Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN MASYARAKAT PESISIR

SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PESISIR

Dosen Pengampu : Miskah Aprianti,M.Psi.

OLEH :

Rani Dwi Putri (0801183308)

IKM G (7) Semester V

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga kami bisa menyusun atau menyelesaikan tugas pada
mata kuliah Sosial Budaya Masyarakat Pesisir. Penulisan ini disajikan secara ringkas dan
sederhana sesuai dengan kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas membuat jurnal dalam mata kuliah : Sosial Budaya Masyarakat Pesisir
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas ini. Dan dalam
kesepakatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada, pihak-pihak yang telah membantu dan
secara khusus saya berterimakasih kepada Ibu : Miskah Aprianti,M.Psi. selaku dosen mata
kuliah Sosial Budaya Masyarakat Pesisir karena telah memberikan bimbingan untuk
menyelesaikan tugas ini hingga selesai.

Sei Rampah, 27 Januari 2021

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

ABSTRAK.................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................2

A. Latar Belakang.............................................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

A. Kehidupan Masyarakat Pesisir...................................................................4


B. Landasan Teori.............................................................................................5
C. Kerangka Konsep.........................................................................................6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................7

A. Lokasi Penelitian...........................................................................................7
B. Waktu Penelitian..........................................................................................7
C. Metode Penelitian.........................................................................................7
D. Populasi dan Sampel....................................................................................7
E. Defenisi Operasional.....................................................................................7
F. Teknik Analisis Data....................................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................8

A. Pendidikan Masyarakat Pesisir...................................................................8


B. Tingkat Sosial Ekonomi.............................................................................10
C. Tingkat Kesadaran Masyarakat...............................................................11

BAB V PENUTUP..................................................................................................12

A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

LAMPIRAN............................................................................................................14

ii
ABSTRAK

Terdapat berbagai masalah dan fenomena anak yang terjadi di Indonesia saat ini,
diantaranya adalah masalah anak yang terjadi di wilayah pesisir. Kondisi pendidikan anak-
anak di kawasan pesisir sejumlah pulau di Indonesia yang sangat memperhatinkan. Beberapa
permasalahan sehingga kesempatan anak pesisir tertinggal dalam menuntut ilmu, antara lain
soal sarana dasar pendidikan yang minim, dan keterbatasan wawasan tentang pentingnya
pendidikan di kalangan orang tua.
Selain itu, permasalahan mendasar lainnya ketika anak-anak pesisir ikut dilibatkan
orang tua mencari nafkah untuk menopang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka
akhirnya mengabaikan pendidikan. Nelayan merupakan suatu fenomena sosial yang sampai saat
ini pembahasan yang cukup menarik, mulai dari pemukiman yang kumuh sampai ke tingkat
pendapatan dan pendidikan yang rendah.
Penghasilan yang mereka dapatkan digunakan untuk kehidupan sehari-hari dan biaya
anak sekolah. Penduduk di wilayah pesisir pantai memiliki tingkat ekonomi yang relatif rendah.
Penelitian ini di ambil di Desa Sialang Buah, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang
Bedagai dan di laksanakan pada Minggu, 24 Januari 2021, Penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatakan kualitatif yang bertujuan untuk mengenal dan memahami suatu
fenomena, sehingga dapat mendeskripsikan dan menggambarkan realita yaitu pendidikan
masyarakat pesisir. Metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan
studi literatur dari jurnal serta sumber informasi tertulis lainnya.

Kata Kunci : Sialang Buah, Pesisir, Pendidikan

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terdapat berbagai masalah dan fenomena anak yang terjadi di Indonesia saat ini,
diantaranya adalah masalah anak yang terjadi di wilayah pesisir. Kondisi pendidikan anak-anak
di kawasan pesisir sejumlah pulau di Indonesia yang sangat memperhatinkan. Beberapa
permasalahan sehingga kesempatan anak pesisir tertinggal dalam menuntut ilmu, antara lain soal
sarana dasar pendidikan yang minim, dan keterbatasan wawasan tentang pentingnya pendidikan
di kalangan orang tua.
Selain itu, permasalahan mendasar lainnya ketika anak-anak pesisir ikut dilibatkan orang
tua mencari nafkah untuk menopang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka akhirnya
mengabaikan pendidikan. Nelayan merupakan suatu fenomena sosial yang sampai saat ini
pembahasan yang cukup menarik, mulai dari pemukiman yang kumuh sampai ke tingkat
pendapatan dan pendidikan yang rendah.
Anak-anak di wilayah pesisir tersebut ada yang sebagian hanya bermain dan tidak jarang
pula anak-anak yang berada di daerah pesisir ini ikut bekerja guna untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Anak-anak yang berada di daerah pesisir ini dapat dipastikan tidak bersekolah
padahal dari segi usia, mereka masih duduk dibangku sekolah dan bukan disibukkan dengan
melakukan semua kegiatan yang belum pantas mereka lakukan.
Kebanyakan di daerah pesisir ini yang orangtuanya bermata pencaharian sebagai nelayan
pendidikan mereka masih rendah, bahkan masih ada para nelayan yang buta huruf atau tidak tahu
membaca. Dengan kondisi seperti ini, banyak orang tua masih kurang memotivasi anak-anaknya
untuk mengecap bahwa pendidikan itu penting, karena prinsip yang melekat dari masyarakat pesisir
adalah sekolah bukan sesuatu hal yang menjanjikan untuk memperbaiki hidup. Bahkan kebanyakan
anak perempuan yang dilarang keras untuk sekolah tinggi-tinggi, mereka juga mempunyai prinsip
bahwa perempuan itu kodratnya setelah dewasa ialah dapur, sumur, kasur dan banyak juga yang
berjualan hasil yang didapatkan anggota keluarganya dari laut, seperti berjualan ikan,kerang dan
lainnya. Jika dikaji lebih dalam lagi bahwa dengan pendidikan, maka nasib sekeluarga akan bisa di
perbaiki dan dengan pendidikan anak perempuan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Namun, berbeda dengan yang ditemukan oleh penulis pada masyarakat pesisir di daerah Sialang
Buah (Serdang Bedagai). Di desa ini banyak anak-anak yang putus sekolah dan lebih memilih untuk
ikut orang tuanya bekerja sebagai nelayan.
Lingkungan masyarakat yang sudah mengenalkan cara mendapatkan uang sehingga merubah
perilaku anak-anak yang seharusnya mengemban dunia pendidikan. Hampir 70% anak yang
menyelesaikan sekolah lanjutan tingkat pertama dan tidak melanjutkan sekolahnya lagi.
Peran keluarga dalam melihat pendidikan sebagai hal penting bagi masa depan anak pesisir.
Di Desa Sialang Buah sebagian besar orangtua menggangap pendidikan itu kurang penting.
Seharusnya orang tua dan pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan.
Jika dilihat dari pendapatan orang tuanya yang bermata pencaharian sebagai nelayan, pada
umumnya pendapatan mereka peroleh relatif akan cukup menyekolahkan anaknya ke jenjang yang
lebih tinggi. Namun, ternyata pendidikan di daerah pesisir khususnya nelayan hanya beberapa saja
yang sekolah jenjang yang lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan masyarakat pesisir ?
2. Apasaja kegiatan masyarakat pesisir ?
3. Bagaimana pendidikan anak-anak pesisir ?

2
4. Apasaja kegiatan dilakukan anak-anak pesisir ?
5. Faktor apasaja yang mempengaruhi pendidikan masyarakat pesisir yang rendah ?

C. Tujuan
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pendidikan masyarakat pesisir di daerah Sialang Buah, Kecamatan
Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan masyarakat pesisir
2. Untuk mengetahui apasaja kegiatan anak-anak di daerah pesisir
3. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan anak-anak di daerah pesisir
4. Untuk mengetahui kegiatan apasaja yang dilakukan anak-anak di daerah pesisir.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pendidikan masyarakat didaerah
pesisir.

D. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan mini research ini penulis lebih menyadari bahwa banyak anak-
anak didaerah pesisir khususnya Sialang Buah Kec. Teluk Mengkudu yang tidak
mendapatkan pendidikan yang layak, karena ingin membantu orang tua untuk mencari
uang.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehidupan Masyarakat Pesisir


Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah pesisir.
Wilayah pesisir adalah wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara
wilayah daratan dan lautan (Dahuri,2001). Kawasan pesisir sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian dengan menangkap ikan atau biasa disebut nelayan dengan arti bagi
masyarakat pesisir yang terpenting mempunyai peran besar dalam mendorong kegiatan
ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir yang mayoritasnya bekerja sebagai nelayan sebagian hasil
tangkapannya dikonsumsi untuk kepentingan rumah atau dijual seluruhnya dan kemudian
istri dari nelayan tersebut biasanya mempunyai peran dalam urusan jual-beli ikan dan
bertanggung jawab mengurus kepentingan rumah tangga. Nelayan pergi melaut setiap
hari, kecuali pada musim barat, musim terang bulan atupun malam jum’at.
Keberangkatan dan kepulangan nelayan dari melaut umumnya ditentukan oleh jenis dan
kualitas alat tangkap biasanya nelayan berangkat ke laut pada sore hari setelah ashar
dankembali mendarat pada pagi hari.
Tingkat produktivitas perikanan tidak hanya menentukan fluktasi kegiatan
ekonomi perdagangan desa-desa pesisir tetapi juga dapat mempengaruhi pola konsumsi
penduduknya. Saat tingkat penghasilannya besar gaya hidup nelayan lebih boros dan
sebaliknya, apabila tingkat penghasilannya kecil maka hidup nelayan lebih hemat dan
mengencangkan ikat pinggang, bahkan ada juga yang sampai menjual barang-barang
yang mereka miliki.
Penyesuaian terhadap tanda-tanda alam yang dapat dilihat dan dirasakan serta
pengalaman-pengalaman yang dimiliki nelayan, memberikan ruang aktivitas sehingga
mereka tetap bertahan, kemudian dibagi menjadi 5 (lima) macam status nelayan, yaitu :
a. Nelayan Kaya A, yaitu nelayan yang mempunyai kapal sehingga dapat
memperkerjakan nelayan lain sebagai buruh nelayan tanpa harus ikut bekerja,
dan biasanya nelayan ini disebut juragan.
b. Nelayan Kaya B, yaitu nelayan yang memiliki kapal tetapi masih ikut bekerja
sebagai awak kapal.
c. Nelayan Sedang, yaitu nelayan yang kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi
dengan pendapatannya dari bekerja sebagai nelayan, dan memiliki perahu
tanpa memperkerjakan orang lain selain keluarganya.
d. Nelayan Miskin atau biasa disebut anak buah kapal, yaitu nelayan yang
pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga harus
ditambah dengan kerja serabutan, baik dia sendiri maupun istri dan anak-
anaknya.
e. Tukang Kiteng, yaitu bekas nelayan yang pekerjaannya memperbaiki jaring
yang sudah rusak.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya produktivitas adalah rendahnya kualitas
sumber daya manusia,dapat dilihat dari rendahnya tingkat pendidikan formal pada
masyarakat pesisir yang kebanyakan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) dan
bahkan ada yang tidak bersekolah.

4
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke geranasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, ataupun penelitian. Lain halnya dengan pendidikan di masyarakat
pesisir, tingkat pendidikan masyarakat pesisir cenderung sangat rendah, Tingkat
pendidikan masyarakat pesisir yang rendah biasanya disebabkan oleh pendapatan mereka
yang sangat kurang untuk mencukupi biaya kehidupan sehari-hari atau dapat dikatakan
miskin. Dengan kondisi kemiskinan yang dimiliki nelayan menyebabkan anak-anaknya
tidak mendapatkan pendidikan formal yang layak. Pendidikan juga sangat penting bagi
masyarakat nelayan khususnya pada anak-anak nelayan tersebut, sehingga mereka tidak
terus berujung pada kemiskinan. Kondisi nelayan juga mempengaruhi persepktif mereka
dengan pendidikan, kehidupan mereka yang kurang memadai juga dapat mengurangi
semangat mereka untuk melanjutkan pendidikan.

B. Landasan Teori
Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, dan juga
mempunyai sifat yang sangat penting untuk kehidup manusia. Karena itulah kita dituntut
untuk terus menuntut ilmu. Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1978
dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah, masyarakat. Maka dari itu, pendidikan pendidikan
merupakan tanggung jawab yang dipikul bersama anatara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh filosofi
dan pendidik dari Amerika yang sangat terkenal, yaitu : John Dewey. Dan kemudian
dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to Life Long
Education. Menurut John Dewey, pendidikan iyu menyatu dengan kehidupan. Maka
pendidikan terus berlangsung seumur hidup sehingga pendidikan itu terus berlangsung
sepanjang hidup dan tidak pernah berakhir.
Menurut para ahli modern, pendidikan adalah mengadakan pengaruh dengan
bermacam-macam pengaruh yang di pilih dengan sengaja untuk menolong anak-anak
supaya dapat meningkatkan kemajuan jasmani, akhlaknya, sehingga sampai dengan
tingkat kesempurnaan, agar anak-anak tersebut dapat berguna untuk orang lain.
Konsep pendidikan yang tidak ada batasnya ini juga telah lama diajarkan oleh
agama Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW. yang
berbunya : “tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahad.”
Bagi umat Islam, agama merupakan dasar utama dalam mendidik anak-anaknya
melalui sarana-sarana pendidikan. Karena dengan menanamkan nilai-nilai agama akan
membantu terbentuknya sikap dan kepribadian seorang anak hingga dewasa. Dalam
agama Islam menuntuk ilmu juga merupakan suatu hal yang wajib hukumnya untuk
dilaksanakan.
Menurut Ki Hajar Dewantara konsep pendidikan manusia seluruhnya dan seumur
hidup ini merupakan merupakan orientasi baru yang mendasar dengan kebijakan tanpa
batas, baik itu batas umur maupun batas waktu belajar, maka kita dapat mendorong
pribadi kita untuk bertanggung jawab atas pendidikan diri sendiri.
Masyarakat nelayan umumnya masyarakat yang memiliki keinginan kerja yang
tinggi dan mempunyai sifat kekerabatan yang erat pada sesamanya. Masih banyak
masyarakat nelayan yang tingkat pendidikannya masih kurang. Pekerjaan sebagai nelayan

5
T
a
ik
d
n
e
D
S
P
-
t
g
m
lh
oadalah pekerjaan yang berat dan banyak mengandalkan otot dan pengalaman, sehingga
untuk bekerja sebagai nelayan tidak membutuhkan latar belakang pendidikan.
Menurut Raymond Firth, karakteristik yang memadai kehidupan nelayan adalah :
a. Pendapatan nelayan yang bersifat harian dan tak menentu.
b. Rendahnya tingkat pendidikan para nelayan serta anak-anak dari keluarga
nelayan yang menyebabkan para nelayan sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
c. Sifat produk yang mudah rusak dan harus segera dipasarkan menimbulkan
ketergantungan yang besar bagi nelayan kepada pengepul hasil tangkapan
(produk).
d. Besarnya jumlah modal yang dikeluarkan dibidang usaha perikanan,
menyebabkan para nelayan lebih memilih bergerak dibidang perikanan kecil-
kecilan.
e. Keluarga nelayan miskin umumnya sangat rentan dan mudah terjerumus
dalam perangkap utang yang merugikan.

C. Kerangka Konsep
Nelayan yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah tentunya akan lebih
mengedepankan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari,
setelah semua terpenuhi mereka baru memikirkan kebutuhan pendidikan untuk anak-anak
mereka, tinggi ataupun rendah tingkat pendidikan anak nelayan ditentukan oleh faktor
sosial ekonomi yang dimiliki orang tuanya. Semakin tinggi sosial ekonomi yang dimiliki
oleh orang tuanya, maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan yang didapatkan
anaknya, begitupun sebaliknya.
Dari kondisi ekonomi nelayan tersebut, maka akan memberikan imbas pada
tingkat pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak nelayan.

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di ambil di Desa Sialang Buah, Kecamatan Teluk
Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

B. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Minggu, 24 Januari 2021, Pukul 10.00
WIB-Selesai.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya
deskriptif, seperti transkripsi wawancara, foto, dan studi literature dari jurnal serta
sumber informasi tertulis lainnya.
Pada pendekatan kualitatif ini, peneliti mengumpulkan informasi dari beberapa
responden, dan membentuk informasi ini menjadi kategori-kategori atau tema-tema
tertentu (Creswell,2012:96).

D. Populasi dan Sampel


Di desa Sialang Buah, Kecamatan Teluk Mengkudu ini terdapat kurang lebihnya
230 anak-anak, tetapi peneliti menentukan kuota sampling Sebanyak 10 responden
dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono,2008).
Kriteria yang saya ambil untuk melakukan penelitian ini adalah anak berusia
sekolah 12-17 tahun dengan cara mewawancarainya.

E. Defenisi Operasional
N Variabel Definisi Operasional Jenis data
O
1 Kegiatan Responden Kegiatan sehari-hari yang Wawancara
dilakukan responden
2 Persepsi masyarakat Beberapa respon masyarakat Wawancara
nelayan tentang terkait pendidikan baik itu positif
pentingnya pendidikan maupun negative.
3 Kondisi sosial orang tua Latar belakang pendidikan orang Wawancara
tua, umur orang tua, status sosial
orang tua di lingkungan
masyarakat
4 Minat anak-anak pesisir Minat bersekolah adalah dimana Wawancara
untuk sekolah ukuran seajuh mana individu
termotifasi untuk bersekolah,
dengan indicator saya ingin

7
bersekolah, saya berniat untuk
sekolah, dan lain sebagainya.
5 Kondisi ekonomi Pendapatan keluarga, pemilikan Wawancara
kekayaan

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dilaksanakan sejak merencanakan penelitian sampai
penelitian ini diselesaikan. Analisis data yang digunakan adalah dengan proses
mewawancarai responden, dan menyusunnya secara sistematis. Data tersebut diperoleh
dari observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat
dipahami dan disusun secara sistematis. Analisa data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam waktu tertentu. Dalam analisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah
seperti reduksi data, penyajian data, dan membuat suatu kesimpulan.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pendidikan Masyarakat Pesisir
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling penting sebagai proses
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, maka seharusnya pendidikan untuk
anak-anak diusia sekolah harus mendapat pendidikan yang berkualitas, seperti program
yang sudah diterapkan pemerintah bahwa sekolah wajib 12 tahun dan didukung oleh
anggaran APBN sebesar 20% yang diperuntukkan bagi sector pendidikan, maka sudah
seharusnya seluruh warga Indonesia, khususnya masyarakat pesisir, wajib mendapatkan
kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak, walaupun fakta yang
sebenarnya terjadi masih banyak warga Indonesia yang berada di daerah terpencil belum
mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak.
Dengan pendidikan manusia akan mempunyai wawasan yang luas dalam
hidupnya, sehingga hidupnya akan menjadi terarah dan apa yang diinginkan dapat
tercapai, maka pendidikan adalah tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat, dan
juga pemerintah. Manusia yang berpendidikan akan mampu melihat dan menempatkan
dirinya di segala perkembangan dan perubahan situasi yang ada di dalam masyarakat.
Di masa sekarang ini pendidikan memiliki peran yang sangat besar terhadap
kemajuan ekonomi, pembangunan pendidikan pada dasarnya dilakukan dalam 4 (empat)
strategi pokok, yaitu pemerataan kesempatan, relefansi pendidikan dengan pembangunan,
kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan. Hubungannya dengan sumber daya
manusia yang berkualitas dapat selain dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang
bersifat formal juga dapat digali melalui pendidikan yang bersifat formal juga dapat
digali melalui pendidikan dalam keluarga sebagai wadah sosial terkecil.
Dari hasil wawancara peneliti dengan anak-anak nelayan di Desa Sialang Buah,
rata-rata pendidikan terakhir mereka hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Menurut mereka sekolah tinggi itu tidak penting, karena untuk menjadi seorang nelayan
tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi, sehingga menurut mereka sekolah sampai
tingkat SMP sudah sangat tinggi dan sudah sangat cukup. Seperti yang dikatakan seorang
responden saat diwawancarai “Udah baguslah itu kak SMP, adalagi yang gak sekolah”. ,
mengingat jarak sekolah di desa Sialang Buah tidak terlalu jauh Kondisi ini menandakan
bahwa masih banyak masyarakat pesisir di desa Sialang Buah yang tidak menyadari
betapa pentingnya pendidikan yang tinggi.
Bagi para nelayan memang tidak ada pilihan lain, karena pekerjaan yang
berhadapan dengan anvaman gelombang laut yang tinggi,cuaca, dan kemungkinan terjadi
karam saat akan melaut untuk menangkap ikan, dan mencari ikan adalah pekerjaan turun
temurun tanpa perlu belajar untuk menjadi seorang nelayan. Pada usia remaja anak laki-
laki nelayan mulai diajak untuk berlayar dan ikut melaut, sedangkan pada anak
perempuan tugasnya menjual hasil tangkapan yang sudah didapat.
Anak nelayan turun melaut pada sore hari setelah ashar dan pulang pagi hari, atau
pada pagi hari dan pulang sore hari pada waktu yang sudah ditentukan oleh juragan.
Maka dengan demikian masalah sosial budaya yang dihadapi masyarakat pesisir adalah :
1. Rendahnya kesadaran masyarakat pesisir tentang pentingnya pendidikan.
2. Rendahnya pengetahuan ilmu dan teknologi untuk mendukung pekerjaannya.
3. Kurangnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat pesisir yang putus sekolah.

9
4. Kurangnya daya kreativitas masyarakat pesisir, sehingga tidak dapat membuat
usaha-usaha lain.
5. Kehidupan masyarakat pesisir yang boros, sehingga mengharuskan mereka
untuk berhutang kepada tengkulak atau rentenir.

B. Tingkat Sosial Ekonomi


Faktor ekonomi adalah faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi
pendidikan anak nelayan. Kurangnya informasi dan pengetahuan akan pentingnya
pendidikan menjadikan pola ekonomi masyarakat pesisir yang tidak bergerak maju atau
bisa dikatakan tidak berkembang. Bagi nelayan yang memiliki tingkat sosial ekonomi
yang rendah pasti akan lebih mempriritaskan pendapatannya untuk mencukupi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari, kemudian setelah semua itu terpenuhi maka mereka akan
memikirkan kebutuhan pendidikan untuk anak-anaknya.
Tinggi atau rendahnya pendidikan anak ditentukan oleh orang tua, maka semakin
tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan
anaknya, dan begitupun sebaliknya.
Kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir telah mempersulit
mereka dalam hal menyekolahkan anak-anaknya, anak-anak mereka harus menerima
kenyataan bahwa mereka tidak mendapatkan tingkat pendidikanyang layak, karena
ketidak mampuan orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat pendidikan
yang tinggi atau yang selayaknya, sehingga mereka tidak harus mengiuti garis keturunan
sebagai nelayan seperti orang tuanya, sehingga anak-anak dituntut untuk ikut mencari
nafkah, dan menanggung beban keluarga sehingga dapat meringankan beban tanggung
jawab orang tuanya, maka dari itu, sebagian besar anak nelayan lebih memilih untuk ikut
melaut dari pada melanjutkan sekolahnya.
Dilihat dari lokasinya, pesisir desa SialangBuah tidak terlalu jauh dengan
perkotaan, sehingga harusnya fasilitas pendidikan tidaklah terbatas. Namun kurangnya
kesadaran masyarakat nelayan akan pentingnya pendidikan dan rendahnya perekonomian
mereka menjadi alasan untuk tidak menyekolahkan anaknya.
Menurut hasil wawancara bahwa pendapatan menunjukkan jumlah rata-rata uang
yang diterima oleh seluruh anggota keluarga dalam sebulan. Pendapatan dalam penelitian
ini dilihat dari sumber pendapatan (Kepala keluarga, istri/suami, daan anak yang sudah
bekerja) dan juga jenis pekerjaan yang diperoleh dalam sebulan. Pendapatan yang
diterima nelayan dalam periode satu bulan terhitung hanya 3 (tiga) kali melaut untuk
nelayan yang berkapal besar (nelayan juragan dan buruh), sedangkan untuk nelayan kapal
kecil (nelayan perorangan) dihitung 15 hari melaut.
Menurut kusnadi strategi atau cara yang dapat dilakukan oleh keluarga nelayan
dalam mempertahankan hidup di tengah himpitan ekonomi, diantaranya :
1. Peranan anggota keluarga (Istri dan anak)
Keikut sertaan seorang istri dan anak bekerja untuk mencari uang menambah
penghasilan keluarga merupakan salah satu yang dapat dilakukan oleh
keluarga nelayan untuk mempertahankan kehidupan keluarga mereka.
2. Diversifikasi pekerjaan
Diversifikasi pekerjaan merupakan pengkombinasian pekerjaan atau kerja
sambilan, dimana seorang nelayan selain bekerja mencari ikan dilaut, nelayan
tersbeut juga bisa bekerja dibidang lain saat mereka pulang dari mencari ikan.

10
Hal tersebut dapat dilakukan oleh nelayan untuk menghadapi penghsilan yang
tidak menentu.
3. Sigbifikansi jaringan sosial
Dengan jaringan sosial, kehidupan rumah tangga akan lebih efektif dan efisien
untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumber daya yang tersedia
di lingkungannya. Jaringan sosial ini berfungsi sebagai salah satu strategi
adaptasi yang paling efektif bagi keluarga nelayan kecil dalam mengatasi
kesulitan.

C. Tingkat Kesadaran Masyarakat Pesisir


Kesadaran merupakan sesuatu yang bersifat intensionalitas atau bertujuan, artinya
kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Menurut Uhar
Suharsaputra (2007:8) menyatakan agar kesadaran timbul diperlukan 3 (tiga) hal yaitu,
ada subjek, ada objek, dan ada subjek yang terbuka terhadap objek-objek.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat
adalah suatu proses dimana seseorang sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya
dengan panca indera yang dimilikinya, yang mampu memberikan pandangan berupa
kemampuan membedakan mengelompokkan dan memfokuskan sesuatu.
Dapat dilihat dari seberapa besar, tanggung jawab keluarga terhadap
perkembangan anak, jika orang tua sadar maka dari pendidikan anaknya akan tercipta
sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan derajat keluarga
dimasa yang akan datang. Orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan anak adalah
orang tua yang benar-benar matang dalam berpikir bahwa pendidikan merupakan hal
yang penting, dan dapat merubah nsaib. Dimana pendidikan pada umumnya merupakan
proses pemanusiaan, para orang tua adalah tokoh utama yang paling penting dalam
pembentukan karakter anaknya kelak.
Berbicara tentang kesadaran berarti ada tindakan yang aktif dari para orang tua.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, orang tua yang sadar akan pentingnya
pendidikan untuk anaknya pasti akan terus berusaha menyekolahkan anaknya sampai ke
jenjang yang lebih tinggi, orang tua juga berperan aktif untuk mendukung anaknya untuk
meraih cita-cita yang diinginkan anaknya.

11
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir telah mempersulit
mereka dalam hal menyekolahkan anak-anaknya, anak-anak mereka harus menerima
kenyataan bahwa mereka tidak mendapatkan tingkat pendidikanyang layak, karena
ketidak mampuan orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat pendidikan
yang tinggi atau yang selayaknya, sehingga mereka tidak harus mengiuti garis keturunan
sebagai nelayan seperti orang tuanya, sehingga anak-anak dituntut untuk ikut mencari
nafkah, dan menanggung beban keluarga sehingga dapat meringankan beban tanggung
jawab orang tuanya, maka dari itu, sebagian besar anak nelayan lebih memilih untuk ikut
melaut dari pada melanjutkan sekolahnya.
Kesadaran masyarakat pesisir terhadap pendidikan anak di Desa Sialang Buah
masih sangat rendah. Ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang masih
rendah sehingga tidak pernah terlintas dipikiran mereka untuk menyekolahkan anaknya
sampai ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini dapat dibuktikan dari sikap orang tua yang
kurang memperhatikan pendidikan anaknya yang seharusnya duduk di bangku sekolahan,
tetapi malah diizinkan untuk ikut pergi melaut untuk mecari ikan dan mendapatkan uang.
Padahal, jika dikaji lebih dalam bahwa pendidikanlah seseorang dapat mengubah
nasibnya menjadi lebih baik lagi, dan memutuskan tali keturunan untuk menjadi nelayan.
Sedangkan orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan anak pasti akan
terus berusaha untuk menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi,
karena bagaimanapun anak adalah penerus cita-cita dan harapan bangsa dimasa yang
akan datang.

B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang partisipasi masyarakat pesisir di
pesisir pada penyelenggaraan pendidikan yang ada di daerah pesisir lainnya. Selain itu
perlu adanya penempatan para ahli pendidikan di wilayah pesisir untuk selalu melakukan
pembinaan dan pengawasan masyarakat, agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya
pendidikan dan masyarakat lebih termotivasi untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Program pemberdayaan masyarakat di daerah pesisir masih sangat dibutuhkan,
agar masyarakat pesisir mampu memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada di daerah pesisir tersebut, dan juga dapat menaikkan tingkat
perekonomian masyarakat pesisir yang masih rendah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mansyur, Khumairah, 2019. Budaya Pendidikan Anak Pesisir di wilayah Kepulauan


Spermonde. Semarang. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran.

Rini, Intan Puspa, 2017. Analisis Tingkat Pendidikan Anak Nelayan Pantai Sadeng
Dilihat Dari Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua (Studi Pada Nelayan Pantai Sadeng,
Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul). Yogyakarta. Skripsi Sarjana Pendidikan

https://fatkur4ma4ns.blogspot.com/2012/04/konsep-pendidikan-seumur-hidup. diakses
pada 28 Januari 2021 pukul 15.36 WIB

Kurniasari, Desi Atika, 2016. Pengaruh Pendapatan, Dependency Ratio dan Tingkat
Pendidikan Nelayan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Nelayan di Pesisir Pantai Depok
Yogyakarta. Yogyakarta. Skripsi Sarjana Pendidikan.

Eprints.dinus.ac.id Metodologi Penelitian diakses pada tanggal 28 Januari 2021 pukul


14.11 WIB

Rahmad, Basuki. Partisipasi Masyarakat Pesisir Pada Penyelenggaraan Pendidikan di


Sekolah Dasar NEgeri 02 Marunda Jakarta Utara (Studi Kasus Pada Masyarakat Pesisir
Kampung Marunda Jakarta Utara). Jurnal Manajemen Pendidikan.

Salmianah, NS. 2016. Kesadaran Masyarakat Nelayan Terhadap Pendidikan Anak.


Medan. Jurnal Ilmu Pemerintahan Sosial Politik

Nasution, Mardiah Kalsum. 2011. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta

Basrowi dan Juariyah, S. 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Srigading, Labuhan Maringgai, Kapubaten Lampung Timur. Ekonomi &
Pendidikan.

Dwi Siswoyo, dkk. (2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Hasanah, N. 2014. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat


Pendidikan Anak (Studi Pada Keluarga Buruh Tani di Dusun Aluran Naga Kecamatan
Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu). Skripsi. Universitas Negeri Medan

Kusnadi. 2010. Kebudayaan Masyarakat Nelayan.

13
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Subjek yang diwawancarai : Anak-anak masyarakat pesisir


Hari,Tanggal :
Petunjuk Umum Wawancara :
1. Mengucapkan terima kasih atas kesediaan informan untuk diwawancarai.
2. Melakukan perkenalan dua arah, baik peneliti maupun informan mulai dari nama, umur,
pendidikan, dan pekerjaan.
3. Menjelaskan bahwa maksud dan tujuan wawancara adalah untuk mengetahui kegiatan
anak-anak pesisir.
4. Dalam diskusi informan bebas mengeluarkan pendapatnya.
5. Menjelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman informan sangat berharga.
6. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang benar ataupun salah serta dijamin
kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh kepada kehidupan informan sehari-hari.
 Identitas Informan
1. Nama :
2. No. Hp :
3. T.T.L :
4. Jenis Kelamin : 1) Laki-laki 2) Perempuan
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan Orang Tua :
 Didalam keluarga anda, ada berapa bersaudara ?
 Anda anak ke berapa ?
 (Jika masih bersekolah) berapa jarak rumah anda ke sekolah ?
 Apa transportasi yang anda gunakan untuk berangkat ke sekolah ?
 Berapa uang saku yang diberikan orang tua anda saat anda bersekolah ?
 Apakah uang saku anda cukup untuk memenuhi kebutuhan anda selama
disekolah ?
 (Jika tidak bersekolah) Kenapa anda memilih untuk tidak melanjutkan sekolah ?
 Bagaimana respon orang tua anda saat anda memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolah ?
 Berapa penghasilan yang anda dapatkan dari hasil melaut/menjuat hasil
tangkapan ?
 Apakah ada kendala yang anda alami saat melaut ?

14
Berikut adalah lampiran foto saat saya turun ke lapangan (Desa Sialang Buah, Kecamatan
Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

15

Anda mungkin juga menyukai