Anda di halaman 1dari 32

Pekanbaru, 2 November 2020

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

“HUKUM MENDEL II”

OLEH :
NAMA : INDIRA RAHMANA RAZAK
NIM : 1903110004
KELAS/KELOMPOK : A/2
HARI/TANGGAL : SELASA/27 OKTOBER 2020
NAMA ASISTEN : ANA FITRIANI, S.Si.

LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS RIAU
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada

organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johan Mendel dalamkaryanya “Percobaan

Mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua bagian, hukum

pemisahan (Segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai hukum pertama Mendel,

dan hukum berpasangan secara bebas (Independent Assortment) dari Mendel juga

dikenal sebagai hukum kedua Mendel (Yatim 2006).

Hukum pewarisan sifat Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada

organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan bukum asortasi bebas yang

telah dijabarkan oleh Gregor Johan Mendel. Mendel mengatakan bahwa pada

pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (parental) yang merupakan

pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari

induknya sebagaimana bunyi hukum Mendel I dan bunyi Hukum Mendel II,

menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang sifat atau lebih sifat,

maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan

sifat yang lain (Suryo 2012).

Defenisi hereditas sebagai transmusi genetic dari orang tua pada keturunannya

merupakan penyederhanaan yang berubah karena sesungguhnya yang diwariskan

kepada anak oleh orang tuanya adalah satu alel dari masing-masing orang tuanya,

serta mitokondria yang terletak diluar nukleus (intisel). Kode genetik inilah yang
memproduksi protein dan kemudian berinteraksi dengan lingkungan untuk

membentuk karakter fenotipe (Heri 2015).

Ciri yang paling nyata dari kehidupan adalah kemampuan organisme untuk

memproduksi jenisnya, sejenis menghasilkan sejenis. Organisme menurunkan

organisme yang sama, suatu keturunan akan lebih menyerupai orangtuanya dari pada

individu lama, yang jenisnya sama. Tetapi, hubungannya lebih jauh dari perpindahan

sifat dari suatu generasi ke generasi selanjutnya, hal ini dinamakan penurunan sifat

yang dikenal dengan istilah hereditas. Selain itu, ada pula variasi keturunan yang

memiliki penampilan yang sedikit berbeda dari orangtuanya atau saudaranya yang

sekandung. Mekanisme hereditas dan variasi menjadi perhatian seiring abad ke-20

(Crowdeer 2010).

Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai duap

pasang atau lebih sifat, maka diturunkanya sipasang sifat secara bebas, tidak

bergantug pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang

berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang

menentukan sifat tanaman seperti tinggi tanaman atau warna bunga suatu tanaman

tidak saling mempengaruhi (Heri 2015).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan prinsip dan proses perpaduan bebas.


2. Menganalisis data F2 yang mengilustrasikan hukum perpaduan bebas.

3. Menganalisis dua gen pengendali satu sifat (fenotipe) saling bebas.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Mengetahui prinsip hukum Mendel dalam berbagai pewarisan sifat dan dapat

menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Genetika (ilmu keturunan) merupakan ilmu yang mempelajari pewarisan sifat

dari induk kepada keturunanya. Bapak genetika adalah Johan Mendel (1822-1884)

melalui percobaan pada kacang ercis, prinsip-prinsip genetika kini dikenal dengan

hukum Mendel. Persilangan merupakan proses menggabungkanya dua sifat yang

berbeda dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya, orang yang

pertama kali menyelidiki perkawinan silang dan menganalisis hasilnya dengan teliti

ialah Gregor J. Mendel (Cahyono 2016).

Sejak pertemuan Gregor Mendel (1822-1884), pengetahuan tentang genetika

berkembang dan menjadi satu lapangan ilmu pengetahuan dalam Biologi. Mendel

telah melakukan berbagai percobaan persilangan terhadap banyak jenis tumbuhan dan

beberapa jenis binatang. Dalam penyerbukan silang, tanaman banyak digunakan

tanaman ercis (kapri) dipekarangan biara sebagai kebun percobaannya (Roini 2018).

Hukum Mendel II dinamakan hukum penggabungan bebas (The Mendelian

Law of Independent Assortment) mengenai ketentuan penggabungan bebas yang

harus menyertai terbentuknya gamett pada perkawinan dihibrid. Persilangan dihibrid

ialah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter yang berlainan. Hukum

Mendel II mengungkapkan bahwa setiap pasang alel terpisah secara bebas pada setiap

gamet. Hukum ini berlaku ketika terjadi proses pembentukan gamet, gen se-alel

secara bebas akan pergi ke kutub-kutub yang berbeda (Yasin 2015).


Mendel telah melakukan percobaan dengan menyilangkan kacang ercis galur

murni yang mempunyai dua sifat beda, yaitu antara kacang ercis berbiji bulat

berwarna kuning (BBKK) dengan kacang ercis berbiji keriput berwarna hijau (bbkk).

Kedua kacang itu memiliki dua sifat beda yaitu bentuk dan warna biji. Penurunan

sifat dari kacang ercis berbiji bulat berwarna kuning (BBKK) dengan kacang ercis

berbiji keriput berwaarna hijau (bbkk). Jika hukum Mendel I dapat dibuktikan dengan

penyilangan satu sifat beda (monohibrid). Ada pun hukum Mendel II dapat

dibuktikan melalui penyilangan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih (polihibrid).

Hukum Mendel II terjadi pada proses gametosis atau pembelahan meiosis. Dan

diketahui, persilangan dihibrid menghasilkan ratio fenotipe 9 : 3: 3 : 1 (Suryo 2012).

Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan

diketahui. Suatu uji silang monohibrida menghasilkan rasio fenotipe 1 : 1

menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang dihibrida

menghasilkan rasio 1 : 1 : 1 : 1 menunjukkan bahwa ada 2 pasang faktor yang

berpisah dan berpilih secara bebas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur

dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gel

tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat

tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua

sifat atau lebih banyak sifat pada tanaman. Binatang dan mikroba yang diatur oleh

satu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-

masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada

keturunannya secara genetik disebut hereditas (Heri 2015).


Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada

penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut

(w), dan menghasilkan nisbah 3 : 1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan

bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan segregasi dengan

nisbah 3 : 1. Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning bulat dan berbiji hijau

berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 3 : 3 : 1. Nisbah genotipenya yang sama

diantara 16 genotipe yang terlihat dalam Segitiga Punnet (Corebima 2006).

Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan-pasangan

kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metaphase I

dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang

terletak pada kromosom homolog. Dengan kata lain, gen-gen yang tidak terpaut

mengalami pemilihan bebas secara meiosis. Pengamatan ini menghasilkan formulasi

hukum genetika. Mendel kedua adalah hukum pemilihan acak yang menyatakan

bahwa gen-gen yang menentukan sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu

dengan yang lain. Sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada keturunannya.

Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan dua sifat beda

(Susanti 2017).

Hukum Mendel II menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua

pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak

bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat

yang bebeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang

menentukan sifat seperti tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman tidak
saling mempengaruhi. Tiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang “faktor

keturunan”. Pada waktu itu Mendel belum menggunakan istilah “gen” (Yasin 2015).

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk dua gen yang

berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah

contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnet kuadrat menentukan rasio fenotipe

dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid.

Perbedaannya utama adalah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1

atau 2 gen yang berbeda. Hukum Mendel II yaitu pengelompokan gen secara bebas

berlaku ketika pembuatan gamet. Dimana gen se-alel secara pergi ke masing-masing

kutub meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu

persilangan dari dua individu yang memiliki dua atau lebih karakter yang berbeda.

Hukum ini juga disebut hukum Asortasi. Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan

antara 2 individu yang secara genetik berbeda. Persilangan dihibrid yaitu persilangan

dengan 2 sifat beda sangat berhubungan dengan Hukum Mendel II yang berbunyi

“Independent Assortment og Genes” atau pengelompokkan gen secara bebas. Arti

hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner Ratio. Fenotipe klasik yang

dihasilkan dari perkawinan dihibrida adalah 9 : 3 : 3 : 1, rasio ini diperoleh oleh alel-

alel pada kedua lokus mempunyai alel-alel dominan dan alel lethal (Stansfield 2001).

Hukum Mendel II dikenal juga dengan Hukum Asortasi atau hukum

berpasangan secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen atau sifat dapat

berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk

satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat yang lain yang bukan termasuk
alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu

persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda. Misalnya, bentuk biji

(bulat + keriput) dan warna biji (kuning + hijau). Pada persilangan antara tanaman

biji bulat warna kuning. Karena setiap gen dapat berpapasan secara bebas, maka hasil

persilangan antara F1 diperoleh tanaman bulat kuning, keriput kuning, bulat hijau dan

keriput hijau (Yatim 2006).

Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang letaknya berjauhan. Jika

kedua gen itu letaknya berdekatan, hukum ini tidak berlaku. Hukum Mendel II ini

juga tidak berlaku untuk persilangan buncis dengan dua sifat beda (dihibrida). Buncis

bulat berwarna kuning disilangkan dengan biji keriput warna hijau. Keturunan

pertama semuanya berbiji bulat warna kuning. Artinyya sifat bulat dominan terhadap

sifat keriput dan kuning dominan terhadap warna hijau. Persilangan antar F1

menghasilkan keturunan kedua (F2) (Roini 2018).

Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan hereditas merupakan suatu

pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Hereditas adalah pewarisan sifat-

sifat fisik biokimia dan perilaku dari suatu makhluk hidup kepada keturunannya.

Sifat-sifat menurun ini dikendalikan oleh substansi genetika yang disebut DNA yang

terdapat dalam gen. Gen terkandung dalam kromosom, yang terletak didalam inti sel.

Ciri, sifat dan warna mata dan lainnya dapat diwariskan atau diturunkan orang tua

kepada anaknya atau keturunannya, karena itu disebut sifat menurun (Crowder 2010).

Sejak dulu kala, manusia sudah menyadari bahwa perkawinan silang hewan

atau tumbuhan akan menghasilkan keturunan dengan sifat tertentu yang dinginkan,
misalnya sapi dengan produksi susu yang banyak atau pohon manga dengan buah

yang manis. Namun tidak pernah ada pejelasan bagaimana sifat-sifat itu diturunkan.

Pada pertengahan abad ke-19 hal ini dapat dapat dijelaskan, yaitu saat Gregor Mendel

(1822-1884), seorang biarawan Australia melakukan penelitian dengan kacang ercis.

Mendel lah yang menjadi orang pertama yang memberikan penjelasan tanttang

mekanisme hereditas yang sampai sekarang masih digunakan dan diterapkan dalam

kehidupan (Cahyono 2016).

Genetika yang sesungguhnya dimulai pada decade kedua dari abad ke-19

setelah Mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan

persilangan yang dibuatnya pada tanaman ercis/kapri. Johan Mendel lahir pada 27

Juli 1822 dikota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria. Johan mempunyai dua saudara

perempuan. Ayahnya adalah seorang petani. Minatnya dalam bidang hortikultura

ternyata dimulai semenjak dia masih kecil. Eksperimen Mendel dimulai sejak ia

berada di biara brunn dan didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri

tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan,

petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel sangat

memperhitungkan aspek keturunan dari keturunan tersebut yang diteliti sebagai 1

kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Mendel juga memisahkan

berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu dan tidak

memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan (Susanti 2007).


III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Oktober 2020 pada pukul 13.30

WIB dan berakhir pada pukul 16.30 WIB. Praktikum mengenai Hukum Mendel II ini

dilakukan secara daring melalui aplikasi WhatsApp Group.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 2 buah box yang

berfungsi sebagai wadah dan tempat pengacakan kancing, dan 2 buah tabel uji

masing-masing digunakan untuk mencatat data percobaan dan hasil perhitungan

dominasi penuh serta dominasi tak penuh pada persilangan dihibrid.

Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kancing baju

dengan 4 warna yang berbeda masing-masing sebanyak 16 buah yang akan

diibaratkan sebagai alel penentu sifat beda pada organisme yang sedang dilakukan

perkawinan silang.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan untuk melakukan percobaan mengenai

Hukum Mendel II ini adalah sebagai berikut :

a. Dominasi Penuh
Pertama-tama kancing sebanyak 16 buah per warna disiapkan, lalu

kombinasikan 2 buah kancing dengan warna berbeda yang akan mewakili 2 sifat beda

dengan ketentuan :

- Orange – biru (RB) = bunga merah, buah bulat

- Orange hitam (Rb) = bunga merah, buah oval

- Hijau – biru (rB) = bunga putih, buah bulat

- Hijau – hitam (rb) = bunga putih, buah oval

Selanjutnya masing masing 16 buah pasang kancing tersebut dimasukkan

kedalam masing-masing box yang berbeda. Lalu kancing diambil satu persatu dari

tiap box tanpa melihat secara bersamaan dan kancing yang diperoleh dicatat hasilnya

serta terus diulang hingga kancing dalam box habis. Pertemuan dari kedua pasang

kancing tersebut diumpamakan sebagai zigot.

b. Dominasi Tak Penuh

Pertama-tama kancing sebanyak 16 buah per warna disiapkan, lalu

kombinasikan 2 buah kancing dengan warna berbeda yang akan mewakili 2 sifat beda

dengan ketentuan :

No Kombinasi Kancing Genotipe Fenotipe

1. Orange/biru – orange/biru RRBB Bunga merah, buah bulat

2. Orange/biru – orange/ RRBb Bunga merah, buah agak bulat

3. Orange/biru – hijau biru RrBB Bunga merah jambu, buah bulat


4. Orange/biru – hijau/hitam RrBb Bunga merah jambu, buah agak bulat

5. Orange/hitam – RRbb Bunga merah, buah oval

orange/hitam

6. Orange/hitam – hijau/hitam Rrbb Bunga merah jambu, buah oval

7. Hijau/biru – hijau/biru rrBB Bunga putih, buah bulat

8. Hijau/biru – hijau/hitam rrBb Bunga putih, buah agak bulat

9. Hijau/hitam – hijau/hitam rrbb Bunga putih, buah oval

Selanjutnya masing masing 16 buah pasang kancing tersebut dimasukkan

kedalam masing-masing box yang berbeda. Lalu kancing diambil satu persatu dari

tiap box tanpa melihat secara bersamaan dan kancing yang diperoleh dicatat hasilnya

serta terus diulang hingga kancing dalam box habis. Pertemuan dari kedua pasang

kancing tersebut diumpamakan sebagai zigot.

Setelah melakukan percobaan pada dominasi penuh dan dominasi tak penuh,

masing-masing data percobaan akan dicari hasil pengamatan menggunakan rumus

serta ditentukan kesimpulan dari percobaan menggunakan uji khi-kuadrat.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan kancing baju,

kancing baju tersebut berfungsi sebagai alel untuk menguji hukum Mendel II serta

penyimpangan yang terjadi. Dalam hukum Mendel yang berhubungan dengan

persilangan dihibrid dinyatakan bahwa pada persilangan dua individu dengan dua

sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotipe 9 : 3 : 3 : 1. Akan tetapi, tidak

semua hasil percobaan ini mendapatkan rasio fenotipe 9 : 3 : 3 : 1 karena karakter

tersebut merupakan karakter nonparental atau tidak ada pada tetua, selain itu karena

adanya interaksi gen maka bisa saja terjadi modifikasi nisbah menjadi 9 : 3 : 4; 9 :7;

dan 15 :1.

a. Dominasi Penuh

Percobaan pertama adalah uji dominasi penuh menggunakan 16 pasang

kancing yang sudah dikombinasikan pada 2 buah box dan diambil secara acak tanpa

melihat didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Segregasi F2 dihibrid-dominasi penuh.

Genotipe Fenotipe Jumlah Nisbah Jumlah Deviasi Chi Square X Tabel

Pengamatan Fenotipe Harapan (E) (X2)


(O – E)

R_B_ Merah bulat 10 9 9 1 0,1 7,815

R_bb Merah oval 2 3 3 -1 0,1 7,815


rrB_ Putih bulat 1 3 3 -2 1,3 7,815

Rrbb Putih oval 3 1 1 2 4 7,815

Jumlah 16 16 16 0 5,5 -

Berdasarkan data percobaan pada tabel diatas, maka akan dapat dilakukan

perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

 Harapan (E) = nisbah fenotipe X total kombinasi kancing


total nisbah

- E (R_B_) = 9 X 16
16
=9
- E (R_bb) = 3 X 16
16
=3
- E (rrB_) = 3 X 16
16
=3
- E (rrbb) = 1 X 16
16
=1

 Deviasi = (O – E)

- Deviasi (R_B_) = 10 – 9
=1
- Deviasi (R_bb) =2–3
= -1
- Deviasi (rrB_) =1–3
= -2
- Deviasi (rrbb) = 3 –1
=2
 Chi Square = (O – E)2
E
-
- Chi Square (R_B_) = (O – E)2
E
= (10 – 9)2
9
= 0,1

- Chi Square (R_bb) = (O – E)2


E
= (2 – 3)2
3
= 0,1

- Chi Square (rrB_) = (O – E)2


E
= (1 – 3)2
3
= 1,3

- Chi Square (rrbb) = (O – E)2


E
= (3 – 1)2
1
=4

 Db = (n – 1) ; α

= (4 – 1) ; 0, 05
= 3 ; 0,05
= 7,815
Dari hasil perhitungan hasil pengamatan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa X2 hitung < X2 (n -1) ; α. Maka HO dapat diterima, yang berarti sebaran

pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan.


Percobaan dominasi penuh kali ini diperoleh hasil akhir yang sesuai dengan

teori hukum Mendel 9 : 3 : 3 : 1 yang bunyinya yaitu sifat yang berbeda berpadu

secara bebas saat pembentukan sel-sel gamet.

b. Dominasi Tak Penuh

Percobaan pertama adalah uji dominasi penuh menggunakan 16 pasang

kancing yang sudah dikombinasikan pada 2 buah box dan diambil secara acak tanpa

melihat didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Segregasi F2 dihibrid-dominasi tak penuh.

Genotipe Fenotipe Jumlah Nisbah Jumlah Deviasi Chi Square X

Pengamatan Fenotipe Harapan (E) (X2) Tabel


(O – E)

RRBB Bunga merah, 1 1 1 0 0 7,815

buah bulat

RRBb Bunga merah, 2 2 2 0 0 7,815

buah agak bulat

RrBB Bunga merah jambu, 2 2 2 0 0 7,815

buah bulat

RrBb Bunga merah jambu, 2 4 4 -2 1 7,815

buah agak bulat

RRbb Bunga merah, 4 1 1 3 9 7,815


buah oval

Rrbb Bunga merah jambu, 2 2 2 0 0 7,815

buah oval

rrBB Bunga putih, 1 1 1 0 0 7,815

buah bulat

rrBb Bunga putih, 1 2 2 -1 0,5 7,815

buah agak bulat

rrbb Bunga putih, 1 1 1 0 0 7,815

buah oval

Jumlah 16 16 16 0 10,5 7,815

Berdasarkan data percobaan pada tabel diatas, maka akan dapat dilakukan

perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

 Harapan (E) = nisbah fenotipe X total kombinasi kancing


total nisbah

- E (RRBB) = 1 X 16
16
=1
- E (RRbb) = 2 X 16
16
=2
- E (RrBB) = 2 X 16
16
=2
- E (RrBb) = 4 X 16
16
=4
- E (RRbb) = 1 X 16
16
=1
- E (Rrbb) = 2 X 16
16
=2
- E (rrBB) = 1 X 16
16
=1
- E (rrBB) = 1 X 16
16
=1
- E (rrbb) = 1 X 16
16
=1

 Deviasi = (O – E)

- Deviasi (RRBB) =1–1


=0
- Deviasi (RrBb) =2–2
=0
- Deviasi (RrBB) =2–2
=0
- Deviasi (RrBb) =2–4
= -2
- Deviasi (RRbb) =4–1
=3
- Deviasi (Rrbb) =2–2
=0
- Deviasi (rrBB) =1–1
=0
- Deviasi (rrBb) =1–2
= -1
- Deviasi (rrbb) = 1 –1
=0
 Chi Square = (O – E)2
E
-
- Chi Square (RRBB) = (O – E)2
E
= (1 – 1)2
1
=0

- Chi Square (RRBb) = (O – E)2


E
= (2 – 2)2
2
=0

- Chi Square (RrBB) = (O – E)2


E
= (2 – 2)2
2
=0

- Chi Square (RrBb) = (O – E)2


E
= (2 – 4)2
4
=1
- Chi Square (RRbb) = (O – E)2
E
= (4 – 1)2
1
=9

- Chi Square (Rrbb) = (O – E)2


E
= (2 – 2)2
2
=0

- Chi Square (rrBB) = (O – E)2


E
= (1 – 1)2
1
=0

- Chi Square (rrBb) = (O – E)2


E
= (1 – 2)2
2
= 0,5
- Chi Square (rrbb) = (O – E)2
E
= (1 – 1)2
1
=0

 Db = (n – 1) ; α

= (4 – 1) ; 0, 05
= 3 ; 0,05
= 7,815
*Digunakan n = 4, karena genotipe yang dihasilkan adalah R_B_, R_bb, rrB_ dan
rrbb.
Dari hasil perhitungan hasil pengamatan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa X2 hitung > X2 (n -1) ; α. Maka HO tidak dapat diterima, yang berarti sebaran

pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.

Percobaan dominasi penuh kali ini diperoleh hasil akhir yang tidak sesuai

dengan teori hukum Mendel 9 : 3 : 3 : 1 yang bunyinya yaitu sifat yang berbeda

berpadu secara bebas saat pembentukan sel-sel gamet. Melainkan adanya modifikasi

pada nisbah fenotipe F2 dalam dihibrid yang menghasilkan fenotipe dengan berbagai

variasi. Hal ini tentunya sesuai dengan penyimpangan semu hukum Mendel yaitu gen

komplementer. Menurut (Yatim 2006) komplementer merupakan peristiwa gen-gen

yang dominan berinteraksi dan saling melengkapi dalam mengekspresikan suatu sifat.

Kehadiran gen tersebut akan secara bersamaan bekerjasama saling melengkapi untuk

memunculkan suatu karaktter baru. Sebaliknya, jika salah satu gen tidak muncul,
maka permunculan karakter tersebut akan terhalang atau tidak sempurna. Jadi, gen

yang satu akan melengkapi gen yang lain dan jika masing-masing gen berada

sendirian, pengaruhnya tidak akan dapat terlihat. Dalam hal ini apat diketahui bahwa

penyimpangan terjadi disebabkan oleh adanya interaksi antara dua ayau lebih alel dari

dua lokus yang berbeda yang menyebabkan fenotipe menjadi bebas dan bervariasi.

Sehingga dalam hal ini teori Mendel yang dikemukakan tidak sesuai dengan hukum

Mendel karena terdapat penyimpangan semu. Hasil rasio yang tidak sesuai tersebut

dapat juga dikarenakan hasil yang kurang akurat sehingga besar kemungkinan

terjadinya kesalahan dalam perhitungan.


PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Jelaskan kaitan antara hukum perpaduan bebas dengan proses pembentukan

gamet (meiosis).

Keterkaitan antara hukum perpaduan bebas dengan proses meiosis yaitu pada

pembentukan gamet (meiosis). Zigot hasil fertilisasi memiliki setengah sifat

dari induk jantan dan setengah sifat dari induk betina sehingga proses tersebut

memiliki keterkaitan karena pada perpaduan bebas ini menimbulkan alel-alel

dari kedua gen yang berbeda akan dapat berpadu secara bebas saat

pembentukan sel-sel gamet. Karena hasil dari persilangan ini menghasilkan

sifat baru.

2. Dua tanaman Illegetimati noncarborundum galur murni berbunga putih

disilangkan dan menghasilkan zuriat F1 berbunga putih semua. Sedangkan

zuriat F2 terdiri atas 126 berbunga putih dan 33 berbunga ungu. Buatlah

diagram persilangan (genotipe dan fenotipe) mulai dari tetua hingga generasi

F2. Tentukan nisbah fenotipe F2. Berikan keterangan tiap-tiap alel.

P1 : Bunga Putih X Bunga Putih

BB bb

FI : Bb

G1 : Putih 100%

P2 : Bunga putih X Bunga putih

Bb Bb
F2 : BB : Bb : Bb : bb

Putih : putih : putih : ungu

Ratio genotipe = 1 : 2 : 1

Ratio fenotipe = 3 : 1

 Harapan (E)
Putih = 3 X 159
4
= 119, 25
Ungu = 1 X 159
4
= 39, 25
 X2
Putih = 45,56
119,25
= 0,78
Ungu = 45,56
39,75
= 1,77

 Db = (n-1) ; α
= (2 – 1) ; 0.05
= 1 ; 0,05
= 3,841

3. Pada tanaman garden pea, batang tinggi (T) dominan terhadap pendek (t),

polong hijau (G) dominan terhadap polong kuning (g). Jika tanaman

homozigot pendek-hijau disilangkan dengan tanaman homozigot tinggi-

kuning, buatlah persilangan dari tetua hingga zuriat F2.

P1 : batang pendek, polong hijau X batang tinggi, polong kuning

: ttGG X TTgg

F1 : batang tinggi, polong hijau


P2 : TtGG X TtGg

G2 : TG, Tg, tG, tg

Gamet TG Tg tG tg

TG TTGG TTGg TtGG TtGg

Tg TTGg TTgg TtGg Ttgg

tG TtGG TtGg ttGG ttGg

tg TtGg Ttgg ttGg Ttgg

Batang tinggi, polong hijau (T_G_) =9

Batang tinggi, polong kuning (T_gg) =3

Batang pendek, polong hijau (ttG_) =3

Batang pendek, polong kuning (ttgg) =1


V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Prinsip pada perpaduan bebas adalah alel-alel dari dua gen yang berbeda akan

berpadu bebas saat pembentukan sel-sel gamet dan tidak bergantung pada

pasangan lain, dan dapat terjadi perpaduan bebas yang menghasilkan sifat baru.

2. Percobaan Hukum Mendel II menggunakan beberapa warna, hal itu berfungsi

untuk dijadikan pembeda antara alel satu dengan alel lain. Nisbah fenotipenya

adalah 9 : 3 : 3 : 1. Karena tiap gamet bebas menentukan pasangan alelnya.

3. Gen pengendali satu sifat berupa alel dominan yaitu sifat yang menutupi gen

resesif, dan alel resesif adalah gen yang ditutupi oleh alel dominan, pada

dominasi tidak penuh tidak berlaku karena muncul sifat baru dan hanya berlaku

pada dominasi penuh saja.


DAFTAR PUSTAKA

Cahyono. 2016. Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Sifat Mendel. Jurnal

Probabilitas dan Statistik. 3 (1) : 1-6.

Corebima. 2006. Genetika. Jakarta : Erlangga.

Crowder. 2010. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Heri. 2015. Uji F1 dari Persilangan Genotipe Antara Beberapa Varietas Introduksi

dengan Varietas Lokul. Jurnal Produksi Tanaman. 5 (3) : 81-86.

Roini. 2018. Organisai Konsep Genetika pada Hukum Mendel II. Jurnal Edisi

Biotropika. 1 (1) : 11-16.

Stansfield. 2001. Genetika Edisi ke II. Jakarta : Erlangga.

Suryo. 2012. Genetika Strata. Yogyakarta : UGM Press.

Susanti. 2017. Pengembangan Petunjuk Praktikum Genetika untuk Keterampilan

Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 1 (2) : 102-108.

Yatim. 2006. Genetika. Bandung : Terstio.

Yasin. 2015. Uji Kesesuaian Hukum Mendel dalam Memiliki Benih Jagung Opague.

Jurnal Informatika Pertanian. 14 (2) : 763-758.


POST TEST

1. Jelaskan mengenai Hukum Mendel II !

Hukum mendel II adalah sebuah hukum yang menyatakan bahwa bila dua

individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka akan diturunkannya

sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat lain.

Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling

mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi

tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling mempengaruhi.

2. Jelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada Hukum Mendel II!

a. Kodominan

Merupakan ekspresi dua alel secara bersamaan yang kemudian

menghasilkan fenotip berbeda. Alel-alel kodominan ditulis dengan huruf

kapital dengan tambahan huruf lain di atasnya.

b. Polimetri

Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan sealel

namun mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki letak

lokus yang berbeda. Semakin banyaknya gen yang bersifat dominan maka

sifat karakteristiknya semakin kuat.

c. Dominanasi tak penuh


Alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhnya.

Akibatnya, individu yang heterozigot memiliki sifat yang setengah

dominan dan setengah resesif.

d. Alel ganda

Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen.

biasanya satu gen tersusun dari dua alel alternatif. Alel ganda dapat terjadi

akibat mutasi. Mutasi akan menghasilkan banyak variasi alel.

e. Alel letal

Alel letal merupakan alel yang dapat menyebabkan kematian bagi

individu yang memilikinya. Kematian terjadi pada individu tersebut

karena tugas gen aslinya adalah untuk menumbuhkan karakter atau bagian

tubuh yang sangat penting.

f. Atavisme

Pada persilangan dihibrid hukum Mendel, kedua alel yang terlibat

memberikan kontribusi pada fenotip keturunannya secara bebas.

g. Epistasis dan hypostasis

Epistasis dan hipostatis adalah salah satu bentuk interaksi antara gen

dominan yang mengalahkan gen dominan lainya. Epistasis berarti

menutupi dan hipostatis berarti tertutupi.

h. Kriptomeri

Sebuah sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen dominan

tersebut berdiri sendiri. Tetapi jika gen dominan tersebut berhasil


berinteraksi dengan gen dominan lainnya, akan mudah sifat gen dominan

sebelumnya tersembunyi

3. Buatlah bagan persilangan dari salah satu penyimpangan tersebut!

Soal untuk no 4 dan 5

Tanaman ercis berbatang tinggi (T) dan berbunga Ungu (P) dominan

terhadap ercis berbatang pendek (t) dan berbunga putih (p). Tanaman ercis

galur murni berbatang tinggi berbunga unggu disilangkan dengan ercis galur

murni berbatang pendek berbunga putih untuk diamati segregasinya pada

generasi F2. Jika pada F2 dihasilkan 2720 tanaman ercis.

P1 : TTPP X ttpp

(Batang Tinggi, Bunga Ungu) X (Batang Pendek, Bunga Putih)

G1 : T, P t, p
F1 : TtPp

(Batang Tinggi, Bunga Ungu)

P2 : TtPp X TtPp

G2 : TP, Tp, tP, tp TP, Tp, tP, tp

F2 :

TP Tp tP tp

TP TTPP TTPp TtPP TtPp

Tp TTPp TTpp TtPp Ttpp

tP TtPP TtPp ttPP ttPp

tp TtPp Ttpp ttPp ttpp

T_P_ (Batang Tinggi, Bunga Ungu) = 9

T_pp (Batang Tingggi, Bunga Putih = 3

ttP_ (Batang Pendek, Bunga Ungu = 3

ttpp (Batang Pendek, Bunga Putih = 1

Jumlah = 2.720 tanaman

4. A. Berapa jumlah tanaman yang berfenotip sama dengan tetua homosigot

dominan?

TTPP = 9/16 X 2.720

= 1.530 tanaman.

B. Berapa jumlah tanaman yang mempunyai genotip sama dengan tetua

homosigot resesif?
Ttpp = 1/16 x 2.720

= 170 tanaman.

5. A. Sebutkan fenotip yang ada pada F2 dan berapa jumlah tanaman masing-

masing fenotip !

T_P_ (Batang Tinggi, Bunga Ungu) = 9/16 X 2.720 = 1.530 tanaman.

T_pp (Batang Tingggi, Bunga Putih) = 3/16 X 2.720 = 510 tanaman.

ttP_ (Batang Pendek, Bunga Ungu) = 3/16 X 2.720 = 510 tanaman.

ttpp (Batang Pendek, Bunga Putih = 1/16 X 2.720 = 170 tanaman.

B. Sebutkan genotip kedua tetua (P1, P2), dan F1 !

P1 = TTPP X ttpp

(Batang Tinggi, Bunga Ungu) (Batang Pendek, Bunga Putih)

P2 = TtPp X TtPp

(Batang Tinggi, Bunga Ungu) (Batang Tinggi, Bunga Ungu)

F1 = TtPp

(Batang Tinggi, Bunga Ungu)

Anda mungkin juga menyukai