PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu faktor utama yang menjadi masalah kesehatan
pada masyarakat. Hal ini menjadi masalah kesehatan pada saluran unit
gawat darurat pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya rasa nyeri tekan
pada daerah epigastrium (bagian daerah lambung) dengan mengarah pada
diagnosa gastritis, dimana untuk memastikan di butuhkan suatu pemeriksaan
fisik dan penunjang-penunjang lainnya seperti endoskopi. (Selviana BY,
2015).
1
Berdasarkan data dari Puskesmas Rawat Inap Sukaraja terhadap 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas Rawat Inap Sukaraja tahun 2020 yaitu gastritis
berada pada posisi kelima dengan jumlah kasus sebesar 699 (Data Puskesmas
Rawat Inap Sukaraja, 2020).
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman
pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu
aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, perih
atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih
baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa, dan
kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan
(hiccups). Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini
jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi luka kronis
pada lambung (R. Sari et al., 2016).
Menurut Rahmi Kurnia (2011), salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada
pasien gastritis adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau
nyeri epigastrium. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Secara
umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami nyeri
dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih,
menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir),
2
pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll), interaksi sosial
(menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Utami & Kartika, 2018).
Kasus gastritis biasanya terjadi karena adanya frekuensi makan yang tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitive apabila asam lambung meningkat.
Pola makan yang tidak teratur akan mengtakibatkan lambung sulit beradaptasi,
bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan terjadi kelebihan asam
lambung sehingga dapat mengakibatkan mukosa lambung teriritasi dan
terjadilah gastritis. Pada umumnya setiap orang melakukan makan makanan
utama 3 kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan siang dan makan sore atau
makan malam. Makan siang sangat diperlukan setiap orang, karena sejak pagi
badan teras lelah akibat melakukan aktivitas. Disamping makanan utama yang
dilakukan 3 kali biasanya dalam sehari juga makanan ringan dilakukan sekali
3
atau dua kali diantara waktu makan guna menanggulangi rasa lapar, sebab
jarak waktu makan yang lama (Dewi, 2017).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuam Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dengan Masalah
Gastritis Pada Ny.S Di PuskesmasRawat Inap Sukaraja Bandar Lampung
2021
2. Tujuan khusus
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan.
5
Bakteri ini juga sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
tersering sebagai penyebab gastritis.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen masuk ke dalam lambung → obat bereaksi
mengurangi prostaglandin (fungsi prostaglandin yaitu melindungi
dinding lambung) → infiltrasi sel-sel radang → atrofi progresif sel
epitel kelenjar mukosa → kehilangan sel parietal & chief sel →
dinding lambung menipis → peradangan. Pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol masuk ke dalam lambung → dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih
rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal
sehingga terjadi peradangan pada lambung.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung → mengiritasi dinding lambung dan
menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta
pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12,
akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi
serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem
6
dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada
orang tua.
7. Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
Apabila disimpulkan dari penyebab diatas maka semua itu termasuk
dari faktor :
1. Faktor imunologi
2. Faktor bakteriologi
3. Faktor lain seperti : NSAID (aspirin), merokok, alkohol, kafein,
stres/ ansietas, refluk usus-lambung, bahan kimia.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak
menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik
hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum, mual dan
muntah, sendawa,hematemesis (Suratun dan Lusianah, 2017).
1. Gastritis akut :
a. Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
b. Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
c. Muntah serta cegukan
d. Dapat terjadi kolik dan diare
e. Peningkatan Suhu Tubuh
f. Takikardi
2. Gastritis kronis :
1. Tipe A : Asimtomatis
2. Tipe B :
a. Mengeluh anoreksia
b. Sakit ulu hati setelah makan
c. Bersendawa
d. Rasa pahit dalam mulut
7
e. Mual dan muntah
D. Patofisiologi
8
E. Komplikasi
Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2016) antara lain:
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk
perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran
klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak
duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia
karena gangguan absorpsi vitamin B12.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan (2018) sebagai berikut :
1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
9
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk
ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan
akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau
dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering
terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
4. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen.
Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di ronsen.
G. Penatalaksanaan Gastritis
Menurut Dermawan (2018)Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah
menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi
kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat
dibedakan sebagai berikut :
1. Gastritis Akut :
a. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan
hemoragie yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan
dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium
10
hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
e. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah
jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
f. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
2. Gastritis Kronis :
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
H. Farmakologi
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi
sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang
mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti : (Dermawan 2018)
1. Antasida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
2. Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah
asam lambung yang diproduksi.
3. Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
11
4. Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil.
Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan
ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate
yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
12
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Peradangan Nyeri
Klien menyatakan ↓
nyeri pada ulu hati. Meningkatnya HCL
DO : ↓
Klien tampak Lambung →bradikinin ,
meringis dan memegang histamine dan sel
daerah ulu hati. ↓
Hipotalamus
↓
Nyeri
Konjungtiva
anemis
TD : 100/60 mmHg
Hb : 9,6 g/dl
13
Klien terlihat lemas Intake nutrisi menurun
3. Diagnosa Keperawatan
4. AsuhanKeperawatan
14
4. Dapat menghilangkan
rasa nyeri akut atau
kronis dan
menurunkan aktvitas-
aktivitas peristaltik
15
lambung pada kerja
minimal asam mukosa
lambung dan makan
sedikit mencegah
distensi gaster yang
berlebihan
3. perlu bantuan dalam
perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi
BAB III
16
A. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny.S
2. Usia : 24 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Karyawan
6. Tgl masuk : 17 febuari 2021
7. Dx Medis : Gastritis
8. Alamat : jl. Ikan bawal kelurahan kangkung
RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : klien mengatakan nyeri ulu hati, perih, mual dan muntah
2. Riwayat Penyakit sekarang : klien mengatakan nyeri, klien mengatakan
nyeri seperti diremas-remas, nyeri diulu hati, nyeri hilang timbul, skala
nyeri 4, klien berusaha mengurangi gerakan agar terasa lebih ringan
3. Riwayat penyakit dahulu : klien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mengalami penyakit yang serius seperti hipertensi, DM, hepatitis dll.
4. Riwayat kesehatan keluarga ( genogram )
: Meninggal : laki-laki
17
: perempuan : pasien
: serumah
5. Riwayat kebiasaan : klien mengatakan suka telat makan, minum kopi dan
suka makan-makanan pedas
6. Riwayat alergi : klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
7. Riwayat kesehatan lain : klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
kesehatan lain
1. Kesadaran : Composmetis
GCS : 15 ( eye 4, verbal 5, motorik 6 )
2. Keadaan umum : baik
3. Tanda-tanda Vital :
18
Leher : Bentuk simetris, tidak ada pembekakan kelenjar tiroid dan
kelenjar limfa, tidak ada massa.
Integumen : kulit terlihat bersih, turgor kulit kembali sebelum 2 detik
dan tidak ada kelainan pada kulit
Sistem kardiovaskular : Tekan Darah : 110/80 MmHg, Nadi,
80x/menit, tidak ada edema
Pemeriksaan abdomen : Tidak ada benjolan, tidak ada lesi,terdapat
nyeri tekan pada ulu hati, suara bising usus 12 kali/menit, dan
terdengar suara timpani.
Pemeriksaan muskuloskeletal : tidak ada odem, kekuatan otot baik.
5. Okisigenasi : irama pernafasan klien teratur, jalan nafas bersih , klien tidak
sesak, frekuensi pernafasan 20 x/menit
6. Nutrisi :
- Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3x/hari, nafsu makan baik, makan 1 porsi
- Saat sakit
Klien mengatakan makan 3 x/hari, nafsu makan berkurang karena
mual, dan hanya menghabiskan ½ porsi makanan
7. Cairan dan elektrolit : klien mengatakan minum air putih 6-7 gelas/ hari
8. Eliminasi :
- Sebelum sakit
Klien mengatakan BAB 1 x/ hari, berwarna kuning, berbau khas, dan
BAK ± 6 x/hari, berbau khas tidak ada keluhan
- Saat sakit
Klien mengatakan belum BAB, Klien mengatakan sudah BAK 2x/ hari
9. Personal hygien : klien mengatakan mandi 2 x/hari
10. Aktivitas : klien mengatakan aktivitas seperti biasa. dan selama sakit klien
mengatakan tidak bekerja dan hanya berbaring di tempat tidur.
11. Tidur dan istirahat :
- Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur ± 6-7 jam
19
- Saat sakit
Klien mengatakan tidur 5-6 jam sering terbangun dari tidur karna sakit
dibagian perut
12. Pembelajaran/ pengetahuan : klien mengatakan tahu kalau dia sakit magh
tetapi klien tidak tahu kalau minum kopi dan makan pedas bisa
mempengaruhi sakit magh nya.
13. Psikososial dan spiritual : klien mengatakan bahwa orang yang paling
berarti adalah ibu, klien mengatakan beragama islam dan beribadah sholat
5 waktu
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Therapi medik :
Domperidon 3x1
Atasid 3x1
ANALISA DATA
DO :
20
- klien tampak gelisah dan tidak
nyaman
- wajah klien tampak meringis
- TD : 110/80 MmHg, RR: 20
x/mnt, Nadi, 80 x/mnt, Suhu :
36,50c
DO :
DO:
21
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d iritasi mukosa lambung sekresi asam
lambung yang naik turun
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakitnya
C. RENCANA KEPERAWATAN
22
nutrisi tercukupi gas pencernaan
dengan KH : - Anjurkan makan selagi - Untuk mengurangi
hangat mual
- Klien mau
- Hindari makanan - Agar tidak memicu
makan
pedas sakit magh
walaupun
- Kaji nafsu makan klien - Mengetahui
sedikit tapi
saat pemberian diit peningkatan nafsu
sering
makan
- Mual
berkurang
- Klien tidak
muntah
23
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P : lanjutkan intervensi
- Observasi tingkat
nyeri klien
- Menghindari
makanan yang
memicu penyakit
- Kolaborasi dengan
dokter
24
sering mualnya sudah
- Menganjurkan klien makan selagi berkurang
hangat
Klien mengatakan sudah
- Menganjurkan klien Menghindari
nafsu makan tetapi
makanan yang menimbulkan gas
hanya sedikit
- Menganjurkan klien menghindari
makan makanan pedas O : Klien tampak
- Mengkaji nafsu makan klien saat tampak masih mual
pemberian diit
A : Masalah gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan belum
Teratasi
P : lanjutkan Intervensi
P : hentikan intervensi
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah pemberian asuhan keperawatan pada Ny. S dengankasus Gastritis
yang dimulai dari pengkajian sampai tahap evaluasi di Puskesmas Rawat
Inap Sukaraja, dapat disimpulkan bahwa :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gastritis.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S dengan gastritis adalah
pengumpulan data yang meliputi identitas klien, riwayat kesehatan,
kebutuhan dasar dan pemeriksaan fisik. Data tersebut kemudian
dianalisa dan dikelompokkan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Kebersamaan ini dipengaruhi oleh kerja sama yang
baik antara klien, perawat dan kesehatan lainnya.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan gastritis. Diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan
berdasarkan analisa data adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d iritasi mukosa lambung
sekresi asam lambung yang naik turun
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia
3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang
penyakitnya
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan
gastritis. Perencanaan disusun dengan masalah yang ada pada saat
dilakukan pengkajian.
26
d. Penulis mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang
telah disusun pada klien dengan gastritis. Dalam melakukan
implementasi keperawatan terhadap klien diusahakan tindakan sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun dan kerja sama antara
perawat, klien dan tim kesehatan lainnya. Namun demikian tidak
semua perencanaan dapat dilakukan terhadap klien karena
disesuaikan dengan keadaan klien dan fasilitas yang ada.
e. Penulis mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan pada klien
dengan gastritis. Evaluasi keperawatan terhadap klien dilakukan
dengan membandingkan hasil dan tujuan yang diterapkan dalam
rencana keperawatan. Dari ketiga diagnosa yang penulis angkat,
semua telah mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan ini tidak
lepas dari kerjasama yang baik antara penulis dengan sarana dan
prasarana yang ada..
B. Saran
1. Puskesmas
Hasil asuhan keperawatan dijadikan tambahan literatur khususnya
asuhan keperawatan pada pasien “Gastritis”.
2. Institusi Pendidikan
Hasil asuhan keperawatan dapat dijadikan tambahan literature dan
dapat dijadikan bahan pembelajaran.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan
meningkatkan skill.
27
DAFTAR PUSTAKA
Major.2015;4:2–6.
TussakinahW,BurhanIR.ArtikelPenelitianHubunganPolaMakandanTi
ngkatStres terhadap
Dewit, S. C., Stromberg, H., & Dallred, C. 2016. Medical Surgical Nursing : Concept and
Practice. Philadelphia: Elsevier. Philadelphia: Elsevier
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
28