Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MEMBERIKAN ASUHAN PERSALINAN KALA 1

NAMA KELOMPOK 1 :

1.MILATUN MUFLIHA

2.NURUL QHOMARIYA

3.MARIA M.Y. JENE

4.ELSI BIKOLO

FAKULTAS ILMU SEHATAN

D-III KEBIDANAN

UNIVERSITAS DR. SOETOMO

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi penyayang, kami panjatkan
puji dan syukur atas kahadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan Rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Memberikan asuhan
persalinan kala 1”ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah”Memberikan asuhan persalinan kala 1”ini
memberikan banyak manfaat maupun inspirasi bagi semua pembaca
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BABA II Pembahasan
A.Pemeriksaan fisik
B.Pemeriksaan janin
BAB III Penutup
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan urin ) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu Kebidanan, Gde Manuaba ).
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu
hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawat daruratan dan sampai pada
akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka
kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan
persalinan.
           Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu
upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang
terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk
menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas,
pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut
derajat keadaan dan tempat terjadinya

B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan
Kebidanan Persalinan sekaligus menambah pengetahuan tentang Asuhan kala 1.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Batasan Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkab perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.

Tanda dan gejala inpartu termasuk :


 Penipisan dan pembukaan serviks.
 Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit.
 Cairan lender bercampur darah (“show”) melalui vagina.

B. Fase-Fase dalam kala satu persalinan


(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). kala satu
persalinan terdiri atas dua fase, yaitu :
1) Fase laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
2) Fase aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata –rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

C. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama merupakan bagian dari asuhan
sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa
yang akan anda lakukan. Jelasakan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Jawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ibu. Sambil melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda –tanda penyulit atau kondidi gawatdarurat dan
segera lakukan tindakan yang sesuai apabila diperlukan untuk memastikan proses
persalinan akan berlangsung secara aman. Catatkan semua temuan dan kesimpulannya
kepada ibu dan keluarganya.
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan,
kehamilan, dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan
klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan
yang sesuai.

Tanyakan pada ibu :


 Nama, umur, dan alamat
 Gravida dan para
 Hari Pertama Haid Terakhir
 Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
 Riwayat alergi obat – obatan tertentu
 Riwayat kehamilan yang sekarang
 Riwayat kehamilan sebelumnya
 Riwayat medis lainnya
 Riwayat medis saat ini
 Pertanyaan tentang hal –hal yang belum jelas atau berbagai bentuk
kekhawatiran lainnya.
Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis lengkap, lakukan
pemeriksaan fisik.

D.  Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis di olah
untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangan rencana
asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Jelaskan kepada ibu dan
keluarganya tentang apa yang dilakukan, di periksa dan tujuannya. Anjurkan mereka untuk
untuk bertanya dan jawab pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami
kepentingan pemerikaan.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik :


 Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.
 Tunjukan sikap ramah dan sopan, tentamkan hati dan bantu ibu agar merassa
nyaman minta ibu menarik napas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang /
gelisah.
 Minta ibu untuk mengkosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa
jumlah urin dan adanya protein dan aseton dalam urin)
 Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan
atau nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan
cairan tubuh.
 Nilai tanda – tanda vital ibu. Untuk akurasi penilaian tekanan darah dan nadi
ibu, lakukan pemeriksaan diantara dua kontraksi.
 Lakukan pemeriksaan abdomen.
 Lakukan pemeriksaan dalam.

1.Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
 Menentukan tinggi fundus uteri
 Memantau kontraksi uterus
 Memantau denyut jantung janin
 Menentukan presentasi
 Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah
mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu berbaring. Tempatkan
bantal di bawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan
lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh rasa nyaman
dengan meninta ibu menarik nafas dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu
dalm posisi telentang dalam waktu lebih dari 10 menit.
a) Menentukan tinggi fundus uteri
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi
menggunakan pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung
pita (posisi melebar) mulai dari tepi atas simfisi pubis, kemudian rentangkan pita
mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus.
Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.

b) Memantau kontraksi uterus


Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk memantau kontraksi uterus. Secara
hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpassi jumlah kontraksi yang
terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang
terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama
kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi akan terjadi relaksasi
dinding uterus.

c) Memantau denyut jantung janin


Gunakan fetoskop pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin
(DJJ) dalam Rahim ibu dan untuk menghitung jumlah DJJ permenit, gunakan jarum
detik pada jam. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ
terdengar paling kuat.

Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum
atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan
sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir.lakukan penilaian DJJ tersebut
pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin di cerminkan dari
DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 x /menit. Kegawatan janin ditunjukan
dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit. Bila demikian, baringkan
ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit
dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ
tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.

d) Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi janin (bagian terbawah janin) :
 Berdiri disamping ibu dan menghadap kearah kepala ibu (minta ibu
mengangkat tungkai atas dan menekukan lutut).
 Untuk mentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong maka
perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut.
Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan
(bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya
kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara
mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang
digunakan untuk menunjukan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari
kepala atau diintikkan sebagai bokong.
 Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati –hati tapi mantap)
pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (di atas
simfisis pubis) ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah
penolong adalah penunjuk presentasi janin.
 Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul maka
bagian tersebut masih dapat di gerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul
maka bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat di gerakkan lagi.
e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan
abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui
palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan
membantu mencegah pemeriksaan dalam yang tidak perlu. Nilai penurunan kepala
janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa di palpasi di atas
simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jan yang bisa ditempatkan di bagian kepala di
atassimfisipubis).

Kepala janin adalah:


 5/5 (lima per lima) jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas
simfisis pubis.
 4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
 3/5 jika hanya tiga dan lima jam bagian kepala janin teraba di atas simfisis
pubis.
 2/5 jika hanya dua dan lima jan bagian kepala janin berada di atas simfisis
pubis. Berarti hampir seluruh kepala telah turun ke dalam saluran panggul
(bulatnya kepala tidak dapat diraba dan kepala janin tidak dapat
digerakkan).
 1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis pubis.
 0/5 jika kepalajanin tidak teraba dan luar atau seluruhnya sudah melalui
simfisis pubis.

2. Periksa Dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih
yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih’. Minta ibu
untuk berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu
belum melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga
selamapemeriksaandilakukan.

Langkah-langkah melakukan pemeriksaan dalam termasuk :

 Tutupi badan ihu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut.


 Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
(mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakiriya satu
sama lain).
 Menggunakan sarung tangan DTT atau steril pada saat melakukan pemeriksaan.
 Menggunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau
larutan antiseptik. Membasuh labia secara hati-hati, seka dan depan kebelakang
untuk menghindarkan kontarninasi feses (tinja).
 Memeriksa genitalia eksterna, apakah terdapat luka atau massa (termasuk kon
dilornata), varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
  Nilai cairan vagina dan tentukan apakah terdapat bercak darah, perdarahan
pervaginam atau mekonium:

a. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam. Lihat Tabel
2-1.
b.Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika mekonium
ditemukan, lihat apakah kental atau encer dan periksa DJJ (lihat Tabel 2-1):
 Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ secara
seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan
terjadinya gawat janin, lihat Tabel 2-1 dan rujuk segera.
 Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera (lihat Tabel 2-1).
 Jika ban busuk, lihat Tabel 2-1. Ibu mungkin mengalami infeksi.
7. Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan
sarung tangan pemeriksa). Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari
tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya
sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi
(memecah kannya). Alasan: Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan
bayi, serta gawat janin.
8.Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau
episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat
kelahiran bayi.
9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi)
tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti
langkah-Iangkah kedaruratan di Tabel 2-1 dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
yang sesuai.
11. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul.
Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen
Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12.Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai
penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin
Sesuai dengan diameter jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati,
celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14.  Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15.  Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16.  Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya

E. Mencatat dan Mengkaji Hasil Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik


Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
 Catat semua hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan fisik secara teliti dan
lengkap.
 Gunakan informasi yang terkumpul untuk menentukan apakah ibu sudah
dalam persalinan (inpartu). Jika pembukaan serviks kurang dan 4 cm, berarti
ibu masih dalam fase laten persalinan. Lakuikan penilaian ulang setelah 4 jam
sejak pemeriksaan pertama. Jika pembukaan serviks 4 cm atau lebih, ibu telah
masuk dalam fase aktif persalinan; mulailah mencatat kemajuan persalinan
pada partograf (lihat bawah).
 Tentukan ada tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara
khusus.
 Setiap kali selesai melakukan penilaian, analisis data yang terkumpul, buat
diagnosis berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan
asuhan bagi ibu. Penatalaksanaan itu selalu berdasarkan pada hash temuan
penilaian.
Contoh: Jika setelah menyelesaikan penilaian awal diagnosisnya adalah
kehamilan intrauterin, cukup bulan, dalam fase aktif kala satu persalinan
dengan DJJ dan tanda tanda vital normal. Rencana selanjutnya adalah terus
mernantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada partograf
dan memberikan asuhan sayang ibu. Jika hasil diagnosis menunjukkan suatu
ahnormalitas atau komplikasi, maka rencana selan jutnya mencakup persiapan
untuk rujukan segera, memperbaiki kondisi umum ibu, merujuk sambil terus
menerus memantau dan me!akukan pertolongan awal terhadap masalah
tersebut dan tetap memberikan asuhan sayang ibu (kaji ulang bagian Membuat
keputusan klinik di Bab 1).
 Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu
dan keluar ganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan diberikan.

F. Pengenalan Dini Terhadap Masalah Dan Penyulit


Pada saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap masalah atau penyulit yang mungkin terjadi. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu
dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan penieriksaan fisik, tetap waspada terhadap
indikasi-indikasi seperti yang tertera pada Tabel 2-1 dan lakukan tindakan segera.
Lakukan langkah dan tindakan yang scsuai untuk mernastikan proses persalinan yang
aman bagi ibu dan keselamatan bagi bayi yang dilahirkan

Tabel 2-1: Indikasi – Indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan selama kala satu
persalinan

Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk asuhan atau perawatan


dan/atau pemeriksaan

Riwayat bedah sesar 1. Segara rujuk ke fasilitas yang mempunyai


kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan
dukungan dan semangat.
Perdarahan pervaginam selain dari Jangan melakukan pemeriksaan dalam
lendir bercampur darah (show)
1. Baringkan ibu ke sisi kiri
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter
besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer
Laktat atau cairan garam fisiologis (NS)
3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki
kemampuan untuk melakukan bedah besar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Kurang dari 37 minggu (persalinan 1. Segara rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kurang bulan) kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obsteri dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan serta semangat

Rencana untuk asuhan atau perawatan


Temuan-temuan anamnesis
dan/atau pemeriksaan

Ketuban pecah disertai dengan 1. Baringkan ibu miring ke kiri,


keluarnya mekonium kental 2. Dengarkan DJJ.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan pena-talaksanaan untuk melakukan
bedah sesar.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set,
kateter penghisap lendir DeLee dan handuk/kain
untuk menge-ringkan dan menyelimuti bayi kalau ibu
melahirkan di jalan.
Ketuban pecah bercampur 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin
dengan sedikit mekonium laksanakan asuhan yang sesuai (lihat di bawah).
disertai tanda-tanda gawat
janin
Ketuban telah pecah (lebih dari 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
24 jam ) atau Ketuban pecah kemampuan melakukan asuhan kegawat daruratan
pada kehamilan kurang bulan obstetri.
(usia kehamilan kurang dari 37 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
minggu) dukungan serta semangat.
Tanda-tanda atau gejala-gejala 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
infeksi:• temperatur tubuh > 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
38° c • menggigil (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
• nyeri abdomen cairan garam fisio logis (NS) dengan tetesan 125
• cairan ketuban yang berbau ml/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan pena- talaksanaan kegawat daruratan
obstetri.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan serta Semangat.
Tekanan darah lebih dari 160/ 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
110 dan/atau terdapat protein 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
dalam urin (preeklampsia (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
berat) cairan garam fisio logis (NS).
3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20% IV
selama 20 menit.
4. Suntikan 10 g MgSO4 50% (5 g IM pada bokong kiri
dan kanan).
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kapabilitas asuhan kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan.
Tinggi tundus 40 cm atau lebih 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
(makrosomia, kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
polihidramniosis, kehamilan 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
ganda) semangat dan dukungan.
Alasan: Jika diagnosisnya adalah polihidramnion, mungkin
ada masalah-masalah lain dengan janinnya. Dengan adanya
makrosomia, risiko distosia bahu dan perdarahan pasca
persalinan akan lebih besar.

Temuan-temuan anamnesis
Rencana untuk asuhan atau perawatan
dan/atau pemeriksaan

DJJ kurang dari 100 atau lebih 1. Baringkan bu miring ke kiri dan anjurkan untuk
dari 180 kali/menit pada dua bernapas secara teratur.
kali penilaian dengan jarak 5 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
menit (gawat janin) (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisio logis (NS) dengan tetesan 125
ml/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat.
Primipira dalam persalinan 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
fase aktif dengan palpasi 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kepala janin masih 5/5 kemampuan pembedahan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi bukan belakang 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
kepala(sungsang, letak lintang, 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
dll) kemampuan pena talaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi ganda (majemuk) 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada
(adanya bagian janin, seperti atau miring ke kiri.
misalnya lengan atau tangan, 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
bersamaan dengan presentasi kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
belakang kepala) obstetri danbayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan   berikan
semangat serta dukungan.
Tali pusat menumbung (jika 1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi,
tali pusat masih berdenyut) letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala
janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain
pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan
menolong hagian terbawah bayi tidak menekan tali
pusatnya (keluarga mungkin dapat membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetni dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan.
ATAU

1. Minta ibu untuk mengambil posisi bersujud di mana


posisi bokong tinggi melebihi kepala ibu, hingga tiba
ke tempat rujukan.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penn talaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan.
Temuan-temuan anamnesis Rencana untuk asuhan atau perawatan
dan/atau pemeriksaan

Tanda dan gejala syok: 1. baringkan ibu miring ke kiri.


 Nadi cepat, lemah (lebih 2. Jika mungkin naikkan kedua kak ibu untuk
dari 110 kali/menit) meningkatkan aliran darah ke jantung.
 Tekanan darahnya rendah 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
(sistolik kurang dan 90
cairan garam fisiologis (NS). Infuskan 1 liter dalam
mmHg) waktu 15-20 menit; jika mungkin infuskan 2 liter
 Pucat dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan
 Berkeringat atau kulit tetesan menjadi 125 ml/jam.
lembab, dingin 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
 Napas cepat (lebih dari 30 kemampuan pena- talaksanaan kegawatdaruratan
kali/ menit) obstetri dan bayi baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
 Cemas, bingung atau tidak
semangat serta dukungan.
sadar
 Produksi urin sedikit
(kurang dari 30 ml/jam)

Tanda dan gejala persalinan 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki


dengan fase laten yang kapabilitas kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
memanjang: lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
 pembukaan serviks dukungan serta semangat.
kurang dari 4 cm
setelah 8 jam
 kontraksi teratur (lebih
dari 2 dalam 10 menit)

Tanda dan gejala belum 1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan.


inpartu: 2. Anjurkan ibu untuk bergerak bebas dan leluasa.
3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan
 kurang dari 2 kontraksi serviks, evatuasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda
dalam 10 menit, kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang
berlangsung kurang dengan nasehat untuk:
dari 20 detik 4. Menjaga cukup makan dan minum.
 tidak ada perubahan 5. Datang untuk meridapatkan asuhan jika terjadi
senviks dalam waktu 1 peningkatan frekuensi dan lama kontraksi.
sampai 2 jam

Tanda dan gejala partus lama: 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan pena- talaksanaan kegawatdaruratan
 pembukaan serviks obstetri dan bayi baru lahir.
meng-arah ke sebelah 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
kanan garis waspada dukungan serta semangat.
(partograf)
 pembukaan serviks
kurang dari 1 cm per
jam
 kurang dari 2 kontraksi
dalam wak tu 10 menit,
masing-masing
berlangsung kurang
dari 40 detik.

Rujuk ibu :Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsia/Hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi majemuk
16. Kehamilan gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

G. Persiapan Persalinan
1. Bagi Bidan
a. Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi.
b. Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok
sebagai berikut :
 yang hangat dan bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung
dari tiupan angin.
 Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu
sebelum dan sesudah melahirkan.
 Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk
membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan
membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
 Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi
dan proses peralatan.
 Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan
penolong persalinan.
 Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya
setelah persalinan. Pastikan ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
 Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
 Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
 Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006).

c. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan.


1) Bagi keluarga dan ibu bersalin :
 Rencanakan bersalin di polindes, Puskesmas, RB, RS, dan BPS.
 Tabungan untuk biaya persalinan.
 Menyiapkan untuk donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu.
 Ibu dan suami menyakan bidan /dokter kapan HPLnya.
 Menyiapkan kendaraan/alat transportasi jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu
segera ke RS.
 Menyiapkan perlengkapan dan peralatan ibu dan bayi.
(KMS, 2009).
a. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dan psikologis ibu dan janin.
1. Kebutuhan Ibu Selama Persalinan :
a)    Kebutuhan Fisiologis
1)    Oksigen
2)    Makan dan minum
3)    Istirahat selama tidak ada his
4)    Kebersihan badan terutama genetalia
5)    Buang air keil dan buang air besar
6)    Pertolongan persalinan yang terstandar
7)    Penjahitan perineum bila perlu
b)    Kebutuhan rasa aman
1)    Memilih tempat dan penolong persalinan
2)   Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang
akandilakukan
3)    Posisi tidur yang dikehendaki ibu
4)    Pendampingan oleh keluarga
5)    Pemantauan selama persalinan
6)    Intervensi yang diperlukan.
c)    Kebutuhan dicintai dan mencintai
1)    Pendampingan oleh suami / keluarga.
2)    Kontak fisik (memberi sentuhan ringan).
3)    Masase untuk mengurangi rasa sakit
4)    Berbicara dengan suara yang lemah, lembut, serta sopan.
d)    Kebutuhan harga diri
1)    Merawat bayi sendiri dan menetekinya.
2)    Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu.
3)    Pelayanan yang bersifat simpati dan empati
4)    Informasi bila akan melakukan tindakan
5)    Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu
lakukan.
e)    Kebutuhan aktualisasi diri
1)    Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan.
2)    Memilih pendamping salama persalinan
3)    Bounding and attachment
4)    Ucapan selamat atas kelahiran anaknya

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan :


1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinan
a)    Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan
b)    Memberi makan dan minum
c)    Menganjurkan istirahat diluar his
d)   Menjaga kebersihan badan terutama daerah genetalia (bila   
memungkinkan ibu disuruh untuk mandi atau membersihkan
daerah kemaluan).
e)    Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau buang air besar.
f)     Menolong persalinan sesuai standar
2.    Pemenuhan kebutuhan rasa aman
a)    Memberi informasi tentang proses persalinan atas tindakan yang
akan dilakukan.
b)    Menghargai pilihan posisi tidur.
c)    Menentukan pendampingan selama persalinan.
d)    Melakukan pemantauan selama persalinan.
e)    Melakukan tindakan sesuai kebutuhan.
3.    Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai
a)    Menghormati pilihan pendampingan selama persalinan.
b)    Melakukan kontak fisik atau memberi sentuhan ringan.
c)    Melakukan masase untuk mengurangi rasa sakit.
d)    Melakukan pembicaraan dengan suara lemah lembut dan sopan.
4.Pemenuhan kebutuhan harga diri
a)    Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian atau menjadi
pendengar yang baik.
b)    Memberi asuhan dengan memperhatikan privasi ibu
c)    Memberi pelayanan dengan empati.
d)    Memberitahu pada ibu setiap tindakan yang akan dilakukan
e)    Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah
dilakukan.
5.    Pemenuhan kebutuhan aktualisasi
a)    Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai keinginan.
b)    Menentukan pendamping selama persalinan.
c)    Melakukan bounding and attachment.
d)    Memberi ucapan selamat setelah persalinan selesai
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.
(Pusdiknakes, 2003).

H.   Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
 Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
  Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
  Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Partograf harus digunakan :


 Untuk semua ibu dalam fase aktif  kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan.
  Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, RS, dll).
 Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya. (Pusdiknakes, 2003).

I. Pendokumentasian Kala Satu


1.   Bidan harus mendokumentasikan secara akurat semua asuhan dalam catatan ibu
termasuk DJJ, kontraksi, dan tiap observasi yang dilakukan maupun bagaimana ibu
melakukan koping.
2.   Partograf  biasanya diperbaharui tiap setengah jam, atau secepatnya bila
memungkinkan
3.    Selain itu setiap intervensi, masalah atau rujukan juga harus didokumentasi jelas
dan ditandatangani dalam catatan ibu.
Hal-hal yang perlu di dokumentasikan:
Pendokumentasian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil temuan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik :

1.Anamnesis
a.    Nama, umur dan alamat
b.    Gravida dan para
c.    HPHT
d.    Tapsiran persalinan
e.    Alergi obat-obatan
f.     Riwayat kehamilan, sekarang dan sebelumnya
g.    Riwayat medis lainnya.
h.    Masalah medis saat ini, dll.

2.Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan abdomen
1)    Menentukan TFU
2)    Memantau kontraksi uterus
3)    Memantau DJJ
4)    Memantau presentasi
5)    Memantau penurunan bagian terbawah janin
b.    Pemeriksaan dalam
1)    Menilai cairan vagina
2)    Memeriksa genetalia eksterna
3)    Menilai penurunan janin
4)    Menilai penyusupan tulang kepala
5)    Menilai kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir.
6)    Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan pervaginam.

Digunakan SOAP untuk mendokumentasikannya.


S : Subjektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian anamnesis.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil dari
pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I varney.

A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif dalam
identifikasi yang meliputi:
1.    Diagnosa atau masalah
2.    Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3.    Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau
rujukan sebagai langkah II, III dan IV varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan
evaluasi berdasarkan asuhan yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu Kebidanan, Gde Manuaba ).Persalinan saat ini menjadi
momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya
mengalami kegawat daruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut
dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Persalinan Kala I ( Kala Pembukaan Lengkap ) adalah Permulaan persalinan yang
ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai mendatar dan
membuka lengkap ( 10 cm ). Tanda dan Gejala Persalinan Kala I : His / kontraksi uterus
sudah adekuat, Penipisan dan pembukaan serviks sekurang - kurangnya 3 cm, Keluarnya
cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah, Sering BAK, dan Akhir kala I
primigravida keluar darah menetas. Fase – Fase Persalinan Kala I : Fase Laten dan Fase
Aktif.

B. Saran
Untuk mengetahui tentang “Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan
Fisiologis Dan Psikologis Pada Kala 1”.pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-
buku yangberhubungan dengan Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan
Fisiologis Dan Psikologis Pada Kala 1.
Di sini penulis menydari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
menyempurnakan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2008. Jakarta : PT Bina Pustaka.


JNPK-KR. Asuhan Persalinan N
di Oktober 07, 2017 

Anda mungkin juga menyukai