Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BUDAYA ORGANISASI

(Peranan Kultur Organisasi Dalam Mengatasi Konflik)

Disusun oleh:

Fitriani
105021706119
Manajemen SDM

MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya organisasi berkenaan dengan nilai-nilai yang dianut oleh suatu organisasi
dalam menyelenggarakan kegiatannya. Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam
melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau
akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya pada masa lalu. Dan faktor manusia
menjadi hal yang penting dalam menerapkan nilainilai tersebut dengan penuh kesadaran
dan tanggung jawab. Tangkilisan (2002:25) menyatakan bahwa “Unsur manusia
merupakan unsur penting dalam organisasi, yang berperan aktif dan dominan dalam
mencapai tujuan organisasi. Manusia adalah perencana, pelaku, sekaligus penentu
terwujudnya tujuan organisasi”.
Sebuah organisasi yang terdiri dari berbagai kelompok individu yang
bekerjasama dan berinteraksi satu sama lain, akan membentuk sebuah kebiasaan yang
lama-kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut.
Budaya organisasi merupakan pola terpadu yang dihasilkan dari perilaku individu dalam
organisasi termasuk pemikiran pemikiran, tindakan-tindakan yang dipelajari dan
diajarkan kepada generasi berikutnya.
Budaya organisasi berfungsi sebagai perekat, pemersatu, identitas, citra, brand,
yang berbeda dengan organisasi lain yang dapat dipelajari dan diwariskan kepada
generasi berikutnya, dan dapat dijadikan acuan perilaku manusia dalam organisasi yang
berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil/target yang ditetapkan.
Budaya organisasi sangat berpengaruh dalam membentuk para pegawai untuk
berperilaku dan bertindak dalam mengatasi suatu permasalahan sebuah organisasi.
Dengan dianutnya budaya organisasi yang kuat oleh para pegawai akan meningkatkan
kinerja pegawai dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan tanggungjawab yang
dibebankan kepadanya, sehingga pekerjaan apapun dapat terselesaikan sesuai yang
diharapkan.
Dalam konteks perusahaan, budaya organisasi dianggap sebagai salah satu
strategi dari perusahaan dalam meraih tujuan serta kekuasaan. Teori budaya organisasi
ini memiliki beberapa asumsi dasar yakni sebagai berikut :
1. Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang
dimiliki bersama akan suatu realitas organisasi, yang berakibat akan suatu
pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai sebuah organisasi. Inti dari asumsi
ini adalah nilai yang dimiliki organisasi. Nilai merupakan standard dan prinsip-
prinsip yang terdapat dalam sebuah budaya.
2. Penggunaan dan interpretasi simbol yang sangat penting dalam budaya organisasi.
Disaat seseorang memahami simbol tersebut, maka seseorang akan mampu bertindak
menurut budaya dari organisasinya.
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi
tindakan dalam budaya ini juga bervariasi. Dimana setiap organisasi memiliki budaya
yang berbeda-beda dan setiap individu dalam organisasi tersebut memiliki penafsiran
budaya dengan berbeda. Biasanya, perbedaan budaya dalam organisasi justru menjadi
kekuatan dari organisasi sejenis lainnya.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Sistem makna
bersama ini adalah sekumpulan karakteristik yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Karakteristik tersebut bersifat dominan atau sangat menentukan pada budaya yang dianut
organisasi tersebut. Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan maka nilai budaya
organisasi akan berkurang karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa
yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak semestinya. Aspek makna
bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai alat potensial untuk menuntun
dan membentuk perilaku anggota dalam organisasi.
B. Permasalahan
Bangsa Indonesia sangat terkenal bukan saja karena negeri ini kaya akan sumber
daya, tetapi terlebih lagi karena masyarakatnya yang ramah. Ini merupakan suatu budaya
yang unik, karakter bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lainnya. Bahwa masyarakat
Indonesia ramah menjadi brand/image atau citra yang sudah mendunia. Dan kita sepakat
dengan brand tersebut. Ini merupakan budaya yang harus kita pupuk, pertahankan karena
dengan perubahan jaman, teknologi informasi yang cepat, nilai budaya tersebut bisa
berkurang sedikit demi sedikit dan akan muncul budaya lain yang mungkin bukan
merupakan ciri/watak dari masyarakat Indonesia.
Budaya selayaknya memiliki nilai yang positif, karena begitu seharusnya. Tetapi
kenyataan dalam organisasi banyak masyarakat yang memandang negatif terhadap
budaya yang dianut oleh suatu organisasi. Seperti contoh budaya organisasi dalam hal
kerapian administrasi, baik itu surat-menyurat, keuangan, kearasipan, barang
masuk/keluar, ditenggarai masih banyak organisasi yang buruk dalam hal tertib
administrasi. Ketidakjelasan dalam pembagian wewenang, sehingga ada beberapa
organisasi dimana pekerjaan hanya bertumpu pada salah seorang pegawai. Kedisiplinan
hal yang paling banyak dijumpai di organisasi yang berada di daerah, yang jauh dari
jangkauan pengawasan, ternyata disiplin sebagian pegawai masih sangat lemah. Jargon
bahwa disiplin merupakan karakter dari orang-orang sukses yang dapat menghargai
waktu sudah tidak diperhatikan. Banyak diantara pegawai dalam organisasi yang miskin
ide-ide kreatif, yang hanya menjalankan pekerjaan sebatas tugas dan tanggung jawab
pada pimpinan. Mengerjakankan apa yang biasa dikerjakan, dengan budaya Asal Bapak
Senang hanya untuk mendapatkan nilai dari pimpinan. Dan masih banyak lagi masalah
dalam budaya organisasi yang cukup menarik untuk kita ketahui.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Budaya Organisasi
Sebuah organisasi yang terdiri dari berbagai kelompok individu yang
bekerjasama dan berinteraksi satu sama lain, akan membentuk sebuah kebiasaan yang
lama-kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut.
Budaya organisasi merupakan pola terpadu yang dihasilkan dari perilaku individu dalam
organisasi termasuk pemikiranpemikiran, tindakan-tindakan yang dipelajari dan
diajarkan kepada generasi berikutnya.
A. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan terjemahan dari organization culture yang
didefinisikan dalam berbagai pengertian. Pengertian beberapa definisi budaya
organisasi dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Robbin (1996 : 289) “Budaya organisasi mengacu ke sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari
organisasi-organisasi lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati dengan seksama,
merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi itu.
Menurut Robin, karakteristik primer dalam budaya organisasi pada hakikatnya
adalah:
1. Inovasi dan pengambilan risiko Sejauh mana para karyawan didorong agar
inovatif dan mengambil risiko.
2. Perhatian terhadap detail Sejauh mana para karyawan diharapkan
memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis, dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi hasil Sejauh mana manajemen memuaskan perhatian pada hasil
bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
4. Orientasi orang Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan dampak
hasil-hasil pada orangorang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan berdasarkan tim,
bukannya berdasarkan individu.
6. Keagresifan Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya
santai-santai.
7. Kemantapan Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo bukannya pertumbuhan.
Setiap karakteristik tersebut berada pada kontinum dari rendah ke tinggi.
Maka dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan
diperoleh gambaran gabungan atas budaya organisasi itu. Gambaran itu menjadi
dasar bagi perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai
organisasi itu, cara penyelesaian urusan didalamnya, dan cara para anggota
diharapkan berperilaku.
Luthans (2006 : 109) menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang
menentukan kekuatan budaya organisasi adalah :
1. Kebersamaan yaitu sejauh mana anggota organisasi mempunyai nilai-nilai inti
yang dianut secara bersama. Derajat kesamaan dipengaruhi oleh unsur orientasi
dan imbalan. Orientasi dimaksudkan pembinaan kepada anggota-anggota baru
khususnya melaui program-program pelatihan, sedangkan imbalan dapat berupa
kenaikan gaji, jabatan (promosi), hadiah-hadiah dan tindakan-tindakan lainnya
yang memperkuat nilai-nilai budaya organisasi.
2. Intensitas merupakan suatu hasil dari struktur imbalan keinginan pegawai untuk
melaksanakan nilainilai budaya dan bekerja semakin meningkat apabila mereka
diberi imbalan, oleh karena itu pimpinan organisasi perlu memperhatikan dan
mentaati struktur imbalan yang diberikan kepada anggota-anggota organisasi
guna menanamkan nilai-nilai inti budaya organisasi.
Sumber utama dari budaya sebuah organisasi adalah para pendirinya,
karena mereka yang mempunyai visi dan misi bagaimana bentuk organisasi
tersebut seharusnya, mereka tidak dikendalai oleh kebiasaan atau ideologi
sebelumnya. Proses penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara, seperti
dikemukakan Luthans (2006: 76), yaitu :
1. Para pendirinya hanya mempekerjakan dan mempertahankan karyawan
yang berpikir dan merasakan cara yang mereka tempuh.
2. Mereka mengindoktrinasikan dan mensosialisasikan para karyawan ini
dengan cara berpikir dan cara berperasaan mereka.
3. Perilaku para pendiri itu sendiri bertindak sebagai model peran yang
mendorong karyawan mengidentifikasikan diri dengan mereka dan oleh
karenanya menginternalisasikan keyakinan, nilai, dan asumsi-asumsi
mereka.
B. Fungsi Budaya
Di atas telah disinggung dampak budaya organisasi pada perilaku. Jika
dikaitkan dengan budaya organisasi yang kuat hendaknya tingkat keluar karyawan
rendah. Hal ini sejalan dengan fungsi dari budaya organisasi yang dikemukakan oleh
Robbins (1996:294) sebagai berikut :
1. Budaya mempunyai suatu peran dalam menetapkan tapal batas ; artinya ;
budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas dari
pada kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya merupakan perekat
sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan
standarstandar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh
para karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
Fungsi yang terakhir tersebut menurut Robbins yang paling menarik
perhatian dimana dijelaskan bahwa budaya menetapkan aturan permainan : Menurut
definisi budaya itu sangat sulit untuk dipahami, karena tidak berwujud, bersifat
implisit dan dianggap sudah seharusnya. Tetapi setiap organisasi mengembangkan
seperangkat inti pengandaian, pemahaman dan aturan implisit yang mengatur
perilaku seharihari di tempat bekerja.
Fungsi budaya pada umumnya sukar dibedakan dengan fungsi budaya
kelompok atau budaya organisasi, karena budaya merupakan gejala sosial. Menurut
Ndraha (1997:45) ada beberapa fungsi budaya, yaitu :
1. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat. Identitas ini terbentuk oleh
berbagai faktor seperti sejarah, kondissi geografis, sistem sosial, politik,
ekonomi, dan perubahan nilai dalam masyarakat.
2. Sebagai pengikat suatu masyarakat. Kebersamaan adalah pengikat yang kuat
seluruh anggota masyarakat.
3. Sebagai sumber. Budaya merupakan sumber inspirasi, kebanggaan, dan sumber
daya, diantaranya menjadi komoditi wisata budaya.
4. Sebagai kekuatan penggerak. Karena budaya terbentuk melalui proses belajar
yang bersifat dinamis.
5. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah.
6. Sebagai pola perilaku. Budaya berisi norma tingkah lau dan menggariskan
batas- batas toleransi sosial.
7. Sebagai warisan. Budaya disosialisasikan dan di ajarkan kepada generasi
berikutnya.
8. Sebagai pengganti formalisasi, sehingga tanpa diperintah orang melakukan
tugasnya.
9. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
10. Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga
terbentuk nation – state
C. Menciptakan dan Mempertahankan Budaya
Budaya organisasi tidak muncul begitu saja. Sekali ditegakkan, jarang
budaya itu akan berangsur padam. Kebiasaan, tradisi dan cara umum melakukan
segala sesuatu sebagian besar disebabkan oleh apa yang dilakukan sebelumnya dan
tingkat keberhasilan yang telah diperoleh denganusaha keras tersebut. Ini yang
membimbing ke sumber paling akhir dari budaya organisasi yaitu : pendirinya. Para
pendiri ini secara tradisional mempunyai dampak utama pada budaya dini organisasi
tersebut. Mereka mempunyai visi mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu.
Mereka tidak dikendalai oleh kebiasaan atau ideologi sebelumnya.
Sekali suatu budaya itu terbentuk, praktek-praktek dalam organisasi
bertindak untuk mempertahankannya dengan memberikan kepada para anggotanya
seperangkat pengalaman yang serupa. Menurut Robbins (1996 : 297) mengatakan
ada 3 (tiga) kekuatan yang memainkan peranan dalam mempertahankan suatu
buadaya organisasi, yaitu
1. Proses seleksi untuk mengidentifikasi dan mempekerjakan individu-individu
yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan sukses di dalam organisasi.
2. Tindakan manajemen puncak melalui apa yang mereka katakan dan bagaimana
mereka berperilaku, manajemen puncak menegakkan norma-norma yang akan
merembes ke bawah sepanjang organisasi.
3. Sosialisasi yaitu proses yang mengadaptasikan anggota organisasi pada budaya
organisasi itu. Karena mereka tidak kenal dengan budaya organisasi, karyawan
baru agakpotensial mengganggu keyakinan dan kebiasaan yang ada. Inilah saat
organisasi berupaya membenyuk orang luar menjadi seorang karyawan/pegawai
dalam kedudukan yang baik.
Pentingnya membangun budaya organisasi terutama berkenaan dengan
upaya pencapaian tujuan organisasi. Budaya organisasi terdiri dari karakteristik yang
relatif
stabil. Budaya itu dikembangkan dari tahun ke tahun dan berakar pada nilai yang
kuat diyakini pegawai sehingga mendapatkan komitmen yang tinggi. Selanjutnya,
ada sejumlah kekuatan terus bekerja mempertahankan budaya tersebut.
Terdapat kebijakan yang membentuk kepercayaan organisasi mengenai
bagaimana karyawan dan atau pelanggan diperlakukan. Terdapat pula pedoman ketat
berkaitan dengan pencapaian tujuan. Pendatang baru harus mempelajari teknik dan
prosedur yang ada agar diterima sebagai anggota kelompok yang berkembang. Hal
ini merupakan keseluruhan “perasaan” yang disampaikan dengan pengaturan yang
bersifat fisik, cara peserta berinteraksi, dan cara anggota organisasi berhubungan
dengan pelanggan dan individu dari luar.
Budaya organisasi sangat mempengaruhi kinerja dimana dalam suatu
organisasi para karyawan membentuk persepsi subjektif keseluruhan mengenai
organisasi berdasarkan pada faktor-faktor seperti toleransi atas resiko, tekanan pada
tim, dan dukungan. Sebenarnya persepsi keseluruhan ini menjadi budaya atau
kepribadian organisasi itu. Persepsi yang mendukung atau tidak mendukung ini
kemudian mempengaruhi kinerja dan kepuasan para anggotanya, dengan dampak
yang lebih besar pada penguatan budaya.
2. Konflik
A. Pengertian Konflik
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan
manusia, walaupun kehidupan masyarakat kelihatan sangat damai dan rukun belum
tentu masyarakat itu tidak mempunyai konflik. Konflik sering terjadi karena terdapat
beraneka ragam karakter, sifat, perilaku yang dimiliki individu yang berbeda satu
sama lain.
Konflik terjadi apabila dalam hubungan antara dua orang atau kelompok,
perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau
keduanya saling terganggu. Perbuatan dapat mengganggu karena tidak didukung,
tidak memudahkan kegiatan yang sedang berlangsungf atau dapat merugikan
sehingga dengan adanya suatu konflik yang terjadi merusak suatu tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Keberadaan konflik tidak dapat dihindarkan, dengan kata lain bahwa konflik
selalu selalu muncul dan terjadi pada setiap organisasi. Menurut Luthans,F dikutip
oleh Wahyudi (2011:17) mengartikan “konflik merupakan ketidaksesuian nilai atau
tujuan antara anggota organisasi, sebagaimana dikemukakan berikut;perilaku konflik
dimaksud adalah perbedaan kepentingan perilaku kerja,perbedaan sifat individu, dan
perbedaan tanggung jawab dalam aktivitas organisasi”. Konflik organisasi adalah
ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota atau kelompok organisasi yang timbul
karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi kegiatan-kegiatan kerja
karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status,tujuan,nilai atau
persepsi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konflik adalah pertentangan
dalam hubungan kemanusiaan antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam
mencapai suatu tujuan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan, emosi dan
nilai.
Menurut Clinton F.Fink sebagaimana dikutip oleh Kartini Kartono (2003:213)
mendefinisikan sebagai berikut: “Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang
antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan;interest-
interest ekslusif
dan tidak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-
struktur nilai yang berbeda”
Jadi pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan definisi konflik yaitui
suatu perbedaan pendapat antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan
perilaku pada emosi yang tidak sama yang kemudian akan mengarah pada
permusuhan yang menyebabkan ketidakpercayaan dan kerjasama tidak dapat terjalin
diantara kedua belah pihak di organisasi tempat kerja. Maka peran pimpinan adalah
memperhatikan dan juga meredam bahkan menyelesaikan konflik yang sedang terjadi
diorganisasi supaya pihak-pihak yang telah berkonflik dapat saling mempercayai satu
sama lain, sehingga didalam organisasi dapat tercipta suasana kerjasama dan rasa
kekeluargaan. Dengan demikian seorang pemimpin sangat diperlukan dimanapun ia
berada guna memimpin negaranya maupun didalam organisasi yang dikelolanya
yang sedang mengalami suatu konflik.
B. Faktor Penyebab Konflik
Suatu konflik tidak selalu merugikan, didalam organisasi konflik diperlukan
dan diciptakan bahkan diakui eksistensinya. Sehubungan dengan ini perlu pula
dikatakan bahwa konflik bukan merupakan tanda kelemahan organisasi atau bukti
kegagalan pimpinannya. “konflik seperti halnya rasa sakit, merupakan pertanda
bahwa suatu organisasi sedang berada dalam atau sedang berdiri di ambang
kesulitan. Suatu organisasi atau sistem sosial yang berusaha menekan adanya konflik,
melarang pengungkapan perbedaan pendapat, kehilangan umpan balik untuk
memperbaiki diri dan menciptakan stabilitas”. (Adam, 2009:170)
Walaupun demikian pemimpin perlu memahami beberapa sebab yang dapat
memahami suatu konflik, terutama untuk mendapatkan manfaat dalam menanganinya
serta mampu menciptakan perilaku organisasi yang berguna bagi peningkatan
efektivitas organisasi.
Organisasi sebagai kumpulan individu tidak terlepas dari persoalan konflik
dalam mencapai tujuan, karena itu agar konflik dapat berdampak positif bagi
kelangsungan organisasi harus dikelola secara baik dengan mengetahui faktor-faktor
yang menjadi penyebabnya.
Ada beberapa sumber konflik dalam sebuah organisasi :
1. Faktor Komunikasi (communication factors) : disebabkan oleh kesalahan
komunikasi atau komunikasi yang kurang baik antar bawahan,antar pimpinan
ataupun antar bawahan dan pimpinan.
2. Faktor Struktur tugas maupun struktur organisasi (job structure or organization
structure) : disebabkan oleh kurang baiknya susunan struktur organisasi yang
dibuat
3. Faktor yang bersifat personal (personal factors) : disebabkan oleh faktor individu
yang memang sudah saling memilki konflik satu sama lainnya
4. Faktor lingkungan (environmental factors) : faktor lingkungan yang kurang
mendukung organisasi tersebut
C. Pengaruh Terjadinya Konflik
1. Pengaruh Negatif :
a. Menghambat kerjasama : secara langsung maupun tidak langsung, konflik
akan berdampak buruk terhadap kerjasama yang akan direncanakan
b. Saling menjatuhkan : ini merupakan akibat yang paling nyata dari konflik
yang terjadi didalam suatu organisasi, akan selalu muncul tidakan atau upaya
saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing
rendah dan penuh dengan masalah.
c. Merusak sistem organisasi : organisasi merupakan sistem sosial yang saling
berhubungan, saling membantu, dan saling tergantung satu sama lain dalam
mencapai tujuan organisasi. Konflik merusak suatu sistem dan dapat
menimbulkan ketidakpastian pencapaian tujuan organisasi.
d. Menurunkan mutu pengambilan keputusan : Konflik yang desktruktif atau
konflik tidak sehat akan menghilangkan kebuntuan diskusi, fitnah, agresi,
dan sabotase, serta menghilangkan sikap percaya. Situasi seperti ini tidak
mungkin mengembangkan sumber dalam pengambilan keputusan.
e. Kehilangan waktu kerja : Jika konflik berkembang menjadi konflik
dekstruktif, atau konflik yang tidak sehat. Hal ini mengurangi waktu untuk
berproduksi dan menurunkan produktivitas organisasi, karena waktu
digunakan untuk menyelesaikan konflik dan menyebabkan kerugian terhadap
produktivitas perusahaan.
2. Pengaruh Positif :
a. Mendorong untuk kembali mengoreksi diri: dengan adanya konflik yang
terjadi mungkin akan membuat kesempatan bagi salah satu atau kedua belah
pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir ulang kenapa konflik bisa
terjadi diantara mereka.
b. Meningkatkan Prestasi kerja : dengan adanya konflik bisa membuat orang
yang terimajinasikan oleh konflik merasa mempunyai kekuatan sendiri untuk
membuktikanbahwa ia mampu dan sukses dantidak pantas untuk “dihina”
c. Mengembangkan hubungan kerja yang baik : dengan adanya konflik yang
terjadi membuat orang berpikir untuk mulai mencari alternatif yang lebih
baik misalnya bekerjasama dengan orang lain.
d. Menciptakan Perubahan : Konflik berpengaruh besar terhadap kehidupan
manusia karena suatu konflik yang terjadi dapat mengubah dan
mengembangkan kehidupan manusia. Seperti contoh di Indonesia konflik
menciptakan perubahan kehidupan politik
e. Mampu memahami orang lebih baik : Konflik membuat orang memahami
adanya orang lain yang berbeda pendapat, berbeda pola pikir dan berbeda
karakter. Perbedaan tersebut perlu dimanajemeni dengan hati-hati agar
menghasilkan solusi yang menguntungkan dirinya atau kedua belah pihak.
f. Meningkatkan kreativitas dan cara berpikir yang kritis : Konflik akan
menstimuli orang untuk berpikir kritis terhadap posisi lawan konfliknya dan
posisi dirinya sendiri. Orang harus memahami mengapa lawan konfliknya
mempunyai pendapat yang berbeda dan mempertahankan pendapatnya.
Meningkatnya kreativitas digunakan dalam menyusun strategi dan traktik
untuk menghadapi konflik tersebut.
g. Manajemen konflik dalam menciptakan solusi terbaik : Jika suatu konflik
yang terjadi dimanajemeni dengan baik dapat menghasilkan solusi yang
memuaskan kedua belah pihak yang terlibat. Solusi yang memuaskan akan
menghilangkan
perbedaan mengenai objek konflik. Hilangnya perbedaan membawa
keduanya kembali dalam interaksi sosial yang harmonis.
h. Konflik menciptakan revitalisasi norma : norma yang berlaku dan mengatur
kehidupan masyarakat berkembang lebih lambat daripada perkembangan
anggota masyarakat. Perubahan norma sering dimulai dengan terjadinya
perbedaan pendapat mengenai norma yang berlaku antara pihak yang ingin
mempertahankannya dan mengubahnya. Perbedaan tersebut berkembang
menjadi suatu konflik dekstruktif, apabila konflik tersebut dimanajemeni
dengan baik, maka norma baru yang merupakan revitalisasi norma yang akan
berkembang.
3. Pentingnya Organisasi
Organisasi didefinisikan sebagai suatu pengaturan orang-orang yang sengaja
untuk mencapai tujuan tertentu, karena setiap organisasi harus mempunyai tujuan.
Tujuan dicerminkan oleh sasaran-sasaran yang dilakukan baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Tujuan organisasi yaitu keuntungan (profitability),pertumbuhan
(growth), bertahan hidup (survive). ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi
kemajuan organisasi. Menurut Oliver Shelcdon yang dikutip oleh Sutarto (2006:22)
mengemukakan
:
“Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan para individu atau kelompok harus
melakukan dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas
sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis,
positif, dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia.
Menurut Darwis Suyantoro, penting adanya organisasi adalah :
1. Organisasi sebagai pencapaian tujuan, pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan
adanya organisasi yang baik
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat, jika organisasi bergerak dibidang
kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup
sehat.organisasi kepramukaan akan menciptakan generasi muda yang tangguh dan
ksatria.
3. Organisasi menawarkan karir, karir berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan. Jika kita menginginkan karir untuk kemajuan hidup, berorganisasi
dapat menjadi solusi.
4. Organisasi cagar ilmu pengetahuan, organisasi selalu berkembang seiring dengan
munculnya fenomena-fenomena munculnya organisasi tertentu. Peran penelitian dan
pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir
sejarah ilmu pengetahuan.
Menurut William G. Scott yang dikutip oleh Sutarto (2006:32) mendefinisikan organisasi
adalah “suatu sistem mengenai aktivitasaktivitas yang dikoordinasikan dari sekelompok
orang yang bekerjasama kearah suatu tujuan bersama dibawah wewenang dan
kepemimpinan”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Budaya organisasi adalah nilainilai, norma-norma tidak tertulis yang dianut oleh
suatu organisasi dengan keunikan-keunikan, karakteristik tersendiri yang
membedakan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi
mengacu ke sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Sistem makna bersama
ini, bila diamati dengan seksama, merupakan seperangkat karakteristik utama yang
dihargai dan dipertahankan oleh organisasi itu. Budaya disuatu organisasi ditandai
dengan adanya keberaturan cara bertindak dari seluruh anggota organisasi yang dapat
diamati, adanya norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota serta
adanya ketentuan dan aturan main tertentu yang mengikat seluruh anggota organisasi.
Budaya organisasi ditandai dengan adanya iklim organisasi, yaitu terjadi interaksi
yang saling mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan ini akan dipersepsikan dan dirasakan
oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di
sebuah organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan
sebelumnya. Hal ini mengarah pada sumber tertinggi budaya sebuah organisasi yaitu
para pendirinya.
2. Konflik dapat diartikan dengan perbedaan,pertentangan dan perselisihan. Konflik
merupakan masalah yang serius dalam setiap organisasi yang dapat merugikan
kinerja suatu organisasi maupun mendorong kerugian bagi banyak karyawan yang
baik. Konflik dapat bersifat menguntungkan atau konstruktif bagi organisasi, namun
ada konflik yang bersifat destruktif yang dapat mengganggu laju perkembangan
organisasi akan menurun, dan mengakibatkan kemunduran dalam organisasi.
B. Saran
1. Sebaiknya orang-orang yang ada di dalam organisasi supaya mempunyai rasa
introspeksi diri dan mengevaluasi diri sendiri ketika konflik terjadi di organisasi
sehingga adanya sikap tersebut konflik tidak akan terjadi berlarut-larut.
2. Menerapkan budaya organisasi yang sudah disepaki bersama antara pemimpin dan
bawahan

Anda mungkin juga menyukai