NAMA KELOMPOK 1 :
1.MILATUN MUFLIHA
2.NURUL QHOMARIYA
4.ELSI BIKOLO
D-III KEBIDANAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi penyayang, kami panjatkan
puji dan syukur atas kahadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan Rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Memberikan asuhan
persalinan kala 1”ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah”Memberikan asuhan persalinan kala 1”ini
memberikan banyak manfaat maupun inspirasi bagi semua pembaca
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BABA II Pembahasan
A.Pemeriksaan fisik
B.Pemeriksaan janin
BAB III Penutup
A.Kesimpulan
B.Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan urin ) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu Kebidanan, Gde Manuaba ).
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu
hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawat daruratan dan sampai pada
akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka
kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan
persalinan.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu
upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang
terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk
menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas,
pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut
derajat keadaan dan tempat terjadinya
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Asuhan
Kebidanan Persalinan sekaligus menambah pengetahuan tentang Asuhan kala 1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Batasan Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkab perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
C. Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama merupakan bagian dari asuhan
sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa
yang akan anda lakukan. Jelasakan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Jawab dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan ibu. Sambil melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda –tanda penyulit atau kondidi gawatdarurat dan
segera lakukan tindakan yang sesuai apabila diperlukan untuk memastikan proses
persalinan akan berlangsung secara aman. Catatkan semua temuan dan kesimpulannya
kepada ibu dan keluarganya.
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan,
kehamilan, dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan
klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan
yang sesuai.
1.Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
Menentukan tinggi fundus uteri
Memantau kontraksi uterus
Memantau denyut jantung janin
Menentukan presentasi
Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah
mengosongkan kandung kemihnya, kemudian minta ibu berbaring. Tempatkan
bantal di bawah kepala dan bahunya dan minta ibu untuk menekukkan
lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh rasa nyaman
dengan meninta ibu menarik nafas dalam berulang kali. Jangan biarkan ibu
dalm posisi telentang dalam waktu lebih dari 10 menit.
a) Menentukan tinggi fundus uteri
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi
menggunakan pita pengukur. Ibu dengan posisi setengah duduk dan tempelkan ujung
pita (posisi melebar) mulai dari tepi atas simfisi pubis, kemudian rentangkan pita
mengikuti aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga ke puncak fundus.
Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulailah penilaian sebelum
atau selama puncak kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan
sampai sedikitnya 30 detik setelah kontraksi berakhir.lakukan penilaian DJJ tersebut
pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi kesehatan janin di cerminkan dari
DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 x /menit. Kegawatan janin ditunjukan
dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit. Bila demikian, baringkan
ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit
dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ
tidak mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.
d) Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi janin (bagian terbawah janin) :
Berdiri disamping ibu dan menghadap kearah kepala ibu (minta ibu
mengangkat tungkai atas dan menekukan lutut).
Untuk mentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong maka
perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut.
Bagian berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan
(bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya
kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara
mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang
digunakan untuk menunjukan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari
kepala atau diintikkan sebagai bokong.
Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati –hati tapi mantap)
pegang bagian terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen (di atas
simfisis pubis) ibu. Bagian yang berada diantara ibu jari dan jari tengah
penolong adalah penunjuk presentasi janin.
Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul maka
bagian tersebut masih dapat di gerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul
maka bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat di gerakkan lagi.
e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melalui pemeriksaan
abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui
palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan
membantu mencegah pemeriksaan dalam yang tidak perlu. Nilai penurunan kepala
janin dengan hitungan per lima bagian kepala janin yang bisa di palpasi di atas
simfisis pubis (ditentukan oleh jumlah jan yang bisa ditempatkan di bagian kepala di
atassimfisipubis).
2. Periksa Dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, tangan dicuci dengan sabun dan air bersih
yang mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih’. Minta ibu
untuk berkemih dan membasuh regio genitalia dengan sabun dan air bersih (jika ibu
belum melakukannya). Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Tenteramkan dan anjurkan ibu untuk nicks. Pastikan privasi ibu terjaga
selamapemeriksaandilakukan.
a. Jika ada perdarahan per vaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam. Lihat Tabel
2-1.
b.Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika mekonium
ditemukan, lihat apakah kental atau encer dan periksa DJJ (lihat Tabel 2-1):
Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ secara
seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan
terjadinya gawat janin, lihat Tabel 2-1 dan rujuk segera.
Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera (lihat Tabel 2-1).
Jika ban busuk, lihat Tabel 2-1. Ibu mungkin mengalami infeksi.
7. Dengan hati-hati pisahkan labia dengan jari manis dan ibu jari tangan (gunakan
sarung tangan pemeriksa). Masukkan jari telunjuk dengan hati-hati, diikuti oleh jari
tengah. Pada saat kedua jari berada di dalam vagina, jangan mengeluarkannya
sebelum pemeriksaan selesai. Jika ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi
(memecah kannya). Alasan: Amniotomi ineningkatkan risiko infeksi pada ibu dan
bayi, serta gawat janin.
8.Nilai vagina. Luka parut lama di vagina bisa memberikan indikasi luka atau
episiotomi sebelumnya, hal ini mungkin menjadi informasi penting pada saat
kelahiran bayi.
9. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
10. Pastikan tali pusat umbilikus dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki bayi)
tidak teraba pada saat melakukan pemeriksaan per vaginam. Jika teraba, ikuti
langkah-Iangkah kedaruratan di Tabel 2-1 dan segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan
yang sesuai.
11. Nilai penurunan janin dan tentukan apakah kepala sudah masuk ke dalam panggul.
Bandingkan penurunan kepala dengan temuan-temuan dan pemeriksaan abdomen
Untuk menentukan kemajuan persalinan.
12.Jika kepala dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai
penyusupan tulang kepala dan/atau tumpang tindihnya, dan apakah kepala janin
Sesuai dengan diameter jalan lahir.
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jan pemeriksa dengan hati-hati,
celupkan sarung tangan ke dalam larutan dekontaminasi, lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
15. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
16. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya
Tabel 2-1: Indikasi – Indikasi untuk melakukan tindakan dan/atau rujukan selama kala satu
persalinan
Temuan-temuan anamnesis
Rencana untuk asuhan atau perawatan
dan/atau pemeriksaan
DJJ kurang dari 100 atau lebih 1. Baringkan bu miring ke kiri dan anjurkan untuk
dari 180 kali/menit pada dua bernapas secara teratur.
kali penilaian dengan jarak 5 2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar
menit (gawat janin) (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisio logis (NS) dengan tetesan 125
ml/jam.
3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat.
Primipira dalam persalinan 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
fase aktif dengan palpasi 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kepala janin masih 5/5 kemampuan pembedahan bedah sesar.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi bukan belakang 1. Baringkan ibu miring ke kiri.
kepala(sungsang, letak lintang, 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
dll) kemampuan pena talaksanaan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
dukungan dan semangat.
Presentasi ganda (majemuk) 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada
(adanya bagian janin, seperti atau miring ke kiri.
misalnya lengan atau tangan, 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
bersamaan dengan presentasi kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
belakang kepala) obstetri danbayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan.
Tali pusat menumbung (jika 1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi,
tali pusat masih berdenyut) letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala
janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain
pada abdomen untuk membantu menggeser bayi dan
menolong hagian terbawah bayi tidak menekan tali
pusatnya (keluarga mungkin dapat membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetni dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
semangat serta dukungan.
ATAU
Tanda dan gejala partus lama: 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan pena- talaksanaan kegawatdaruratan
pembukaan serviks obstetri dan bayi baru lahir.
meng-arah ke sebelah 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan
kanan garis waspada dukungan serta semangat.
(partograf)
pembukaan serviks
kurang dari 1 cm per
jam
kurang dari 2 kontraksi
dalam wak tu 10 menit,
masing-masing
berlangsung kurang
dari 40 detik.
Rujuk ibu :Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsia/Hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi majemuk
16. Kehamilan gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
G. Persiapan Persalinan
1. Bagi Bidan
a. Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi.
b. Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok
sebagai berikut :
yang hangat dan bresih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung
dari tiupan angin.
Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu
sebelum dan sesudah melahirkan.
Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk
membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan
membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekomentasi
dan proses peralatan.
Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan
penolong persalinan.
Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya
setelah persalinan. Pastikan ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya.
Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan.
Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
(Saifuddin, 2006).
H. Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
1.Anamnesis
a. Nama, umur dan alamat
b. Gravida dan para
c. HPHT
d. Tapsiran persalinan
e. Alergi obat-obatan
f. Riwayat kehamilan, sekarang dan sebelumnya
g. Riwayat medis lainnya.
h. Masalah medis saat ini, dll.
2.Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan abdomen
1) Menentukan TFU
2) Memantau kontraksi uterus
3) Memantau DJJ
4) Memantau presentasi
5) Memantau penurunan bagian terbawah janin
b. Pemeriksaan dalam
1) Menilai cairan vagina
2) Memeriksa genetalia eksterna
3) Menilai penurunan janin
4) Menilai penyusupan tulang kepala
5) Menilai kepala janin apakah sesuai dengan diameter jalan lahir.
6) Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan pervaginam.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data objektif dalam
identifikasi yang meliputi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi, kolaborasi dan atau
rujukan sebagai langkah II, III dan IV varney.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan tindakan dan
evaluasi berdasarkan asuhan yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan, melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan. ( Ilmu Kebidanan, Gde Manuaba ).Persalinan saat ini menjadi
momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya
mengalami kegawat daruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut
dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Persalinan Kala I ( Kala Pembukaan Lengkap ) adalah Permulaan persalinan yang
ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai mendatar dan
membuka lengkap ( 10 cm ). Tanda dan Gejala Persalinan Kala I : His / kontraksi uterus
sudah adekuat, Penipisan dan pembukaan serviks sekurang - kurangnya 3 cm, Keluarnya
cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah, Sering BAK, dan Akhir kala I
primigravida keluar darah menetas. Fase – Fase Persalinan Kala I : Fase Laten dan Fase
Aktif.
B. Saran
Untuk mengetahui tentang “Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan
Fisiologis Dan Psikologis Pada Kala 1”.pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-
buku yangberhubungan dengan Memberi Asuhan Persalinan Pada Kala 1 Dan Perubahan
Fisiologis Dan Psikologis Pada Kala 1.
Di sini penulis menydari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
menyempurnakan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA