286
Urip Santoso
Dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga
ABSTRACT
Building rights on land can have effect on state land, right-of-management land, and
property-right land. Building rights on land over right-of-management land can be
attained through land-use agreement, whose issuance should be under approval of district
land office. Its extension period should be under written approval of the owner of
management right. This research applies legal-research method, particularly normative-
law research. This means that it examines an issue based on the existing laws, especially
the ones related to land issues. And this research embraces both statute and conceptual
approaches. The right to build on a pot of right-of-management land is proceeded by
mutual land-use agreement between the owner of management rights and the prospective
owner of building rights. The former has the full authority whether or not to approve the
extension period for the latter. Also, the former has the capacity to decide the
compensation rate, the terms and conditions which the prospective owner of building rights
must abide by. The detailed articles on the above aspects should be put in written on a
notarized deed or on a sub-rosa deed by the two parties.
2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan a. Hak atas tanah dipergunakan untuk
dengan Undang-undang. kepentingan mendirikan bangunan,
Macam haknya belum ada. misalnya perumahan, perkantoran,
3. Hak atas tanah yang bersifat sementara pertokoan, pabrik, hotel.
Macam haknya adalah hak gadai, hak b. Hak atas tanah dimanfaatkan untuk
usaha bagi hasil, hak menumpang, hak kepentingan pertanian, perikanan,
sewa tanah pertanian. peternakan, atau perkebunan.
Dalam peraturan perundang- Berdasarkan masa penugasan
undangan di bidang pertanahan ditetapkan tanahnya, hak atas tanah dibagi
bahwa yang dapat mempunyai hak atas menjadi
tanah, yaitu : 3(tiga) yaitu :
a. Warga Negara Indonesia; a. Hak atas tanah yang tidak dibatasi oleh
b. Orang asing yang berkedudukan di jangka waktu tertentu.
Indonesia; Hak atas tanah ini adalah Hak Milik.
c. Lembaga Negara, Departemen, b. Hak atas tanah yang dibatasi oleh
Lembaga Pemerintah Non jangka waktu tertentu.
Departemen; Hak atas tanah ini adalah Hak Guna
d. Pemerintah Provinsi, Pemerintah Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak
Kabupaten/Kota; Pakai yang bersifat privat.
e. Badan hukum yang didirikan menurut c. Hak atas tanah yang berlaku selama
hukum Indonesia dan berkedudukan di tanahnya dipergunakan untuk
Indonesia; pelaksanaan tugasnya.
f. Badan hukum asing yang mempunyai Hak atas tanah ini adalah Hak
perwakilan di Indonesia; Pakai yang dipunyai oleh Lembaga
g. Badan keagamaan dan badan sosial; Negara, Departemen, Lembaga
h. Perwakilan Negara Asing dan Pemerintah Non Departemen, Pemerintah
perwakuilan badan internasional Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
Berdasarkan penggunaan atau Perwakilan Negara Asing, Perwakilan
Pemanfaatan nya, Hak atas tanah dibagi Badan Internasional, badan keagamaan,
menjadi 2 (dua), yaitu : dan badan sosial.
289 ADIL : Jurnal Hukum Vol. 2 No. 3 Desember 2011
Salah satu hak atas tanah yang khususnya penelitian hukum normatif.
disebutkan dalam UUPA adalah Hak Guna Penelitian hukum normative merupakan
Bangunan (HGB). Dalam Pasal 35 ayat (1) penelitian yang mengkaji suatu masalah
UUPA diberikan pengertian Hak Guna berdasarkan peraturan perundang-
Bangunan, yaitu hak untuk mendirikan undangan yang berlaku, khususnya
dan mempunyai bangunan-bangunan atas peraturan perundang-undangan di bidang
tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan pertanahan. Pendekatan masalah yang
jangka waktu paling 30 tahun. Hak Guna dipergunakan adalah pendekatan peraturan
Bangunan berasal dari tanah yang bukan perundang-undangan(statute approach)
miliknya sendiri. Tanah yang bukan dan pendekatan konseptual (conceptual
miliknya sendiri adalah tanah yang berasal approach.2 Pendekatan peraturan
dari tanah Negara, tanah Hak Pengelolaan, perundang-undangan(statute approach),
dan tanah Hak Milik. Hak Guna Bangunan yaitu menelaah atau mengkaji bentuk dan
berlaku untuk jangka waktu tertentu, dapat isi peraturan perundang-undangan yang
diperpanjang jangka waktunya, dan dapat berkaitan dengan Hak Guna Bangunan dan
diperbaharui haknya. Hak Pengelolaan, sednagkan pendekatan
Dari uraian pendahuluan di atas, konseptual (conceptual approach), yaitu
permasalahan yang hendak dikaji dalam menelaah atau mengkaji konsep-konsep
tulisan ini dirumuskan sebagai yang berkaitan dengan Hak Guna
berikut: Bangunan dan Hak Pengelolaan yang
Apakah dengan dibuatnya dinyatakan dalam peraturan perundang-
perjanjian penggunaan tanah telah lahir undangan maupun yang dikemukakan oleh
Hak Guna Bangunan atas Hak Pengelolaan parapakar di bidang pertanahan. Sumber
dan Apa wewenang pemegang Hak bahan hokum dalam penelitian ini adalah
Pengelolaan dalam perpanjangan jangka bahan hukum primer berupa peraturan
waktu Hak Guna Bangunan atas Hak perundang-undnagan yang berkaitan
Pengelolaan. dengan Hak Guna Bangunan dan Hak
Pengelolaan, dan bahan hukum sekunder
METODE PENELITIAN berupa buku, jurnal, majalah, dan makalah
Metode penelitian dalam tulisan ini 2
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian
menggunakan metode penelitian hukum, Hukum, Prenada Media, Jakarta, h. 96.
Urip Santoso, Hak Guna Bangunan atas Hak Pengelolaan …. 290
3
Pasal 40 UUPA. Selanjutnya dalam
Boedi Harsono, 2007, Hukum Agraria Indonesia
Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
4
Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Djambatan, Sri Hajati, Op.cit., h. 9.
Jakarta, h. 291.
291 ADIL : Jurnal Hukum Vol. 2 No. 3 Desember 2011
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Hak Guna Bangunan sebagai tanda bukti
dan Hak Pengelolaan. hak yang bersifat kuat. Tujuan
2. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak diterbitkannya Sertipikat Hak Guna
Pengelolaan Bangunan, adalah untuk memberikan
Hak Guna Bangunan ini terjadi jaminan kepastian hukum dan
dengan keputusan pemberian hak atas perlindungan hukum serta pemegang Hak
usul dari pemegang Hak Pengelolaan, Guna Bangunan dengan mudah dapat
yang diterbitkan oleh Kepala Kantor membuktikan bahwa Hak Guna Bangunan
Pertanahan Kabupaten/Kota. Pejabat tersebut adalah miliknya.
yang berwenang menerbitkan Jangka waktu berlakunya Hak Guna
keputusan pemberian hak diatur dalam Bangunan berdasarkan asal tanahnya,
Permen Agraria/Kepala BPN No. 3 yaitu :
Tahun 1999, sedangkan tata cara 1. Hak Guna Bangunan atas tanah Negara.
terjadinya diatur dalam Permen Hak Guna Bangunan ini berjangka
Agraria/Kepala BPN No. 9 Tahun waktu untuk pertama kalinya paling
1999. lama 30 tahun, dapat diperpanjang
3. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak untuk jangka waktu paling lama 20
Milik tahun, dan dapat diperbaharui untuk
Hak Guna Bangunan ini terjadi dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.
pemberian hak oleh pemilik tanah 2. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak
dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pengelolaan
Pembuat Akta Tanah (PPAT). Akta Hak Guna Bangunan ini berjangka
PPAT ini wajib didaftarkan kepada waktu untuk pertama kalinya paling
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/ lama 30 tahun, dapat diperpanjang
Kota setempat untuk dicatat dalam untuk jangka waktu paling lama 20
Buku Tanah. tahun, dan dapat diperbaharui untuk
Sebagai tanda bukti Hak Guna jangka waktu paling lama 30 tahun.
Bangunan atas tanah Negara dan tanah 3. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak
Hak Pengelolaan diterbitkan Sertipikat Milik
Hak Guna Bangunan oleh Kantor Hak Guna Bangunan ini berjangka
Pertanahan Kabupaten/Kota. Sertipikat waktu paling lama 30 tahun, tidak ada
293 ADIL : Jurnal Hukum Vol. 2 No. 3 Desember 2011
perpanjangan jangka waktu. Namun atau bidang tanah yang terkurung oleh
atas kesepakatan antara pemilik tanah tanah Hak Guna Bangunan tersebut.
dengan pemegang Hak Guna Hak pemegang Hak Guna Bangunan,
Bangunan, Hak Guna Bangunannya yaitu :
dapat diperbaharui haknya. a. menguasai dan mempergunakan tanah
Kewajiban pemegang Hak Guna selama waktu tertentu;
Bangunan, yaitu : b. mendirikan dan mempunyai bangunan
a. membayar uang pemasukan yang untuk keperluan pribadi atau usahanya;
jumlah dan cara pembayarannya c. mengalihkan hak tersebut kepada
ditetapkan dalam keputusan pemberian pihak lain; dan
haknya; d. membebani dengan Hak Tanggungan.
b. menggunakan tanah sesuai dengan Hak Guna Bangunan dapat
peruntukannya dan persyaratan dijadikan jaminan utang dengan dibebani
sebagaimana ditetapkan dalam Hak Tanggungan. Pembebanan Hak Guna
keputusan dan perjanjian Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan
pemberiannya; dengan Hak Tanggungan harus ada
c. memelihara dengan baik tanah dan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
bangunan yang ada di atasnya serta pemegang Hak Pengelolaan. Prosedur Hak
menjaga kelestarian lingkungan Tanggungan, yaitu :
hidupnya;
d. menyerahkan kembali tanah yang 1. Adanya perjanjian utang piutang
diberikan dengan Hak Guna Bangunan antara pemegang Hak Guna
kepada Negara, pemegang Hak Bangunan sebagai debitor dengan
Pengelolaan, atau pemegang Hak Milik kreditor yang dibuat dengan akta
sesudah Hak Guna Bangunan itu hapus; notariil atau akta di bawah tangan.
e. menyerahkan sertipikat Hak Guna 2. Adanya penyerahan Hak Guna
Bangunan yang telah hapus kepada Bangunan sebagai jaminan utang
Kepala Kantor Pertanahan; yang dibuktikan dengan Akta
f. memberikan jalan keluar atau jalan air Pemberian Hak Tanggungan oleh
atau kemudahan lain bagi pekarangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Urip Santoso, Hak Guna Bangunan atas Hak Pengelolaan …. 294
atau selama berlakunya Hak Guna Hak Guna Bangunan kepada pemegang
Bangunan. Hak Pengelolaan.
Pemegang Hak Pengelolaan juga
berwenang untuk tidak memberikan KESIMPULAN
persetujuan perpanjangan jangka waktu Terjadinya Hak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan atas Hak Pengelolaan atas Hak Pengelolaan didahului dengan
dengan alasan bahwa pemegang Hak dibuatnya Perjanjian Penggunaan Tanah
Pengelolaan akan mempergunakan sendiri antara pemegang Hak Pengelolaan dengan
tanah Hak Guna Bangunan tersebut. Kalau calon pemegang Hak Guna Bangunan.
pemegang Hak Pengelolaan tidak Calon pemegang Hak Guna Bangunan atas
memberikan persetujuan perpanjangan rekomendasi pemegang Hak Pengelolaan
jangka waktu Hak Guna Bangunan mengajukan permohonan pemberian Hak
tersebut, maka Hak Guna Bangunan Guna Bangunan kepada Kepala Kantor
tersebut menjadi hapus. Faktor hapusnya Pertanahan Kabupaten/Kota setempat
Hak Guna Bangunan tersebut adalah dengan melampirkan Perjanjian
jangka waktunya berakhir. Hapusnya Hak Penggunaan Tanah tersebut. Kepala
Guna Bangunan atas Hak Pengelolaan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
berakibat tanah Hak Guna Bangunan setempat menerbitkan Surat Keputusan
tersebut kembali ke dalam penguasaan Pemberian Hak Guna Bangunan dan
pemegang Hak Pengelolaan. Hapusnya disampaikan kepada pemohon Hak Guna
Hak Guna Bangunan atas Hak Bangunan.
Pengelolaan karena jangka waktunya Dalam jangka waktu yang
berakhir diterbitkan surat keputusan oleh ditentukan dalam Surat Keputusan
pemegang Hak Pengelolaan yang bersifat Pemberian Hak Guna Bangunan, surat
deklaratoir, yaitu surat keputusan yang keputusan tersebut didaftarkan ke Kantor
berfungsi sebagai pernyataan tentang Pertanahan Kabupaten/Kota setempat
hapusnya hak atas tanah yang untuk dicatat dalam Buku Tanah dan
bersangkutan. Dengan hapusnya Hak diterbitkan Sertipikat Hak Guna Bangunan
Guna Bangunan ini, bekas pemegang Hak atas Hak Pengelolaan. Hak Guna
Guna Bangunan wajib menyerahkan tanah Bangunan atas Hak Pengelolaan terjadi
sejak Surat Keputusan Pemberian Hak
303 ADIL : Jurnal Hukum Vol. 2 No. 3 Desember 2011