Anda di halaman 1dari 2

Nama: Husnul Khatimah Iskandar

NIM: 021800010
Prodi: Elektronika Instrumentasi

TUGAS PANCASILA: MENGANALISIS SEBUAH KARYA, MANA YANG SESUAI


DAN TIDAK SESUAI DENGAN SILA-SILA PANCASILA.

Karya: Novel
Judul: Tentang Kamu
Penulis: Tere Liye

Novel Tentang Kamu mengambil alur cerita campuran yaitu Sebagian merupakan kilas balik
dan sebagain lagi merupakan cerita masa sekarang. Novel ini bercerita tentang karakter Zaman
yang mendapat tugas untuk mengurus penerima hak waris dari seorang karakter lainnya
bernama Sri Ningsih yang sudah meninggal.

Karakter utamanya, Sri Ningsih, dalam cerita ini bisa dibilang sesaui dengan nilai yang ada
pada sila-sila Pancasila. Sri Ningsih diceritakan mempunyai karakter yang rendah hati, tidak
mudah menyerah, visioner, pekerja keras dan tidak pernah menyimpan dendam. Semasa kecil
Sri Ningsih dikenal sebagai anak yang semangat bekerja dan tidak pernah berbuat jahat kepada
orang lain. Sepeninggal Ayahnya, Sri Ningsih yang menjadi tulang punggung keluarganya
karena beliau menuruti Ibu tirinya. Walaupun Ibu tirinya kejam, suka memukuli dan
memarahinya, Sri Ningsih tidak pernah sekalipun menyimpan dendam dan tetap menuruti
semua perintah Ibu tirinya.

Karakter Ibu tiri Sri Ningsih, Namanya Nusi Maratta di sini jelas bertentangan denga sila kedua
Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Nusi Maratta, sepeninggal suaminya, yang
juga merupakan Ayah dari Sri Ningsih, sehari-hari berperilaku terlampau kejam kepada Sri
Ningsih padahal Sri Ningsih adalah anak yang baik dan penurut. Nusi Maratta bisa dinilai
mengambil hak Sri Ningsih untuk mendapatkan perlakuan yang layak bagi sesama manusia.
Tetapi sekali lagi, Sri Ningsih adalah anak yang tidak pernah menyimpan dendam.

Sampai suatu kejadian terjadi, rumah Sri Ningsih di desa mengalami kebakaran, Sri Ningsih
tetap berniat untuk menolong Ibu tirinya tetapi beliau tidak sempat melakukannya hingga
rumahnya hangus terbakar bersama Ibu tirinya. Setelah kejadian itu, dia dan adik tirinya diajak
oleh seorang kiai untuk pindah ke kota dan masuk pesantren. Di pesantren, Sri Ningsih dikenal
sebagai murid yang rajin dan tidak pernah mengeluh. Beliau suka membantu pekerjaan di
pesantren seperti memasak dan bahkan beliau suka membantu untuk membersihkan toilet. Di
pesantren Sri Ningsih juga bersahabat baik dengan anak pemilik pesantren dan ada satu lagi
gurunya. Mereka bertiga menjadi sahabat baik bahkan hingga dewasa.

Karakter Sri Ningsih sejauh ini berhubungan dengan nilai pada sila ketiga Pancasila yaitu
Persatuan Indonesia. Karakter Sri Ningsih sangat aktif menjaga kerukunan antar sesama
manusia dan lingkungannya, juga selalu membantu sesamanya di setiap kesempatan tanpa
pamrih.

Singkat cerita, di umur dewasa, satu dari dua sahabat baik Sri Ningsih di pesantren, Namanya
Sulastri, berkhianat dengan diam-diam membentuk kelompok kudeta untuk melakukan
penyerangan kepada Kiai Haji pemimpin pesantren. Sulastri dan suaminya melancarkan
penyerangan dan membantai seluruh penghuni pesantren tanpa ampun.

Karakter Sulastri dan suaminya ini sangat jelas bertentangan dengan nilai sila ketiga Pancasila
yaitu Persatuan Indonesia. Sulastri melakukan penyerangan kepada seluruh penghuni pesantren
dan mengambil hak seluruh penghuni tersebut untuk hidup. Juga memecah persatuan yang
harusnya dijunjung tinggi nilainya.

Kemudian karakter Zaman Zulkarnaen di novel ini juga sedikit banyak mencerminkan sila
kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia lewat pekerjaannya
sebagai pengacara yang mengurus hak waris dari harta seorang Sri Ningsih. Zaman benar-benar
mengusut dan mencari cerita hidup Sri Ningsih secara keseluruhan meskipun petunjuk
kehidupan Sri Ningsih yang beliau tahu sangat terbatas.

Anda mungkin juga menyukai