Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu unsur terpenting dari suatu negara adalah warga negara, di

samping terdapat wilayah dan pemerintahan. Sebagai subjek sekaligus objek,

warga negara senantiasa akan berinteraksi dengan negara dan bertanggung

jawab atas keberlangsungan kehidupan negaranya. Untuk itu warga negara

diwajibkan untuk memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara agar

terciptanya negara yang demokratis.

Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain,

sehingga dalam praktiknya harus dijalankan secara seimbang. Sebagai warga

negara, hak merupakan suatu keharusan yang diterima sedangkan kewajiban

merupakan tanggung jawab warga negara dalam pelaksanaannya. Seorang

warga negara yang bertanggung jawab akan melaksanakan dan

mempertanggungjawabkan hak dan kewajibannya sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan hak dan

kewajibannya, di samping untuk kepentingan dirinya, juga diarahkan untuk

menncapaian kehidupan yang baik yang telah disepakati dalam kehidupan

bernegara. Karena itu, apabila hak dan kewajiban tidak berjalan secara
seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimpangan

yang akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, maupun bernegara.

Sekarang ini sering terlihat ketimpangan antara hak dan kewajiban,

salah satunya dalam bidang lapangan pekerjaan dan tingkat kehidupan yang

layak. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 menjelaskan bahwa “Setiap warga

negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Sesuai dengai itu dapat dikatakan bahwa pekerjaan dan

tingkat kehidupan yang layak merupakan hak untuk setiap warga negara

sebagai salah satu tanda adanya perikemanusiaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian warga negara dan penduduk

2. Asas-asas kewarganegaraan

3. Hak dan kewajiban warga Negara menurut UUD 1945

4. Hak dan kewajiban bela Negara

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui perbedaan warga Negara dan penduduk

2. Mengetahui dan memahami apa saja asas-asas kewarganegaraan

5. Mengetahui dan memahami hak dan kewajiban warga negara menurut

UUD 1945

6. Mengetahui dan memahami hak dan kewajiban bela negara


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Warganegara dan Penduduk

Disamping wilayah dan pemerintah yang berdaulat, salah satu syarat

utama berdirinya suatu Negara merdeka adalah rakyat. Rakyat yang

tinggal di wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan.

Menurut Soepomo, penduduk ialah orang yang dengan sah bertempat

tinggal tetap dalam suatu negara. Sah disini berarti tidak bertentangan

dengan ketentuan-ketentuan mengenai masuk dan mengadakan tempat

tinggal tetap dalam negara yang bersangkutan. Rakyat atau penduduk

yang mendiami suatu negara ditinjau dari hukum, terdiri dari: warga

negara (staatsburgers), dan orang asing.

Warga negara diartikan dengan orang-orang yang sebagian dari

suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Menurut AS Hikam,

mendefinisikan warga negara sebagai terjemahan dari citizenship, yaitu

anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah

ini menurutnya lebih baik ketimbang istilah kawula negara, karena kawula

negara betul-betul berarti objek yang dalam bahasa inggris (object) berarti

orang yang dimiliki dan mengabdi kepada pemiliknya. Secara singkat,

Koerniatmanto S., mendefinisikan warga negara dengan anggota negara.

Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan


yang khusus terhadap negaranya, ia mempunyai hubungan hak dan

kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Namun secara

yuridis, berdasarkan pasal 26 ayat (1) UUD 1945, istilah warga negara

Indonesia dibedakan menjadi dua golongan : pertama, warga negara asli

(pribumi), yaitu penduduk asli negara tersebut. Misalkan suku jawa, suku

madura, suku dayak dan etnis keturunan yang sejak kelahirannya menjadi

WNI, merupakan warga negara asli Indonesia. Dan kedua, warga negara

asing (vreemdeling) misalnya, bangsa Tionghoa, Timur Tengah, India

USA dan sebagainnya, yang telah disyahkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan menjadi warga negara Indonesia.

Pernyataan ini ditetapkan kembali dalam pasal 1 UU No. 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan, bahwa Warga Negara Indonesia adalah

orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara Indonesia.

Setiap warganegara mempunyai hubungan yang tak terputus

meskipun dia bertempat tinggal di luar negeri. Sedangkan seorang asing

hanya mempunyai hubungan selama dia bertempat tinggal di wilayah

negara tersebut. Menurut UUD 1945, negara melindungi segenap

penduduk, misalnya dalam pasal 29 (2) "Negara menjanin kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Di bagian lain

UUD 1945 menyebutkan hak-hak khusus untuk warganegara, misalnya


dalam pasal 27 (2) yang menyebutkan "Tiap-tiap warganegara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan".

2.2 Asas- asas Kewarganegaraan

Sebelum negara menentukan siapa- siapa yang menjadi warga

negara, terlebih dahulu negara harus mengakui bahwa setiap orang

berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah

negara dan meninggalkannya serta berhak kembali sebagaimana

dinyatakan oleh Pasal 28E ayat (1) UUD 1945. Kewarganegaraan

adalah segala hal-ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi empat, yaitu;

1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis Kewargangaraan dalam arti

yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang

dan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat

tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara

yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum misalnya akta

kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan

sebagainya.

2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis Kewarganegaraan dalam

arti sosiologis tidak di tandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan

emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,


ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain ikatan ini

lahir dari penghayatan warga negara bersangkutan.

3. Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat

kewarganegaraan itu berdomisili.

4. Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat

hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan

kewajiban warga Negara.

Pada praktiknya ada kecenderungan yang memungkinkan

seseorang memiliki kewarganegaraan rangkap (bipatride) atau

sebaliknya, tidak memiliki kewarganegaraan (apatride).

Kewarganegaraan rangkap ini disebabkan dianutnya asas yang

berbeda diantara dua negara dalam menentukan kewarganegaraannya.

Negara yang satu menggunakan asas ius sanguinis dan yang

lain menggunakan asas ius soli.

2.3

Anda mungkin juga menyukai