Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH

OLEH PIHAK KETIGA

Sulasi Rongiyati
P3DI Bidang Hukum, Jl. Gatot Subroto Gedung Nusantara 1 Lantai 2, Setjen DPR RI,
e-mail: susidhan@yahoo.com

Abstract
Land Management Rights is not a type of land rights set forth in the UUPA. Regulation of Land
Management Rights has improved significantly, especially in terms of the authority possessed by the holder
of the right hand over the management to the land to a third parties. It is interesting to study, given that
concessionaires may include government agencies, local governments, state-owned enterprises and civil
rights given to hand over management of usage rights granted by the state to third parties through an
agreement. By using the statute approach supported the data in the field, the results of this study indicate
that the use of land management rights by a third parties based on the provisions of the Regulation of the
Minister of Agrarian No. 9/1965 on the Implementation of the Conversion Rights and the State Land
Master Furthermore Wisdom and amendments. Use of Land Management Rights over Building Rights
and Use of Rights based on land use agreements made ​​between institutions holders of land rights with
third parties who will use the land. Agreement made ​​on the basis of agreements between the parties with
reference to the provisions of laws and regulations governing the management rights over the land. The
lack of supervision led to the implementation of this arrangement potentially fraud.

Kata Kunci: Hak Pengelolaan atas Tanah, Perjanjian Pemanfaatan Tanah, Pihak Ketiga.

I. PENDAHULUAN satu hak atas tanah. UUPA hanya menyebut


A. Latar Belakang istilah “pengelolaan” dalam Penjelasan Umum
Hak atas tanah merupakan hak yang II angka 2 UUPA.
memberikan wewenang untuk memakai tanah Dalam kaitan ini, Boedi Harsono
yang diberikan kepada orang atau badan hukum. mengemukakan bahwa selain kepada pemerintah
Pada prinsipnya tujuan pemakaian tanah adalah daerah dan masyarakat hukum adat, pelimpahan
untuk memenuhi dua jenis kebutuhan yaitu untuk pelaksanaan sebagian kewenangan negara atas
diusahakan dan untuk membangun sesuatu.1 UU tanah, dapat juga dilakukan kepada badan-badan
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- otorita, perusahaan negara dan perusahaan
Pokok Agraria (UUPA) mengenal beberapa hak daerah dengan pemberian penguasaan tanah
atas tanah yang antara lain meliputi: Hak Milik, tertentu dengan apa yang dikenal dengan
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan sebutan Hak Pengelolaan.2 Dengan demikian
Hak Pakai. Dalam perkembangan hukum tanah Hak Pengelolaan merupakan Hak Menguasai
nasional dikenal pula Hak Pengelolaan. Negara yang wewenang pelaksanaannya sebagian
Jika melihat pengaturan yang ada di dalam dilimpahkan kepada pemegang haknya, yaitu:
UUPA, tidak ada ketentuan yang secara eksplisit kementerian, pemerintah daerah, perusahaan
menyebutkan “Hak Pengelolaan” sebagai salah milik negara, dan perusahaan milik daerah.
1
Sunaryo Basuki dalam Arie Sukanti Hutagalung, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009, hal. 29.
2
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, 2003, hal.
278.

SULASI RONGIYATI: Pemanfaatan Hak Pengelolaan atas Tanah... 77


Keberadaan Hak Pengelolaan bukan a. Merencanakan peruntukkan dan
merupakan hak atas tanah yang didasarkan penggunaan tanah yang bersangkutan;
pada undang-undang (dalam hal ini UUPA), b. Menggunakan tanah untuk keperluan
tetapi merupakan hak yang didasarkan pada pelaksanaan tugasnya;
peraturan di bawah undang-undang, yaitu c. Menyerahkan bagian-bagian tanah
berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor tersebut untuk pihak ketiga menurut
9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi persyaratan pemegang Hak Pengelolaan
Hak Menguasai Negara dan Ketentuan- yang meliputi hal peruntukan, penggunaan,
Ketentuan tentang Kebijaksanaan Selanjutnya. jangka waktu, dan kompensasi dengan
Peraturan Menteri ini memperkenalkan istilah ketentuan pemberian hak atas tanah
Hak Pengelolaan untuk pertama kalinya. kepada pihak ketiga dilakukan oleh pejabat
Dalam perkembangannya Peraturan yang berwenang berdasarkan peraturan
Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 diubah perundang-undangan.
dengan Peraturan Menteri Agraria No. 9 Jika dilihat dari istilah pengelolaan yang
Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan diperkenalkan di dalam UUPA lebih tepat
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak apabila Hak Pengelolaan disebut sebagai
Pengelolaan yang antara lain mengatur mengenai aspek “kewenangan” untuk mengelola tanah.
badan-badan hukum yang dapat diberikan Sedangkan di dalam Peraturan Menteri tersebut
Hak Pengelolaan, yaitu instansi pemerintah telah bergeser menjadi suatu hak atas tanah
termasuk pemerintah daerah, Badan Usaha tersendiri. Dalam praktiknya pelaksanaan Hak
Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Pengelolaan mengalami perkembangan yang
Daerah (BUMD), PT Persero, Badan Otorita signifikan baik dari sisi pengaturannya maupun
dan badan-badan hukum pemerintah lainnya implementasi di lapangan. Berbagai peraturan
yang ditunjuk oleh Pemerintah. yang mengatur Hak Pengelolaan tersebut
Menurut Eman Ramelan, subjek atau semuanya berada pada tataran peraturan
pemegang Hak Pengelolaan adalah sebatas pada pelaksana, yaitu
badan hukum Pemerintah baik yang bergerak a. Pasal 1 ayat (3) Permeneg/Kepala BPN
dalam pelayanan publik (pemerintahan) atau No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
yang bergerak dalam bidang bisnis, seperti Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
BUMN/BUMD sedangkan, PT Persero, badan Tanah Negara dan Hak Pengelolaan,
hukum swasta tidak mendapatkan peluang yang mendefiniskan: “Hak Pengelolaan
untuk berperan serta sebagai subjek atau adalah hak menguasai dari negara yang
pemegang Hak Pengelolaan.3 kewenangan pelaksanaannya sebagian
Terkait dengan wewenang yang diberikan dilimpahkan kepada pemegangnya.”
kepada pemegang Hak Pengelolaan baik b. Pasal 1 ayat (4) PP No. 24 Tahun
kementerian, pemerintah daerah, maupun Hak 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang
Pengelolaan yang diberikan kepada perusahaan mendefinisikan: ”Hak Pengelolaan
(djawatan), tidak ada perbedaan, yaitu meliputi adalah hak menguasai dari negara yang
wewenang sebagaimana disebutkan dalam Pasal kewenangan pelaksanaannya sebagian
2 ayat (2) UUPA sebagai berikut:4 dilimpahkan kepada pemegangnya.”
3
Eman Ramelan, “Hak Pengelolaan Setelah Berlakunya c. Pasal 1 ayat (2) PP No. 40 Tahun 1996
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999”, Jurnal Yuridika
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah,
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya 15 (3)
Juni 2006, hal. 196. menyebutkan Hak Pengelolaan adalah hak
4
Lihat Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri menguasai dari negara yang kewenangan
Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah
kepada pemegangnya.
Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya.

78 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 1, Juni 2014


d. Pasal 7 ayat (1) UU No. 16 Tahun 1985 ketiga, pemegang Hak Pengelolaan membuat
tentang Rumah Susun yang menentukan: perjanjian perdata dengan pihak ketiga yang
rumah susun hanya dapat dibangun di atas akan memanfaatkan tanah Hak Pengelolaan.
tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan Selanjutnya Pemerintah melalui Menteri yang
Hak Pakai atas tanah atau Hak Pengelolaan bertanggung jawab di bidang pertanahan akan
sesuai dengan peraturan perundang- memberikan penetapan hak atas tanah di atas Hak
undangan yang berlaku. Pengelolaan kepada pihak ketiga. Kewenangan
e. Pasal 2 ayat (3) huruf f UU No. 21 Tahun Menteri ini dapat dilimpahkan kepada kepala
1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah kantor wilayah, kepala kantor pertanahan, atau
dan Bangunan, bahwa Hak Pengelolaan pejabat yang ditunjuk (Pasal 3 Peraturan Menteri
termasuk salah satu objek pajak. Agraria/ Kepala BPN No. 9 Tahun 1999).
Secara yuridis Hak Pengelolaan memiliki Aspek perdata ini menimbulkan
dua aspek, yaitu aspek publik dan aspek perdata. permasalahan ketika tujuan utama dari
Aspek publik dari Hak Pengelolaan terlihat wewenang Hak Menguasai dari Negara, yaitu
dari konsep Hak Pengelolaan sebagai hak untuk mencapai sebesar besar kemakmuran
menguasai dari negara yang kewenangannya rakyat dapat disimpangi oleh pemegang Hak
sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya, Pengelolaan dengan mencari keuntungan yang
di mana tujuan utama dari Hak Pengelolaan sebesar-besarnya. Penyimpangan tujuan utama
adalah tanah Hak Pengelolaan disediakan dari pemegang Hak Pengelolaan terlihat di mana
bagi penggunaan pihak lain yang memerlukan. pemegang Hak Pengelolaan dapat melaksanakan
Dalam penyediaan dan pemberian tanah itu perannya secara mandiri seolah menggantikan
pemegang haknya diberi kewenangan untuk peran negara itu sendiri. Mereka menentukan
melakukan kegiatan yang merupakan sebagian harga, tarif dan pungutan, mengatur kerjasama
dari kewenangan negara, yang diatur di dalam dengan pihak lain bahkan menentukan kepada
Pasal 2 ayat (2) UUPA. siapa dan kapan negara dapat menunjuk pihak
Pasal 2 ayat (3) UUPA juga mengatur ketiga sehingga berdampak kepada berkurangnya
mengenai kegunaan wewenang dari Hak kesempatan berusaha, kerugian konsumen,
Menguasai dari Negara, yaitu wewenang dan pada akhirnya kemakmuran rakyat tidak
yang bersumber pada Hak Menguasai dari tercapai.
Negara tersebut digunakan untuk mencapai Pemegang Hak Pengelolaan seharusnya
sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti tidak menjadi “tuan tanah”. Namun dalam
kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemerdekaan praktiknya, kasus yang terjadi, pemegang Hak
dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia Pengelolaan mengalihkan kewajibannya kepada
yang merdeka berdaulat, adil, dan makmur. pihak ketiga, seperti pembuatan sertifikat
Aspek perdata dari Hak Pengelolaan terlihat Hak Pengelolaan, pengosongan penghuni
dari berubahnya fungsi ”pengelolaan” menjadi liar dibebankan kepada pihak ketiga dalam
”hak” yang dapat digunakan untuk keperluan perjanjian kerja sama. Dibutuhkan tanggung
usaha pemegangnya sendiri dan karena jawab notaris dalam meletakkan hak dan
kebutuhan praktis, yakni untuk memberikan kewajiban pemegang Hak Pengelolaan dan
hak atas tanah di atas Hak Pengelolaan pihak ketiga sesuai dengan prinsip-prinsip
kepada pihak ketiga melalui perjanjian antara perjanjian yang seimbang dan beritikad
pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak baik. Secara yuridis kedudukan pihak ketiga
ketiga lebih mengemuka dan pada akhirnya hanyalah pihak yang “menumpang”, seperti
lebih menonjolkan aspek keperdataan dari Hak halnya pemegang hak atas tanah yang bersifat
Pengelolaan. sementara karena sifatnya yang terbatas.5
Melalui kewenangan menyerahkan bagian- 5
Elita Rahmi, “Eksistensi Hak Pengelolaan Atas Tanah
(HPL) dan Realitas Pembangunan Indonesia”, Jurnal
bagian tanah Hak Pengelolaan kepada pihak
Dinamika Hukum Vol. 10S2012, hal.338.

SULASI RONGIYATI: Pemanfaatan Hak Pengelolaan atas Tanah... 79


Dalam penelitian ini, analisis dibatasi pada C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
subjek Hak Pengelolaan berupa pemerintah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
daerah dan BUMN atau BUMD. dasar hukum dan pelaksanaan pemberian
kewenangan pemegang Hak Pengelolaan untuk
B. Permasalahan menyerahkan sebagian tanahnya kepada pihak
Dalam perkembangannya, pengaturan ketiga melalui perjanjian serta bentuk perjanjian
pengelolaan tanah negara ini mengalami antara pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak
perkembangan yang signifikan, khususnya ketiga dan pelaksanaan perjanjian tersebut.
dalam hal kewenangan yang dimiliki oleh Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah
pemegang Hak Pengelolaan. Pemegang Hak sebagai bahan masukan bagi Anggota Dewan
Pengelolaan, selain memiliki kewenangan dalam menyusun RUU tentang Pertanahan
merencanakan peruntukan dan penggunaan yang sekarang sedang dibahas oleh Komisi II
tanah dan menggunakan tanah tersebut untuk DPR RI serta dalam melakukan pengawasan
keperluan pelaksanaan tugasnya, juga diberi kepada pemerintah dan BUMN/BUMD di
kewenangan untuk menyerahkan bagian tanah komisi terkait. Disamping itu juga dalam
tersebut kepada pihak ketiga dan menerima rangka memberikan referensi pengetahuan
kompensasi atas menggunaan tanah oleh bagi masyarakat tentang hukum pertanahan
pihak ketiga. Hal ini menarik untuk diteliti, khususnya mengenai Hak Pengelolaan atas
mengingat pemegang Hak Pengelolaan yang tanah.
dapat berupa instansi pemerintah, pemerintah
daerah, BUMN dan BUMD diberi hak D. Metode Penelitian
keperdataan untuk menyerahkan penggunaan Penelitian ini merupakan penelitian yuridis
Hak Pengelolaan yang diberikan oleh negara normatif dan empiris dengan sifat penelitian
kepada pihak ketiga melalui suatu perjanjian. deskriptif dengan meneliti data sekunder
Perjanjian merupakan kesepakatan dari para yang terdiri dari bahan hukum primer dan
pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian, bahan hukum sekunder.Sedangkan penelitian
sehingga isi perjanjian menjadi hak para pihak empiris dilakukan dengan meneliti data primer
untuk menyepakatinya. Sementara jika dilihat dengan melakukan observasi, wawancara,
dari sejarahnya, Hak Pengelolaan pada intinya dan Focus Group Discussion. Penelitian ini
merupakan Hak Menguasai Negara atas tanah bersifat deskriptif dan preskriptif. Pendekatan
yang sebagian kewenangannya dilimpahkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepada pemegang Hak Pengelolaan. Perjanjian pendekatan perundang-undangan (statute
penyerahan tanah kepada pihak ketiga tersebut approach) dengan menggunakan perangkat
tidak diatur secara jelas dalam peraturan hukum positif sebagai dasar awal melakukan
perundang-undangan terkait Hak Pengelolaan. analisis. Penelitian dilakukan di dua daerah
Berdasarkan permasalahan tersebut maka yaitu Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya) dan
pertanyaan penelitian yang akan diajukan Jawa Tengah. Penelitian Lapangan dilaksanakan
adalah: pada bulan September dan Oktober 2013.
1. Bagaimana dasar hukum dan pelaksanaan
pemberian kewenangan pemegang Hak II. KERANGKA PEMIKIRAN
Pengelolaan untuk menyerahkan sebagian A. Sifat Hak Pengelolaan atas Tanah
tanahnya kepada pihak ketiga melalui Secara normatif dan konseptual, Hak
perjanjian? Pengelolaan tidak termasuk dalam kelompok
2. Bagaimana isi perjanjian antara pemegang hak atas tanah sebagaimana diatur dalam Pasal
Hak Pengelolaan dengan pihak ketiga 16 UUPA. Dalam regim hukum tanah, konsep
dan bagaimana pelaksanaan perjanjian Hak Menguasai Negara atas tanah di dasarkan
tersebut? pada Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar

80 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 1, Juni 2014


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Persero; Badan Otorita; Badan-badan hukum
1945) yang kemudian dijabarkan dalam UUPA Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.
bahwa pada tataran tertinggi sumber daya alam, Selanjutnya dalam ayat (2) Peraturan Menteri
termasuk tanah, dikuasai oleh negara untuk Agraria No. 9 Tahun 1999 disebutkan bahwa:
tujuan kesejahteraan rakyat. Hak Menguasai dari “Badan-badan hukum sebagaimana dimaksud
Negara ini memberi wewenang kepada negara pada ayat (1) dapat diberikan Hak Pengelolaan
untuk: a. mengatur dan menyelenggarakan sepanjang sesuai dengan tugas pokok dan
peruntukan, penggunaan, persediaan dan fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah”.
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa Isi dan sifat Hak Pengelolaan lebih mengarah
tersebut; b. menentukan dan mengatur kepada kewenangan yang bersifat publik seperti
hubungan-hubungan hukum antara orang- Hak Menguasai Negara. Berkaitan dengan
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa, Hak Pengelolaan yang bersifat publik, Boedi
menentukan dan mengatur hubungan-hubungan Harsono mengatakan bahwa Hak Pengelolaan
hukum antara orang-orang dan perbuatan- pada dasarnya bukan hak atas tanah melainkan
perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan merupakan “gempilan” dari Hak Menguasai
ruang angkasa. Negara. Penggunaan istilah “gempilan”
Selanjutnya putusan Mahkamah Konstitusi didasarkan pada ketentuan Pasal 1 Peraturan
atas permohonan judicial review UU No.20 Tahun Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang Hak
2003 tentang Ketenagalistrikan Nomor 001- Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak
021-022/PUU-I/2003, UU No.22 Tahun 2001 Pakai Atas Tanah yang menentukan Hak
tentang Minyak dan Gas Bumi Nomor 002/ Pengelolaan sebagai Hak Menguasai Negara yang
PUU-I/2003, dan putusan uji materi UU No.7 sebagian kewenangannya dilimpahkan kepada
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Nomor pemegangnya. Hak Pengelolaan diberikan
058-059-060-063/PUU-II/2004, menjabarkan dengan tujuan bahwa tanah tersebut disediakan
Hak Menguasai Negara dalam 5 cakupan untuk penggunaan pihak-pihak lain yang
pengertian, yaitu negara:merumuskan kebijakan memerlukan. Dalam penyediaan dan pemberian
(beleid); melakukan pengaturan (regelen daad); tanah itu, pemegang Hak Pengelolaan diberikan
melakukan pengurusan (bestuurdaad); melakukan kewenangan untuk melakukan kegiatan yang
pengelolaan (beheer daad); dan melakukan merupakan bagian dari kewenangan negara yang
pengawasan (toezicht houden daad); untuk tujuan diatur dalam Pasal 2 UUPA. Dengan demikian
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. pengertian Hak Pengelolaan adalah hak
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4) penguasaan atas tanah negara dengan maksud
UUPA pelaksanaan Hak Menguasai Negara untuk digunakan sendiri oleh pemegang haknya
dapat dikuasakan kepada daerah swatantra dan atau pemegang hak dapat memberikan suatu hak
masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan kepada pihak ketiga dengan wewenang untuk:
dan tidak bertentangan dengan kepentingan a) merencanakan peruntukan dan penggunaan
nasional, menurut ketentuan-ketentuan hak atas tanah tersebut; b) menggunakan tanah
Peraturan Pemerintah. Ketentuan ini menjadi tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;
dasar bagi Pemerintah dalam memberikan dan c) menyerahkan bagian tanah tersebut
Hak Pengelolaan, meskipun UUPA tidak untuk pihak ketiga dengan Hak Milik, Hak
menyebutkan Hak Pengelolaan sebagai hak atas Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak
tanah. Pakai, yang pemberian hak atas bagian-bagian
Subjek Hak Pengelolaan menurut Pasal 67 tanah tersebut tetap dilakukan oleh pejabat yang
ayat (1) Peraturan Menteri Agraria/ Kepala BPN berwenang.6 Pihak ketiga yang dimaksud adalah
No. 9 Tahun 1999 adalah Instansi Pemerintah pihak di luar pemberi Hak Pengelolaan (negara)
termasuk Pemerintah Daerah; Badan Usaha
Milik Negara; Badan Usaha Milik Daerah; PT. 6
Ali Ahmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum
Pertanahan I dan II, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002, hal. 55

SULASI RONGIYATI: Pemanfaatan Hak Pengelolaan atas Tanah... 81


dan penerima atau pemegang Hak Pengelolaan. Sebagai suatu perbuatan hukum atau
Dalam perkembangannya Hak Pengelolaan yang perbuatan yang mempunyai akibat hukum,
berasal dari Hak Menguasai Negara, sehingga perjanjian dapat menimbulkan hak dan
merupakan Hak Publik telah mengalami kewajiban. Namun demikian, hak dan kewajiban
pergeseran menjadi hak keperdataan.7 yang timbul hanya dapat dituntut jika perjanjian
Obyek Hak Pengelolaan adalah tanah yang atau persetujuan tersebut dilakukan secara sah.
diberikan dengan Hak Pengelolaan, yaitu Hak Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, sahnya
Pengelolaan hanya dimungkinkan diberikan di perjanjian harus memenuhi syarat subjektif
atas tanah negara. Dengan demikian jika di atas dan objektif. Syarat subjektif meliputi sepakat
tanah yang akan diberikan Hak Pengelolaan untuk mengikatkan diri dan kecakapan untuk
masih dibebani dengan hak atas tanah, maka membuat suatu perjanjian. Sedangkan syarat
pemohon Hak Pengelolaan harus melepaskan objektif yang harus dipenuhi dalam suatu
hak atas tanah tersebut serta menanggung persetujuan adalah suatu hal tertentu dan
seluruh biaya ganti kerugiannya.8 adanya sebab yang halal.
Berdasarkan ketentuan Pasal 104 Peraturan
Menteri Agraria No. 9 Tahun 1999, pemberian III. PEMBAHASAN
Hak Pengelolaan dilakukan melalui ketetapan A. Pemanfaatan Tanah Hak Pengelolaan
pemerintah dan jika dikemudian hari ditemukan oleh Pihak Ketiga
kekeliruan baik yang bersumber pada cacad Sebelum berlakunya UUPA, instansi-
hukum administrasi dalam penerbitannya instansi pemerintah memiliki aturan yang
maupun dalam rangka melaksanakan putusan berbeda-beda atas penguasaan tanah
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya,
hukum tetap, Hak Pengelolaan dapat dibatalkan sehingga menciptakan ketidaktertiban aturan
oleh Pemerintah. penguasaan tanah. Oleh karenanya kemudian
Pemerintah memberlakukan PP No. 8 Tahun
B. Perjanjian 1953 tentang Penguasaan Tanah-Tanah Negara.
Perjanjian atau disebut juga persetujuan Tanah Negara merupakan tanah yang dikuasai
merupakan sumber dari perikatan, disamping penuh oleh negara karena belum ada hak-hak
sumber perikatan lainnya yaitu undang-undang. atas tanah tertentu yang membebaninya (Pasal
Pasal 1233 KUHPerdata menyebutkan bahwa 1 PP No. 8 Tahun 1953). Pemberian tanah
perikatan lahir karena suatu persetujuan atau kepada negara dengan hak penguasaan penuh
karena undang-undang. Terkait dengan hal tersebut dilakukan karena tidak mungkin lagi
tersebut Subekti, dalam bukunya Hukum memberikan Hak Milik atas tanah kepada
Perjanjian, membedakan pengertian antara instansi-instansi pemerintah seperti halnya pada
perikatan dengan perjanjian. Hubungan antara saat berlakunya domeinverklaring. Solusinya
perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian adalah dengan memberikan hak penguasaan,
itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sehingga instansi-instansi pemerintah dapat
sumber perikatan, di samping sumber-sumber dengan leluasa merencanakan peruntukan dan
lain.9 Lebih lanjut dikemukakan bahwa:10 penggunaan tanah baik untuk dipergunakan
sendiri guna kepentingan pelaksanaan tugasnya
7
Maria Sumardjono, “Hak Pengelolaan, Perkembangan,
maupun untuk diberikan kepada pihak lain.11
Regulasi, dan Implementasi”, dalam Maria Sumardjono,
ed. Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial, dan Dalam perkembangannya PP No.8 Tahun
Budaya, Cetakan Kedua, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 1953 menjadi cikal bakal pengaturan Hak
2009, hal. 197-215. Pengelolaan atas tanah yang diberikan kepada
8

Olan Sitorus dan H.M. Zaki Sierrad, Hukum Agraria di
Indonesia Konsep Dasar dan Implementasi, Yogyakarta: 11
Sri Hajati dalam Supriyadi, Aspek Hukum Tanah Aset
Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, 2006, hal. 157. Daerah: Menemukan Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian
9
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 2008, hal. 1. atas Eksistensi Tanah Aset Daerah, Jakarta: Prestasi Pustaka,
10
Subekti, Hukum Perjanjian. 2010, hal 164.

82 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 1, Juni 2014


instansi pemerintah, BUMN dan BUMD. UUPA Peraturan perundang-undangan yang
sendiri menempatkan pengaturan tanah-tanah mengatur Hak Pengelolaan selalu menyebutkan
“hak penguasaan” dalam Penjelasan Umum Hak Pengelolaan adalah Hak Menguasai Negara
II angka 2 dengan memberikan tanah “dalam atas tanah yang wewenang pelaksanaannya
pengelolaan” kepada badan penguasa, dalam sebagian dilimpahkan kepada pihak ketiga.
hal ini departemen, jawatan, atau pemerintah Namun, belum jelas benar wewenang mana
daerah. Pengelolaan tersebut dimaksudkan dari Hak Menguasai Negara yang dilimpahkan
untuk dipergunakan dalam pelaksanaan tugas kepada pihak ketiga.
instansi yang bersangkutan atau dapat pula Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria No. 9
untuk diberikan kepada pihak lain (Pasal Tahun 1965:
2 ayat (4) UUPA. Berdasarkan ketentuan Wewenang yang diberikan kepada
tersebut, instansi pemerintah atau BUMN/ pemegang Hak Pengelolaan adalah:
BUMD dapat memberikan pengelolaan tanah a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan
yang dikuasainya kepada pihak ketiga dengan hak tersebut;
memberikan sewa, Hak Pakai, atau Hak Guna b. Menggunakan tanah tersebut untuk
Bangunan. kepentingan pelaksanaan tugasnya;
Meskipun UUPA tidak mengenal Hak c. Menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut
Pengelolaan sebagai jenis hak atas tanah, dalam kepada pihak ketiga dengan Hak Pakai yang
praktek hukum pertanahan Indonesia dikenal berjangka waktu 6 (enam) tahun;
Hak Pengelolaan yang lahir berdasarkan d. Menerima uang pemasukan/ganti rugi dan/
Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965 atau uang wajib tahunan.
tentang Pelaksanaan Konversi Hak Menguasai Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah
Atas Tanah Negara dan Kebijaksanaan No. 36 Tahun 1997, menyebutkan bahwa Hak
Selanjutnya. Pasal 1 dari peraturan tersebut Pengelolaan berisikan wewenang untuk: a).
menyatakan bahwa jika hak penguasaan merencanakan peruntukan dan penggunaan
atas tanah negara yang diberikan kepada tanah; b). menggunakan tanah untuk keperluan
departemen, direktorat, dan daerah swatantra pelaksanaan tugasnya; c). menyerahkan bagian-
digunakan untuk instansi-instansi itu sendiri, bagian tanah kepada pihak ketiga dan/atau
dikonversi menjadi Hak Pakai. Sedangkan Pasal bekerjasama dengan pihak ketiga.
2 menyatakan jika tanah negara yang diberikan Menurut Urip Santoso, kewenangan yang
kepada instansi-instansi tersebut selain terdapat dalam Hak Pengelolaan dapat bersifat
digunakan untuk kepentingan sendiri juga pubik dan privat.12
dimaksudkan untuk dapat diberikan kepada a. Sifat publik, kewenangan untuk
pihak ketiga dengan suatu hak, maka penguasaan merencanakan peruntukan dan penggunaan
atas tanah negara tersebut dikonversi menjadi tanah, mempergunakan tanah untuk
Hak Pengelolaan. Dengan demikian Hak keperluan pelaksanaan tugas dan usahanya.
Pengelolaan lahir tidak berdasarkan undang- Kewenangan ini juga bersifat internal.
undang tetapi berdasarkan Peraturan Menteri b. Sifat privat, kewenangan dalam hal
Agraria. Namun, eksistensi Hak Pengelolaan menyerahkan bagian-bagian tanah Hak
mendapat pengakuan dalam UU No. 16 Tahun Pengelolaan kepada pihak ketiga dan/
1985 tentang Rumah Susun yang menyebutkan atau bekerja sama. Dalam kewenangan
bahwa rumah susun hanya dapat dibangun di Hak Pengelolaan yang bersifat privat ini
atas Tanah Hak Milik, HGB, Hak Pakai atas terkandung makna sifat Hak Pengelolaan
Tanah Negara atau Hak Pengelolaan sesuai yang eksternal.
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 12
Urip Santoso, “Eksistensi Hak Pengelolaan dalam Hukum
Tanah Nasional”, Mimbar Hukum Volume 24 No.2 Juni
2012, hal.283.

SULASI RONGIYATI: Pemanfaatan Hak Pengelolaan atas Tanah... 83


Dalam buku Pendaftaran dan Peralihan Hak di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
atas Tanah,13 Urip Santoso menjelaskan bahwa 1 Tahun 1977 belum diatur dalam peraturan
pihak pemegang Hak Pengelolaan memiliki penggantinya, maka dalam prakteknya
wewenang merencanakan peruntukan dan mengenai perjanjian penggunaan tanah Hak
penggunaan tanah tetapi dengan berpedoman Pengelolaan oleh pihak ketiga masih mengacu
kepada Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/ Tahun 1977. Dalam Pasal 3 ayat (2) ketentuan
kota berdasarkan peraturan daerah kabupaten/ tersebut, perjanjian penggunaan tanah Hak
kota. Wewenang menggunakan tanah untuk Pengelolaan oleh pihak ketiga antara lain
keperluan tugasnya, seperti untuk perumahan, memuat keterangan mengenai:
pabrik, perkantoran atau pertokoan. Sedangkan 1. Identitas pihak-pihak yang bersangkutan;
wewenang untuk menyerahkan bagian tanah 2. Letak, batas-batas, dan luas tanah yang
untuk pihak ketiga atau bekerjasama dengan dimaksud;
pihak ketiga, bukan berarti menyewakan 3. Jenis penggunaannya;
bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan untuk 4. Hak-hak atas tanah yang akan dimintakan
pihak ketiga. untuk diberikan kepada pihak ketiga,
Berdasarkan Permendagri No. 1 Tahun keterangan mengenai jangka waktunya dan
1977 tentang Tata Cara Permohonan dan kemungkinan perpanjangannya;
Penyelesaian Pemberian Bagian-Bagian Tanah 5. Jenis-jenis bangunan yang akan didirikan
Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya, pihak di atas tanah yang diperjanjikan dan
ketiga yang ingin memperoleh HGB dan Hak ketentuan mengenai pemilikan bangunan
Pakai dari tanah Hak Pengelolaan dapat tersebut pada berakhirnya hak atas tanah
dilakukan melalui perjanjian penggunaan tanah yang diberikan.;
antara pihak ketiga dengan pemegang Hak 6. Jumlah uang pemasukan dan syarat-syarat
Pengelolaan yang akan melahirkan hubungan pembayarannya;
hukum antara pemegang Hak Pengelolaan 7. Syarat-syarat lain yang dipandang perlu.
dengan pihak ketiga.14 Saat ini ketentuan Jika perjanjian penggunaan tanah Hak
mengenai perjanjian penggunaan tanah Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga berupa
Pengelolaan oleh pihak ketiga diatur dalam Hak Guna Bangunan atau Hak pakai, maka
Peraturan Menteri Agraria/ Kepala BPN No. jangka waktunya sesuai ketentuan peraturan
9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian perundang-undangan. Baik Hak Guna Bangunan
dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara maupun Hak Pakai tersebut tidak memutuskan
dan Hak Pengelolaan, dimana dalam Pasal 4 hubungan hukum antara pemegang Hak
ayat (2) menyebutkan bahwa pemohon hak Pengelolaan dengan Hak Pengelolaannya. Hal
harus memiliki penunjukan berupa perjanjian ini berarti setiap perpanjangan jangka waktu
penggunaan tanah dari pemegang Hak dan pembaruan Hak Guna Usaha dan Hak
Pengelolaan. Pakai yang berasal dari Hak Pengelolaan harus
Mengingat Peraturan Menteri Negara dengan persetujuan tertulis dari pemegang Hak
Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 Pengelolaan.
telah mencabut Peraturan Menteri Dalam Berbeda apabila pemegang Hak Pengelolaan
Negeri Nomor 1 Tahun 1977 Tentang Tata menyerahkan bagian-bagian tanah Hak
Cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Pengelolaan kepada pihak ketiga dalam bentuk
Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Hak Milik, maka harus dilakukan melalui
Pendaftarannya, namun substansi yang diatur pelepasan atau penyerahan Hak Pengelolaan
13
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, dengan Surat Pernyataan Pelepasan atau
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hal. 130- Penyerahan Hak Pengelolaan oleh pemegang
134.
Hak Pengelolaan. Dalam hal ini pelepasan atau
14
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah.

84 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 1, Juni 2014


penyerahan hak ini memutus hubungan hukum Pasal 2 Keputusan Walikota Surabaya No.
antara pemegang Hak Pengelolaan dengan Hak 27 Tahun 1995 menyebutkan bahwa untuk
Pengelolaannya dan tanahnya kembali menjadi mendapatkan Hak Guna Bangunan di atas Hak
tanah dalam penguasaan Negara. Nantinya Pengelolaan Pemda Surabaya, pemohon harus
penerima pelepasan atau penyerahan Hak mengajukan surat permohonan kepada Kepala
Pengelolaan akan mengajukan permohonan Daerah dengan mengisi formulir yang telah
pemberian Hak Milik kepada BPN. disediakan di Kantor Dinas Tanah dan Rumah
Secara umum implementasi pemanfaatan (sekarang Kantor Dinas Tanah dan Bangunan).
tanah Hak Pengelolaan oleh pihak ketiga Surat permohonan tersebut harus dilampiri:
sudah didasarkan pada ketentuan peraturan 1. Asli dan foto copy Surat Keputusan Izin
perundang-undangan, yang memberikan Pemakaian Tanah, tanda pembayaran
kewenangan pada pemegang Hak Pengelolaan retribusi pemakaian tanah terakhir, KTP/Akte
untuk menyerahkan bagian-bagian tanah Hak pendirian perusahaan, tanda Pembayaran PBB
Pengelolaan kepada pihak ketiga menurut tahun terakhir, Izin Mendirikan Bangunan
persyaratan yang telah ditentukan oleh (IMB), hasil penelitian Dinas Cipta Karya
pemegang Hak Pengelolaan yang meliputi dan Tata Ruang;
segi-segi peruntukan, penggunaan, jangka 2. Surat pernyataan
waktu dan keuangannya dengan ketentuan Permohonan sanggup membuat perjanjian
bahwa pemberian hak atas tanah pada pihak tertulis dengan Pemerintah Kota Surabaya,
ketiga dilakukan oleh pejabat yang berwenang yang antara lain memuat: identitas pihak-
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- pihak yang bersangkutan; letak, batas-
undangan. batas, dan luas tanah yang dimaksud; jenis
Di Kota Surabaya dan Kabupaten penggunaannya; hak atas tanah yang akan
Banyumas, tanah Hak Pengelolaan atas nama dimintakan untuk diberikan kepada pihak
pemerintah daerah dapat diserahkan kepada ketiga, keterangan mengenai jangka waktu
pihak ketiga baik perorangan warga negara dan kemungkinan perpanjangannya; jenis-
Indonesia maupun badan hukum Indonesia jenis bangunan yang akan didirikan di atas
dengan Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai tanah yang diperjanjikan dan ketentuan
yang diperuntukan untuk berbagai keperluan mengenai pemilikan bangunan tersebut
seperti rumah hunian, rumah sakit, pasar, pada berakhirnya hak atas tanah yang
pertokoan dan sebagainya. diberikan; jumlah uang pemasukan dan
Peraturan mengenai penggunaan tanah syarat-syarat pembayarannya; syarat-syarat
Hak Pengelolaan milik Pemerintah Daerah Kota lain yang dipandang perlu.
Surabaya terdapat dalam Keputusan DPRD Selain syarat-syarat tersebut, pemohon
Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya No. Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan
41 Tahun 1995 tentang Perubahan Keputusan diharuskan membayar uang pemasukan
DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya (retribusi) kepada Pemerintah Kota Surabaya
No. 4 Tahun 1995 tentang Persetujuan Terhadap yang besarnya ditetapkan berdasarkan klasifikasi
Pemberian Hak Guna Bangunan di atas Tanah kawasan perkantoran/perdagangan dan kawasan
Hak Pengelolaan Pemerintah Kotamadya perumahan.
Daerah Tingkat II Surabaya, dan Keputusan Meskipun ketentuan normatif tentang
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II pemanfaatan tanah Hak Pengelolaan sudah sesuai
Surabaya No. 27 Tahun 1995 tentang Tata Cara dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Mendapatkan Hak Guna Bangunan di atas yang ada di atasnya, tetapi implementasi di daerah
Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Daerah penelitian menunjukan adanya penyimpangan.
Tingkat II Surabaya (Keputusan Walikota Sebagai contoh kasus penggunaan tanah Hak
Surabaya No. 27 Tahun 1995). Pengelolaan Pemda Kabupaten Banyumas yang

SULASI RONGIYATI: Pemanfaatan Hak Pengelolaan atas Tanah... 85


digunakan untuk Pasar Ajibarang dan Wangon. memuat keterangan mengenai: identitas pihak-
Beberapa tanah yang digunakan untuk kios pihak yang bersangkutan, letak, batas-batas, dan
seharusnya diperuntukan oleh para pihak sesuai luas tanah yang dimaksud; jenis penggunaannya;
peruntukan dan jangka waktunya, tetapi ternyata hak-hak atas tanah yang akan dimintakan untuk
pemegang Hak Guna Bangunan di atas Hak diberikan kepada pihak ketiga, keterangan
Pengelolaan ini memindahtangankan hak atas mengenai jangka waktunya dan kemungkinan
tanahnya kepada pihak lain melalui perjanjian di perpanjangannya, jenis-jenis bangunan yang
bawah tangan. akan didirikan di atas tanah yang diperjanjikan
Ketiadaan pengawasaan penggunaan dan ketentuan mengenai pemilikan bangunan
tanah Hak Pengelolaan dan kewenangan yang tersebut pada berakhirnya hak atas tanah yang
dimiliki pemegang Hak Pengelolaan mendorong diberikan, jumlah uang pemasukan dan syarat-
munculnya penyelewengan yang pada akhirnya syarat pembayarannya, dan syarat-syarat lain
menimbulkan sengketa pertanahan. Hal ini yang dipandang perlu.
terjadi pula pada kasus tanah “surat ijo” di Menurut Maria S.W. Sumardjono,15
Surabaya dan kasus tanah kawasan PRPP perjanjian tertulis yang menjadi dasar
Semarang yang dialihkan oleh pihak ketiga tanpa penggunaan tanah oleh pihak ketiga dinyatakan
sepengetahuan pemegang Hak Pengelolaan. dalam Surat Perjanjian Penggunaan Tanah
(SPPT) yang sering disebut dengan istilah lain
B. Bentuk dan Pelaksanaan Perjanjian seperti perjanjian penyerahan/penggunaan/
Penggunaan Tanah Pemegang Hak pengurusan hak atas tanah. Di Pemerintah
Pengelolaan oleh Pihak Ketiga Daerah Kota Surabaya perjanjian penggunaan
Salah satu wewenang pemegang Hak tanah Hak Pengelolaan dikenal dengan sebutan
Pengelolaan adalah menyerahkan bagian-bagian “Perjanjian Pemakaian Tanah”, perjanjian
tanah Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga atau antara PT Surabaya Industrial Estate Rungkut
bekerjasama dengan pihak ketiga yang dilakukan (SIER) dengan pihak ketiga menggunakan
melalui perjanjian, sebagaimana ditentukan dalam istilah “Perjanjian Penggunaan Tanah Industri”.
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Negara graria/ Mengingat tidak ada aturan tegas mengenai
Kepala BPN No. 9 Tahun 1999, sebagai berikut: bentuk perjanjian, maka dalam praktek
“Dalam hal tanah yang dimohon merupakan perjanjian penggunaan tanah hak pengelolaan
tanah Hak Pengelolaan, pemohon harus mengacu pada ketentuan perjanjian yang diatur
terlebih dahulu memperoleh penunjukan berupa dalam KUHPerdata. Pasal 1320 KUHPerdata
perjanjian penggunaan tanah dari pemegang menyebutkan bahwa sahnya perjanjian
Hak Pengelolaan.” menyaratkan 4 hal, yaitu adanya kesepakatan
Dengan demikian hubungan hukum antara para pihak untuk mengikatkan diri; kecakapan
pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak ketiga untuk membuat perjanjian; suatu hal tertentu
dalam memanfaatkan tanah Hak Pengelolaan yang menjadi pokok perjanjian; dan sebab yang
dibuat dengan perjanjian penggunaan tanah. halal.
Namun, Peraturan Menteri Negara Agraria/ Penyerahan bagian-bagian tanah Hak
Kepala BPN No. 9 Tahun 1999 tidak menentukan Pengelolaan oleh pemegang hak kepada pihak
bentuk perjanjian, apakah dengan menggunakan ketiga dilakukan melalui Perjanjian Penggunaan
akta notariil atau diperkenankan menggunakan Tanah yang dapat dibuat dengan akta notariil atau
akta di bawah tangan. Bahkan hal-hal apa yang akta di bawah tangan yang dibuat oleh para pihak.
perlu dimuat dalam perjanjian tersebut juga Sedangkan bentuk perjanjian tersebut tergantung
tidak diatur. Hal ini berbeda dengan peraturan pada kesepakatan para pihak. Meskipun bentuk
yang berlaku sebelumnya, yaitu Peraturan perjanjian mengedepankan kesepakatan para
Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 yang 15 Maria S.W. Sumardjono, Tanah dalam Perspektif Hak
mensyaratkan perjanjian tertulis dan antara lain Ekonomi, Sosial, dan Budaya, cetakan kedua, Penerbit
Buku Kompas, Jakarta, 2009, hal. 208.

86 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 1, Juni 2014


pihak, dalam hal ini pemegang Hak Pengelolaan membangun infrastruktur. Oleh karenanya
dengan pihak ketiga yang akan menggunakan dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal
tanah Hak Pengelolaan, namun secara umum ini sebagai pemegang Hak Pengelolaan menyediakan
dalam perjanjian tersebut memuat keterangan tanah dan pihak ketiga menyediakan dana
mengenai persetujuan pemegang Hak Pengelolaan pembangunan infrastruktur. Meskipun perjanjian
kepada pihak ketiga untuk mempergunakan BOT telah dibuat berdasarkan kesepakatan
bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan. Pihak pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak ketiga,
ketiga dapat menggunakan tanah tersebut untuk tetapi belum melahirkan hak atas tanah yang lahir
keperluan rumah tempat tinggal, pertokoan, dari Hak Pengelolaan. Perjanjian BOT hanya
hotel, atau pabrik sesuai kesepakatan yang dibuat menjadi salah satu prasyarat bagi lahirnya hak atas
oleh para pihak dalam perjanjian.16 tanah yang berasal dari tanah Hak Pengelolaan.
Dari hasil wawancara di daerah penelitian Selanjutnya masih diperlukan rekomendasi dari
diperoleh penjelasan bahwa perjanjian pemegang Hak Pengelolaan kepada pihak ketiga
penggunaan tanah Hak Pengelolaan oleh pihak untuk mengajukan permohonan pemberian hak
ketiga tidak diatur dalam perundang-undangan atas tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan
yang mengatur tentang pemanfaatan tanah di yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah yang
atas Hak Pengelolaan. Sebenarnya peraturan bersangkutan untuk diberikan surat keputusan
mengenai perjanjian penggunaan tanah Hak pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai.19
Pengelolaan terdapat dalam Peraturan Menteri Penebitan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai
Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 tetapi tidak menghapuskan hubungan hukum antara
kemudian dicabut dengan Peraturan Menteri pemegang Hak Pengelolaan dengan tanah tersebut.
Agraria/Kepala BPN No. 9 Tahun 1999.
Sebagai solusinya, khusus mengenai perjanjian IV. PENUTUP
penggunaan tanah Hak Pengelolaan, ketentuan A. Kesimpulan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
1977 tetap digunakan sebagai acuan dalam dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan tanah
praktek pembuatan perjanjian penggunaan Hak Pengelolaan oleh pihak ketiga didasarkan
tanah Hak Pengelolaan oleh pihak ketiga.17 pada ketentuan Peraturan Menteri Agraria No.
Penggunaan tanah Hak Pengelolaan oleh pihak 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi
ketiga dalam praktiknya juga dapat menggunakan Hak Menguasai Atas Tanah Negara dan
perjanjian Build, Operate, and Transfer (BOT).18 Kebijaksanaan Selanjutnya, yang menyatakan
Perjanjian BOT timbul arena pemegang Hak bahwa penguasaan atas tanah negara
Pengelolaan memiliki keterbatasan dan untuk dikonversi menjadi Hak Pengelolaan jika
tanah negara yang diberikan kepada instansi-
16

Wawacara dengan Urip Santoso, Dosen Fakultas Hukum instansi pemerintah selain digunakan untuk
Universitas Airlangga Surabaya. kepentingan instansi yang bersangkutan juga
17
Lihat hasil wawancara dan jawaban tertulis Kantor
dimaksudkan untuk dapat diberikan kepada
Pertanahan Kabupaten Banyumas.
18
Menurut Maria S.W. Sumardjono, Perjanjian BOT pihak ketiga dengan suatu hak. Sedangkan
merupakan perjanjian antara dua pihak. Pihak pertama wewenang instansi pemegang Hak Pengelolaan
menyerahkan penggunaan tanahnya untuk didirikan memiliki wewenang untuk memberikan bagian-
suatu bangunan di atasnya oleh pihak ketiga, dan pihak
bagian tanahnya kepada pihak ketiga mengacu
kedua berhak mengoperasikan atau mengelola bangunan
tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan memberikan pada definisi Hak Pengelolaan yang tersebar
fee atau tanpa fee kepada pihak pertama. Sedangkan pada beberapa peraturan, yaitu bahwa Hak
pihak kedua wajib mengembalikan tanah beserta Pengelolaan adalah Hak Menguasai Negara atas
bangunan di atasnya dalam keadaan dapat dioperasikan
tanah yang wewenang pelaksanaannya sebagian
kepada pihak pertama setelah jangka waktu operasional
berakhir. (Dalam Urip Santoso, Penggunaan Tanah Hak dilimpahkan kepada pihak ketiga.
Pengelolaan oleh Pihak Ketiga, “Jurnal Dinamika Hukum,
Vol. 13 No. 2 Mei 2013). 19
Urip Santoso, Ibid.

SULASI RONGIYATI: Pemanfaatan Hak Pengelolaan atas Tanah... 87


Konsekuensi dari pelimpahan sebagian ketiga, sehingga tidak ada keharusan untuk
wewenang pelaksanaan Hak Menguasai Negara membuat perjanjian dalam bentuk akta notarial
kepada daerah dan instansi pemerintah ini adalah atau perjanjian di bawah tangan. Kekosongan
pemerintah daerah dan instansi-instansi pemegang aturan mengenai syarat-syarat dan materi pokok
Hak Pengelolaan atas tanah memiliki wewenang yang harus dituangkan dalam perjanjian pasca
untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan dicabutnya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
hak tersebut dan menggunakan tanah tersebut 1 Tahun1977 oleh Peraturan Menteri Agraria No.
untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya, yang 9 Tahun 1999, menyebabkan pihak-pihak yang
termasuk dalam lingkup wewenang yang bersifat berwenang masih memberlakukan Peraturan
publik dan internal. Selain itu pemegang Hak Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun1977.
Pengelolaan atas tanah juga memiliki wewenang
privat yang bersifat eksternal yaitu wewenang B. Rekomendasi
untuk menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut Hak Pengelolaan bukanlah salah satu jenis hak
kepada pihak ketiga dengan Hak Guna Bangunan, atas tanah yang dikenal dalam UUPA dan diatur
Hak Pakai, atau Hak Milik serta menerima uang dalam undang-undang yang mengatur tentang
pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan. tanah, namun secara faktual telah mengalami
Dalam wewenang menyerahkan bagian tanah Hak perkembangan yang sangat pesat. Oleh karenanya
Pengelolaan kepada pihak ketiga, khususnya untuk keberadaan Hak Pengelolaan sebagai suatu
penggunaan tanah Hak Pengelolaan melalui Hak hak atas tanah perlu dipertimbangkan kembali
Guna Bangunan dan Hak Pakai mendasarkan pada urgensinya, mengingat untuk instansi pemerintah
perjanjian penggunaan tanah yang dibuat antara dan BUMN/BUMD yang memerlukan tanah
instansi pemegang hak atas tanah dengan pihak dapat diberikan HGB dan Hak Pakai. Bahkan Hak
ketiga yang akan menggunakan tanah tersebut. Pengelolaan untuk BUMN dan BUMD dirasa
Meskipun perjanjian yang dibuat tidak diperlukan lagi mengingat BUMD/BUMN
berdasarkan kesepakatan antara para pihak, memiliki kekayaan yang terpisah dari pemerintah/
namun perjanjian yang dibuat harus sesuai pemerintah daerah dan bersifat provit. Jika Hak
dengan ketentuan peraturan perundang- Pengelolaan akan tetap dipertahankan sebagai
undangan yang mengatur mengenai Hak hak atas tanah maka ketentuan tersebut harus
Pengelolaan atas tanah, dalam hal ini Peraturan diatur dalam undang-undang agar lebih memiliki
Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun1977 junto kepastian hukum dan daya berlaku yang kuat.
Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1999. Dengan demikian baik DPR maupun Pemerintah
Implementasi penggunaan tanah Hak sudah seharusnya memberi ketegasan terkait
Pengelolaan oleh pihak ketiga sebagian besar telah eksistensi Hak Pengelolaan dalam substansi RUU
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, tentang Pertanahan yang sedang dipersiapkan
paling tidak sampai dengan tahap pemberian hak pembahasannya di DPR RI.
atas tanah. Minimnya pengawasan yang dilakukan Sehubungan dengan tidak diaturnya
oleh pemerintah selaku pemberi hak atas bentuk dan syarat-syarat perjanjian penggunaan
tanah, menyebabkan pada tataran pelaksanaan tanah Hak Pengelolaan oleh pihak ketiga
terjadi penyimpangan atas perjanjian yang dalam peraturan perundang-undangan pasca
telah disepakati, khususnya mengenai larangan dicabutnya Peraturan Menteri Dalam Negeri
memindahtangankan hak atas tanah oleh pihak No. 1 Tahun 1977, maka Pemerintah perlu
ketiga kepada pihak lain, sehingga beberapa membentuk peraturan yang mengatur perjanjian
kasus penggunaan tanah Hak Pengelolaan tersebut agar tidak terjadi multi tafsir dalam
menimbulkan sengketa di masyarakat. pelaksanaan perjanjian penggunaan tanah
Peraturan perundang-undangan yang tersedia Hak Pengelolaan oleh pihak ketiga. Substansi
tidak menyebutkan secara jelas bentuk perjanjian pengaturan sedikitnya memuat keharusan
antara pemegang Hak Pengelolaan dengan pihak perjanjian dibuat secara tertulis yang antara

88 NEGARA HUKUM: Vol. 5, No. 1, Juni 2014


lain memuat identitas pihak-pihak yang Kepastian atas Eksistensi Tanah Aset Daerah,
bersangkutan, letak, batas-batas, dan luas tanah Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010.
yang dimaksud, peruntukannya, hak-hak atas Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas
tanah yang akan dimintakan untuk diberikan Tanah, Jakarta: Kencana Prenada Media
kepada pihak ketiga, serta jangka waktu dan Group, 2010.
perpanjangannya.

Jurnal
Urip Santoso, “Eksistensi Hak Pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA dalam Hukum Tanah Nasional”, Jurnal
Mimbar Hukum, Vol. 24 No.2 Juni 2012.
Urip Santoso, “Penggunaan Tanah Hak
Pengelolaan oleh Pihak Ketiga”, Jurnal
Buku Dinamika Hukum, Vol. 13 No. 2 Mei 2013.
Ali Ahmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri
Hukum Pertanahan I dan II, Jakarta: Prestasi
Internet
Pustaka, 2002.
Surat Ijo Tanah HPL di Surabaya”, http://www.
Arie Sukanti Hutagalung, Kewenangan Pemerintah pancanaka.org/index, diakses tanggal 25
di Bidang Pertanahan, Jakarta: Raja Grafindo Maret 2013.
Persada, 2009.
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Peraturan Perundang-Undangan
Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, 2003.
Indonesia, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian tentang Peraturan Dasar pokok-Pokok
Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2008. Agraria, Lembaran Negara Republik
Maria Sumardjono, Tanah dalam Perspektif Hak Indonesia No. 104 Tahun 1960, Tambahan
Ekonomi, Sosial, dan Budaya, cetakan kedua, Lembaran Negara No.2043.
Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2009 Indonesia, Undang-Undang No. 16 Tahun 1985
---------- “Kepastian Hukum dan Pemanfaatan Tanah tentang Rumah Susun, Lembaran Negara
Aset PT KAI”, makalah dalam workshop Republik Indonesia No. 108 Tahun 2011,
“Permasalahan Hukum Pertanahan atas Aset Tambahan Lembaran Negara No. 5252.
Milik PT Kereta Api Indonesia (Persero)”, Indonesia, Undang-Undang No. 21 Tahun 1997
Bandung, 13 September 2012. tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Olan Sitorus dan H.M. Zaki Sierrad, Hukum dan Bangunan, Lembaran Negara Republik
Agraria di Indonesia Konsep Dasar dan Indonesia No. 44 Tahun 1997, Tambahan
Implementasi, Yogyakarta: Mitra Kebijakan Lembaran Negara No. 3688.
Tanah Indonesia, 2006. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
2008. Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah.

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1999
pada Akhir Abad ke XX, Bandung: Alumni, tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan
1994. Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan

Supriyadi, Aspek Hukum Tanah Aset Daerah: Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
Menemukan Keadilan, Kemanfaatan, dan tentang Pendaftaran Tanah.

SULASI RONGIYATI: Pemanfaatan Hak Pengelolaan atas Tanah... 89

Anda mungkin juga menyukai