pencurian
hukum, termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan kasus pencurian. Hal ini
kepolisian dan polisi pamong praja. Hasil identifikasi dan koordinasi tersebut
wawancara dengan seorang anak yang terkena kasus tersebut yaitu HS. ia
mengatakan bahwa
Mataram, hal ini saya lakukan karena diajak oleh teman saya yaitu HN,
sebenarnya awalnya saya tidak mau. Namun karena saya diancam, apabila
84
Syahrunnadlir,Kasubag TU, Wawancara Tanggal 21 Mei 2017.
62
tidak mengikutinya tidak akan diajak lagi untuk mengamen. Hal inilah yang
tidak adanya uang jajan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
merupakan aksi yang kedua kalinya di tempat yang sama, dimana aksi yang
pertama berhasil dan helm tersebut dijual dengan harga Rp. 100 ribu. Pelaku
Disamping itu juga, HM salah seorang anak yang berasal dari Labuapi
yang mencuri akibat kebiasaannya merokok dan tidak memiliki uang untuk
ribu dari sebuah warung kec. Labuapi. Hal ini saya lakukan karena melihat
kondisi warung yang sedang rame sekali dan pemiliknya tidak melihat saya
mengambil. Pada saat itu saya berpura-pura mengambil sampah bungkus nasi
dan mencoba mengambil makanan ringan serta satu bungkus rokok. Pada saat
mengambil rokok, salah seorang dari pembeli yang ada melihat dan berteriak
85
HS, Wawancara tanggal 23 Mei 2017
86
Suhendra, Wawancara tanggal 24 Mei2017
63
mengatakan copet. Hal inilah yang menyebabkan saya dibawa ke kantor Pol-
PP.87
b. Kasus Pemerkosaan
Dalam kasus ini, apabila anak berstatus korban maka pihak lembaga
secara mental maupun psikis. Oleh karena itu, pihak korban merasa dilindungi
87
HM, Wawancara Tanggal 23 Juni 2017
88
Syahrunnadlir,Kasubag TU, Wawancara Tanggal 25 Juni 2017.
89
Agnes Rosalia, Kasi Prog. Dan Advok. Sosial, Wawancara Tanggal 21 Juni 2017.
64
mengatakan bahwa
c. Kasus Perkelahian
Pada kasus ini, pelaku dan korban seringkali melakukan suatu hal
Sehingga pada saat mereka hilang kesadaran mereka tidak segan- segan
untuk saling lempar bahkan saling pukul menggunakan parang ataupun batu.
90
AS, wawancara tanggal 20 Juni 2017
91
RH, Wawancara tanggal 21 Juni 2017
65
92
Agnes Rosalia, Kasi Prog. Dan Advok. Sosial, Wawancara Tanggal 20 Juni 2017.
93
HI, wawancara tanggal 20 Juni 2017
94
ST, Wawancara tanggal 20 Juni 2017
66
terjadi.
setiap anggota binaan yang ada di lingkunagn PSMP Paramita Mataram termasuk
anggota binaan yang disebabkan oleh faktor lain. adapun strategi yang dilakukan
guna memberikan hasil yang optimal oleh pihak pekerja sosial di PSMP
hukum agar terbangun sikap percaya diri (self efecation) yan dilakukan di
ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh kordinator pekerja sosial
untuk diberikan arahan dan pembinaan secara umum yang mengacu pada
bagi peserta anak berhadapan dengan hukum (ABH). Hal ini disebabkan
95
Ahmad Zarkasi, kordinator pekerja sosial, wawancara tanggal 4 April 2017
68
karena tiap anak memiliki kecendrungan untuk mengikuti apa yang dilihat
social.97
mengatakan bahwa
96
Husnul Hamdi, pekerja sosial, wawancara tanggal 7 April 2017
97
Observasi tanggal 8 April 2017
69
disesuaikan dengan sifat dasar anak yang mengacu pada pola permainan
98
Humaidi, pekerja sosial, wawancara tanggal 8 April 2017
99
Ahyar Ramli, pekerja sosial, wawancara tanggal 9 April 2017
70
Sifat jujur merupakan sikap yang harus melekat pada diri anak
yang dilakukan baik ketika bergaul dengan orang yang lebih besar,
disebabkan karena pada program ini merupakan ranah atau tahapan yang
100
Faisal Bisri, pekerja sosial, wawancara tanggal 11 April 2017
101
Novi Wahyuni, pekerja sosial, wawancara tanggal 12 April 2017
71
sehingga secara perlahan dapat dijadikan sebagai sifat dasar pada anak
tanpa adanya perasaan terpaksa. Sinergi yang paling optimal dalam rangka
102
Zainal Arifin, pekerja sosial, wawancara tanggal 16 April 2017
103
Nurnan, pekerja sosial, wawancara tanggal 17 April 2017
72
pemberian tugas bersama. Jika dalam kelompok tersebut ada yang tidak
baru. 104
sedemikian rupa namun dalam praktiknya tetap tidak terlepas dari kendala dan
hambatan. Setiap hambatan yang terjadi harus dijadikan sebagai acuan dalam
sedikit jika dibandingkan dengan jumlah peserta binaan yang ada di PSMP
Paramita Mataram. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh
104
Observasi tanggal 8 April 2017
73
masih labil. Namun demikian dalam praktinya jumlah pekerja sosial yang
dibina. Hal ini merupakan bentuk kendala yang sangat dirasakan oleh saya
diri. Hal ini disebabkan karena pada tahap tersebut masing-masing anak
sosial. 106
105
Ahmad Zarkasi, kordinator pekerja sosial, wawancara tanggal 17 April 2017
106
Aminullah, pekerja sosial, wawancara tanggal 19 April 2017
74
efikasi diri. Hal ini disebabkan oleh tahap ini merupakan tahap
Perbedaan respons ini disebabkan karena pada dasarnya anak yang dibina
merupakan anak yang cendrung memiliki masalah dalam keluarga. Hal ini
mengatakan bahwa
cukup bervariasi. Variasi sikap ini disebabkan oleh adanya latar belakang
permasalahan yang cukup rumit terjadi pada anak yang bersangkutan baik
107
Rauhun, pekerja sosial, wawancara tanggal 21 April 2017
75
Hal ini selaras dengan pendapat yang diutarakan oleh Husnul Fikri
Novi Wahyuni salah seorang pekerja sosial perempuan yang cukup lama
bahwa
pihak pekerja sosial harus mampu disatukan dalam ruang gerak yang
melakukan inovasi secara kreatif agar peserta binaan merasa masa lalu
108
Husnul Hamdi, pekerja sosial, wawancara tanggal 25 April 2017
109
Husnul Fikri, pekerja sosial, wawancara tanggal 27 April 2017
76
sebagai bagian yang hanya harus direnungi dan bukan untuk diulangi
lagi.110
anak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Ahmad Zarkasi
mengatakan bahwa
yang harus dilakukan dan sikap yang harus dihindari oleh anak setelah
jumlah sarana ini merupakan kendala yang cukup dirasakan oleh pihak
tersebut kami telah mengajukan kepada instansi terkait dalam hal ini
110
Novi Wahyuni, pekerja sosial, wawancara tanggal 3 Meil 2017
111
Ahmad Zarkasi, kordinator pekerja sosial, wawancara tanggal 4 Mei 2017
77
merupakan kendala yang cukup besar dirasakan oleh para pekerja sosial
efication) pada anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Hal ini
yang lahir dari peserta binaan pada saat dijelaskan tentang materi sikap
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak setelah selesainya
masing pekerja sosial harus mampu melakukan inovasi yang lebih kreatif
jika ingin program yang telah direncanakan dapat berjalan sesuai dengan
saat ini sehingga di masa yang akan datang proses pembinaan dapat
112
Nurnan, pekerja sosial, wawancara tanggal 7 Mei 2017
113
Husnul Hamdi, pekerja sosial, wawancara tanggal 13 Mei 2017
78
BAB III
PEMBAHASAN
Paramita Mataram
berbagai pendekatan kajian dan analisa sosiologi kriminal tersebut, dikenal berbagai
menurut kacamata orang yang melihatnya dan tingkah laku tertentu disebut dengan
kejahatan karena orang yang melihatnya merumuskan dan memberikan reaksi sesuai
dengan yang dikategorikannya perbuatan tersebut sebagai kejahatan. Oleh karena itu,
menurutnya kejahatan dalam teori ini didapati setelah adanya interaksi antara pelaku
dan pengamat yang kemudian menghasilkan label kejahatan. Label tersebut diberikan
kepada orang-orang yang terlibat dalam tingkah laku yang disebut sebagai kejahatan.
114
Kartini Wartono, Kenakalan Remaja, ( Jakarta, PT. Raja Grafindo, 1986), h. 25.
79
atau suatu pendekatan reaksi sosial terhadap kejahatan. Michalowski dalam bukunya
1. Kriminalitas bukan merupakan ciri yang melekat pada perilaku, tetapi merupakan
2. Perilaku yang direspon sebagai kejahatan, diberi label kejahatan. Dengan merespon
3. Setiap individu yang perilakunya dicap sebagai kejahatan juga di cap sebagai
penjahat.
4. Orang-orang dilabel sebagai penjahat melalui proses interaksi. Label hanya dapat
pelaku.
Para penganut Teori Labeling memandang para kriminal bukan sebagai orang
yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan salah tapi mereka adalah individu yang
115
Ibid..,, h. 28.
80
a. Pencurian
hari. Di samping itu juga alasan mereka mencuri adalah karena ingin merokok dan
minum minuman keras, sehingga anak tersebut melakukan tindakan kriminal tanpa
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam kasus kriminal yang
terjadi adalah Dolus. Dimana Dolus merupakan kesalahan yang dilakukan dengan
mana si pelaku dapat dihukum karena telah mengambil barang milik orang lain
yang sudah dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP, serta tidak ada dasar yang sah
2. Pasal 48 KUHP mengenai overmacht atau daya paksa dalam arti relatif sempit.
116
Muslihin Al-Hafizh, “Teori Labeling”, dalam http: //www. scribd. Com/ doc/ 32184119/ makalah-
lifeskill, diakses tanggal 23 Maret 2015, Pukul 16.00 WITA.
81
Excess)
Pasal 51 ayat (2) KUHP mengenai perintah jabatan tanpa wewenang dengan
i’tikad baik.
3. Pasal 51 ayat (1) KUHP mengenai perintah jabatan yang sah dikeluarkan oleh
b. Pemerkosaan
Korban pemerkosaan yang dialami oleh anak usia dini atau biasanya
remaja pada umumnya yang berusia sekitar 13- 17 tahun sering mengalami
gangguan mental yang berdampak pada kesehatan jasmani maupun rohani. Pada
dasarnya korban melakukan tindakan tersebut karena terpaksa dan takut dibunuh
demi keselamatan jiwanya. Namun di satu sisi korban telah mencemari nama baik
penyimpangan.
istrinya bersetubuh dengan dia…”. Unsur-unsur yang terdapat dalam tindak pidana
82
ini antara lain: dengan kekerasan atau ancaman kekerasan; memaksa perempuan
KUHP sebagai landasan hukum positif dalam bidang kepidanaan harus segera
di perbaharui. Karena saat ini hakim dan penegak hukum lainnya tidak lagi hanya
c. Perkelahian
atau perkumpulan sebuah kelompok remaja yang biasanya berkumpul di tepi jalan
atau tempat keramaian hanya untuk bersantai- santai dan mengisi waktu kosong.
antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya sehingga terjadilah
perkelahian antar kelompok tersebut dan masalah akan lebih besar jika terjadi
sebagai berikut:
Pasal 182
(1) Barang siapa menantang seorang untuk perkelahian tanding atau rnenyuruh
tanding;
(2) Barang siapa dengan sengaja meneruskan tantangan, bilamana hal itu
Pasal 183
Diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana denda
paling tinggi tiga ratus rupiah, barang siapa di muka umum atau di hadapan pihak
ketiga mencerca atau mengejek seseorang oleh karena yang bersangkutan tidak rnau
Pekerja sosial sebagai salah satu komponen paling dasar dalam upaya
mewujudkan sikap kepercayaan diri pada anak berhadapan dengan hukum (ABH) di
PSMP Paramita Mataram. Peran serta pekerja sosial menjadi pilar yang dapat
dari para pekerja sosial dalam melaksanakan program yang telah dibuat dapat
mengakibatkan sebagian besar program yang ada di PSMP Paramita Mataram akan
menjadi terbengkalai. Pentingnya peran serta pekerja sosial ini selaras dengan
Pekerja sosial sebagai salah satu tenaga teknis yang bertugas sebagai pemberi
pelayayanan konseling agar terbangun sumber daya manusia yang memiliki rasa
percaya diri berpotensi untuk mengembangkan diri bagi anak yang dibina dalam
Peran dan fungsi tersebut sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh
bisa mendapatkan sebuah perlindungan. Selain itu dengan adanya pelayanan sosial
117
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2007), h. 67
118
Tohirin, Bimbingan Konseling Sekolah, (Jakarta: Usaha Nasional, 2006), h. 54
119
Fahrudin, Pelayanan Rehabilitasi Anak (Jakarta: Rineka Cipta, 20011), h. 43
85
masyarakat bisa mendapatkan akses, informasi dan nasihat yang pada akhirnya
jelas pelayanan sosial dibutuhkan seiring modernisasi dewasa kini agar mampu
dengan definisi makna dan tujuan hidup; motivasi bagi kelangsungan hidup seseorang
meliputi kegiatan yang diadakan untuk sosialisasi terhadap norma-norma yang dapat
Setiap aktivitas pekerjaan, tentu tidak terlepas dari hambatan dan rintangan
termasuk yang dialami oleh para pekerja sosial dalam menumbuhkan efikasi anak
yang berhadapan dengan hukum. Dalam pelaksanaan aktivitas kerjanya para pekerja
anak yang berhadapan dengan hukum harus dilakukan secara cermat dan
berkelanjutan.
Dalam kerangka itulah hambatan yang dialami dalam pelaksanaan peran dan fungsi
pekerja sosial harus mampu disikapi secara kooperatif oleh semua pihak yang ada di
PSMP Paramita Mataram. Perubahan yang ada dalam setiap proses pembinaan harus
dilakukan secara seksama dengan berbagai metode. Hal ini sejalan dengan pendapat
pekerja sosial, maka secara garis besar, ilmu dan metode penyembuhan sosial (Social
treatment) pekerjaan sosial, terdiri atas pendekatan mikro dan makro. Dalam
mengatasi masalah yang dihadapi oleh individu, keluarga dan kelompok. Masalah
sosial yang ditangani pada umumnya, berkenaan dengan problema psikologis, seperti
stress atau depresi, hambatan relasi, penyesuaian diri, kurang percaya diri, alienasi
atau kesepian dan keterasingan, apatisme hingga gangguan mental. Dua metode
utama, yang digunakan dalam setting mikro ini adalah terapi.121 perseorangan
berbagai tekhnik penyembuhan, atau terapi psikososial seperti terapi berpusat pada
dan eksploitasi sosial. Tiga metode utama, dalam pendekatan makro adalah terapi
Selain itu, perbedaan respons para warga binaan juga menjadi fenomena yang
120
Mukhtar, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial , (Yogyakarta :Pustaka Pelajar,
2009), h. 28
121
Ibid, h. 38
88
Perbedaan karakter ini disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang sosial anak
adanya perbedaan sifat tersebut merupakan ranah yang harus menjadi perhatian para
pekerja sosial sehingga perbedaan perlakuan pada setiap anak binaan harus dilakukan
Hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Abu Ahmadi yang
mengatakan bahwa
fenomena yang harus mampu disikapi dengan arif oleh para pekerja sosial. Hal ini
disebabkan karena kesamaan resfons dan pemahaman tersebut merupakan hal yang
Hal berbeda yang timbul juga yaitu terbatasnya jumlah media yang akan
dijadikan sebagai sarana dalam pelaksanaan pembinaan agar terbangun efikasi diri
pada anak. Komponen yang diperlukan tidak selamanya sejalan dengan alat yang
dimiliki. Pemanfaatan medium yang ada menjadi solusi yang dapat dilakukan oleh
para pekerja sosial dalam rangka mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan
terbatasnya media pelayanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tohirin yang
mengatakan bahwa
sosial harus mampu disikapi secara professional sehingga pelaksanaan program kerja
122
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan…. h. 42
89
yang telah direncanakan tidak mengalami hambatan yang berarti. Adanya kultur yang
sejalan dengan respons anak binaan harus menjadi prioritas para pekerja sosial.123
Dengan demikian hambatan yang dialami oleh para pekerja sosial yang harus
disikpi secara professional dalam kaitannya dengan peran pekerja sosial di PSMP
tersebut harus menjadi perhatian yang harus mampu disikapi secara matang oleh
123
Tohirin, Bimbingan Konseling…. H. 98
90
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bentuk- bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak- anak di PSMP
pergaulan yang tidak terjaga antara yang satu dengan yang lain dan perkelahian
olok.
2. Pekerja Sosial memiliki peran dalam pembentukan efikasi diri Anak Berhadapan
dengan Hukum (ABH) di PSMP Paramita Mataram. Hal ini terbukti dari adanya
berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka menumbuhkan efikasi diri bagi
anak berhadapan dengan hukum. Adapun peran tersebut dapat dilihat dari
karakter diri, yang merupakan program tahap lanjutan dalam rangka membentuk
respons anak binaan yang disebabkan oleh berbedanya latar belakang sosial dan
B. Saran
4. Pekerja sosial, agar dapat melakukan tugasnya secara berkelanjutan dan saling
5. Anak berhadapan dengan huku, agar senantiasa mengikuti program kerja yang
telah dibuat oleh pihak pekerja sosial yang ada di PSMP Paramita Mataram
pekerja sosial serta mengkaji hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Mas’oed, Akhlak Remaja Hari Ini Dan Prospeknya Di Masa Depan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Abu Ahmadi, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Wacana Prima 2007
Albert Aries,” Kesejahteraan Anak”, dalam http//www. Hukumonline. Net/ pusat data/ UU/
No.23 Tahun 2002, diambil pada tanggal 21 Maret 2015, pukul 14.55 WITA.
Ali Qaimi Kudakon e- Syahid” dalam MJ Bafaqih, Single Parent: Peran Ganda Ibu
dalam Mendidik Anak, Bogor: Cahaya, 2003
Anna Volz, “ Advocacy Strategies Trainining Manual,” dalam http: General
Comment No. 10: Children’s Right in Juvenile Justice, Defence for Children
Internatonal, 2009, diakses tanggal 05 Februari 2016, Pukul 20.00 WITA.
Asror Harahab. Management Pengelolaan Dana Zakat Untuk Dana Pengembangan
Usaha Kecil Bina Keluarga Mandiri. Mataram: Skripsi Fakultas Dakwah,
2011.
Bang Opick, “Perlindungan Anak yang Berhadapan Dengan Hukum,” dalam
http://bangopick.wordpress.com/2008/12/17, diakses tanggal 6 Februari
2016, Pukul 09.00 WITA.
Prayitno, Eman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta,
2004
Rumenah, Pola Pembinaan Remaja Dalam Meningkatkan Perubahan Sikap
Beragama Remaja Masjid Nurul Hikmah Belunsuk Kecamatan Kuripan
Lobar NTB. Mataram: Skripsi Fakultas Dakwah, 2011.
Salim Bahraiy. Riadhusshalihin. Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1987.
Samsul Hadi, Peran Panti Sosial Peduli Anak Dalam Upaya Pemberdayaan Anak
Melalui Pendidikan Non Formal di Desa Langko Kecamatan Lingsar
Lombok Barat. Mataram: Skripsi Fakultas Dakwah, 2013.
Sayuti Tahib. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia,
1985.
Soedharyo Soimin. Himpunan Dasar Pengangkatan Anak. Jakarta: sinar grafika,
2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Bandung: Alfabeta, 2007
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007.
UU. NO. 7 Tahun 2007 UU Kesejahteraan dan Perlindungan Anak ( Jakarta: Sinar Grafika,
2005),
Kegiatan pengarahan dalam rangka membentuk Bimbingan Rohani dalam rangka membentuk
efikasi diri efikasi diri